KELAS XI
Jawab :
1.sutomo
Saat itu di tahun 1945, Bung Tomo hendak membangkitkan rasa persatuan guna
mengusir NICA, peristiwa inilah yang menjadi asal muasal peringatan hari
Pahlawan pada 10 November.
2.SOEKARNO
3. Dr.CIPTO MANGUNKUSUMO
Salah satu tokoh "tiga serangkai", pendiri Indische Partij, salah satu organisasi
politik pertama yang rajin melontarkan kritik terhadap pemerintahan. Sikap
kiritsnya memang sudah tampak sejak bersekolah di STOVIA. Banyak tulisan-
tulisan dirinya yang memuat kritik ketidakpuasan akan pemerintahan Belanda
yang sedang berjalan saat itu.
5.Dr.DOUWES DEKKER
JAWAB :
1. MOHAMMAD HATTA
2. SOEHARTO
Sepertinya banyak yang tidak setuju dengan pendapat gw yang satu ini. Tapi
menurut gw, berbagai jasanya berhasil membuat Indonesia mempertahankan
kemerdekannya dan maju sehingga bisa dikenal oleh dunia. Serangan Oemoem dan
penumpasan PKI tak lepas dari kinerja beliau. Beberapa program yang
dilancarkan semasa beliau menjabat sebagai presiden pun mampu mengangkat
nama Indonesia di dunia Internasional. Indonesia mengalami kebangkitan pada
masa-masa kejayaan tersebut. Kurs Rupiah terhadap mata uang asing pun tak
seperti sekarang ini yang terus melambung. Kesejahteraan pun bisa dilihat,
walaupun lama kelamaan Indonesia mengalami kemeresotonnya juga. Dan beliau
terpaksa mundur dari jabatan presiden yang telah dijabat selama 30 tahun
lebih. Namun, jasa beliau bagi Indonesia tak akan boleh dilupakan.
3.AMIEN RAIS
Entah kenapa gw tersihir oleh pesona tokoh nasional yang satu ini. Dalam
pandangan gw, beliau pun berjasa besar dalam kebangkitan nasional Indonesia.
Tokoh Muhamaddiyah dan Partai Amanat Nasional ini menjadi tokoh reformasi
paling dikenang. Beliau mendukung gerakan pemuda Indonesia untuk mencapai
reformasi yang diimpikan. Walaupun setelah 10 tahun reformasi pun tidak
memperlihatkan peningkatan yang berarti. Komentar-komentar beliau yang
lugas, tegas, dan begitu mengena serta bermakna menanamkan rasa perjuangan
tinggi dalam diri gw. Semangat perjuangan berkobar di dalam dada. Bisa
dibilang kita bisa mengambil makna dibalik setiap kata-katanya.
4. BJ HABIBIE
Walaupun dirinya hanya menduduki bangku presiden tak lama, tapi ada sesuatu
yang membuat beliau menjadi seorang tokoh kebangkitan Nasional.
Pemerintahannya diisi dengan demo hampir setiap hari karena kepemimpinannya
dianggap meneruskan Orde Baru. Tetapi beliau merupakan jenius teknologi
Indonesia. Indonesia tidak memiliki anak bangsa seperti ini lagi seperti Habibie.
Akan sulit untuk mencari jenius seperti beliau dalam beberapa waktu ini.
Pemikiran cemerlangnya menyumbangkan berbagai macam keuntungan bagi
Indonesia. Pada saat tersebut, kita membuktikan bahwa anak Indonesia bisa
juga mengalahkan pemikiran-pemikiran orang jenius yang terdapat di dunia ini.
5.SUSI SUSANTI
Akhirnya sampai juga pada peringkat terakhir. Entah kenapa gw menaruh nama
beliau. Sepertinya karena gw merupakan fanatik bulu tangkis juga. Tapi banyak
juga aspek lain yang membuat gw menaruh nama beliau diantara 9 tokoh
nasional dalam pemerintahan. Sumbangsih beliau bagi bangsa bisa dibilang
cukup besar. Diantara sekian banyak prestasi bulu tangkis yang Indonesia
capai, prestasi beliau merupakan prestasi yang tak pernah dilupa oleh segenap
bangsa. Ketika Indonesia masih menjalani masa-masa orde baru, beliau berhasil
menyumbangkan medali emas pada olimpiade. Indonesia menjadi dikenal dalam
dunia olahraga. Walaupun lebih cenderung pada satu cabang saja, bulutangkis.
Semangat untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia mulai tumbuh. Satu per
satu anak bangsa mulai mengharumkan nama bangsa dari berbagai bidang.
Dimulai dari sini. Dari sekarang. Saat ini juga.
JAWAB :
JAWAB :
KEBANGKITAN NASIONAL DI ERA MILENIAL BERGUNA UNTUK :
Era bangkitnya rasa dan semangat persatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk
memperjuangkan cita-cita bangsa, ditandai dengan peristiwa penting yaitu berdirinya
pergerakan Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Hari ini, tepat 109 tahun sejak berdirinya
Boedi Oetomo, bisakah kita mewujudkan kebangkitan nasional di era milenial?
Kini saatnya membangkitkan SDM unggul di daerah terpencil atau kabupaten yang masih
terbelakang. Perlu terobosan untuk membangkitkan SDM perdesaan lewat pendidikan
yang lebih berkualitas. Terutama pendidikan vokasi yang sesuai dengan tipologi
daerah. Mencetak ilmuwan yang berbasis pedesaan sejak usia belia atau lulusan
SMA/SMK merupakan kredo terwujudnya kebangkitan nasional yang dimulai dari
pinggiran.
Langkah untuk mencetak ilmuwan berbasis perdesaan telah dicontohkan oleh Presiden
Joko Widodo. Yakni menginstruksikan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti
agar membuat program pengiriman para lulusan SMK kejuruan perikanan dari daerah
terpencil untuk kuliah di luar negeri.
Seperti belajar di Jepang guna mendalami teknologi budidaya mutiara dan proses nilai
tambahnya. Terobosan memberikan beasiswa ikatan dinas bagi siswa berprestasi dari
sekolah menengah untuk belajar di luar negeri, patut diapresiasi dan diperbanyak.
Yakni struktur kependudukan yang potensial dan bisa didayagunakan negara sebagai
akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam
evolusi kependudukan yang dialaminya.
Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan bahwa jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2030 mendatang mencapai 305,6 juta jiwa.
Jumlah ini meningkat 28,6 persen dari tahun 2010 yang sebesar 237,6 juta jiwa.
Meningkatnya jumlah penduduk pada 2030 tersebut menjadikan Indonesia negara kelima
dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Idealnya era tersebut menjadi momentum
kebangkitan nasional kedua.
Dengan bonus demografi, negara berkembang (antara lain Indonesia, India, Brasil)
mendapat berkah berupa penduduk dengan umur produktif sangat besar dan usia lanjut
yang belum banyak.
Dilain pihak, negara maju, termasuk Amerika Serikat, justru menghadapi aging
population, dengan kondisi proporsi penduduk usia lanjut yang meningkat tajam. Kondisi
demografi dengan aging population berdampak negatif pada kinerja perekonomian.
Pada saat Indonesia menginjak bonus demografi dilain pihak data menunjukkan adanya
akselerasi aging population pada negara maju. Seperti yang dirilis US Census
Bureau menunjukkan akselerasi peningkatan proporsi penduduk lansia (di atas 60
tahun) dari 14,1 persen pada tahun 1970 menjadi 24,7 persen pada tahun 2030.
Sedangkan negara maju lainnya, yakni di kawasan Eropa dan Jepang, akselerasi aging
population juga meningkat tajam dari 16,0 persen pada tahun 1970 menjadi 29,0 persen
pada tahun 2030. Tentunya ini berdampak negatif berupa penurunan produktivitas,
ketimpangan pasar ketenagakerjaan dan pertumbuhan ekonomi yang terganggu.
Tranformasi menjadi negara maju pada era bonus demografi akan sulit terwujud tanpa
disertai dengan mencetak SDM unggul disegala bidang sebanyak-banyaknya. Sejarah
menunjukkan bahwa untuk mencetak SDM unggul pada era Presiden Soekarno dengan
cara mengirim ratusan pemuda untuk belajar di negara maju guna transfer teknologi.
Begitu juga pada saat BJ Habibie menjadi Menristek, telah dikirim ribuan lulusan SMA ke
berbagai negara maju.
Langkah ini sebagai persiapan untuk menjalankan strategi tranformasi teknologi dan
industri. Sayangnya sejak 1997 berbagai program bea siswa ke luar negeri yang dirintis
oleh BJ Habibie dihentikan dengan alasan yang sangat politis. Sehingga kesempatan
pemuda Indonesia berbakat dari berbagai golongan untuk kuliah di luar negeri menjadi
tertutup.
Data statistik menunjukkan bahwa di Amerika Serikat lima tahun terakhir menunjukkan
bahwa jumlah mahasiswa asal Cina sekitar 157.000 orang, India 103.000, Jepang 21.000
orang, dan Indonesia sekitar 5000 – 6000 orang. Di Jerman, mahasiswa asal Indonesia
sekitar 2000 orang, namun mahasiswa Cina di Jerman sampai 25.000 orang.
Penduduk Cina itu 5 kali lipat penduduk Indonesia, jadi kalau mahasiswa Indonesia di
Jerman hanya 2.000 orang artinya mahasiswa Cina di Jerman itu 10.000. Tapi nyatanya
mahasiswa Cina di Jerman sampai 23.000. Begitu juga di Australia, mahasiswa Indonesia
11.000 orang, sedangkan asal Vietnam 10.000 orang. Padahal penduduk Vietnam hanya
sekitar 90 juta orang.
Artinya kalau penduduk Indonesia 250 juta orang atau sekitar 3 kali Vietnam, idealnya
mahasiswa Indonesia di Australia 30.000 orang, nyatanya hanya 11.000 orang Artinya
Indonesia masih tertinggal dalam mengirimkan mahasiswa Indonesia ke negara-negara
maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Australia & Jerman.
Selama ini mindset orang Indonesia adalah ingin sekolah keluar negeri untuk program
S2 nya saja, ini lah yang membuat Indonesia kalah tertinggal dengan negara lain.
Kenapa bisa tertinggal, karena zaman dulu informasi tidak ada, keuangan
keluarganya masih rendah, kuliah S1 di Indonesia masih murah sehingga banyak orang
menganggap bahwa S2 saja keluar negerinya.
Pada era konseptual saat ini, dengan jiwa muda yang mudah beradaptasi, kemampuan
bahasanya lebih cepat untuk mempelajari bahasa asing, dan untuk S1 diluar negeri
kuliah lebih lama mencapai 4 – 5 tahun dibandingkan dengan kuliah S2 hanya 1 – 2 tahun,
sehingga proses adaptasi dan pengenalan budaya di negara tersebut lebih mudah.
Dengan alasan itulah pemerintah bersama pihak swasta dan masyatakat yang mampu
harus menggalakkan kembali pengiriman tamatan SMA ke LN. Termasuk reorientasi
program dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dengan menitikberatkan
pembinaan siswa SMA/SMK berbakat untuk di dikirim kuliah ke negara-negara maju.
Apalagi pada saat ini pemerintahan Presiden Joko Widodo sedang gencar membangun
berbagai macam infrastruktur fisik dan program rekayasa untuk memenuhi
swasembada pangan. Maka dibutuhkan SDM yang unggul dan menguasai tren global
tentang riset dan teknologi terkini.
Untuk itu perlu mengirim kembali para lulusan SMA langsung untuk belajar di
perguruan tinggi di negara maju. Hal ini lebih efektif karena para lulusan SMA secara
psikologis masih sangat idealis dan mudah melakukan revolusi mental saat belajar di
luar negeri. Begitupun dari segi rentang usia, lulusan SMA memiliki waktu yang cukup
untuk mendalami Iptek secara komprehensif