Anda di halaman 1dari 4

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan industri dan alat transportasi yang semakin pesat dari tahun ketahun baik

dalam segi jumlah maupun jenisnya, memiliki dampak berupa pencemaran terhadap lingkungan

serta pengaruh yang besar terhadap kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya

(Supraptini, 2002). Salah satu bahan pencemar yang dihasilkan dan sangat berbahaya bagi mahluk

hidup adalah Plumbum (Pb) yang dikenal juga dengan Timbal (Sudarmaji., dkk 2006).

Pencemaran Pb dapat ditemukan pada udara, air, tanah dan juga makanan (Naria 2005).

Keberadaan Pb di udara bersumber dari gas buangan kendaraan bermotor sedangkan pada air

sumber utamanya adalah pembuangan limbah industri dan dapat juga bersumber dari tandon atau

pipa air yang digunakan menampung air (Mukono, 2002; Naria, 2005). Plumbum yang terlepas ke

udara secara alami akan turun ke tanah karena adanya gaya gravitasi. Akumulasi Pb di tanah

maupun di air dapat menimbulkan resiko masuknya Pb pada bahan makanan yang bersumber dari

tumbuhan yang ditanam di tanah yang mengandung Pb atau disiram menggunakan air yang

mengandung Pb (Naria 2005).

Plumbum diketahui dapat menginduksi produksi Reactive Oxygen Species (ROS) yang

berlebihan dan mengakibatkan stress oksidatif ditingkat sel. Reactive Oxygen Species adalah

produk sampingan dari reaksi degeneratif diberbagai jaringan yang akan mempengaruhi

metabolisme regular dengan merusak komponen selular yaitu membrane sel, protein dan DNA

(Hamadouche et al., 2012). Salah satu organ tubuh yang mengalami kerusakan karena paparan Pb

adalah hati. Pemberian Pb asetat intraperitoneal pada mencit menimbulkan gangguan

keseimbangan oksidan dan antioksidan yang menyebabkan peningkatan stress oksidatif,

menginduksi lipid peroksidase yang dapat merusak membrane sel sehingga terjadi perubahan
struktur dan fungsi sel (Gajawat et al, 2006). Penelitian yang dilakukan Suprijono dkk (2010)

menunjukkan bahwa selama 14 hari Pb yang diinduksi pada tikus putih dapat menyebabkan

gangguan degenerasi serta nekrosis sel hati (Suprijono, dkk 2010). Penelitian lain yang dilakukan

Syahrizal (2008) mendapatkan hasil bahwa pemaparan Pb selama 7 hari pada mencit secara

intraperitoneal terjadi peningkatan gangguan degenerasi serta nekrosis sel hati mencit.

Untuk mengurangi kerusakan hati akibat paparan Pb, mekanisme proteksi alami tubuh akan

berperan. Namun demikian, karena proteksi yang terganggu atau ketika peningkatan ROS,

mekanisme proteksi tambahan melalui konsumsi antioksidan sangant diperlukan. Banyak

tumbuhan yang mengandung antioksidan, salah satunya adalah Buah Merah (Pandanus conoideus

lam.) Buah Merah (Pandanus conoideus lam.) merupakan buah endemik Papua yang mengandung

tokoferol dan betakaroten tinggi. Betakaroten dalam buah merah mencapai 378,29 ppm dan

kandungan Tokoferol mencapai 10.319 ppm (Budi, 2000). Kedua senyawa ini dapat digunakan

untuk pencegahan dan pengobatan penyakit hati yang disebabkan oleh adanya ROS dalam

perubahan potologi hati. Senyawa-senyawa yang mengandug gugus hidroksi atau polihidroksi

pada buah buahan, sayur tanaman lain berperan penting dalam aksi hepatoproteksi seperti yang

dimiliki oleh karoten dan tokoferol ( Bass, 1999) .

Dilihat dari danpak paparan Pb terhadap kerusakan hati dan kandungan buah merah yang

berpotensi untuk mencegah dan mengurangi kerusakan hati, perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui bagaimana pengaruh pemberian minyak buah merah terhadap histopatologi hati yang

dipapar Pb.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah pemberin minyak Buah Merah

(Pandanus conoideus lam.) berpengaruh terhadap tingkat degenerasi dan nekrosis sel hati mencit

yang dipapar Plumbum (Pb)?”

1.3. Tujuan Penelitia

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak Buah Merah

terhadap tingkat degenerasi dan nekrosis sel hati mencit yang dipapar Plumbum (Pb)

1.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang manfaat minyak Buah Merah

(Pandanus conoideus lam.) terutama pengaruhnya terhadap tingkat degenerasi dan nekrosis sel

hati mencit yang dipapar Plambum (Pb).

1.5. Kerangka Berpikir

Plumbum dapat menyebabkan kerusakan pada sel hati diataranya gangguan metabolisme sel,

homeostatis ionik, serta transport intraseluler dan ekstraseluler. Plumbum juga dapat menjadi

radikal bebas dengan meningkatkan kadar ROS yang berimplikasi pada kerusakan struktural sel,

membran sel, asam nukleat, protein dan lipid, dapat menyebabkan kondisi stress oksidatif.

Kehilangan homeostatis ionik serta integritas membran dapat memicu disfungsi deplesi dan

mitokondria. Adenosin Trifosfat (ATP) menyebabkan ballooning degeneration, dimana hepatosit

menjadi membengkak, membulat dan pucat pada pewarnaan (Jainshankar 2014). Ballooning

degeneration merupakan manifestasi awal dari kerusakan hepatosit. ballooning degeneration

bersifat reversible (dapat kembali normal), sedangkan kerusakan yang bersifat ireversibel dapat

terjadi kerusakan yang cukup berat dan berlangsung lama seperti nekrosis (Maulina, 2018).

Buah Merah (Pandanus conoideus lam.) diketahui mengandung betakaroten dan tokoferol

yang merupakan senyawa antioksidan tinggi (Sathyabudi, 2005). Pencegahan serta pengobatan
penyakit hati yang disebabkan adanya ROS dalam perubahan patologi hati dapat menggunakan

senyawa betakaroten dan tokoferol. Karoten dan tokoferol pada buah-buahan, sayur serta beberapa

tanaman lain yang mengandung gugus hidroksi atau polihidroksi dapat berperan penting dalam

proteksi penyakit hati (Bass 1999)

1.6. Hipotesis

Pemberian minyak buah Merah (Pandanus conoideus lam.) dapat mengurangi tingkat

degenerasi dan nekrosis sel hati mencit yang dipapar Plumbum (Pb).

Anda mungkin juga menyukai