Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam sistem imun, tubuh manusia telah dilengkapi dengan
kemampuan untuk memberikan respons non spesifik (misalnya fagositosis)
maupun kemampuan untuk memberikan respons imun mengetahui spesifik
yang dilakukan oleh sel-sel dan jaringan limfoid yang terdapat dalam sistem
limfo retikuler (misalnya, limpa, tonsil dan Peyer patches yang terdapat di
sepanjang dinding usus), serta jaringan limfoid lain yang tersebar di seluruh
tubuh. Kesemuanya itu merupakan suatu sistem kendali dari seluruh mekanisme
respons imun.
Sistem imun harus mampu memberikan respons terhadap sejumlah
besar antigen asing yang jumlah limfosit yang mengenali dan memberikan
respons terhadap setiap antigen secara spesifik. Limfosit ini tidak saja harus
mampu mengetahui lokasi masuknya antigen, tetapi juga harus mengaktifkan
mekanisme efektor yang sangat diperlukan untuk menyingkirkan antigen
bersangkutan.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari sitokin?
2. Bagaimana sifat sitokin?
3. Apa saja klasifikasi sitokin?
4. Apa fungsi sitokin?
1.3 Tujuan penulisan
1. Mengetahui pengertian sitokin
2. Mengetahui bagaimana sifat sitoksin
3. Mengetahui klasifikasi sitokin
4. Mengetahui fungsi dari sitokin

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur
imunitas, inflamasi dan hematopoesis (proses produksi sel darah di sumsum
tulang). Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh sel-
sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara sel-sel
lokal, dan memiliki efek pada sel-sel lain. Sitokin dihasilkan sebagai respon
terhadap stimulus sistem imun. Nama dari sitokin bermacam - macam
tergantung dari tempat produksinya dan perannya.
Sitokin adalah golongan protein/ glikoprotein/ polipeptida yang larut
dan diproduksi oleh sel limfosit dan sel-sel lain seperti makrofag, eosinofil, sel
mast dan sel endotel. Sitokin berfungsi sebagai sinyal interseluler yang
mengatur hampir semua proses biologis penting seperti halnya aktivasi,
pertumbuhan, proliferasi, diferensiasi, proses inflamasi sel, imunitas, serta
pertahanan jaringan ataupun morfogenesis. Kesemuanya terjadi akibat
rangsangan dari luar. Sitokin mempunyai berat molekul rendah, sekitar 8-40
KD, di samping kadarnya juga sangat rendah.
2.2 Sifat sitokin
Biasanya diproduksi oleh sel sebagai respons terhadap rangsangan.
Sitokin yang dibentuk segera dilepas dan tidak disimpan di dalam sel. Sitokin
yang dapat diproduksi oleh berbagai sel. Satu sitokin dapat bekerja terhadap
beberapa jenis sel dan dapat menimbulkan efek melalui berbagai mekanisme.
Berbagai sitokin dapat memiliki banyak fungsi yang sama, Sitokin dapat/sering
mempengaruhi sintesis atau efek sitokin lain, efeknya akan tampak saat
berikatan dengan reseptor yang spesifik pada sel sasaran atau sel target.
Pada dasarnya sitokin berfungsi sebagai autokrin, namun pada
kenyataannya juga dapat berfungsi sebagai parakrin ataupun endokrin. Dalam
melaksanakan tugasnya, sitokin dapat juga bekerja sebagai inhibitor atau
antagonis sitokin lain, bahkan dapat pula menghambat kerja sitokin yang
bersangkutan. Diketahui pula bahwa sitokin ikut berperan dalam sistem
imunitas alamiah maupun imunitas dapatan/spesifik.

2
Banyak sarjana yang mengelompokkan klasifikasi sitokin sesuai dengan
kebutuhan masing-masing, antara lain berdasar pada sumber beberapa sel yang
memproduksinya, efeknya pada sel, atau berdasar pada fungsinya yaitu sitokin
yang berperan dalam imunitas bawaan (cytokines that mediated nature
immunity). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah: interferon tipe I, TNF-
a (tumor necrosis factor-a), IL-1 (interleukin-1), IL-6 (interleukin-6 ),
chemokin. Keduanya yaitu sitokin pengatur aktivasi, pertumbuhan dan
diferensiasi sel limfosit, antara lain: IL-2 (interleukin-2), IL-4 (interleukin-4),
TGF-B (Transorming growth) factor -b). Yang ketiga adalah sitokin pengatur
mediator imun dalam proses inflamasi, antara lain: interferon-g, limfotoxin, IL-
10 (interleukin-10), IL-2 (interleukin-2), migration inhibition factors, TNF- a
(tumor necrosis factor- a) sitokin merangsang haematopoetik, contoh : C - kit
ligand, IL-3 (interleukin-3), granulocyte-macrophage colony-stimulating
factor, monocyte-macrophage colony-stimulating factor, interleukin-7 (IL-7),
other colony stimulating factors cytokines.
2.3 Klasifikasi sitokin
a. Berdasarkan sel yg mensekresikanya, sitokin diklasifikasikan sebagai berikut
yaitu:

1. limfokin (sitokin yang dihasilkan limfosit)


2. monokin (sitokin yang dihasilkan monosit)
3. kemokin (sitokin dengan aktivitas kemotaktik)
4. interleukin (sitokin yang dihasilkan oleh satu leukosit dan beraksi pada
leukosit lainnya).
b. Berdasarkan fungsi , sitokin dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. tipe 1 (Inf-γ, TNF, dll),
2. tipe 2 (TGF-β, IL-4 , IL-10 , IL-13 , dll), yang mendukung respon antibodi
c. Berdasarkan struktur tiga dimensi , sitokin dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. superfamili Imunoglobulin (Ig) ,ada di seluruh beberapa sel dan
jaringan tubuh vertebrata. Strukturnya homologi dengan imunoglobulin
(antibodi ), molekul adhesi sel , dan bahkan beberapa sitokin. Contoh
tipe reseptor: IL-1.
2. Family Hemopoietic Growth Factor (tipe 1)
3. Family Interferon (tipe 2), yang anggotanya adalah reseptor untuk IFN
β dan γ.

3
4. Family Tumor Necrosis Faktor (TNF) (tipe 3), yang anggotanya
berbagi sistein domain ekstraselular mengikat beberapa non-sitokin
lainnya seperti CD40 , CD27 dan CD30 , selain ligan yang keluarga
TNF.
5. Family Reseptor interleukin-17 (IL-17R), sedikit homolog dengan
keluarga reseptor sitokin lainnya. Para anggota family ini dikenal adalah
sebagai berikut: IL-17RA, IL-17RB, IL-17RC, IL17RD dan IL-
17RE.(gaffen, 2009). Interleukin-12 (IL-12), yang disekresikan oleh
makrofag dan bertindak pada T H 0 (T-helper sel 0) dan mengkonversi
menjadi T H 1 (T-helper sel 1) yang menghasilka IFN γ. IFN γ
mengaktifkan makrofag, sehingga memulai respon imun diperantarai
sel.
2.4 Fungsi Sitokin
Abbas (1994) menyatakan bahwa fungsi sitokin dapat disebutkan
dalam beberapa kategori, yaitu sebagai mediator imunitas bawaan, mengatur
aktivitas, pertumbuhan dan diferensiasi sel limfosit, mengatur immune mediated
inflammation merangsang leukosit yang belum matang/ immature dalam
pertumbuhan dan differensiasi. Theze (1999) menyatakan bahwa fungsi sitokin
yang diproduksi akibat adanya respons terhadap rangsangan yang bersiffat
imunologik, berpperan utama dalam kelanjutan hidup sel, proliferasi sel,
diferensiasi sel dan kematian sel.
2.5 Mekanisme kerja sitokin
Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik, yang
kemudian membawa sinyal ke sel melalui second messenger (tirosin kinase), untuk
mengubah aktivitasnya (ekspresi gen). Respon-respon terhadap sitokin diantaranya
meningkatkan atau menurunkan ekspresi protein-protein membran termasuk
reseptor-reseptor sitokin, proliferasi, dan sekresi molekul-molekul efektor. Sitokin
bisa bereaksi pada sel-sel yang mensekresikanya disebut juga aksi autokrin, atau
pada sel-sel terdekat dari sel sel yang mensekresikanya atau disebut juga aksi
parakrin. Sitokin bisa juga beraksi secara sinergis jika dua atau lebih sitokin beraksi
secara bersama-sama atau secara antagonis jika aktivitas sitokinya berlawanan.
Sitokin meliputi kemokin, interferon, interleukin, limfokin dan tumor necrosis
factor. Sitokin diproduksi oleh berbagai sel, termasuk sel-sel kekebalan tubuh
seperti makrofag, limfosit B, limfosit T dan sel mast, endotel, fibroblas, dan
berbagai sel stroma. (Lackie,2010).

4
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan
pengatur imunitas, inflamasi dan hematopoesis (proses produksi sel darah di
sumsum tulang). Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan
oleh sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara
sel-sel lokal, dan memiliki efek pada sel-sel lain. Sitokin dihasilkan sebagai
respon terhadap stimulus sistem imun. Nama dari sitokin bermacam - macam
tergantung dari tempat produksinya dan perannya.
sitokin berfungsi sebagai autokrin, namun pada kenyataannya juga
dapat berfungsi sebagai parakrin ataupun endokrin. Dalam melaksanakan
tugasnya, sitokin dapat juga bekerja sebagai inhibitor atau antagonis sitokin
lain, bahkan dapat pula menghambat kerja sitokin yang bersangkutan.

5
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3, Desember 2007

Anda mungkin juga menyukai