Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya ditentukan oleh kualitas pendidikan
dan ilmu pengetahuan. Salah satu faktor yang mendukung kualitas hidup manusia adalah
kualitas pangan yang dikonsumsi. Menururt UU No. 7 Tahun 1996 menyatakan bahwa
kualitas pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah
aman, bergizi, bermutu dan dapat terjangkau oleh daya beli masayarakat. Aman yang
dimaksud mencakup bebas dari pencemaran biologis, mikrobiologi, logam berat dan
pencemaran lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan
manusia (Asteriani et al, 2006)
Makanan yang baik bagi manusia yang memenuhi kandungan, persyaratan
kesehataan, dan kebersihan . di Indonesia pada umumnya setiap makanan dapat leluasa
beredar dan dijual tanpa harus terlebih dahulu melalui kontrol kualitas dan kontrol
kesehatan (Asteriani et al, 2006)
Pada umumnya dalam pengelolaan makanan selalu diusahakan dalam menghasilkan
produk makanan yang disukai dan berkualitas baik. Makanan yang tersaji harus tersedia
dalam bentuk dan aroma yang lebih menarik, rasa enak, warna dan konsistensinya baik
serta awet. Untuk mendaptkan makanan seperti yang diinginkan maka sering pada proses
disebut zat aktif kimia (food additive) (Widyaningsih dan Murtini, 2006)
Keselamatan dan kesehatan masyarakat harus dilindungi terhadap pangan yang tidak
memenuhi syarat dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi, peredaran dan
perdagangan pangan yang tidak benar. Cara produksi dan peredaran pangan yang tidak
benar dapat merugikan dan membahayakan kesehatan masyarakat. Penjaminan pangan
yang bermutu dan aman merupaka tanggung jawab pemerintah, industri pangan dan
konsumen, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing (Cahyadi, 2008)
Penggunaan bahan tambahan (BTP) harus sesuai dengan aturan perundang-undanga
yang telah ditetapkan. Banyak bahan kimia yang berbahaya yang biasanya digunakan
untuk bahan industri yang digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan misalnya
Rhodamin B, Methanil Yellow, Formalin dan Boraks. Namun yang paling berbahaya dan
sering digunakan dan dijual bebas dimasyarakat adalah Formalin dan Boraks sehingga
dalam hal ini makanan yang sering di taruh Formalin dan Boraks yaitu bakso, tahu,
keripik, dll.

ANALISIS MAKANAN 1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Bakso yang dijual di bakso mutiara mengandung Boraks?
2. Apakah kerupuk yang dijual di mengandung Formalin?
3. Apakah nasi kuning alunalun mengandung metanil yellow?
4. Apakah cabe di mengandung Rhodamin B?
C. Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktikum pemeriksaan analisis kualitas makanan yang dijual yaitu
memeriksa dan menganalisa makanan yang dijual mengandung Boraks dan
Formalin,metanil yellow dan rhodamin B atau tidak.
D. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jika Bakso yang dijual di bakso mutiara mengandung Boraks.
2. Untuk mengetahui jika kerupuk yang dijual di mengandung Formalin.
3. Untuk mengetahui nasi kuning alunalun mengandung metanil yellow
4. Untuk mengetahui cabe di mengandung Rhodamin B

ANALISIS MAKANAN 2
BAB II
LANDASAN TEORI

a. Bakso
bakso atau baso adalah jenis bola daging yang lazim ditemukan pada masakan
Indonesia.bakso umumnya di buat dari campuran daging sapi giling dan epung
tapioka,akan tetapi ada juga bakso yang tebuat dari ayam.
b. Kerupuk
Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur
bahan perasa seperti udang atau ikan.
c. Nasi kuning
nasi kuning makanan khas Indonesia dari beras yang dimasak bersama dengan
kunyit serta santan dan rempah
d. cabe
cabe ada buah dan tumbuhan anggota genus capsicum buhnya dapat digolongkan
sebagai sayuran dan maupun bumbu tergantung bagaimana digunkan

e. Boraks
Boraks merupakan senyawa kimia turunan dari logam berat boron (B) dan biasa
digunakan sebagai bahan anti jamur, pengawet kayu, dan antiseptik pada kosmetik.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh BPOM pada tahun 2005 bahwa bahan makanan
yang menduduki peringkat teratas mengandung formalin dan boraks adalah ikan laut, mie
basah, tahu dan bakso (Panjaitan, 2009).
Boraks berbentuk kristal berwarna putih yang terjadi dalam suatu deposit hasil
proses penguapan hot spring (pancuran air panas) atau danau garam. Boraks termasuk
kelompok mineral borat, suatu senyawa kimia alami yang terbentuk dari boron (B) dan
oksigen (O2) (Winarno dan Sulistyowati, 1994).
Boraks adalah zat pengawet yang banyak digunakan dalam industri pembuatan
taksidermi, insektarium dan herbarium, tapi dewasa ini boraks cenderung digunakan lam
industri rumah tangga sebagai bahan pengawet makanan seperti pada pembuatan mie dan
bakso ( Tumbel, 2010).
a) Kegunaan Boraks

ANALISIS MAKANAN 3
Zat ini normalnya digunakan untuk industri seperti keramik, kertas, gelas,
pengawet kayu, antiseptik, dan pengontrol kecoa dan penggunaannya telah dilarang
sejak tahun 1979 (Nurhadi, 2012). Boraks sudah digunakan sejak lama, yaitu sebagai
zat pembersih (cleaning agent), zat pengawet makanan (additive), dan untuk penyamak
kulit. Boraks sebagai antiseptik dan pembunuh kuman. Oleh karena itu boraks banyak
digunakan sebagai anti jamur, bahan pengawet kayu, dan untuk bahan antiseptik pada
kosmetik. Dalam industri tekstil boraks digunakan untuk mencegah kutu, lumut, dan
jamur. Boraks juga digunakan sebagai insektisida dengan mencampurkannya dalam
gula untuk membunuh semut, kecoa, dan lalat (Sugiyatmi, 2006).
b) Sifat Boraks
Sifat fisika dan kimia boraks antara lain : memiliki berat molekul (BM) 381,4,
titik lebur 75ºC, titik didih 320ºC, tidak larut dalam alkohol dan asam, larut dalam
gliserol, larut dalam air, kelarutannya adalah 6 gr/100 ml air dan pH-nya 9,5 (BPOM,
2002).
Menurut Timm (1966) dan Lewis (1993) dalam Stefanny (2006), sifat kimia asam
borat antara lain : titik lebur 170,9oC, titik didih 300oC, kelarutannya dalam air pada
suhu ruang (27ºC), semakin tinggi suhu yang digunakan untuk melarutkan boraks
(100oC) maka tingkat kelarutannya juga semakin tinggi, kelarutannya dalam air adalah
4-5 gr/100 ml air.
c) Bahaya Boraks bagi Tubuh
Bereau of Food and Drug (BFAD), Food Standard Code dan Department of
Health (DOH) Australia menyatakan bahwa boraks merupakan senyawa kimia yang
dapat merusak organ dalam tubuh termasuk otak. BFAD dan DOH juga menyatakan
bahwa boraks merupakan desinfektan yang dilarang penggunaanya sejak tahun 1984
sebagai bahan tambahan makanan. Boraks dalam dosis cukup tinggi dalam tubuh akan
menyebabkan timbulnya gejala pusing, muntah, diare, keram perut, tekanan darah
rendah, anemia, demam dan kerusakan organ dalam lainnya dalam tubuh termasuk otak
sehingga dapat menyebabkan kematian (Lewis, 2002 dalam Stefany, 2006)
Penggunaan boraks dapat mengganggu daya kerja sel dalam tubuh manusia
sehingga menurunkan aktivitas organ, oleh karena itu penggunaan bahan pengawet ini
sangat dilarang oleh pemerintah khususnya Departemen Kesehatan karena dampak
negatif yang ditimbulkan sangat besar. Boraks apabila terdapat dalam makanan, maka
dalam waktu lama walau hanya sedikit akan terjadi akumulasi (penumpukan) pada
otak, hati, lemak dan ginjal (Tumbel, 2010).

ANALISIS MAKANAN 4
Efek bagi kesehatan secara langsung timbul jika penggunaan dalam dosis besar
yaitu berupa muntah, diare, suhu badan menurun, rasa lemah, sakit kepala, tidak
tenang, dan rash erythemateous. Biasanya sistem organ yang paling sering terpengaruh
adalah gastrointestinal, otak, hati, dan ginjal (Darmansjah dan Wiria, 2007).
Menurut Winarno (1997) mengatakan bila konsumen mengkonsumsi makanan
yang mengandung boraks, tidak serta merta berakibat buruk terhadap kesehatan. Tetapi
boraks yang jumlahnya sedikit dalam pangan dapat diserap dalam tubuh konsumen
secara kumulatif. Namun pelanggaran peraturan di atas masih sering dilakukan oleh
produsen makanan. Menurut Medikasari (2003) dalam Pane et al (2012), hal ini terjadi
selain karena kurangnya pengetahuan para produsen juga karena harga pengawet yang
khusus digunakan untuk industri relatif lebih murah dibandingkan dengan harga
pengawet yang khusus digunakan untuk makanan maupun minuman.

f. Formalin
Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau menusuk,
uapnya merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan rasa membakar. Bobot tiap
mililiter adalah 1,08 gram. Dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak
bercampur dengan kloroform dan eter (Norman and Waddington, 1983)
Didalam formalin mengandung sekitar 37% formaldehid dalam air, biasanya
ditambah methanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan
pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain dari
formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane,
Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan
Formalith (Astawan, Made, 2006)
Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH. Karena
kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus
karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus-NH2 dari protein
yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap (Harmita, 2006).
Formaldehid (formalin) adalah larutan tidak berwarna, reaktif, dan dapat membentuk
polimer pada suhu normal pada saat berwujud gas. Kalor pembakaran untuk gas formalin
4,47 Kcal / gram. Daya bakar dilaporkan pada rentang volume 12,5-80 % di udara.
Campuran 65-70 % formaldehid di dalam udara sangat mudah terbakar. Formaldehid
dapat terdekomposisi menjadi metanol dan karbon monooksida pada suhu 150ºC dan pada
suhu 300˚C jika dekomposisi tidak menggunakan katalis. Pada tekanan atmosfer

ANALISIS MAKANAN 5
formaldehid mudah mengalami fotooksidasi menjadi karbon dioksida (WAAC Newsletter,
2007).
Larutan formaldehid atau larutan formalin mempunyai nama dagang formalin,
formol atau mikrobisida dengan rumus molekul CH2O mengandung 37 % gas formaldehid
dalam air. Biasanya ditambahkan 10-15% metanol untuk menghindari polimerisasi.
Larutan ini sangat kuat dan dikenal dengan larutan formalin 40% yang mengandung 40
gram formaldehid dalam 100 ml pelarut (Cahyadi, 2006)
a) Karakteristik Formalin
Formalin atau Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan
aldehida berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida awalnya
disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi
oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang
mengandung karbon. Terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil,
dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya
matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer.
Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan
organisme, termasuk manusia (Reuss 2005).
Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa
larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang
‘formalin’ atau ‘formol’). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan
sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini
mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin
adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun
formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa
ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa
dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa
mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa,
formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan
metanol Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer
linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida
berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin.
Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu
larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara
(Reuss 2005).

ANALISIS MAKANAN 6
b) Fungsi Formalin
Formalin banyak digunakan dalam berbagai jenis industri seperti pembuatan
perabot dan juga digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan bangunan.
Selain itu, formalin juga digunakan sebagai bahan pengawet mayat dan agen fiksasi di
laboratorium. Bahan pengawet ini, menurut Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Dr.
Leonardus Broto Kardono (2006). Penggunaan formalin diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai pembersih lantai, gudang, pakaian
dan kapal.
b. Pembasmi lalat dan serangga.
c. Bahan pembuat sutra bahan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak.
d. Dalam dunia fotografi digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas.
e. Bahan pembentuk pupuk berupa urea.
f. Bahan pembuatan produk parfum.
g. Pencegah korosi untuk sumur minyak.
h. Bahan untuk isolasi busa.
i. Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood)
Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehid bereaksi dengan
protein sehingga membentuk rangkaian-rangkaian antara protein yang berdekatan.
Akibat dari reaksi tersebut protein mengeras dan tidak dapat larut (Herdiantini,
2003). Sifat penetrasi formalin cukup baik, tetapi gerakan penetrasinya lambat
sehingga walaupun formaldehid dapat digunakan untuk mengawetkan sel-sel
tetapi tidak dapat melindungi secara sempurna, kecuali jika diberikan dalam waktu
lama sehingga jaringan menjadi keras (Herdiantini, 2003).
c) Dampak Formalin Pada Kesehatan
Efek mengonsumsi formalin dalam jangka pendek pun tetap berdampak pada
kesehatan seperti:
1. Jika terkena mata, maka akan terjadi iritasi, gatal dan penglihatan kabur.
2. Jika tertelan maka dapat menimbulkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, ginjal,
dll.
3. Jika terhirup maka akan menyebabkan iritasi pada hidun, tenggorokkan, batuk,
diare dan gangguan paru-paru/ pernafasan.
4. Gangguan menstruasi dan kemandulan .

ANALISIS MAKANAN 7
5. Luka pada ginjal, gangguan pernafasan, daya ingat terganggu, sulit tidur, hingga
kanker otak.
6. Jika bersentuhan dengan kulit dapat menyebabkan panas, mati rasa hingga radang
kulit.
Efek mengonsumsi formalin pada jangka panjang atau jangka waktu lama juga
berdampak pada kesehatan yaitu apabila teerhirup dengan jangka waktu lama seperti
bekerja diperusahan makanan yang mengandung formalin maka akan menimbulkan
sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual,
mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru efek neuropsikologis meliputi
gangguan tidur, cepat marah , keseimbangan terganggu, kehilangan kosentrasi dan
daya ingat berkurang.

ANALISIS MAKANAN 8
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Lokasi dan Waktu


Lokasi pengambilan sampel makanan yaitu keraton dan alunalunLokasi praktikum
pengujian analisis kualitas makanan di laksanakan di Laboratorium terpadu Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk pada hari Rabu tanggal 30 oktober
2019 jam 09.00-selesai WITA.

B. Alat
a) Mortar dan Pastle
b) Tabung Cuvete
c) Photometer
C. Bahan
a) Sampel (bakso,kerupuk,nasi kuning,cabe)
b) Aquades
c) FO2-1
d) FO2-2
e) Pereaksi Photometer “BP”
D. Prosedur
a) Pembuatan sampel padat menjadi cair yaitu:
1. Siapkan 2 gr sampel, hancurkan menggunakan mortar dan pastle.
2. Tambahkan Aquades 2 ml dan aduk bersama sampel hingga larut.
3. Saring larutan sampel pisahkan dengan padatnya hingga bening.
4. Masukkan 2 ml larutan sampel tersebut kedalam cuvete.
b) Pembuatan Blanko yaitu:
Masukkan Aquades kedalam cuvete ± 10 ml
c) Pengujian Boraks
1. Siapkan cuvete yang sudah berisi 2 ml sampel tersebut.
2. Tambahkan Aquades ±8 ml atau hingga batas garis 10 ml.

ANALISIS MAKANAN 9
3. Nyalakan photometer pilih Test no. “800 Borax LR”. Masukkan angka X1 pada
pengenceran masukkan Blanko dan tekan “Baca” tunggu beberapa detik siap
mengukur.
4. Tambahkan pereaksi Photometer “BP” pada sampel pada cuvete tersebut sebanyak
2 tetes.
5. Homogenkan, segera ukur dengan menekan”Read” dengan Photometer.
d) Test Formalin
1. Siapkan cuvete 10 ml yang sudah berisi 2 ml sampel tersebut.
2. Tambahkan FO2-1 sebanyak 1 sendok teh/yang sudah disediakan, homogenkan,
tambahkan FO2-2 sebanyak 5 tetes homogenkan dan diamkan hingga reaksi
sempurna sekitar 5-10 menit.
3. Nyalakan Photometer pilih test no. “802 Formaldehyde”, masukkan angka X1 pada
faktor dilution, masukkan Blanko dan tekan “Baca” tunggu beberapa detik hingga
siap mengukur.
4. Setelah sampel pada cuvete tersebut sempurna, tambahkan Aquades ±8 ml hingga
batas 10 ml.
5. Homogenkan, segera ukur tekan “Baca” dengan Photometer.

ANALISIS MAKANAN 10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil pemeriksaan analisis kualitas makanan yang dilaksanakan di


Laboratorium Kesehatan Dasar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika
Luwuk pada tanggal 30 oktober 2019 sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Pemeriksaan Analisis Kualitas Makanan
No. Nama Hasil P. Lab. PERMENKES Ket.
Senyawa NOMOR 472 TAHUN
1996
1. Boraks >> mg/L Tidak Layak dikonsumsi Beracun
2. Formalin 7.0 mg/L HCHO Tidak layak dikonsumsi Beracun
3. Metanil
33,7 mg/L Tidak layak dikonsumsi Beracun
yellow

4. Rhodamin
>> mg/L Tidak layak dikonsumsi Beracun
B

Sumber: Data Primer, 2019

B. Pembahasan
Praktikum pemeriksaan analisis kualitas makanan yang dilaksanakan di
Laboratorium Kesehatan Dasar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika
Luwuk ada empat pemeriksaannya yaitu pemeriksaan boraks dan formalin metanil
yellow,Rhodamin B.
Dimana pemeriksaan ini kandungan Boraks pada bakso sangat tinggi hingga alat
tidak dapat membaca dalam hal ini dapat diartikan bakso tersebut tidak layak dikonsumsi.
Pemeriksaan kedua yaitu Formalin pada pemeriksaan ini terdeteksi adanya Formalin
pada kerupuk dengan hasil nilai 7.1 mg/L HCHO dalam hal ini dapat diartikan kerupuk
yang mengandung Formalin tersebut tidak layak dikonsumsi dengan keterangan dari
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472 Tahun 1996 tentang Pengamanan Bahan
Berbahaya Bagi Kesehatan yaitu Formalin digunakan untuk pembunuh kuman sehingga
banyak dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, pembersih kapal serta pembersih pakaian

ANALISIS MAKANAN 11
dan pembasmi serangga serta bahan peledak, formalin pun digunakan untuk pengawet
mayat. Paparan formalin melalui saluran pencernaan disertai mual, muntah, rasa perih
yang hebat dan perforasi lambung. Efek sistemik dapat berupa depresi susunan sayaraf
pusat, koma, kejang, albuminaria, terdapat sel darah merah di urine (hematuria) dan
asidosis metabolik. Formalin dapat mematikan sisi aktif dari protein-protein vital dalam
tubuh, maka molekul-molekul itu akan kehilangan fungsi dalam metabolism, akibatnya
fungsi sel akan terhenti.
Dalam pemeriksaan ketiga yaitu metanil yellow pada pemeriksaan terdeteksi adanya
metanil yellow pada nasi kuning dengan hasil 33,7 mg/L dalam hal ini dapat di artikan
nasi kuning dengan keterangan dari peraturan pemerintah
Dalam pemeriksaan ke empat yaitu rhodamin B pada cabe ini sangat tinggi hingga
alat tidak dapat mendeteksi tingginya rhodamin B pada cabe dapat diartikan bahwa cabe
tersebut Tidak layak dikonsumsi.

ANALISIS MAKANAN 12
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan analisis kualitas makanan dapat disimpulkan bahwa
makanan tersebut seperti bakso mengandung Boraks dan pada kerupuk mengandung
Formalin,pada nasi kuning mengandung metanil yellow,pada cabe mengandung
Rhodamin B dan telah di tetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472
Tahun 1996 tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan bahwa beberapa
makanan tersebut tidak layak dikonsumsi karena beracun yang disebabkan oleh
adanya kandungan Boraks Formalin,Metanil Yellow dan Rhodamin B. yang
sebenarnya Formalin hanya bisa dipakai untuk pembersih pakaian, pembersih lantai
serta pembersih kapal dan pembasmih serangga serta pengawet mayat dan rhodamin b
dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan,iritasi kulit,iritasi mata,iritasi pada
saluran pencernaan.

B. Saran
Mahasiswa harus melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar lebih
memperhatikan makanan yang aman dan layak untuk dikonsumsi
Pemerintah pun berperan sangat penting dalam hal ini untuk mencegah
pedagang-pedagang yang menjual makanan yang mengandung Formalin agar
masyarakat yang membeli tidak mengalami masalah kesehatan.

ANALISIS MAKANAN 13
DAFTAR PUSTAKA

Bayu putra, 2011. Kandungan Gizi Pada Tahu. http://bayuputra.com

BPOM pada tahun 2005 Makanan yang paling banyak mengandung Boraks dan Formalin

Herdiantini, 2003. Analisis Bahan Tambahan Kimia (Bahan Pengawet dan Bahan Pewarna)

Yang dilarang dalam makan. Fakultas Teknik Universitas Pasundan

Lewis, 2002 Dalam Stefany, 2006. Tentang Bahaya Boraks, Bandung

Norman and Waddington, 1983. Modern Organic Chemistry. New York:Colliens Educational

Medikasari, 2006 Dalam Pane Et Al, 2012. Tentang Karakteristik Formalin, Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472 Tahun 1996 tentang Pengamanan Bahan

Berbahaya Bagi Kesehatan

Reuss, 2005. Formalin Pada Makanan. Jakarta

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan

Winarno dan Sulistyowati, 1994. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminan.

Jakarta: Gramedia

Widyaningsih Dan Murtini, 2006. Alternative Pengganti Formalin Pada Produk Pangan

Trubus Agrisarana, Surabaya

ANALISIS MAKANAN 14
LAMPIRAN

Dokumentasi

Lokasi Pembelian Sampel Penghancuran Sampel Padat


Menjadi Cair dan Sampel
dilarutkan kedalam Aquades

Setelah sampel dilarutkan


selanjtnya dilakukan penyaringan
dan sampel yang telah di saring
Sampel diberi pereaksi Formalin
ditaruh di tabung cuvete 10 ml
atau Borax

ANALISIS MAKANAN 15
Homogenkan sampel Menyalakan Photometer untuk
mengukur sampel

Membaca hasil sampel KELOMPOK III

ANALISIS MAKANAN 16

Anda mungkin juga menyukai