Farmasi Fisika Modul 6
Farmasi Fisika Modul 6
Farmasi Fisika Modul 6
“KECEPATAN DISOLUSI”
I. Prinsip Percobaan
Prinsip kerja dari alat tipe uji dayung yaitu untuk menentukan konsentrasi
asam salisilat terhadap kecepatan disolusi berdasarkan pengaruh suhu dan
kecepatan pengadukan
C7H6O3 BM 138,12
Asam salisilat mengandung tidak kurangdari 99,5% dan tidak lebih dari
101,0% C7H6O3, dihitung terhadap zat yang lebih dikeringkan.
Pemerian Hablur, biasanya berbentuk jarum halusatau serbuk halus; putih; rasa
agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak
berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau
merah muda dan berbau lemah mirip denga mentol.
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam etanol
dan dalam eter; larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.
Metode Studi disolusi dilakukan mengikuti Farmakope Amerika (USP)/Eropa,
metode A, menggunakan alat 1 USP (keranjang) 100 rpm, dengan 2 media: 0,1 N
HCl, 120 menit untuk stadium asam, dan buffer fosfat pH 6,8, 90 menit untuk
stadium dapar. Sampel diambil pada 120 menit untuk stadium asam, dan setiap 10
menit sampai dengan 90 menit untuk stadium dapar. Asam salisilat diukur
kadarnya dengan spektrofotometer pada 280 nm untuk stadium asam, dan pada
265 nm untuk stadium dapar. Asam salisilat bebas diukur kadarnya hanya pada
akhir stadium dapar dengan metode HPLC. Ada 6 produk uji (Cardio
Aspirin®100 mg, Aptor®100 mg, Ascardia®80 mg, Thrombo Aspilet®80 mg,
Astika®100 mg dan Farmasal®100 mg), 3 batch untuk setiap produk, dan 6 unit
untuk setiap batch (Yeyet, 2009).
IV. Prosedur Kerja
4.1. Pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat
Bejana diisi dengan 900 ml air suling, kemudian dipasang thermostat pada
suhu 30oC.
Setelah suhu air didalam bejana sudah mencapai 30oC, dimasukan 2 gram
Asam salisilat kemudian motor penggerak dihidupkan pada kecepatan 500
rpm.
Dalam setiap selang waktu 1, 5, 10, 15, dan 20 menit air didalam bejana
diambil sebanyak 20 ml setelah pengadukan. Kemudian setelah pengambilan
sampel, dimasukan air suling sebanyak 20 ml sebagai pengganti.
Kadar Asam salisilat yang terlarut dari setiap sampel ditentukan dengan
metode titrasi asam basa dengan menggunakan penambahan NaOH 0,05N dan
Fenolftalein sebagai indikatornya. Faktor koreksi konsentrasi Asam salisilat
dihitung setiap selang waktu pengenceran yang dilakukan karena penggantian
larutan sampel dengan air suling.
Percobaan yang sama dilakukan pada suhu 37o dan 45oC untuk melihat
pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi.
Hasil yang diperoleh dibuat menjadi tabel, dan dibuat kurva hubungan antar
konsentrasi Asam salisilat yang diperoleh dengan waktu.
4.2. Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi zat
Bejana diisi dengan 900 ml air suling, kemudian dipasang thermostat pada
suhu 30oC.
Setelah suhu air didalam bejana sudah mencapai 30oC, dimasukan 2 gram
Asam salisilat kemudian motor penggerak dihidupkan pada kecepatan 500
rpm.
Dalam setiap selang waktu 1, 5, 10, 15, dan 20 menit air didalam bejana
diambil sebanyak 20 ml setelah pengadukan. Kemudian setelah pengambilan
sampel, dimasukan air suling sebanyak 20 ml sebagai pengganti.
Kadar Asam salisilat yang terlarut dari setiap sampel ditentukan dengan
metode titrasi asam basa dengan menggunakan penambahan NaOH 0,05N dan
Fenolftalein sebagai indikatornya. Faktor koreksi konsentrasi Asam salisilat
dihitung setiap selang waktu pengenceran yang dilakukan karena penggantian
larutan sampel dengan air suling.
Percobaan yang sama dilakukan dengan kecepatan pengadukan 100 dan 150
rpm untuk melihat pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan
disolusi.
Hasil yang diperoleh dibuat menjadi tabel, dan dibuat kurva hubungan antar
konsentrasi Asam salisilat yang diperoleh dengan waktu.
V. Data Pengamatan dan Perhitungan
5.1. Data Pengamatan
5.1.1. Data pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat
Tabel 5.1. Data pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat 30° rpm 50
Menit Vol NaoH yang Terpakai Konsentrasi Asam Asetat Faktor Koreksi
1 0,9
5 0,9 N
10 1,9
15 1,7 N
20 1,6 N
Grafik 5.1. Data pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat 30° rpm 50
0.0045
0.004
0.0035
0.003
Kecepatan Disolusi
0.0025
0.002
0.0015
0.001
1 5 10 15 20
Tabel 5.2. Data pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat 37° rpm 50
Menit Vol NaoH yang Terpakai Konsentrasi Asam Asetat Faktor Koreksi
1 0,7
5 1,3 N
10 1,8
15 2,4 N
20 2,5 N
Grafik 5.2. Data pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat 37° rpm 50
0.006
0.005
0.004
Kecepatan Disolusi
0.003
0.002
0.001
1 5 10 15 20
Gambar 5.1. Foto pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat 37° rpm 50
Tabel 5.3. Data pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat 45° rpm 50
Menit Vol NaoH yang Terpakai Konsentrasi Asam Asetat Faktor Koreksi
1 0,3
5 1,7 N
10 2,4
15 2,9 N
20 3,1 N
Grafik 5.3. Data pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat 45° rpm 50
0.0085
0.0075
0.0065
0.0055
0.0025
0.0015
0.0005
1 5 10 15 20
Gambar 5.2. Foto pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat 45° rpm 50
Grafik 5.4. Data pengamatan pengaruh suhu 30°, 37°, 45° terhadap kecepatan disolusi zat
0.0095
0.0085
0.0075
0.0065
Suhu 30
0.0055
Suhu 37
0.0045
Suhu 45
0.0035
0.0025
0.0015
0.0005
1 5 10 15 20
Tabel 5.4. Data pengamatan pengaruh kecepatan pengadukan kecepatan disolusi zat 30° rpm 100
Menit Vol NaoH yang Terpakai Konsentrasi Asam Asetat Faktor Koreksi
1 3
5 3 N
10 4,5
15 5,3 N
20 5,4 N
Grafik 5.5. Data pengamatan pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi zat 30°
rpm 100
0.013
0.011
0.009
Kecepatan Disolusi
0.007
0.005
0.003
0.001
1 5 10 15 20
Tabel 5.5. Data pengamatan pengaruh kecepatan pengadukan kecepatan disolusi zat 30° rpm 150
Menit Vol NaoH yang Terpakai Konsentrasi Asam Asetat Faktor Koreksi
1 1,5
5 43 N
10 5,3
15 63 N
20 6,8 N
Grafik 5.6. Data pengamatan pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi zat 30°
rpm 150
0.017
0.015
0.013
0.011
0.005
0.003
0.001
1 5 10 15 20
Gambar 5.3. Foto pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan disolusi zat 30° rpm 150
Grafik 5.7. Data pengamatan pengaruh kecepatan pengadukan 50, 100, 150 rpm terhadap
kecepatan disolusi zat
0.0185
0.0165
0.0145
0.0125
rpm 50
0.0105
rpm 100
0.0085
rpm 150
0.0065
0.0045
0.0025
0.0005
1 5 10 15 20
5.2. Perhitungan
5.2.1. Perhitungan bobot NaOH yang diperlukan dengan konsentrasi 0,05
dan BM=40
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀= ×
𝐵𝑀 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑔𝑟𝑎𝑚
= ×
𝑔𝑟𝑎𝑚
= ×
𝑔𝑟𝑎𝑚 = 𝑔
5.2.2. Perhitungan konsentrasi asam salisilat
a) Perthiungan konsentrasi asam salisilat terhadap suhu 30°C rpm 50
1) Menit ke-1:
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
2) Menit ke-5
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
3) Menit ke-10
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
4) Menit ke-15
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
5) Menit ke-20
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
𝑁2 = = × 𝑁
2) Menit ke-5
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
3) Menit ke-10
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
4) Menit ke-15
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
5) Menit ke-20
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
𝑁2 = = × 𝑁
2) Menit ke-5
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
3) Menit ke-10
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
4) Menit ke-15
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
5) Menit ke-20
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
𝑁2 = = × 𝑁
2) Menit ke-5
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
3) Menit ke-10
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
4) Menit ke-15
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
5) Menit ke-20
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
𝑁2 = = × 𝑁
2) Menit ke-5
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
3) Menit ke-10
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
4) Menit ke-15
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
5) Menit ke-20
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡 × 𝑁𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
× = × 𝑁2
= × 𝑁2
𝑁2 = = × 𝑁
= = ×
+ +
=
= = ×
+ + +
=
= = ×
+ + + +
=
= = ×
5.2.4. Perhitungan faktor koreksi konsentrasi asam salisilat terhadap suhu
37°C rpm 50
a) Faktor koreksi menit ke-5
(𝑁2(5) × 𝑉. 𝐵𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎) + (𝑁2(1) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
𝐹𝐾 =
𝑉. 𝐵𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎
( × . )+( × . )
=
+
=
= = ×
+ +
=
= = ×
+ + +
=
= = ×
d) Faktor koreksi menit ke-20
(𝑁2(20) × 𝑉. 𝐵𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎) + (𝑁2(15) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) + (𝑁2(10) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
+(𝑁2(5) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) + (𝑁2(1) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
𝐹𝐾 =
𝑉. 𝐵𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎
( × . )+( × . )+( × . )
+( × . )+( × . )
=
+ + + +
=
= = ×
+
=
= = ×
+ +
=
= = ×
c) Faktor koreksi menit ke-15
(𝑁2(15) × 𝑉. 𝐵𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎) + (𝑁2(10) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) + (𝑁2(5) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
+(𝑁2(1) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
𝐹𝐾 =
𝑉. 𝐵𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎
( × . )+( × . )+( × . )
+( × . )
=
+ + +
=
= = ×
+ + + +
=
= = ×
+
=
= = ×
b) Faktor koreksi menit ke-10
(𝑁2(10) × 𝑉. 𝐵𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎) + (𝑁2(5) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) + (𝑁2(1) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
𝐹𝐾 =
𝑉. 𝐵𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎
( × . )+( × . )+( × . )
=
+ +
=
= = ×
+ + +
=
= = ×
+ + + +
=
= = ×
5.2.7. Perhitungan faktor koreksi konsentrasi asam salisilat terhadap suhu
30°C rpm 150
a) Faktor koreksi menit ke-5
(𝑁2(5) × 𝑉. 𝐵𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎) + (𝑁2(1) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
𝐹𝐾 =
𝑉. 𝐵𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎
( × . )+( × . )
=
+
=
= = ×
+ +
=
= = ×
+ + +
=
= = ×
d) Faktor koreksi menit ke-20
(𝑁2(20) × 𝑉. 𝐵𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎) + (𝑁2(15) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) + (𝑁2(10) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
+(𝑁2(5) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) + (𝑁2(1) × 𝑉. 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
𝐹𝐾 =
𝑉. 𝐵𝑒𝑗𝑎𝑛𝑎
( × . )+( × . )+( × . )
+( × . )+( × . )
=
+ + + +
=
= = ×
VI. Pembahasan
Disolusi adalah proses masuknya atau melarutnya fase padat ke dalam fase
larutan (misal air). Menurut literatur disolusi obat didefinisikan sebagai proses
ketika molekul obat dibebaskan dari fase padat dan masuk ke dalam fase larutan
(Martin 2012).
Kecepatan disolusi adalah ukuran yang menyatakan banyaknya zat aktif
yang dapat terlarut per satuan waktu. Tujuan dari praktikum kecepatan disolusi ini
adalah untuk melihat faktor yang memengaruhi kecepatan disolusi yang mana
faktor yang diamati adalah pengaruh suhu dan kecepatan pengadukan terhadap
kecepatan disolusi. Selain itu, kecepatan disolusi ini juga bertujuan untuk melihat
berapa banyak zat aktif yang larut pada medianya dalam satuan waktu. Pengujian
kecepatan disolusi dilakukan terhadap asam salisilat dalam air. Rumus
molekulnya C7H6O3 dan rumus strukturnya sebagai berikut:
0.0095
0.0085
0.0075
0.0065
Suhu 30
0.0055
Suhu 37
0.0045
Suhu 45
0.0035
0.0025
0.0015
0.0005
1 5 10 15 20
0.0185
0.0165
0.0145
0.0125
rpm 50
0.0105
rpm 100
0.0085
rpm 150
0.0065
0.0045
0.0025
0.0005
1 5 10 15 20
VII. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
memperngaruhi kecepatan disolusi terbagi menjadi 2 yaitu sifat fisiko kimia zat
aktif dan kondisi pengujian. Sifat fisiko kimia zat aktif meliputi kelarutan zat
aktif, ukuran partikel, bentuk Kristal obat dan sifat permukaan zat. Sedangkan
pada kondisi pengujian meliputi suhu, viskositas, pH pelarut dan kecepatan
pengadukan.
Praktikum kecepatan disolusi ini menggunakan metode suspensi dengan
tipe alat uji dayung. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa semakin
meningkatnya suhu dan kecepatan pengadukan maka semakin besar kecepatan
disolusinya.
VIII. Daftar Pustaka
Atkins, Peter & De Paula, Julio. (2006). Physical Chemistry, Eight Edition.
Oxford: Oxford University Press.
Depkes RI. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Martin, Alfred. (1993). Farmasi Fisik, jilid I Edisi III. Jakarta: UI-Press.
Martin, Alfred N. (2011). Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Mulyawati. (2014). Laporan Praktikum Kimia Dasar I Titrasi Asam-Basa.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Sumirtapura, Yeyet C. (2009). Dissolution test of various low-dose acetylsalicylic
acid preparations marketed in Indonesia. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Wagner, J. G. (1971). Biopharmaceutical and Relevant Pharmacokinetics, 1st
Ed., 66, 89-103. Hamilton : Drug Intelegence Publication Hamilton Illions.