Anda di halaman 1dari 22

LBM 4 KGD

KULIT

3 lapisan utama : epidermis, dermis dan lapisan subkutis.

EPIDERMIS
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis
gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-
beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan
telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan
sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang
mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap
filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan
melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan
tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan
stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan
faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan
mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).

1
DERMIS
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin”.
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan
subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
 Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
 Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya
usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia
meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan
dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan
kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa
derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit
tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing
forces dan respon inflamasi

SUBKUTIS
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di
bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi
individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori,
kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

VASKULARISASI KULIT
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan
retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus
ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena.
Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran
epidermis

FISIOLOGI KULIT
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol
suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
 Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik,
ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui
merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran
saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu
dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur
perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru
dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah
kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan
mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia

2
yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
 Proteksi,
 Absorbsi,
 Eksresi,
 Persepsi,
 Pengatur suhu tubuh,
 Membentuk pigmen
 Membentuk vitamin d, dan
 Keratinisasi.

LUKA BAKAR
 Definisi
Luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda2 yang menghasilkan panas
(api, air panas, listrik) atau zat2 yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
Kedaruratan Medik, Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Agus P & Budi S

 Etiologi
 Flame burn/flash burn : kontak lgsg dgn api
 Contact burn : kontak lgsg dgn benda panas
 Radian burn : terpajan gel panas
 Kulit berhub dgn cairan panas : air >70 derajat celcius mengakibatkan luka derajat 3
dalam 1 detik,, suhu >55 menyebabkan luka yg sama 25 detik setelahnya
 Luka bakar karna microwave
 Luka bakar kimia
Luka alkali (barium, kalium)lebih berat daripada yg asam

• Paparan suhu tinggi (api, air panas)


• Listrik
• Petir
• Zat kimia (asam atau basa kuat)
• Radiasi
• Suhu yang sangat rendah (frost bite).

 Derajat

3
Dalam Jaringan Rusak Klinis Tes Jarum Waktu Hasil
Luka / Sembuh
Derajat

I Epidermis -sakit Hiperalgesi 7 hari Normal


-merah
-kering

II.Dangkal -sebagian -sakit Hiperalgesi atau 7-14 hari Normal, pucat berbintik
II.Dalam dermis. Folikel -merah /kuning normal 14-21 hari Pucat,depig-mentasi, rata,
rambut dan kel -basah Hipoalgesi mengkilat, rambut(-),
keringat utuh -bula sikatrik hipertrofi
-hanya kel idem
keringat utuh
III Dermis -tidak sakit Analgesia > 21 hari Sikatrik hipertrofi
seluruhnya -putih, coklat,
hitam
-kering

4
a. Luka bakar derajat I

 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis


 Kulit kering, hiperemi berupa eritema
 Tidak dijumpai bullae
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

b. Luka bakar derajat II


 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi.
 Dijumpai bulae.
 Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
 Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Derajat II dangkal (superficial) IIA
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis lapisan atas dari
corium/dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh benih2 epitel
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk
sikatrik

2. Derajat II dalam (deep) IIB


Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan
epitel tinggal sedikit. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama
dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu
lebih dari satu bulan.

Tusukan, kulit hitamabu2,kulit putihmerah

5
c. Luka bakar derajat III
 Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan.
 Tidak dijumpai bulae.
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih
rendah dibanding kulit sekitar.
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
 Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian.
 Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari
dasar luka.

Berdasarkan tingkat keseriusan luka


American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
 Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada
anak-anak.
 Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
 Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
 Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan
luasnya luka.
 Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
 Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
 Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
 Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992)
adalah :
 Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10
% pada anak-anak.
 Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
 Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
 Luka tidak sirkumfer.
 Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

6
 Patofisiologi

Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air, klorida
dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut
pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock ( shock Hipovolemik )
merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini
adalah :
a. Respon kardiovaskuiler
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler mengakibatkan kehilangan Na, air
dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung.
Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema
menyeluruh. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Tubuh
kehilangan cairan antara ½ % - 1 %, “Blood Volume ” setiap 1 % luka bakar.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena
penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat).
Fungsi jantung juga terpengaruh oleh luka bakar diataranya penurunan kardiak
output, yang disebabkan karena kehilangan cairan plasma. Perubahan hematologi berat
disebabkan kerusakan jaringan dan prubahan pembuluh darah yang terjadi pada luka
bakar yang luas. Peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan plasma pindah ke ruang
interstisial. Dalam 48 jam pertama setelah kejadian, perubahan cairan menyebabkan
hypovolemia dan jika tida di tanggulangi dapat menyebabkan pasien jatuh pada shock
hypovolemia. Kehilangan cairan intravaskular menyebabkan peningkatan hematokrit dan
kerusakan sel darah merah. Luka bakar juga menyebabkan kerusakan pada fungsi dan
lama hidup platelet.
b. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume intravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun
mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal

7
Insufisiensi renal akut dapat terjadi yang disebabkan karena hypovolemia dan
penurunan kardiak output. Kehilangan cairan dan tidak adekuatnnya pemberian cairan
dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal dan glomerular filtration rate. Pada
luka bakar yang disebabkan karena listrik dapat meneybabkan kerusakan langsung atau
pembentukan myoglobin casts (karena kerusakan otot) yang dapat menyebabkan
nekrosis tubular rennal akut
c. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini
disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon
endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi
abdomen, muntah dan aspirasi. Sering terdapat ileus paralitik dan “Curling Ulcer” yang
dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan yang timbul sebagai hematesis
melena.
d. Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk.
Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk
kedalam luka.
Dengan adanya kerusakan kulit menyebabkan kehilangan mekansme pertahanan
pertama terhadap infksi. Luka bakar luas dapat menyebabkan penurunan IgA, IgG, dan
IgM.
Netrofil-netrofil yang seharusnya memfagositosis kuman-kuman, terperangkap dalam
kapiler di zona stasis. Secara bertahap penurunan daya tahan ini berkurang. Bila tubuh
adekuat akan terjadi granulasi di zona stasis dan dapat menahan pertumbuhan bakteri,
tetapi bila tidak, pada saat penurunan kemampuan neutrofil dapat timbul sepsis

Suhu tinggimerusak kulit & pembuluh darah kapiler cairan plasma, sel darah dan protein
keluar dari lumen (ruang dalam) pembuluh darahdehidrasi (kehilangan cairan) yang masif.
Suhu tinggi merusak lapisan dalam(mukosa) pembuluh darahmemicu terbentuknya
sumbatan pada pembuluh darahmemicu terjadinya reaksi radang sistemik
Zona: koagulasi/ireversibel, hiperemis, statis(potensi luka yg lbh luas, peka infeksi)

Pada luka bakar timbul beberapa macam gangguan fisiologi yang akut, antara lain:
a. Gangguan Cairan
perpindahan cairanpenguapan air yang berlebihan melalui permukaan kulit yang rusak.
Cairan dalam darah dan cairan ekstra sel dari bagian tubuh yang tidak terbakar pindah
tempat masukdalam bagian tubuh yang mengalami edema dan ke dalam bula untuk
kemudian sebagian melalui kulit yang rusak. Ini menjelaskan bahwa pada syok luka bakar
selain hipovolemia juga terjadi kekurangan cairan ekstra sel dalam jaringan yang sehat
sehingga terjadi gangguan metabolisme sel yang memperberat syok.5
Insensible Loss
Orang normal : 15 – 21 cc/jam/m2 Luas Permukaan Tubuh (LPT)
Penderita luka bakar : (25 – % LB) cc/jam/m2 LPT
b. Gangguan Sirkulasi dan Hematologi

8
Resistensi perifer naik karena sistem arteriola mengalami vasokonstriksi disamping
viskositas darah yang bertambah. Hemokonsentrasi ini menimbulkan
fenomena sludging yang mengakibatkan bertambah hebatnya gangguan sirkulasi perifer
sehingga oksigenasi dan perfusi jaringan sangat buruk.5
c. Gangguan Hormonal dan Metabolisme
Sistem saraf simpatis terangsang akibat trauma yang cukup lama. Pengaruh perubahan
pola produksi dan sekresi berbagai hormon mengakibatkan adanya perubahan metabolik
dalam jaringan.
Kebutuhan metabolik sangat tinggi pada pasien dengan luka bakar. Tingkat metabolik
yang tinggi akan sesuai dengan luas luka bakar sampai dengan luka bakar tersebut
menutup. Hypermetabolisme juga terjadi karena cidera itu sendiri, intervensi
pembedahan, dan respon stress. Katabolisme yang berat juga terjadi yang disebabkan
karena keseimbangan nitrogen yang negatif, kehilangan berat baddan, dan penurunan
penyembuhan luka. Peningkatan katekolamin (epinephrine, norepinephrine) yang
disebabkan karena respon terhadap stress. Ini menyebabkan peningkatan kadar glukagon
yang dapat menyebabkan hyperglikemia

Pulmonary
- Efek terhadap paru disebabkan karena menghisap asap. Hyperventilasai biasanya
berhubungan dengan luas luka bakar. Peningkatkan ventilasi berhubungan dengan keadaan
hypermetabolik, takut, cemas, dan nyeri.
- inhalasi gas(uap))à bronkokonstriksi, nekrosis mukosa saluran pernapasan, dan edema paru

Paparan Suhu tinggi atau pemicu terhadap suhu tinggi pada tubuh manusia akan merusak kulit
dan pembuluh darah kapiler maupun pembuluh darah yang lebih besar. Akibat kerusakan
pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma, sel darah dan protein (terutama albumin
yang mempunyai Berat Molekul (BM) besar dan berfungsi mengangkut makanan) keluar dari
lumen (ruang dalam) pembuluh darah. Sehingga tubuh mengalami dehidrasi (kehilangan
cairan) yang masif (banyak), selain karena rusaknya pembuluh darah juga karena pekatnya
konsentrasi cairan didalam lumen pembuluh darah. Selain itu suhu tinggi juga merusak lapisan
dalam(mukosa) pembuluh darah yang akan memicu terbentuknya sumbatan pada pembuluh
darah. Dan dalam beberapa jam setelah itu akan memicu terjadinya reaksi radang sistemik
yang berlebihan [Sindrom(Kumpulan gejala) Reaksi Peradangan Sistemik(seluruh tubuh)].

Pada derajat I (satu) luka bakar akan sembuh dalam waktu singkat paling lambat satu minggu
tanpa dilakukan pengobatan apapun. Derajat II (dua) dangkal akan sembuh dalam waktu dua
minggu dengan pengobatan pencegahan infeksi sekunder secara topikal(dioleskan dikulit).
Bila luka tidak sembuh pada minggu kedua (derajat II dalam dan III), luka akan sembuh dengan
melalui terbentuknya jaringan granulasi (jaringan yang berwarna merah terang dan
mengkilat) didaerah luka. Luka dengan tipe seperti ini yang merupakan indikasi untuk
dilakukan tandur alih kulit.

9
 Diagnosis

a. Anamnesis

10
Sewaktu menyelamatkan diri dri tempat kebakaran, mungkin terjadi cedera penyerta.
Ledakan dapat melempar penderita, mengakibatkan misalnya cedera otak, jantung,
paru2, trauma abdomen, dan fraktur. Catat waktu terjadinya trauma. Luka bakar yang
terjadi diruagan tertutup harus dicurigai terjadinya trauma inhalasi.
Anamnesis dari penderita sendiri atau keluarga, hendaknya juga mencakup riwayat
singkat penyait2 yg diderita sekarang : (1) diabetes, (2) hipertensi, (3) jantung, paru2
dan/atau ginjal dan obat yg sedang dipakai untuk terapi. Penting pula diketahui riwayat
alergi dan status imunisasi tetanus.
b. Pemeriksaan fisik
Tentukan luas dan dalamnya luka bakar
Luas luka bakar:
A. Anak-anak – dihitung menurut rumus Lund dan browder.
Pada anak –anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower,
yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

B. Dewasa – dihitung menurut rumus rule of nine


Wallace membagi tubuh atas bagian – bagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal
dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.Dalam perhitungan agar lebih
mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1 % dari luas
permukaan tubuhnya.

11
periksa apakah ada cedera ikutan
Timbang BB penderita
c. Pemeriksaan penunjang
Darah : darah lengkap, golongan darah dan crossmatch, kadar karboksihemoglobin, gula
darah, elektrolit dan tes kehamilan pada wanita usia subur. Darah arteri juga diambil
untuk analisa gas darah(mengetahui fungsi paru).
Radiologi : foto thoraks

Hb,Ht,albumin pada hari I,II,III


Elektrolit setiap hari pada minggi I
RFT dan LFT pada hari ke II dan setiap minggu
Kultur kuman hari I,II,III

a. Lab darah
Pemeriksaan darah tepi
- Kadar Hb

12
- Kadar Ht
- Jumlah leukosit
- Jumlah trombosit
Analisis gas darah: nilai gas darah arteri terutama jika terjadi injuri inhalasi. Penurunan
PaO2 atau peningkatan PaCO2.
Fungsi system/organ
- Fungsi metabolisme : kadar glukosa darah sewaktu, kortisol, asam laktat
- Fungsi hati : serum transaminase, SGOT/PT, bilirubin
- Fungsi ginjal : ureum dan kreatinin: meningkat yang merefleksikan menurunnya
perfusi/fungsi renal, namun demikian creatinin mungkin meningkat karena injuri jaringan
b. Lab urin
- Berat jenis urin, warna: Warna urine merah kehitaman menunjukan adanya
mioglobin
- Keasaman
- sedimen
c. mikrobiologi :
kultur dan resistensi dengan bahan dari luka, tempat masuk jalur intravena dan kateter
urin.
d. Radiology
Foto thorak AP posis tegak atau setengah duduk, untuk evaluasi gambaran paru :
- Deteksi adanya ARDS dan edema paru (biasanya dikerjakan sesudah hari kelima)
- Cek ujung kanul central venous pressure

 Penalaksanaan

I. Evaluasi Pertama (Triage)


A. Airway, sirkulasi, ventilasi
Prioritas pertama penderita luka bakar yang harus dipertahankan meliputi airway, ventilasi dan
perfusi sistemik. Kalau diperlukan segera lakukan intubasi endotrakeal, pemasangan infuse
untuk mempertahankan volume sirkulasi
B. Pemeriksaan fisik keseluruhan.
Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril, bebaskan
penderita dari baju yang terbakar, penderita luka bakar dapat pula mengalami trauma lain,
misalnya bersamaan dengan trauma abdomen dengan adanya internal bleeding atau
mengalami patah tulang punggung / spine.

• Menyiram/mengguyur air dingin dan bersih sangat menolong karena:


-menurunkan suhu sehingga mengurangi dalamnya luka
-mengurangi nyeri
-mengurangi edem
-mengurangi kehilangan protein
• Bersihkan jalan nafas, beri O2
• Nilai pernafannya
• Cegah terjadinya syok, beri cairan infus
• Kurangi rasa nyeri dengan analgesia

13
• Letakkan bagian yang terbakar lebih tinggi
• Cegah infeksi, jangan diberi :
-bahan kotor : bobok
-sukar larut dalam air : mentega,odol, kecap, telur
-yang lengket : kapas
• Tutup dengan kain bersih,bila mungkin steril
• Gelembung jangan dipecah
• Angkut ke RS

C. Anamnesis
Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita terjebak dalam ruang
tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi yang dapat menimbulkan obstruksi jalan
napas. Kapan kejadiannya terjadi, serta ditanyakan penyakit – penyakit yang pernah di alami
sebelumnya.
D. Pemeriksaan luka bakar
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atau ringan.
1. Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan luas luka
bakarnya.
2. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)

II. Penanganan di Ruang Emergency


1. Diwajibkan memakai sarung tagan steril bila melakukan pemeriksaan penderita.
2. Bebaskan pakaian yang terbakar.
3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adnya trauma lain yang
menyertai.
4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat dipasang
endotracheal tube. Traheostomy hanya bila ada indikasi.
5. Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan pemasangan scalp
vein. Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30
cc/jam untuk anak – anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun.
6. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat jumlah
urine/jam.
7. Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan intermitten
pengisapan.
8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan jangan secara
intramuskuler.
9. Timbang berat badan
10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster bila penderita
tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.
11. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci debridement
dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup dengan tulle kemudian olesi

14
dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal.
Pada hari ke 5 kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Salvon 1 : 30
12. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati (eskar)dengan teknik
eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik sampai di dapatkan
permukaan yang berdarah. Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai kaki dan
tangan melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.
13. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah dilakukan
dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak infeksi. Luka dapat
menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka
bakar yang relative superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu split
tickness skin grafting. Split tickness skin grafting merupakan tindakan definitive penutup
luka yang luas. Tandur alih kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh dalam waktu 2
minggu dengan diameter > 3 cm.

Resusitasi Cairan
Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar dikenal beberapa formula
berikut :
- Evans Formula
- Brooke Formula
- Parkland Formula
- Modifikasi Formula
- Monafo Formula
Metoda Elektrolit Koloid Dextrose 5%

Evans 1 cc elektrolit NaCl 1 cc koloid/Kg BB/% 2000 cc dws, 1000 cc


0,9%/Kg BB/% anak

Brook 1,5 cc elektrolit RL /Kg 0,5 cc koloid/Kg BB/% 2000 cc dws, 1000 cc
BB/% anak

Baxter 4 cc RL/Kg BB/%

Dibagi menjadi 2 bagian yaitu 50% dalam 8 jam pertama dan 50% dalam 16 jam berikutnya

15
Perbedaan Kristaloid dan Coloid

16
6C : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting
Clothing :
singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat
dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.

Cooling :
 Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir selama 20
menit, hindari hipotermia. Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka
bakar
 Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin)
sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi
 Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut
(vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia
 Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata: siram dengan air
mengalir selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka
singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.

Cleaning :
pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang
jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.

Chemoprophylaxis :
pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial partial-
thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali
pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan
hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan

Covering :
penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar
superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang
dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi
akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar.

Comforting :
dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri. Dapat diberikan penghilang nyeri berupa :
Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg
diberikan dengan dosis titrasi bolus Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg

17
PENYEMBUHAN LUKA BAKAR
Derajat II
Dimulai dengan pengelupasan jaringan dermis yang tidak vital, diikuti reepitelisasi dari gld
sebasea dan folikel rambut di atas jaringan dermis yang sehat.
Regenasi epitel membentuk pulau-pulau epitel kemudian bersatu satu sama lain membentuk
lapisan baru.
Umumnya proses selesai 3-4 minggu. Bila ada infeksi penyembuhan melambat dan timbul
jaringan granulasi, keloid, serta kontraktur.

Derajat III
Kerusakan seluruh lapisan kulit tidak terjadi regenerasi epitel
Adanya aktivitas myofibril terjadi jaringan granulasi
Untuk menghindari terjadinya keloid dan kontraktur perlu skin graft.

• Tujuan perawatan luka derajat I dan II  membuat lingkungan bersih dan mencegah infeksi
sehingga dapat terjadi regenerasi
• Tujuan perawatan luka derajat III  mempersiapkan area luka bakar sehingga dapat dilakukan
skin graft dengan cara menghilangkan jaringan mati

PERAWATAN LUKA BAKAR TERTUTUP


• Adalah menutup luka untuk mencegah infeksi
• Tidak perlu dengan tekanan
• Pembalut bersifat absorbtif agar tetap kering, mencegah tumbuhnya kuman
• Keuntungan:
-mempertahan obat pada kulit
-debridement mekanik luka pada mengangkat balut
-mengurangi kehilangan cairan, elektrolit, protein
-mengurangi nyeri dan pembentukan hematom dan bula
-melindungi terhadap trauma dan infeksi
• Kerugian:
-tehnik sulit pada lokasi muka, leher, aksila, perineum
-bila tekanan kuat menekan saraf dan pembuluh darah

PERAWATAN LUKA BAKAR TERBUKA


• Setelah perawatan luka bakar derajat II penderita dibaringkan di tempat tidur bersih, luka bakar
bebas terbuka
• Eksudat akan mengering 48-72 jam membentuk krusta
• Di bawah krusta terbentuk regenerasi epitel, setelah 14-21 hari krusta terlepas dan meninggalkan
jaringan sehat
• Derajat III maka jaringan mati akan mengering, timbul jaringan mati yang keras dan tebal
• Perlu ruangan khusus untuk mencegah bakteri masuk serta mengontrol kelembaban dan suhu
ruangan
• Keuntungan:
-reepitelisasi dapat timbul segera

18
• Kerugian:
-perlu ruangan khusus
-perlu immobilisasi untuk mencegah pecahnya krusta

INDIKASI RAWAT INAP

 Komplikasi

SIRS,
MODS,
Sikatriks,
kontraktur

1) Infeksi.
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami sepsis.
Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid jangan
diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu,
misalnya pda edema larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.

2) Curling’s ulcer (ulkus Curling).


Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10. Terjadi ulkus pada
duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus diberikan secara
rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar
menunjukkan ulkus di duodenum.

3) Gangguan Jalan nafas.


Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi karena
inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan membersihkan jalan nafas,

19
memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.

4) Konvulsi.
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin)
dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.

5) Kontraktur

6) Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut

 Prognosis

Tergantung dari beratnya derajat luka bakar


Tergantung Kecepatan dan Ketepatan Resusitasi

SYOK

20
PENANGANAN LUKA BAKAR

Penanganan awal pada satu jam pertama sangat menentukan kelainan lanjutan akibat luka bakar. Luka
bakar dikulit sebaiknya segera dibasahi dengan air bersih yang mengalir yang bertujuan
mendinginkanbagian yang terbakar danbila kulit memerlukan cairan, kulit tubuh dapat menyerap cairan
dari air bersih yang diberikan ketempat luka. membebaskan jalan nafasnya dan memberikan obat
pengurang rasa sakit. Penderita luka bakar dapat pula diberikan minum untuk mencegah kekurangan
cairan. Setelah itu untuk luka bakar derajat satu, dapat diberikan salep pendingin luka, dan berobat
jalan. Untuk derajat dua dan tiga sebaiknya ditolong oleh dokter karena biasanya cairannya
dikeluarkan dengan semprit steril, kemudian diberikan Anti Biotik, penghilang nyeri serta dilakukan
fisiotherapi agar tidak terjadi perlekatan/kekakuan pada sendi/tulang daerah yg terkena luka
bakar. Selain itu dilakukan pembersihan sisa jaringan kulit yang membusuk di luka bakarnya, mengatasi
infeksi jaringan di luka bakarnya, dan merangsang timbulnya kulit baru.
dr Harun Riyanto

KLASIFIKASI LUKA
Luka dibedakan berdasarkan :
1) Berdasarkan penyebab
a) Ekskoriasi atau luka lecet
b) Vulnus scisum atau luka sayat
c) Vulnus laseratum atau luka robek
d) Vulnus punctum atau luka tusuk
e) Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang
f) Vulnus combotio atau luka bakar

2) Berdasarkan ada/tidaknya kehilangan jaringan


a) Ekskoriasi
b) Skin avulsion
c) Skin loss

3) Berdasarkan derajat kontaminasi


a) Luka bersih
a) Luka sayat elektif
b) Steril, potensial terinfeksi
c) Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus
respiratorius,traktus elimentarius, traktus
genitourinarius.
b) Luka bersih tercemar
a) Luka sayat elektif
b) Potensi terinfeksi : spillage minimal, flora
normal
c) Kontak dengan orofaring, respiratorius,
elimentarius dan genitourinarius
d) Proses penyembuhan lebih lama
c) Luka tercemar
a) Potensi terinfeksi: spillage dari traktus
elimentarius, kandung empedu, traktus genito

21
urinarius, urine
b) Luka trauma baru : laserasi, fraktur terbuka,
luka penetrasi.
d) Luka kotor
a) Akibat proses pembedahan yang sangat
terkontaminasi
b) Perforasi visera, abses, trauma lama.
KONSEP LUKA DAN PERAWATAN LUKA
OLEH: SAMAN,S.KEP,NS

22

Anda mungkin juga menyukai