Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya.
antara kebutuhan dan suplai insulin. Sindrom ini ditandai oleh adanya hiperglikemia
dependent diabetes mellitus atau IDDM), tipe 2 (non insulin dependent diabetes
mellitus atau NIDDM), diabetes mellitus sekunder dan diabetes mellitus yang
berhubungan dengan nutrisi. Selain itu terdapat dua kategori lain tentang
insulin secara absolut akibat proses autoimun, sedangkan diabetes mellitus tipe 2
mempunyai latar belakang resistensi insulin. Pada awalnya resistensi insulin belum
meningkat, selanjutnya terjadi kelelahan sel beta pankreas, baru terjadi diabetes tipe 2
kadar glukosa, yang berakibat pada pembentukan kadar glukosa yang tinggi. Keadaan
ini disertai dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan
Gejala klasik diabetes mellitus tipe 2 adalah adanya rasa haus yang
berlebihan, sering buang air kecil terutama di malam hari, dan berat badan turun
cepat, kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat
lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun dan luka sukar sembuh
(Waspadji, 2007).
Diabetes mellitus tipe 2 meliputi lebih dari 90% dari semua populasi diabetes.
Prevalensi diabetes mellitus tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6% dari
orang dewasa.
Prevalensi diabetes mellitus tipe 2 dilaporkan lebih dari 40% adalah dewasa
dengan umur lebih dari 40 tahun, rata-rata prevalensi di Amerika Latin antara 15-41%
orang dewasa dengan umur lebih dari 45 tahun dengan gaya hidup barat dan sebesar
3% yang menderita diabetes mellitus tipe 2 dengan gaya hidup setempat. Prevalensi
umur 30-64 tahun di Pasific Island of Kiribati dan Samoa barat 11-16%, dan
Group, 2003).
Manado, Jakarta sebesar 12,8%, Jawa Barat sebesar 1,1%, dan Makasar sebesar 2,9%
(Soegondo, 2004).
terjadinya diabetes mellitus tipe 2 belum diketahui secara pasti, namun dari beberapa
mellitus tipe 2 misalnya umur, riwayat keluarga, pola makan, obesitas, aktifitas fisik,
masuknya agent tertentu dari luar tubuh penderita, melainkan karena disebabkan
oleh faktor individu itu sendiri. Beberapa teori tentang penyebab diabetes
mellitus tipe 2 telah diajukan tetapi belum ditemukan hasil yang memuaskan.
b. Host (Penjamu)
1. Umur
40%. Berdasarkan Perkeni (2003) DM diderita usia lebih dari 45 tahun, dan
diabetes.
2. Hipertensi
hipertensi meningkat dari kurang 5% pada orang normal menjadi 15-25% dengan
3. Obesitas
Obesitas adalah faktor risiko utama untuk diabetes mellitus. Berat badan yang
lebih dapat membuat dan menggunakan hormon insulin dengan baik. Diabetes
membantu mengurangi risiko peningkatan diabetes mellitus karena hal itu akan
membantu hormon insulin yang digunakan oleh tubuh lebih efektif. Orang-orang
yang berat badannya turun antara 5-7% akan mengurangi risiko terkena diabetes
Moore, et.al (2003) menunjukkan bahwa penurunan berat badan 3,7 – 6,8 kg
pada individu yang berusia 30-50 tahun mengurangi risiko diabetes mellitus
sebesar 33% dibandingkan dengan berat badan yang tetap gemuk. Hal ini
4. Riwayat Keluarga
Pada banyak keluarga dan studi kembar, komponen yang besar dari faktor
Hal yang menarik tentang diabetes mellitus dari beberapa studi menunjukkan
bahwa ibu kandung yang menderita diabetes mellitus lebih menurunkan kepada
anak dari pada bapaknya yang menderita diabetes mellitus (The Diabetes
c. Environment (Lingkungan)
Faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah gaya hidup (lifestyle) yang terdiri
dari pola makan dan aktifitas fisik. Kedua faktor ini sangat berperan
1. Pola Makan
dengan makanan yang kurang dan makanan yang lebih pada populasi yang
banyak di Nauruans, dengan masukan kalori yang tinggi dan tingkat obesitas
mellitus.
akan memberikan efek berbeda pada kadar glukosa darah dan respon insulin,
walaupun diberikan dalam jumlah sama. Jumlah karbohidrat bukan dasar yang
2. Aktifitas Fisik
tahun menemukan bahwa kasus diabetes mellitus lebih tinggi pada kelompok
perminggu. Penelitian lain yang dilakukan selama delapan tahun pada 87.353
Glukosa yang diserap dari usus ke pembuluh darah dan diedarkan keseluruh
tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ dalam tubuh sebagai bahan bakar, supaya
dapat berfungsi glukosa harus masuk kedalam sel untuk di metabolisme yang
Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal, malah bisa lebih dari
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel berkurang.
Glukosa yang masuk kedalam sel sedikit, maka sel akan kekurangan bahan bakar
(glukosa) dan glukosa dalam pembuluh darah meningkat. Berbeda dengan diabetes
mellitus tipe 1, pada awalnya diabetes mellitus tipe 2 disamping kadar glukosa darah
tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal, hal ini disebut dengan resistensi insulin.
Penyebab resistensi insulin tidak begitu jelas, tetapi ada faktor-faktor yang berperan
seperti obesitas, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kurang aktifitas fisik dan
faktor keturunan.
herediter dan faktor lingkungan menuju ke keadaan diabetes mellitus tipe 2 yang
menetap. Munculnya diabetes mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada awal usia 18 tahun
berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang
lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut
menjadi miliknya.
pemberitahuan sesuatu (pesan) dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan
suatu media. Sebagai makhluk sosial, manusia sering berkomunikasi satu sama lain.
Dalam kehidupan nyata mungkin ada yang menyampaikan pesan/ide; ada yang
menerima atau mendengarkan pesan; ada pesan itu sendiri; ada media dan tentu ada
respon berupa tanggapan terhadap pesan. Secara ideal, tujuan komunikasi bisa
disampaikan.
komunitas.
berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain
sebagainya.
spesifik yaitu :
3. Mengungkapkan perasaan
Gambar 2.1 :
Gangguan Gangguan
Balikan
Pengirim Penerima
pesan pesan
Simbol/Isyarat
Media (Saluran) Mengartikan
Kode/Pesan
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan
non verbal (melalui media poster, gambar, leaflet dan lainnya) dan pesan akan
lebih efektif (dapat lebih mudah diserap oleh penerima pesan) bila diorganisir
secara baik dan jelas melalui teknik dan metode yang dapat disesuaikan
berada).
b. Ajakan
c. Rencana kerja
2. Simbol/isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya
tertentu.
3. Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti : TV, radio, surat kabar, papan
oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.
4. Mengartikan kode/isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim
6. Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari sipenerima pesan
dalam bentuk verbal maupun non verbal. Tanpa balikan seorang pengirim
pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap si penerima pesan. Hal ini
penting bagi pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima
dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh
penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang
merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak balikan yang
diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap
perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan
hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang
Informasi obat adalah setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan secara
terapi dari obat. Informasi obat mencakup nama kimia, struktur kimia, identifikasi,
mekanisme kerja, waktu mulai bekerja dan durasi obat, dosis dan jadwal pemberian,
keuntungan, tanda, gejala, dan pengobatan toksisitas, efikasi klinik, data komparatif,
data klinik, data penggunaan obat, dan setiap informasi lain yang berguna dalam
terutama yang dapat mendukung tercapainya tujuan pengobatan (terapi) yang tepat,
rasional, efisien dan aman dalam penggunaannya. Informasi yang diperlukan oleh
pasien, paling tidak mencakup dua hal yaitu : (1) Informasi mengenai jenis
penyakitnya dan pengobatannya, dan (2) Informasi mengenai obat yang diberikan
(pasien) terkait penggunaan obat antara lain : (a) Nama obat ( merek dagang ) dan
kegunaannya, (b) Tujuan dan manfaat terapi, (c) Cara penyediaan obatnya, (d) Dosis,
bentuk obat, rute pemberian dan lama pemberian, (e) Efek samping, interaksi dan aksi
obat, (f) Pantangan selama penggunaan obat, (g) Cara Penyimpanan obat, (h)
Informasi pengulangan obat, (i) Interaksi dan kontraindikasi, (j) Cara monitoring
terapi atau keberhasilan tercapai, (k) Tindakan terhadap persediaan obat yang tersisa
padahal sakit sudah dirasakan sembuh, (l) Tindakan apabila terjadi kesalahan dosis
maupun kesalahan makan obat, (m) Tindakan pencegahan dari jangkauan anak kecil.
Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker
untuk memberi informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter,
menyebarkan informasi kepada pasien secara aktif dan pasif, (2) Menjawab
pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap
Sakit, tersedianya pedoman dalam rangka pelayanan informasi obat yang bermutu
2. Memiliki data cost effective obat, informasi yang diberikan terkaji dan tidak bias
komersial.
dalam memberikan informasi tentang obat, baik kepada pasien maupun tenaga
dan kerjasama pasien terhadap peraturan obat yang telah diresepkan merupakan
1. Permintaan Informasi Obat, meliputi : (a) mencatat data permintaan informasi, dan
obat, perhitungan farmasi, stabilitas, dan toksisitas obat) (2)ketersediaan obat, (3)
keracunan.
menanyakan lebih dalam tentang karakteristik pasien, dan (b) menanyakan tentang
3. Penelusuran sumber data, meliputi : (a) Dimulai dari rujukan umum (b) Disusul
dengan rujukan sekunder (c) Bila perlu diteruskan dengan rujukan primer.
jelas, lengkap dan benar, (b) Jawaban dapat dicari kembali pada rujukan asal, dan
Langkah-langkah sistematis tersebut dapat digambarkan pada gambar 2.2 berikut ini :
PIO
Isi Formulir
Klasifikasi
Penanya
Pertanyaan
Umpan
Informasi latar balik
belakang
Formulir jawaban
Dokumentasi
Komunikasi
ditanyakan, setelah itu petugas menanyakan tentang informasi latar belakang penyakit
data yang ada kemudian data dievaluasi. Formulir jawaban didokumentasikan oleh
respon penanya.
mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit, (2)
dengan obat, terutama bagi panitia/Komite Farmasi dan Terapi (KFT), (3)
rasional.
kelompok orang, kepanitian, dan penerima informasi obat tersebut, seperti tertera di
bawah ini :
1. Dokter, dalam proses penggunaan obat, pada tahap penetapan pilihan obat serta
apoteker agar ia dapat membuat keputusan yang rasional, yang bertujuan untuk :
(a) Menetapkan sasaran terapi dan titik akhir dari terapi obat, (b) Pemilihan zat
aktif terapi yang paling tepat untuk terapi obat yang bergantung pada variabel
Pemantauan efek dari terapi obat didasarkan pada indeks dari efek, dan (e)
Pemilihan metode untuk pemberian obat. Dokter harus dibuat waspada terhadap
efek samping yang mungkin timbul, sifat distribusi obat dalam tubuh, dan efek
obat pada metabolisme. Dokter juga harus diberi informasi tentang stabilitas
2. Perawat, dalam tahap penyampaian atau distribusi obat kepada perawat dalam
berbagai aspek obat pasien tertentu, terutama tentang pemberian obat. Sebagai
perlu diberikan pada waktu yang sama kepada pasien dengan hanya satu
paling banyak berhubungan dengan pasien. Oleh karena itu, perawatlah pada
keluhan mereka. Apoteker harus siap berfungsi sebagai sumber utama informasi
obat bagi perawat. Berbagai hal yang dipertanyakan oleh perawat misalnya bahan
samping.
3. Pasien, dalam tahap pemantauan efek obat serta tahap edukasi dan konseling
bertindak sebagai sumber utama dari informasi obat bagi professional kesehatan
lain, tenaga farmasi harus mempunyai akses kepustakaan sebagai acuan yang
membawa dampak yang positif baik bagi apoteker maupun bagi pasien yang
bersangkutan. Bagi Apoteker PIO memberi manfaat berupa : (1) legal protection,
karena sudah melakukan kewajiban profesi Apoteker yang diatur oleh undang-
undang, (2) pemilihan status keprofesian, dimana keberadaan Apoteker akan lebih
sehingga dapat mewujudkan hubungan yang lebih harmonis antara Apoteker dengan
berupa informasi obat, sehingga menjaga kepuasan pasien, dan (5) peningkatan
Pasien juga mendapat manfaat dengan adanya PIO, yaitu : (1) mengurangi
obat, (2) mengurangi resiko terjadinya efek samping obat, dan (3) menambah
sedang diobati, dan berbagai aspek yang berkaitan dengan situasi. Selain itu, ada
perlu diberikan pada aspek tertentu dalam konseling. Usia pasien dapat
dan mungkin mengalami reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat sebagai
akibat dari perubahan fisiologis di usia yang semakin menua. Oleh karena itu
apoteker kemungkinan harus meluangkan lebih banyak waktu untuk pasien ini
berbeda dari orang dewasa. Latar belakang budaya pasien juga dapat
memiliki cacat tertentu yang memengaruhi pemilihan tempat yang tepat untuk
yang mungkin dibutuhkan. Jenis pekerjaan dan gaya hidup pasien kemungkinan
juga perlu diperhatikan. Bentuk sediaan, jadwal dosis, dan efek samping
dilakukan. Sebagai contoh pengemudi truk akan mendapat kesulitan bila minum
saat melaksanakan suatu diskusi agar apoteker tidak membuat pasien malu atau
didapatkan oleh pasien, apakah obat resep atau obat tanpa resep. Selain itu, obat
harus memberi penekanan bila suatu obat diketahui beresiko tinggi mengalami
antihipertensi, dalam situasi seperti ini, hal yang penting dilakukan adalah
diagnosis dan prognosis tekanan darah tinggi sering sulit dipahami. Demikian
juga, diagnosis gangguan psikiatri dapat membuat pasien merasa malu dan
cemas akan reaksi orang lain. Khususnya, bila sakit yang diderita pasien fatal,
emosi sehingga memerlukan perhatian khusus dari apoteker. Selain itu, sangat
gejala yang muncul dan bukan menyembuhkan penyakit, serta konsekuensi bila
gaya hidup pada pasien dibandingkan kondisi lain. Sebagai contoh, merokok,
isu-isu ini, membuat rujukan bantuan lebih lanjut, dan memberikan konseling
membuat konseling berjalan sangat sulit bagi apoteker. Selain itu, apoteker
sesama manusia.
pasien (konseling), tidak saja dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari
pasien yang dibicarakan dalam konseling juga penting karena apoteker harus
pasien dan profesional kesehatan lain yang terlibat dalam pengobatan pasien
seperti kemarahan, rasa malu, rasa takut, dan kebingungan yang umumnya
muncul dalam situasi seperti ini. Apoteker harus memiliki toleransi, empati, dan
ketertarikan pada masing-masing pasien. Hal ini akan dirasakan oleh pasien dan
tentang penyakit yang diderita pasien, serta hal-hal yang perlu dan dapat dilakukan
penyakit yang diderita. Dalam hal ini PKMRS berusaha menggungah kesadaran serta
minat pasien dan keluarganya untuk berperan secara positif dalam penyembuhan dan
yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan di RS, karena dengan PKMRS
A. Visi PKMRS
Mewujudkan ”rumah sehat” yang para warganya hidup dengan perilaku yang
B. MISI
1. Mengupayakan adanya kebijakan rumah sakit yang Bersih dan Sehat baik
hidup bersih dan sehat bagi warga dan lingkungan rumah sakit.
C. KEBIJAKAN PKMRS
4. PKMRS dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat di rumah sakit secara
yang sedang diderita pasien atau penyakit terbanyak yang ditemukan di rumah sakit
(masalah lokal/SMF), atau masalah penyakit yang bersifat nasional (yang cenderung
meningkat secara nasional seperti : penyakit jantung, tekanan darah tinggi, TBC,
Secara garis besar, isi penyuluhan dapat dibagi menjadi 3 hal, yaitu :
kembali. Juga mencegah penularan penyakit kepada atau dari orang lain.
tanya jawab perorangan, ceramah pada kelompok, dan konseling. Penyuluhan tidak
seperti : radio kaset, video kaset, flipchart, poster, booklet, leaflet, dan pameran.
pasien/pengunjung.
Kepatuhan berasal dari kata “patuh” yang berarti taat, suka menuruti, disiplin.
Kepatuhan menurut Trostle dalam Niven (2002), adalah tingkat prilaku penderita
hidup sehat dan ketetapan berobat. Dalam pengobatan, seseorang dikatakan tidak
opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
faktor petugas, faktor obat, dan faktor penderita. Karakteristik petugas yang
penyembuhan, waktu yang lama, adanya efek samping obat. Faktor penderita yang
keluarga.
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi
yang diberikan padanya. Ley dan Spelman (Niven, 2002) menemukan bahwa lebih
dari 60% yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang
instruksi yang diberikan pada mereka. Hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional
medis, dan banyak memberikan instruksi yang harus diingat oleh pasien.
c. Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat,
maka akan ada efek “keunggulan”, yaitu mereka berusaha mengingat hal-hal
d. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum (non medis) dan hal-hal
2. Kualitas Interaksi
professional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program
pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan
secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang gagal. Orang-
sangat memerhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan
program pengobatan.
Menurut teori Feuerstein dalam Niven (2002), ada lima faktor yang
mendukung kepatuhan pasien, dimana jika faktor ini lebih besar daripada
1. Pendidikan
2. Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang dapat
memengaruhi kepatuhan. Sebagai contoh, pasien yang lebih mandiri harus dapat
diturunkan dahulu tingkat ansietasnya dengan cara meyakinkan dia atau dengan
Hal ini berarti membangun dukungan social dari keluarga dan teman-teman.
terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut. Dengan cara ini komponen-
Adalah suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada pasien
kondisinya, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi
Menurut Schwart dan Griffin (Bart, 1994), faktor yang berhubungan dengan
nasihat dokter yang pasif dan patuh. Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang
yang lalai, dan masalahnya dianggap sebagai masalah kontrol. Riset berusaha untuk
sosio ekonomi, pendidikan, umur, dan jenis kelamin. Pendidikan pasien dapat
pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara
mandiri. Usaha-usaha ini sedikit berhasil, seorang dapat menjadi tidak taat kalau
sering diartikan sebagai usaha pasien untuk mengendalikan perilakunya, bahkan jika
Menurut Dickson dkk (Bart, 1994), perilaku ketaatan lebih rendah untuk
penyakit kronis (karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau
resiko yang jelas), saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama,
Menurut Sarafino (Bart, 1994), tingkat ketaatan rata-rata minum obat untuk
78%, untuk kesakitan kronis dengan cara pengobatan jangka panjang tingkat
(Bart,1994).
3. Variabel-variabel sosial
cenderung lebih mudah mengikuti nasihat medis, daripada pasien yang kurang
4. Ciri-ciri individual
Sebagai contoh : di Amerika Serikat, kaum wanita, kaum kulit putih, dan orang
banyak diderita oleh penduduk dunia dan hingga saat ini belum ditemukan
bahwa dari 14 juta orang menderita DM, 50% diantaranya sadar telah mengidapnya
(30% diantaranya yang mau berobat teratur dan 70% lainnya belum mengikuti
pengobatan secara teratur), selain itu masih ada 50% lainnya yang tidak menyadari
cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh petugas kesehatan (Smet, 1994).
Shilinger (1983) yang dikutip Travis (1997) menyatakan bahwa kepatuhan mengacu
beberapa tugas yang merupakan bagian dari sebuah regimen terapeutik. Trekas
kesehatannya.
Menurut teori Feuerstein dalam Niven (2002), ada lima faktor yang
dan tepat akan menggugah kesadaran penderita untuk mau melaksanakan anjuran
yang tidak mendapatkan edukasi memiliki risiko 4 kali lebih tinggi terkena
adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah
penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu.
Informasi yang diperoleh pasien dapat membantu pasien untuk lebih memahami
kondisi mereka dan tindakan pengobatan yang sedang mereka jalani, dalam hal ini
cara penggunaan obat yang benar. Untuk meningkatkan interaksi tenaga kesehatan
dengan pasien, diperlukan suatu komunikasi yang terjalin baik oleh tenaga kesehatan.
lengkap guna meningkatkan pemahaman pasien dalam setiap instruksi yang diberikan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Palestin (2000) pada pasien di poliklinik
suatu kepatuhan tergantung pada dua faktor disengaja atau tidak disengaja dan
biasanya didasari informasi yang benar harus selalu diberikan pada pasien yang tidak
patuh pada pelayanan medis yang mungkin secara langsung membantu mengingatkan
kembali. Sejak dia dipercaya dan patuh dengan nasehat, dia akan mengikuti
adalah pemberian informasi, pemberian informasi yang jelas pada pasien dan
keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya. Dalam hal
ini pemberian informasi yang jelas tentang penggunaan obat secara benar, sehingga
Ley dan Spelman (Niven, 2002) menemukan bahwa lebih dari 60% pasien
yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi
yang diberikan pada mereka. Hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional
medis, dan banyak memberikan instruksi yang harus diingat oleh pasien.
Merujuk pada teori dan penelitian diatas dan berdasarkan survei pendahuluan
yang dilakukan peneliti terkait dengan kepatuhan pasien dalam konsumsi obat, maka
kajian komunikasi petugas informasi obat terhadap kepatuhan minum obat pasien
dalam penelitian ini dapat kita lihat dalam bagan dibawah ini :