Rangkaian Ekuivalen
1. Motor DC
MESIN ASINKRON Stator dibuat dari sejumlah slots untuk membawa gulungan tiga fasa.
Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub yang tertentu.
Gulungan diberi spasi geometri sebesar 120 derajat.
Teori dasar
a. definisi umum Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bagian-
Mesin Induksi adalah mesin yang terdiri dari stator (yang diam) dan bagian sebagai berikut.
rotor (yang berputar) yang mana hanya terdapat pencatuan tegangan AC 1. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang.
pada stator dan tidak ada pencatuan tegangan DC pada rotor , hal ini yang 2. Inti stator dari besi lunak atau baja silikon.
membedakan mesin induksi dengan mesin sinkron, Sehingga hanya ada 3. Alur, bahannya sama dengan inti, dimana alur ini merupakan
lilitan jangkar pada mesin induksi yang akan menghasilkan medan jangkar tempat meletakkan belitan (kumparan stator).
(amortisseur). “ medan jangkar adalah medan utama pada sebuah mesin 4. Belitan (kumparan) stator dari tembaga.
listrik”.
Memiliki rangkaian ekivalen yang hampir sama dengan rangkaian - Rotor
ekivalen trafo, dengan prinsip yang hampir sama pula yaitu proses induksi Berdasarkan bentuk konstruksi rotornya, maka motor induksi dapat
rangkaian primer menginduksi rangkaian sekunder, bedanya rangkaian dibagi menjadi dua jenis seperti yang diperlihatkan pada gambar, yaitu.
sekunder pada mesin induksi berputar sedangkan pada trafo tidak. 1. Motor induksi dengan rotor sangkar tupai(squirrel cage).
Untuk motor biasanya mesin induksi yang paling sering digunakan 2. Motor induksi dengan rotor belitan (wound rotor)
karena hanya memerlukan 1 sumber yaitu AC, yang tersedia di rumah-
rumah, biasanya digunakan pada kipas, mixer, blender, mesin cuci dll. sangkar tupai(squirrel cage)
b. konstruksi
Seperti yang disebutkan sebelumnya secara umum mesin induksi
terdiri;
belitan(wound rotor)
Konsep slip
pada konsep slip yang perlu diketahui ada 2 yaitu kecepatan slip(n
slip) dan slip(s)
kecepatan slip = kecepatan synchronous – kecepatan rotor V1 = I1 [( R1 + R2* / s) + j ( X1+ X2*)]
sedangkan slip = kecepatan slip =
kecepatan synchronous(ns) – kecepatan rotor(nr)
kecepatan synchronous = kecepatan • Rangkaian Ekivalen terdiri dari 2 tahanan dan 2 reaktansi
synchronous yang masing-masing terhubung seri.
kecepatan synchronous(ns) = 120.fe • Arus Magnetisasi diwakili oleh tahanan Rc dan reaktansi
Xm yang terhubung paralel.
P
• Tahanan mewakili rugi-rugi Hysterisis dan Eddy’s current.
Ketika slip =1, kecepatan rotor = 0
• Reaktansi mewakili arus magnetisasi yang akan
yaitu kondisi pada saat starting, sehingga kecepatan relatif
menghasilkan fluk magnetisasi.
memiliki nilai maksimal, akibatnya arus juga memiliki nilai
maksimal. sehingga torsi dapat dihasilkan.
Ketika . 0 < slip < 1
yaitu kondisi dimana mesin induksi bekerja
Diagram aliran daya 2.1. SUSUT TEKNIS JARINGAN DISTRIBUSI
2.1.1. Susut Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Susut penyulang jaringan tegangan menengah dapat
ditentukan berdasarkan pengukuran AMR yaitu selisih energi (kWh)
yang dikirimkan penyulang dan jumlah energi yang terukur pada
masing-masing gardu distribusi.
Susut rak TR dapat ditentukan berdasarkan hasil pengukuran 2.2. KARAKTERISTIK KUALITAS DAYA LISTRIK
menggunakan Power Quality Analyzer (PQA) yang dipasang pada 2.2.1. Kualitas Tegangan
incoming rak TR dan semua outgoing rak TR. Besarnya susut rak TR 2.2.1.1. Fluktuasi Tegangan (Voltage Fluctuation)
adalah selisih energi yang terukur pada incoming rak TR dengan Fluktuasi tagangan merupakan rentang perubahan tegangan
energi total yang terukur pada semua outgoing rak TR. maksimum dan minimum. Besarnya tegangan sangat mempengaruhi
operasi dari suatu peralatan, apabila tegangan yang disuplai ke
peralatan melebihi tegangan nominalnya maka akan terjadi
beberapa kerugian diantaranya adalah timbulnya arus yang melebihi
nominalnya, hal ini selain akan memperburuk operasi peralatan juga
dapat memperpendek life time peralatan tersebut. Demikian pula
sebaliknya, apabila tegangan yang disuplai ke peralatan lebih rendah
dari tegangan nominalnya maka akan menyebakan operasi peralatan
yang buruk, bahkan dapat menyebabkan peralatan tidak dapat
beroperasi (apabila tegangan kurang dari tegangan start peralatan).
Toleransi tegangan lebih pada sisi beban-beban listrik adalah +- 10 %
dari tegangan nominal.
Gambar 2.3 Letak PQA pada Rak TR untuk pengukuran susut Rak TR
2.2.1.2. Ketidakseimbangan Tegangan (Voltage Imbalance)
Susut transformator distribusi dapat ditentukan berdasarkan Ketidakseimbangan Tegangan terjadi apabila tegangan tiap
hasil pengukuran energi yang dilakukan oleh Automatic Meter fasa mempunyai besar dan sudut tegangan yang tidak standar,
Reading (AMR) yang dipasang pada sisi tegangan tinggi dan sehingga tegangan antar fasa menjadi tidak sama.
tegangan rendah transformator distribusi. Besarnya susut Ketidakseimbangan Tegangan sangat mempengaruhi operasi beban
transformator distribusi adalah selisih energi (kWh) yang terukur
tiga fasa (seperti motor, trafo dsb). Hal ini akan menyebabkan
timbulnya peningkatan temperatur, konsumsi kwh dan penurunan
kemampuan operasi (derating capacity) seperti terlihat pada
standar NEMA pada gambar 3 dan 4 Apabila terjadi
ketidakseimbangan tegangan sebesar +/- 5% maka akan
meningkatkan temperatur sebesar 50%, di mana hal ini
membutuhkan energi listrik +/- sebesar 10% dari kebutuhan daya
totalnya. Bahkan pada motor-motor listrik akan mengakibatkan
derating capacity motor listrik tersebut, dengan kata lain akan
menurunkan kemampuan maksimal dari motor listrik tersebut.