BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada
dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu demam
(Wardiyah, 2015).
peningkatan suhu rubuh. Demam tidak berbahaya jika dibawah 39oC, dan
penentuan demam juga berdasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang
berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu
disampaikan oleh orang tua kepada dokter. Rasanya, hampir tidak ada yang
yang khawatir dengan dampak demam pada anak, bahkan kebanyakan berfikir
2
bahwa demam akan berlanjut menjadi kejang khususnya bila demam tak
kunjung reda dan tetap tinggi dan mengakibatkan kematian (Sofwan, 2010)
wilayah tropis, dimana wilayah tropis seperti Indonesia memang baik bagi
kondisi kesehatan anak. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit mengakibatkan
tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu yang disebut sebagai demam (Tito,
2014).
Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa karena menderita
demam. Di Kuwait menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia tiga bulan
sampai 36 bulan mengalami serangan demam rata- rata enam kali pertahunnya
(Wardiyah, 2015).
yang cukup seimbang dengan negara lain. Disini kejang demam dilaporkan di
yang banyak terjadi di Indonesia sering terjadi saat demam tidak di tangani
dengan baik oleh orang tua, seperti tidak segera memberikan kompres pada
anak ketika terjadi kejang demam, tidak memberikan obat penurunan demam,
3
dan sebagai orang tua justru membawa anaknya kedukun sehingga sering
kejang demam. Tahun 2013 kejang demam yang di perkirakan setiap tahun
menyebutkan bahwa demam pada anak usia 1-14 tahun mencapai 4.074 anak
dengan klasifikasi 1.837 anak pada usia 1-4 tahun, 1.192 anak pada usia 5-9
tahun dan 1.045 anak pada usia 10-14 tahun (Profil Dinkes Prov. Sultra,
2015).
demam tahun 2016 pada anak adalah 3.215 (48,50%) kasus, pada tahun 2017
jumlah penderita demam pada anak semakin meningkat yakni 3.287 (62,60%)
kasus. Untuk data awal BLUD Rumah Sakit Konawe jumlah anak yang
mengalami demam dan dirawat diruang anak pada tahun 2015 sebesar 325
orang, tahun 2016 sebesar 317 orang. Pada tahun 2017 Januari sampai
dengan 5 Maret tahun 2018 berjumlah 57 orang, dari 57 orang tersebut yang
bulan sampai dengan umur 3 tahun, selebihnya berumur 3 tahun lebih dan
kurang dari 6 bulan (Profil Kabupaten Konawe, 2017 dan Profil BLUD
Dengan meningkatnya demam pada anak dari tahun ketahun, maka hal
ini sangat memerlukan baik itu tindakan farmakologis maupun tindakan non
dengan terapi medis yang diberikan oleh seorang dokter sesuai dengan
secara umum berguna untuk menurunkan suhu tubuh anak. Selain tindakan
hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu
sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh. RSUP
kompres hangat pada daerah aksila dan dahi mempunyai efek dalam
menurunan suhu tubuh pada klien demam. Penurunan suhu tubuh klien yang
penurunan suhu tubuh klien yang dikompres air hangat di daerah dahi rata-rata
cara konveksi. Suhu tubuh lebih hangat daripada suhu udara atau suhu air
langsung dengan permukaan kulit. Pemberian water tepid spong ini dilakukan
dengan cara menyeka seluruh tubuh klien dengan air hangat (Arie, 2016).
proses evaporasi. Dengan kompres air hangat menyebabkan suhu tubuh di luar
cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu di luar hangat
kompres air hangat ini dilakukan di tempat tempat tertentu di bagian tubuh.
menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam dan juga membantu dalam
(2012) bahwa suhu tubuh pada pasien anak setelah pemberian kompres water
6
tepid sponge rata-rata dapat mengalami penurunan sebesar 1,4oC dalam waktu
hangat pada daerah aksila dan dahi mempunyai efek dalam menurunan suhu
tubuh pada klien demam. Penurunan suhu tubuh klien yang dikompres air
hangat di daerah aksila rata- rata 0,0933°C sedangkan penurunan suhu tubuh
klien yang dikompres air hangat di daerah dahi rata-rata 0,0378°C (Setiawati,
2015).
tidak nyamanan yang dirasakan pasien. Selain terapi simptomatis dan kausatif
kulit. Dijelaskan bahwa telah dikenal dua macam cara kompres kulit, yaitu
kompres hangat dan water tepid sponge. Namun kompres hangat telah dikenal
(Memed 2014).
ruang Anggrek, banyak dari mereka yang menggunakan kompres hangat yang
diletakkan pada beberapa bagian tubuh anak seperti ketiak dan dahi,
mengerti dengan penggunaan kompres tehnik water tepid sponge sendiri dan
water tepid sponge. Upaya yang dilakukan oleh peneliti agar water tepid
kompres hangat dan water tepid sponge dalam menurunkan suhu tubuh pada
pasien demam.
anggrek BLUD Rumah Sakit Konawe, maka peneliti sangat tertarik untuk
tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada balita dengan demam di
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas secara teori menunjukkan bahwa baik
itu kompres hangat maupun kompres water tepid sponge afektif dalam
mengetahui tindakan mana yang lebih efektif maka penulis membuat rumusan
masalah ; Apakah pemberian terapi kompres water tepid sponge lebih efektif
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
dan water tepid sponge terhadap perubahan suhu tubuh pada balita dengan
2. Tujuan Khusus
Konawe.
Konawe.
9
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Konawe.
b. Bagi Perawat
Konawe.
selanjutnya.
d. Bagi Peneliti
2. Manfaat Teoritis
terapi kompres hangat dan water tepid sponge terhadap perbaikan kondisi