Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

OLEH:
NI MADE DIANTARI, S. Kep
NIM. 18.31.1246

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
2019 – 2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

OLEH:
NI MADE DIANTARI, S. Kep
NIM. 18.31.1246

Tanah Bumbu, 13 Desember 2019


Mengetahui,

Preseptor Akademik PreseptorKlinik

(Ria anggara Hamba, S. Kep., Ns, MM) (Yunida Atikah, S. Kep., Ns)
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada
tiga kesempatan yang berbeda, tekanan darah yang hipertensif adalah lebih dari 140
mmHg untuk sistolik dan lebih dari 90 mmHg untuk diastolic. Istilah “prahipertensi”
adalah tekanan darah antara 120-139 mmHg untuk sistolik dan 80-89 mmHg untuk
diastolik.

B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
1. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu : genetic, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem
rennin. angiotensin dan peningkatan Na+Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik
yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain : penggunaan konstrasepsi oral,
coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris),
kehamilan, peningkatan volume intravascular, luka bakar dan stres.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan
diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmHg
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untul oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
(Nurarif & Hardhi, 2016).

C. Tanda dan Gejala / Manifestasi klinis


Tanda dan gejala klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Pusing/migrain
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Kelemahan
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas

D. Patofisiologi
Tekanan akan sangat mempengaruhi terhadap tingginya desakan darah. Tekanan
ini terjadi pada pembuluh darah perifer. Tahanan terbesar di alami oleh arteriolae
sehingga perbedaan desakan besar bila arteriolae menyempit akan menaikkan desakan
darah. Stadium pertama dari hipertensi sensiil adalah kenaikan tonus dari arteriolae.
(Arita Murwani, 2009).
Hipertensi disebabkan oleh banyak faktor penyebab seperti penyempitan arteri
renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan
kehamilan. Gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, rangsangan
kopi yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan dan faktor keturunan, faktor umur.
Faktor penyebab diatas dapat berpengaruh pada sistem saraf simpatis.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis ditoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem jarak simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
kontriksi pembuluh darah. Pada saat bersamaan sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi kelenjar adrenal terangsang,
vasokonstriksi bertambah. Medula adrenal mensekresi epinofrin menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid yang memperkuat respons
vasokontriksi dan mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal merangsang
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiptensin I dan diubah menjadi
angiotensin II yang mengakibatkan retensi natrium dan air yang menimbulkan odema.
Vasokontriksi pembuluh darah juga mengakibatkan peningkatan tahanan perifer,
meningkatnya tekanan arteri juga meningkatkan aliran balik darah vena ke jantung dalam
keadaan ini tubuh akan berkompensasi untuk meningkatkan curah jantung mengalami
penurunan. Hal ini mempengaruhi suplai O2 miokardium berkurang yang menimbulkan
manifestasi klinis cianosis, nyeri dada/ angina, sesak dan juga mempengaruhi suplai O2
ke otak sehingga timbul spasme otot sehingga timbul keluhan nyeri kepala/pusing, sakit
pada leher. Tingginya tekanan darah yang terlalu lama akan merusak pembuluh darah
diseluruh tubuh seperti pada mata menimbulkan gangguan pada penglihatan, jantung,
ginjal dan otak karena jantung dipaksa meningkatkan beban kerja saat memompa
melawan tingginya tekanan darah. Diotak tekanan darah tinggi akan meningkatkan
tekanan intra kranial yang menimbulkan manifestasi klinis penurunan kesadaran, pusing,
mual/muntah dan gangguan pada penglihatan kadang-kadang sampai menimbulkan
kelumpuhan. (Smeltzer, 2012).
Pertimbangan gerontologist, perubahan stuktural dan fungsional pada sistem
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat,
ddan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada giliranya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung
dan peningkatan tahan perifer (Brunner & Suddarth, 2012).

E. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah menurut Udjianti, 2011 :
Kategori Sistolik Diastolik
Normal <130 mmHg <85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi
Tingkat 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Tingkat 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Tingkat 3 ≥180 mmHg ≥110 mmHg

F. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik


1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan factor-factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN (Blood Unit Nitrogen)
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes
mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
(meningkatkan hipertensi)
3. Glukosa
Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
7. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
9. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
10. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
13. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
14. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
15. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan causal
b. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk enurunkan tekanan darah dengan
harapan meprpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
c. Upaya menurnkan tekanan darah ilakukan dengan mengunakan obat anti
hipertensi selain dengan perubaha gaya hidup.
d. Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan
memunkginakn besat untuk seumur hidup.
e. Terapi :
1) Diet rendah garam
2) Penurunan berat badan, olahraga, latihan jiwa (yoga, dll.)
3) Diuretic
4) Penghambat adrenergic
5) Penyekat alfa 1
6) Penyekat beta
7) Vasodilator
8) Penghambat ACE
9) Penghambat kalsium
f. Penyulit :
1) Perdarahan otak, perdarahan retina, dekompensasi cordis.
2) Stroke, penyakit jantung, gagal ginjal.
g. Lama Perawatan : 1 minggu.
2. Keperawatan
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-
87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 kali perminggu dan paling baik 5 kali
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
e. Kolaborasi dengan dokter mengenai terapi obat dan fisioterapi (Pudiastuti, 2011).

H. Komplikasi
1. Stroke
Hipertensi merupakan penyebab utama stroke. Efek membahayakan dari hipertensi
di otak yaitudapat disebabkan oleh bekuan darah yang menghentikan aliran darah ke
bagian otak.
2. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi akibat kerusakan secara progesif akibat tekanan tinggi
pada kapiler glomerulus ginjal.
3. Infark Miokard
Dapat terjadi apabila arteri korenore yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat
aliran darah melewati pembuluh darah.Pada hipertensi kronis dan hipertensi
ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark miokard.
4. Ensefalopati (kerusakan otak)
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna.Tekanan yang sangat
tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan ke interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya
kolaps dan terjadi koma serta kematian.
3) Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya
sehingga dapat diketahui masalah kebutuhan perawat bagi klien.
Biodata yang berisi identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medik, serta identitas penanggung jawab dari
klien
a. Alasan masuk rumah sakit : Pasien dengan hipertensi biasanya mengeluh pusing
dan nyeri kepala
b. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien biasanya mengeluh merasakan pusing dan
nyeri yang terasa berat di tengkuk dan gejala tidak berhenti setelah pasien
melakukan aktivitas bahkan setelah pasien beristirahat
c. Riwayat kesehatan dahulu : Menggambarkan keadaan kesehatan sebelum klien di
rawat di rumah sakit.
d. Riwayat kesehatan keluarga yang berisi genogram tiga generasi yang
menggambarkan adanya anggota keluarga yang mengidap riwayat penyakit yang
sama. Pada pasien hipertensi biasanya ada/anggota keluarga yang mempunyai
riwayat hipertensi.
e. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan :
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit
tersebut mengganggu aktivitas pasien. Pada pasien dengan hipertensi
ditanyakan apakah mempunyai kebiasaan merokok, minum minuman
beralkohol dan bagaimana cara pasien memelihara kesehatannya.
2) Pola Nutrisi dan Metabolik
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari pasien ( pagi, siang
dan malam ), bagaimana nafsu makan pasien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi. Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam
menelan. Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan
sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant. Pada Pasien hipertensi
perlu ditanyakan apakah sering mengkonsumsi makanan yang tinggi akan
kadar garam seperti ikan asin, dan apakah pasien sangat sering mengkonsumsi
kopi atau minuman bersoda.
3) Pola Aktivitas dan Latihan
Pada pasien hipertensi biasanya mengalami kelemahan, letih, napas pendek,
gaya hidup monoton
4) Pola Tidur dan Istirahat
Tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien. Masalah Pola Tidur :
Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan
penyakit hipertensi, bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah
merasa segar atau tidak atau merasa pusing? Biasanya pasien dengan
hipertensi mengalami gangguan tidur
5) Pola Eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya.
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi. Adakah
masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu
untuk miksi dan defekasi.
6) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,
apakah penyakit yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya, tanyakan
apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau takut,
Apakah ada hal yang menjadi pikirannya. Biasanya klien dengan hipertensi
merasa cemas, banyak pikiran dan gelisah.
7) Pola Peran Hubungan
Tanyakan apa pekerjaan pasien, tanyakan tentang system pendukung dalam
kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll. Tanyakan apakah ada masalah
keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien.
8) Pola Seksualitas/Reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya,
tanyakan apakah klien sudah menopause dan masalah kesehatan terkait
dengan menopause, tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/ perubahan
dalam pemenuhan kebutuhan seks.
9) Pola Manajemen Koping
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
perawatan diri ), kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien
mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada
penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi
masalahnya dengan orang-orang terdekat.
10) Pola Kognitif Perseptual
Kaji status mental klien, kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan
klien dalam memahami sesuatu, kaji tingkat ansietas klien berdasarkan
ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien.
11) Pola Nilai & Kepercayaan
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama
serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat
kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : Pasien tampak lemah, pucat, adanya sianosis, pasien tampak sesak
(adanya pernafasan cuping hidung, tampak ada retraksi dada, RR > 16 - 20
kali/menit), tampak odema pada ekstremitas.
b. Palpasi : Tekanan darah >160/90 mmHg, turgor kulit >2 detik, CRT > 2
detik, nadi teraba kuat, jelas, dan cepat, pembesaran ginjal.
c. Perkusi : Suara dullness pada paru.
d. Auskultasi : Terdengar suara jantung S3S4, terdengar suara crackles
pada paru, terdengar suara bruit pada abdomen.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas b.d. hiperventilasi, keletihan, nyeri, obesitas, ansietas.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d. hipertensi, gaya hidup kurang gerak,
merokok.
3. Kelebihan volume cairan b.d. gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan
natrium, kelebihan asupan cairan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (biologis, fisik, kimiawi).
5. Intoleransi aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
gaya hidup kurang gerak.
6. Resiko penurunan curah jantung b.d. perubahan afterload.
7. Resiko jatuh b.d. gangguan visual, penyakit vascular.
(NANDA, 2015-2017)
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, EGC:
Jakarta.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K, Dochterman, J.M, & Wagner, C.M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Mocomedia: Yogyakarta.
Herdman, T. Heather. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017. EGC: Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. (2010). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeculapius FKUI:
Jakarta.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi Kelima. Mocomedia: Yogyakarta.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan Praktis,
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus,
Edisi Revisi Jilid 2. Mediaction: Yogyakarta.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai Kasus.
Jogjakarta: MediAction Publishing
Pudiastuti, R.D. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Nuha Medika: Yogyakarta.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) Laporan Provinsi. Sulawesi
SelatanBadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jurnal. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Smeltzer, C. Suzanne & Bare, Brenda G. (2012). Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8
volume 2. EGC: Jakarta.
Syaifuddin. (2014). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta
Udjianti J Wajan. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai