Oleh :
ELIA.J.E.KELMASKOSU
11.2013.1.00427
Semakin tinggi tingkat kekuatan batuan, maka akan semakin sukar batuan tersebut
untuk dihancurkan (Tabel 2.1), demikian juga dengan batuan yang memiliki
kerapatan tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin berat massa suatu batuan,
maka bahan peledak yang dibutuhkan untuk membongkar atau menghancurkan
batuan tersebut akan lebih banyak.
Elastisitas batuan adalah sifat yang dimiliki batuan untuk kembali ke bentuk atau
keadaan semula setelah gaya yang diberikan kepada batuan tersebut dihilangkan.
Secara umum batuan memiliki sifat Elastis Fragile yaitu batuan dapat dihancurkan
apabila mengalami regangan yang melewati batas elastisitasnya.
Kecepatan perambatan gelombang pada setiap batuan berbeda. Batuan yang keras
mempunyai kecepatan perambatan gelombang yang tinggi, secara teoritis batuan
yang memiliki kecepatan gelombang yang tinggi akan hancur apabila diledakkan
dengan menggunakan bahan peledak yang memiliki kecepatan detonasi yang
tinggi pula.
Tabel 2.1
Kekerasan Batuan dan Kuat Tekan Uniaksial
Hardness Kekerasan Kuat tekan
(skala mohs) Unaksial (Mpa)
Sangat Keras >7 > 200
Keras 6–7 120 – 200
Agak Keras 4,5 – 6 60 – 120
Agak Lunak 3 – 4,5 30 – 60
Lunak 2–3 10 – 30
Sangat Lunak 1–2 < 10
Sumber : Ir. Koesnaryo, Teknik Peldakan Batuan
Sifat kuat tekan dan kuat tarik batuan juga digunakan dalam penggolongan
terhadap mudah atau tidaknya batuan untuk dibongkar. Batuan akan hancur atau
lepas dari batuan induknya apabila gelombang tarik lebih besar dari kuat tarik
batuan itu sendiri.
Untuk mengatasi pengaruh air tanah tersebut, dapat dilakukan dengan menutup
lubang ledak pada saat hujan atau dengan membungkus bahan peledak yang akan
dimasukkan ke dalam lubang ledak dengan bahan kedap air.
II.2.1.3. Pengaruh Struktur Geologi Terhadap Peledakan
Struktur geologi yang berpengaruh pada kegiatan peledakan adalah struktur
rekahan (kekar) dan struktur perlapisan batuan. Kekar merupakan rekahan –
rekahan dalam batuan yang terjadi karena tekanan atau tarikan yang disebabkan
oleh gaya – gaya yang bekerja dalam kerak bumi atau pengurangan bahkan
kehilangan tekanan dimana pergeseran dianggap sama sekali tidak ada.
Dengan adanya struktur rekahan ini maka energi gelombang tekan dari bahan
peledak akan mengalami penurunan yang disebabkan adanya rekahan sehingga
gelombang tarik tidak mencapai bidang bebas dimana gelombang tarik hanya
mencapai rekahan dan yang mencapai bidang bebas hanya gelombang bias.
Sehingga akhirnya akan terjadi penurunan daya tekan terhadap batuan yang
diledakkan. Penurunan daya tekan ini akan berdampak terhadap batuan yang
diledakkan sehingga bisa mengakibatkan terjadinya bongkah pada batuan hasil
peledakan bahkan batuan hanya mengalami keretakan.
Gambar 2.3
Pemboran Dengan Lubang Ledak Tegak Dan Lubang Ledak Miring
(Sumber: R.L.Ash)
Gambar 2.5
Geometri Peledakan
1. Burden ( B )
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang tembak terhadap bidang bebas
yang paling dekat. Burden merupakan dimensi paling penting dalam kegiatan
peledakan, karena burden digunakan untuk menentukan geometri peledakan
lainnya. Jarak burden yang baik adalah jarak yang memungkinkan energi
secara maksimal dapat bergerak keluar dari kolom isian menuju bidang bebas
dan dipantulkan kembali dengan kekuatan yang cukup untuk melampaui kuat
tarik batuan sehingga akan terjadi penghancuran.
Menurut R.L.Ash untuk menentukan burden berdasarkan pada acuan yang
dibuat secara empirik, yaitu adanya batuan standart dan bahan peledak
standart. Batuan Standart memiliki bobot isi 160 lb/cuft, dan bahan peledak
standart memiliki berat jenis 1,2 dan kecepatan detonasi 12000 fps. Apabila
batuan yang diledakkan sama dengan batuan standart dan bahan peledak yang
dipakai ialah bahan peledak standart, maka digunakan burden ratio (kb)
standart yaitu 30. Pada kondisi batuan yang berbeda dan penggunaan bahan
peledak yang berbeda, maka harga Ks turut berubah. Untuk mengatasi
perubahan angka Ks perlu dihitung terlebih dahulu harga faktor penyesuaian
pada kondisi batuan dan bahan peledak yang berbeda.
1. Faktor untuk batuan yang diledakkan :
𝐷𝑠𝑡𝑎𝑑 1/3
𝐴𝐹1 = [ ]
𝐷
Dimana :
Dstd = Batuan Standart, 160 lb/cuft
D = Bobot isi batuan yang diledakkana
Maka harga Kb terkoresi adalah
Kb = Kbstandart x Af1 x Af2
Kb = burden ratio yang telah dikoreksi
Kbstd = burden ratio standard
2. Faktor untuk bahan peledak
2 1⁄3
AF2 = ( 𝑆𝐺.𝑉𝑒2)
𝑆𝐺𝑠𝑡𝑑.𝑉𝑒𝑠𝑡𝑑
Dimana :
SG = berat jenis bahan peledak yang digunakan
Ve = Kecepatan detonasi bahan peledak yang digunakan
SGstd = berat jenis bahan peledak standart, 1,20
Vestd = kecepatan detonasi bahan peledak standart, 12.000
fps Maka untuk menentukan burden, menggunakan rumus :
𝐾𝑏𝑥𝐷𝑒
B= meter ....................................................................................(3.1)
39,9
Dimana :
B = Burden
Kb = burden ratio
De = diameter lubang tembak
2. Spasi ( S )
Yaitu jarak terdekat antara lubang tembak dalam satu garis yang diukur sejajar
dengan bidang bebas. Dalam memperkirakan panjang spasi, yang perlu
diperhatikan adalah apakah ada interaksi di antara isian yang saling
berdekatan.
S = Ks x B ...............................................................................................(3.2)
Dimana :
S = spacing (m)
Ks = Spacing ratio
B = burden (m)
Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spasi adalah
sebagai berikut :
1. Untuk pola peledakan serentak maka S = 2B
2. Untuk pola peledakan beruntun dengan delay interval lama maka S = B
3. Untuk pola peledakan dengan ms delay, maka S antara 1B sampai 2B 4.
Jika terdapat kekar yang tidak saling tegak lurus, maka S antara 1,2B
sampai 1,8 Berikut :
3. Stemming (T)
Stemming adalah tempat material penutup di dalam lubang bor, dan letaknya
di atas kolom isian bahan peledak. Fungsi stemming adalah agar terjadi
keseimbangan tekanan dan mengurung gas-gas hasil ledakan, sehingga dapat
menekan batuan dengan energi yang maksimal. Disamping itu stemming juga
berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi lemparan batu (flyrock) dan
ledakan tekanan udara (airblast) saat peledakan. Panjang stemming dipakai
antara 0,7 – 1 kali panjang burden. Pada penentuan tinggi stemming
digunakan rumus seperti yang tertera dibawah ini :
T = Kt x B ...............................................................................................(3.3)
Dimana :
T = Stemming (m)
Kt = Stemming ratio (0,75 – 1,00)
B = Burden
1. Panjang stemming
Secara teoritis, panjang stemming sama dengan panjang burden, agar
tekanan kearah bidang bebas atas dan samping seimbang. Apabila
peledakan menerapkan stemming yang pendek, maka akan mengakibatkan
pecahnya energi ledakan terlalu mudah mencapai bidang bebas sebelah
atas sehingga menimbulkan flyrock dan energi yang menekan batuan tidak
maksimal, serta fragmentasi batuan hasil peledakan secara keseluruhan
akan kurang baik. Pada jenjang yang terbentuk juga akan timbul retakan
yang melewati batas jenjang (overbreak).
Sedangkan stemming yang panjang dapat mengakibatkan energi ledakan
terkurung dengan baik, tetapi fragmentasi batuan pada bagian batas
stemming keatas akan menjadi bongkah, karena energi ledakan tidak
mampu mencapainya serta dapat pula menimbulkan backbreak B =
Burden (m)
2. Ukuran material stemming
Ukuran material stemming sangat berpengaruh terhadap batuan hasil
peledakan. Apabila bahan stemming terdiri dari bahan-bahan halus hasil
pemboran, maka kurang memiliki gaya gesek terhadap lubang tembak
sehingga udara yang bertekanan tinggi akan mudah mendorong stemming
tersebut keluar. Sehingga energi yang seharusnya terkurung dengan baik
dalam lubang tembak akan hilang keluar bersamaan dengan terbongkarnya
stemming.
Untuk mengatasi tersebut diatas maka digunakan bahan yang memiliki
karakteristik susunan butir saling berkaitan dan berbutir kasar serta keras
atau batu split, agar setelah dipadatkan akan terjadi ikatan kuat antar
butirannya akan saling mengunci. Dengan demikian diharapkan stemming
ejection tidak terjadi dan sebagian besar energi didistribusikan ke arah
horisontal.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan ukuran material stemming
optimum adalah adalah :
Sz = 0,05 x Dh ...................................................................................(3.4)
Dimana :
Dh = Diameter lubang tembak
Sz = Ukuran material stemming optimum
4. Subdrilling (J)
Adalah penambahan kedalaman lubang ledak dengan tujuan supaya batuan
dapat meledak secara full face sebagaimana yang diharapkan dan batuan yang
terbongkar hanya sebatas lantai jenjang saja, berfungsi untuk membuat lantai
jenjang relatif rata setelah peledakan.
J = Kj x B ................................................................................................(3.5)
Dimana :
J = Subdrilling(m)
Kj = subdrilling ratio ( 0,2 – 0,3)
B = Burden,m
5. Kedalaman lubang tembak (H)
Kedalaman lubang ledak merupakan jumlah total antara tinggi jenjang dengan
besarnya subdrilling. Kedalaman lubang ledak biasanya ditentukan
berdasarkan kapasitas produksi yang dinginkan dengan. Kedalaman lubang
tembak dapat digunakan rumus sebagai berikut :
H = Kh x B ..............................................................................................(3.6)
Dimana :
H = Kedalaman lubang ledak (m)
Kh = Hole depth ratio ( 1,5 – 4,0)
B = Burden (m)
6. Panjang Kolom Isian (PC)
Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang akan diisi
bahan peledak. Panjang kolom ini merupakan kedalaman lubang ledak
dikurangi panjang stemming yang digunakan.
PC = H – T .............................................................................................(3.7)
Dimana :
PC = panjang kolom isian, meter
H = kedalaman lubang tembak, meter
T= stemming, meter
7. Tinggi jenjang (L)
Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang bor
dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang juga akan berpengaruh terhadap
hasil peledakan seperti fragmentasi batuan, ledakan udara, lemparan batuan
dan getaran tanah.
L = H - J ................................................................................. ..............(3.8)
Dimana :
L = Tinggi jenjang minimum (m)
H = Kedalaman lubang tembak (m)
II.2.3.5. Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang – lubang ledak
dalam satu baris dengan lubang ledak pada garis berikutnya ataupun antar lubang
ledak satu dengan lainnya. Pola peledakan ditentukan berdasarkan urutan waktu
peledakan serta arah runtuhan material yang diharapkan.
Berdasarkan arah runtuhan batuan (Gambar 2.8), pola peledakan diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk kotak.
2. Corner Cut, yaitu pola peledakkan yang arah runtuhan batuannya kesalah satu
sudut dari bidang bebasnya.
3. “ V “ Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk huruf V.
Berdasarkan urutan waktu peledakan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Pola peledakkan serentak, adalah suatu pola peledakan yang terjadi secara
serentak untuk semua lubang ledak. Untuk pola peledakan serentak maka pola
lubang ledaknya selang-seling (straggered pattern) dan ukuran spasi dua kali
ukuran burden.
2. Pola peledakkan beruntun, adalah suatu pola yang menerapkan peledakan
dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan baris lainnya. Untuk pola
peledakan beruntun maka pola lubang ledaknya square arrangement (segi empat)
dan ukuran spasi sama dengan burden.
A. METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam melakukan penyusunan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Studi literatur diperlukan untuk mengetahui dasar – dasar teori yang dapat
menjadi acuan dalam memenuhi target produksi batugamping serta
mempelajari penelitian – penelitian terdahulu.
2. Observasi Lapangan
Yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung dilapangan terkait
dengan topik yang akan dibahas dan mencari informasi – informasi
pendukung yang berkaitan dengan perumusan masalah yang ada.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan yaitu pengamatan lapangan (primer) dan
pengunaan data perusahaan (sekunder) :
a. Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari lapangan antara
lain, pengukuran Geometri peledakan, Volume batuan hasil peledakan,
isian bahan peledak per lubang bor.
b. Data sekunder adalah data – data yang sudah ada dalam perusahaan, data
tersebut antara lain gambaran dan keadaan umum perusahaan, spesifikasi
peralatan bor, target produksi, densitas batuan, data curah hujan dan peta
lokasi.
4. Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh dengan melakukan
perhitungan perhitungan sesuai dengan teori dari literatur.
Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau rangkaian perhitungan
pada penyelesaian dalam suatu operasi tertentu.
5. Hasil Analisis
Hasil yang di dapat dari analisis data kemudian di sajikan dalam suatu
laporan, dan selanjutnya ditarik kesimpulan dan saran yang dapat memberikan
perbaikan.
6. Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan dan analisa data
dengan permasalahan yang diteliti serta pembahasan yang dilakukan.
Kesimpulan dan saran ini merupakan hasil akhir dari permasalahan dan solusi
penelitian yang dianalisa dan dibahas.
B. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini sebagai tambahan referensi khususnya mengenai industri
di Indonesia maupun proses dan teknologi yang terkini, dan salah satu bahan
masukan kepada pihak lembaga pendidikan dalam rangka meningkatkan dan
pemberdayaan Perpustakaan di Fakultas Teknik, khususnya Jurusan Teknik
Pertambangan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS).
2. Bagi Perusahaan
Hasil analisa data dari penelitian yang dilakukan dapat menjadi bahan
masukan dan referensi bagi perusahaan untuk melakukan evaluasi mengenai
operasi penambangan saat ini serta menentukan kebijakan terkait dengan
metode pelaksanaan pemboran agar lebih efektif.
3. Bagi Mahasiswa
Peneliti dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang kenyataan yang ada
dalam dunia industri pertambangan sehingga nantinya diharapkan mampu
menerapkan ilmu untuk melakukan evaluasi teknis pekerjaan peledakan.
Diagram alir penelitian dapat di lihat di gambar 3.1 dibawah ini.
C. Diagram Alir
Studi Literatur
Peninjauan lokasi
Pengambilan data
Pengolahan data
Analisa data
Menggunakan metode R.L.ASH
Gambar 3.1
Diagram alir penelitian
D. RENCANA JADWAL PENELITIAN
RENCANA DAFTAR ISI
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
I.2. Tujuan Penelitian
I.3. Rumusan Masalah
I.4. Batasan Masalah
I.5. Metode Penelitian
I.6. Manfaat Penelitian
I.7. Diagram Alir Penelitian
II TINJAUAN UMUM
II.1. Lokasi dan kesampaian daerah
II.2. Keadaan Geologi Daerah Penelitian
II.3. Keadaan Iklim dan Curah Hujan
II.4. Karakteristik Massa batuan
II.5. Kegiatan penambangan
III DASAR TEORI
III.1. Mekanisme pecahnya batuan akibat peledakan
III.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Peledakan
III.3. Volume Batuan Yang Akan Dihasilkan
IV HASIL PENELITIAN
IV.1. keadaan Permukaan Kerja
IV.2. Kegiatan Pemboran Batuan
IV.3. Kegiatan Peledakan Batuan
IV.4. Volume batuan terbongkar
IV.5. Produksi Batuan Hasil Peledakan
V PEMBAHASAN
V.1. Upaya Peningkatan Target Produksi
V.2. Rancangan Geometri Peledakan Usulan
V.3. Volume Batuan
V.4. Ketercapaian Sasaran Produksi
V.5. Perubahan Geometri Peledakan Lapngan dan Usulan
VI KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan
VI.2. Saran
DAFTAR BACAAN
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Ash.R.L. (1968), The Design Of Rock Blasting, Surface Mining AIME, , Chapter
7.3
E.P Pfeider (ed), New York, pp 373-397.
2. Hustrulid W. (1999), Blasting Principles For Open Pit Mining, A.A. Balkema,
Rotterdam , 30-150, 269-276.
3. Jimeno C.L. and Jimeno E.L. (1995), Drilling and Blasting of Rock,
Balkema/Rotterdam/Brookfield, P. 154-203.
6. L.C. Lang. (1987), Gas Expansion, Sterss Waves, Stress Wave/Flaw, and
Reflection in Atlas Powder Company. Explosive and Rock Blasting. Maple Press.
P 184-185.