Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai

akibat peningkatan pusat pengatur suhu dihipotalamus (Sodikin, 2012).

Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada

pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Beberapa penyakit yang ditandai

dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu demam

mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan

nonspesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi

(Wardiyah, 2015).

Demam terjadi karena ketidak mampuan mekanisme kehilangan panas

untuk mengimbangi produksi panas yang berlebih sehingga terjadi

peningkatan suhu rubuh. Demam tidak berbahaya jika dibawah 39oC, dan

pengukuran tunggal tidak menggambarkan demam. Selain adanya tanda klinis,

penentuan demam juga berdasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang

berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu

tersebut (Isnaeni, 2014).

Demam pada anak adalah merupakan keluhan klasik yang kerap

disampaikan oleh orang tua kepada dokter. Rasanya, hampir tidak ada yang

belum pernah mengalami demam. Dan umumnya keluhan tersebut

membingungkan serta mengkhawatirkan orang tua. Tidak sedikit orang tua

yang khawatir dengan dampak demam pada anak, bahkan kebanyakan berfikir
2

bahwa demam akan berlanjut menjadi kejang khususnya bila demam tak

kunjung reda dan tetap tinggi dan mengakibatkan kematian (Sofwan, 2010)

Faktor yang mempengaruhi seringnya anak mengalami sakit adalah

wilayah tropis, dimana wilayah tropis seperti Indonesia memang baik bagi

kuman untuk berkembangbiak contohnya flu, malaria, demam berdarah, dan

diare. Berbagai penyakit itu biasanya semakin mewabah pada musim

peralihan. Terjadinya perubahan cuaca tersebut mempengaruhi perubahan

kondisi kesehatan anak. Kondisi anak dari sehat menjadi sakit mengakibatkan

tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu yang disebut sebagai demam (Tito,

2014).

World Health Organitation (WHO) memperkirakan jumlah kasus

demam di seluruh Dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu

kematian tiap tahunnya. Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di

Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa karena menderita

demam. Di Kuwait menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia tiga bulan

sampai 36 bulan mengalami serangan demam rata- rata enam kali pertahunnya

(Wardiyah, 2015).

Angka kejadian kejang demam di Indonesia dalam jumlah persentase

yang cukup seimbang dengan negara lain. Disini kejang demam dilaporkan di

Indonesia mencapai 2% sampai 4% dari tahun 2005 sampai 2006. Fenomena

yang banyak terjadi di Indonesia sering terjadi saat demam tidak di tangani

dengan baik oleh orang tua, seperti tidak segera memberikan kompres pada

anak ketika terjadi kejang demam, tidak memberikan obat penurunan demam,
3

dan sebagai orang tua justru membawa anaknya kedukun sehingga sering

terjadi keterlambatan bagi petugas dalam menangani yang berlanjut pada

kejang demam. Tahun 2013 kejang demam yang di perkirakan setiap tahun

nya terjadi diantara nya mengalami komplikasi epilepsi. Di indonesia sendiri

komplikasi yang terjadi kejadian kejang demam berupa kejang berulang,

epilepsi, hemiparese dan gangguan mental (Marwan, 2017).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015

menyebutkan bahwa demam pada anak usia 1-14 tahun mencapai 4.074 anak

dengan klasifikasi 1.837 anak pada usia 1-4 tahun, 1.192 anak pada usia 5-9

tahun dan 1.045 anak pada usia 10-14 tahun (Profil Dinkes Prov. Sultra,

2015).

Sedangkan data dari Dinkes Kabupaten Konawe jumlah penderita

demam tahun 2016 pada anak adalah 3.215 (48,50%) kasus, pada tahun 2017

jumlah penderita demam pada anak semakin meningkat yakni 3.287 (62,60%)

kasus. Untuk data awal BLUD Rumah Sakit Konawe jumlah anak yang

mengalami demam dan dirawat diruang anak pada tahun 2015 sebesar 325

orang, tahun 2016 sebesar 317 orang. Pada tahun 2017 Januari sampai

Desember berjumlah 403 orang. Sedangkan untuk periode Januari sampai

dengan 5 Maret tahun 2018 berjumlah 57 orang, dari 57 orang tersebut yang

mengalami demam, terdapat 42 orang yang berada pada kelompok umur 6

bulan sampai dengan umur 3 tahun, selebihnya berumur 3 tahun lebih dan

kurang dari 6 bulan (Profil Kabupaten Konawe, 2017 dan Profil BLUD

Rumah Sakit Konawe, 2018).


4

Dengan meningkatnya demam pada anak dari tahun ketahun, maka hal

ini sangat memerlukan baik itu tindakan farmakologis maupun tindakan non

farmakologis. Tindakan farmakologis merupakan tindakan yang berhubungan

dengan terapi medis yang diberikan oleh seorang dokter sesuai dengan

kompotennya dalam hal ini berupa pemberian obat-obatan antipiretik yang

secara umum berguna untuk menurunkan suhu tubuh anak. Selain tindakan

farmakologis demam pada anak juga memerlukan tindakan non farnakologis.

Yang mana tindakan non farmakologis merupakan upaya-upaya mengatasi

atau menghilangkan demam dengan menggunakan pendekatan non

farmakologi. Upaya-upaya tersebut antara lain kompres hangat maupun

kompres water tepid sponge dan lain sebagainya (Yeni, 2015).

Beberapa tindakan non farmakologis demam yakni berupa pemberian

kompres hangat maupun pemberian kompres water tepid sponge. Kompres

hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah

dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu

sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh. RSUP

DR Wahidin Sudirohusodo Makassar menunjukkan bahwa pemberian

kompres hangat pada daerah aksila dan dahi mempunyai efek dalam

menurunan suhu tubuh pada klien demam. Penurunan suhu tubuh klien yang

dikompres air hangat di daerah aksila rata- rata 0,0933°C sedangkan

penurunan suhu tubuh klien yang dikompres air hangat di daerah dahi rata-rata

0,0378°C (Wardiyah, 2015).


5

Sedangkan kompres water tepid sponge adalah sebuah tehnik kompres

hangat yang menggabungkan tehnik kompres blok pada pembuluh darah

supervisial dengan tehnik seka. Pemberian water tepid sponge

memungkinkan aliran udara lembab membantu pelepasan panas tubuh dengan

cara konveksi. Suhu tubuh lebih hangat daripada suhu udara atau suhu air

memungkinkan panas akan pindah ke molekul molekul udara melalui kontak

langsung dengan permukaan kulit. Pemberian water tepid spong ini dilakukan

dengan cara menyeka seluruh tubuh klien dengan air hangat (Arie, 2016).

Tindakan kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui

proses evaporasi. Dengan kompres air hangat menyebabkan suhu tubuh di luar

akan hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu di luar

cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak

supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu di luar hangat

akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar dan mengalami

vasodilatasi sehingga pori pori kulit akan membuka dan mempermudah

pengeluaran panas, sehingga akan terjadi penurunan suhu tubuh. Pemberian

kompres air hangat ini dilakukan di tempat tempat tertentu di bagian tubuh.

Menurut penelitian Djuwariyah, (2010) kompres air hangat efektif untuk

menurunkan suhu tubuh sebesar 0,710C(p<0,0001).

Kemudian untuk kompres water tepid sponge efektif dalam

menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam dan juga membantu dalam

mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan. Menurut penelitian Maling,

(2012) bahwa suhu tubuh pada pasien anak setelah pemberian kompres water
6

tepid sponge rata-rata dapat mengalami penurunan sebesar 1,4oC dalam waktu

20 menit (Arie, 2016).

Hasil penelitian sejenis yang dilakukan oleh Wahyuni di RSUP DR

Wahidin Sudirohusodo Makassar menunjukkan bahwa pemberian kompres

hangat pada daerah aksila dan dahi mempunyai efek dalam menurunan suhu

tubuh pada klien demam. Penurunan suhu tubuh klien yang dikompres air

hangat di daerah aksila rata- rata 0,0933°C sedangkan penurunan suhu tubuh

klien yang dikompres air hangat di daerah dahi rata-rata 0,0378°C (Setiawati,

2015).

Penatalaksanaan demam sangat bermanfaat untuk mengurangi rasa

tidak nyamanan yang dirasakan pasien. Selain terapi simptomatis dan kausatif

dengan menggunakan obat-obatan, demam dapat diturunkan dengan kompres

kulit. Dijelaskan bahwa telah dikenal dua macam cara kompres kulit, yaitu

kompres hangat dan water tepid sponge. Namun kompres hangat telah dikenal

secara luas penggunaannya di masyarakat dibandingkan water tepid sponge

(Memed 2014).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti tanggal 10

Februari 2018 kepada perawat yang berada diruang Anggrek BLUD RS

Konawe didapatkan bahwa terapi yang digunakan dalam menangani demam

pada anak diruangan tersebut yaitu menggunakan terapi farmakologis dan

terapi non farmakologis. Terapi farmakologis yang digunakan yaitu obat

antipiretik sedangkan terapi non farmakologis yang sering digunakan diruang

tersebut yaitu kompres hangat dan water tepid sponge.


7

Penelitian tentang kompres hangat sudah pernah dilakukan sedangkan

penelitian tentang water tepid sponge belum pernah di lakukan di RS Konawe.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 8 ibu yang anaknya dirawat di

ruang Anggrek, banyak dari mereka yang menggunakan kompres hangat yang

diletakkan pada beberapa bagian tubuh anak seperti ketiak dan dahi,

sedangkan dengan menggunakan water tepid sponge masih banyak

masyarakat yang belum mengetahuinya. Banyak orang tua yang tidak

mengerti dengan penggunaan kompres tehnik water tepid sponge sendiri dan

masih sangat jarang dilakukan serta belum tahu keefektifitannya.

Pada Kenyataannya water tepid sponge masih kurang populer di

kalangan masyarakat dikarenakan masih sedikit yang mengetahui apa itu

water tepid sponge. Upaya yang dilakukan oleh peneliti agar water tepid

sponge di kenal dalam kehidupan masyarakat atau kehidupan sehari-hari,

peneliti berupaya untuk membuktikan efektifitas dari tindakan ini dalam

menurunkan demam khususnya pada pasien anak dengan demam. Berdasarkan

uraian diatas maka perlu adanya upaya untuk membuktikan perbandingan

kompres hangat dan water tepid sponge dalam menurunkan suhu tubuh pada

pasien demam.

Berdasarkan uraian diatas dan data awal yang didapatkan di ruang

anggrek BLUD Rumah Sakit Konawe, maka peneliti sangat tertarik untuk

melakukan penelitan yang berjudul “ Perbandingan kompres hangat dan water

tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada balita dengan demam di

ruang Anggrek BLUD RS Konawe”.


8

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas secara teori menunjukkan bahwa baik

itu kompres hangat maupun kompres water tepid sponge afektif dalam

menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam. Namun untuk

mengetahui tindakan mana yang lebih efektif maka penulis membuat rumusan

masalah ; Apakah pemberian terapi kompres water tepid sponge lebih efektif

dibandingkan kompres hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada balita

dengan demam di ruang Anggrek BLUD RS Konawe?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbandingan efektifitas pemberian kompres hangat

dan water tepid sponge terhadap perubahan suhu tubuh pada balita dengan

demam di ruang Anggrek BLUD RS Konawe.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden sebelum dan sesudah

pemberian kompres hangat di ruang Anggrek BLUD RS Konawe.

b. Untuk mengetahui karakteristik responden sebelum dan sesudah

pemberian kompres water tepid sponge di ruang Anggrek BLUD RS

Konawe.

c. Untuk mengetahui perbandingan penurunan suhu tubuh antara

kompres hangat dan water tepid sponge di ruang Anggrek BLUD RS

Konawe.
9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi BLUD Rumah Sakit Kabupaten Konawe

Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya tentang perbandingan efektifitas pemberian

kompres hangat dan kompres water tepid sponge terhadap perubahan

suhu tubuh pada balita dengan demam di ruang Anggrek BLUD RS

Konawe.

b. Bagi Perawat

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan di BLUD RSU

Konawe.

c. Bagi Institusi STIKES Karya Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini akan memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan dan merupakan salah satu bahan bacaan bagi peneliti

selanjutnya.

d. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dan

meningkatkan pengetahuan mengenai penelitian yang dilakukan.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti

maupun pihak lain khususnya keperawatan mengenai manfaat penggunaan


10

terapi kompres hangat dan water tepid sponge terhadap perbaikan kondisi

suhu tubuh khususnya pada anak yang mengalami penyakit demam.

Anda mungkin juga menyukai