dari kedua ginjal, sehingga keduanya tidak dapat melakukan fungsi regulasi dan
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori, yaitu gagal ginjal akut dan
kronik. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat, biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Price., et al, 2015). Ada dua
pendekatan yang biasanya dianjurkan untuk menghadapi gangguan fungsi ginjal pada
gagal ginjal kronik. Pendekatan pertama adalah : semua unit nefron terserang penyakit
dengan stadium yang berbeda-beda, dan bagian-bagian tertentu dari nefron yang
berkaitan dengan fungsi tertentu mungkin sudah rusak atau berubah struktunya.
Pendekatan kedua, dikenal dengan hipotesis Bricker atau hipotesis nefron yang utuh,
yang berpendapat : kalau sebagian nefron terserang penyakit, maka nefron harus di
pertahankan. Sisa nefron yang normal bersifat normal. Bila jumlah nefron sudah
dipertimbangkan lagi, maka akan timbul uremia. Hipotesis nefron yang utuh ini sangat
berguna untuk menjelaskan pola adaptasi fungsional pada penyakit ginjal progresif,
meskipun ada penurunan kecepatan filtrasi glomerulus yang nyata (Suhartini, 2002)
dari segi hipotesis nefron yang utuh. Dengan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik,
jumlah zat terlarut yang harus di ekskresi oleh ginjal agar tubuh homeostasis tidak
berubah meskipun jumlah nefron yang bertugas sudah menurun secara progresif.
Terjadi dua adaptasi pada ginjal sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan
caidan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya
uuntuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal. Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi,
beban absolut, dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR seluruh
massa nefron yang berada dalam ginjal kurang atau berada di bawah nilai normal.
dan elektrolit tubuh. Pada akhirnya, apabila sudah sekitar 75 persen nefron dalam ginjal
mengalami kerusakan, maka kecepatan filtrasi dan beban zat terlarut bagi setiap nefron
peningkatan filtrasi dan reabsorbsi di tubulus) tidak dapat lagi di pertahankan. Apabila
GFR terus menurun, maka semakin perlu mengatur masukan air dan zat terlarut secara
tepat untuk mengakomodasi penurunan fleksibilitas fungsi ginjal (Price., et al, 2015).