Anda di halaman 1dari 11

MESIN DC tersebut mengalir pada medium (rangkaian stator), yang pada

Definisi akhirnya menghasilkan medan magnet (Bf). Hal tersebut


Pada mesin DC terjadi proses pengonversian tegangan DC. berdasarkan rumus:
Ada dua jenis mesin DC, yakni: motor DC dan generator DC. Motor Bf = µo. µr. N. If
DC mengonversi energi listrik DC menjadi energi mekanik, L
sedangkan generator DC adalah sebaliknya. Pada mesin DC terdapat Keterangan:
komutator dan sikat (brush). Kumparan medan pada mesin DC µo = permeabilitas ruang hampa
adalah stator, sedangkan kumparan jangkarnya adalah rotor. µr = permeabilitas bahan relatif terhadap udara
Kumparan medan merupakan tempat dihasilkannya medan N = banyaknya lilitan pada stator
If = arus yang mengalir pada kumparan medan /rangkaian stator
magnet utama. Sedangkan kumparan jangkar merupakan tempat
L = panjangnya kumparan stator
dihasilkannya tegangan induksi.
Rotor:
Pada rotor juga diberi tegangan DC. Karena rangkaiannya
Konstruksi
close loop, maka timbul arus jangkar (Ia). Kemudian, arus jangkar
Prinsip dasar dari mesin DC adalah elektromagnet. Saat
tersebut akan menyebabkan timbulnya medan magnet jangkar (Ba).
sebuah kawat dialiri arus, maka akan timbul medan magnet di
Hal tersebut berdasarkan rumus:
sekeliling kawat berarus tersebut.
Ba = µo. µr. N. Ia
L
Keterangan:
µo = permeabilitas ruang hampa
µr = permeabilitas bahan relatif terhadap udara
N = banyaknya lilitan pada rotor
Ia = arus yang mengalir pada kumparan jangkar /rangkaian rotor
L = panjangnya kumparan rotor
Lalu, terjadi interaksi antara medan magnet (Bf) dengan
medan magnet jangkar (Ba), yang pada akhirnya menghasilkan
resultan medan magnet.
Prinsip kerja
Br = Bf + Ba
1. Motor DC
Dimana arah dari resultan medan magnetnya dapat
Motor DC terdiri dari stator dan rotor. Stator merupakan
diketahui dengan menggunakan metode analisa vektor.
bagian motor yang statis (diam), sedangkan rotor merupakan bagian
Kemudian, besar gaya yang muncul pada motor DC dapat
motor yang dapat bergerak. Pada motor DC, stator dan rotor diberi
diketahui berdasarkan rumus:
tegangan DC.
F = Br . Ia. L
Stator: Keterangan:
Pada stator diberi tegangan DC. Karena rangkaiannya close loop, Br = resultan medan magnet
maka timbul arus yang biasa disebut arus medan (If). Arus medan Ia = arus yang mengalir pada kumparan jangkar / rangkaian rotor
L = panjangnya kumparan rotor µr = permeabilitas bahan relatif terhadap udara
Pada akhirnya dihasilkan torsi pada rotor, yang didasari oleh N = banyaknya lilitan pada stator
rumus: If = arus yang mengalir pada kumparan medan /rangkaian stator
T=F.r L = panjangnya kumparan stator
Keterangan: Medan magnet (Bf) tersebut menembus permukaan rotor,
F = gaya yang timbul pada motor DC sehingga dihasilkan fluks rotor (Φa). Hal tersebut berdasarkan
r = jari-jari rotor rumus:
Torsi inilah yang pada akhirnya dapat menggerakkan rotor. Φa = Bf . Ar cos Ө
Ketika torsi menggerakkan rotor setengah putaran, arah Dimana cos Ө merupakan besarnya sudut antara Bf dengan bidang
arus yang mengalir pada rangkaian rotor akan berbeda. Pada normal (neutral plane).
kondisi inilah brush berperan sebagai penjaga supaya arah arus Rotor:
yang mengalir tetap sama dengan kondisi awal sebelum terjadi Bagian rotor dari generator DC tidak diberi tegangan DC.
perputaran. Dimana celah yang terdapat pada komutator berfungsi Untuk menggerakkan rotor, digunakan bantuan dari prime mover,
sebagai pemutus putaran penuh yang dilakukan oleh sikat, sehingga dimana dalam pengaplikasiannya dapat berupa pembangkit tenaga
arah arus yang mengalir pada rangkaian tersebut memiliki arah yang listrik.
sama dengan kondisi awal. Sehingga rotor akan terus berputar Kemudian, pergerakan rotor tersebut menyebabkan
dengan arah yang sama. terjadinya perubahan sudut (cos Ө) antara medan magnet yang
Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat mengetahui menembus permukaan rotor (Bf) dengan bidang normal.
bahwa pada motor DC terjadi proses pengonversian energi listrik Pada akhirnya, perubahan cos Ө tersebut menyebabkan
yang menggunakan tegangan DC menjadi energi mekanik. berubahnya besar fluks pada rotor (Φa). Kemudian, seperti yang
telah diketahui bahwa perubahan fluks (Φa) dapat menghasilkan
2. Generator DC GGL induksi. Hal tersebut berdasarkan rumus:
Berbeda halnya dengan motor DC, pada generator DC Ea = -N dΦa
bagian rotornya tidak diberi tegangan DC, namun terhubung dengan dt
sumber energi mekanik sebagai penggeraknya. Sedangkan bagian Keterangan:
statornya tetap diberi tegangan DC. N = banyaknya lilitan pada kumparan rotor
Stator: dΦa = besarnya laju perubahan fluks terhadap waktu
Bagian stator dari generator DC diberi tegangan DC. Karena dt
tanda negaif (-) di atas menjelaskan bahwa arah dari tegangan induksi
rangkaian stator merupakan close loop, maka timbul arus medan
selalu belawanan arah dengan tegangan sumbernya.
(If). Arus medan yang mengalir pada rangkaian stator menghasilkan
Kemudian, karena rangkaian rotornya close loop, maka
medan magnet (Bf). Hal tersebut berdasarkan rumus:
timbullah arus. Arus inilah yang nantinya akan disuplay untuk
Bf = µo. µr. N. If
memenuhi berbagai keperluan.
L
Keterangan:
µo = permeabilitas ruang hampa
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa 2. Generator DC
pada generator DC terjadi proses pengonversian energi mekanik
menjadi energi listrik DC.

Rangkaian Ekuivalen
1. Motor DC

Sama halnya dengan motor DC, pada generator DC juga


terdapat 2 rangkaian. Yakni rangkaian stator (gambar 1) dan rotor
Gambar 1 merupakan rangkaian rotor, sedangkan gambar 2 (gambar 2).
merupakan rangkaian stator. Berdasarkan gambar-gambar rangkaian di atas, kita bisa
Pada gambar 1, terdapat variabel-variabel seperti Ra, Ia, V, mengetahui bahwa perbedaan antara motor DC dan generator DC
dan Ea. Dimana Ra dan Ia merupakan hambatan dan arus jangkar. V yakni pada rangkaian rotornya. Pada generator DC, rangkaian
dan Ea merupakan tegangan sumber dan tegangan induksi. rotornya tidak diberi tegangan DC. Selain itu, rotornya terhubung
Sedangkan pada gambar 2, kita bisa melihat adanya dengan beban, dimana beban tersebut dapat berupa motor yang
beberapa variabel seperti Rp, If dan Rf. Dimana, masing-masing akan dihubungkan ke generator.
variabel tersebut mempengaruhi besarnya medan magnet yang Selain itu, arah arus jangkarnya searah dengan tegangan
dihasilkan pada stator (Bf). induksi. Sehingga berdasarkan gambar di atas, dapat dihasilkan
Rp merupakan hambatan yang bisa mempengaruhi rumus:
besarnya arus medan pada rangkaian stator (If). Sedangkan Rf Ea = Vt + Ia. Ra
merupakan kumparan pada stator yang nantinya akan menghasilkan Penjelasan Variabel rangkaian
medan magnet (Bf). Stator : Variabel tegangannya tetap 220V
Berdasarkan kedua gambar di atas, diperoleh persamaan: Rotor : Variabel tegangannya berubah 0-220V
-Ia. Ra + V – Ea = 0 Rheostat : Hambatan yang besarnya dapat diubah-ubah sesuai
Ea = Vt – Ia. Ra dengan kebutuhan
Dimana, Ea merupakan GGL induksi pada rangkaian rotor dan Reaksi Jangkar
memiliki arah yang berlawananan dengan tegangan DC yang dicatu Reaksi Jangkar terjadi karena adanya interaksi antara
ke rotor. Sedangkan Vt adalah tegangan jepit rotor. medan magnet yang dihasilkan rotor dengan stator. Dimana
interaksi tersebut akan menghasilkan medan magnet resultan yang 1. Stator : Merupakan bagian yang diam dan mempunyai
pada akhirnya akan mempengaruhi kemiringan neutral plane kumparan yang dapat menginduksikan medan
(bidang normal). elektromagnetik kepada kumparan rotornya.
Hal tersebut bisa menyebabkan timbulnya perbedaan 2. Celah : Merupakan celah udara: Tempat berpindahnya energi
polaritas pada brush, sehingga pada akhirnya bisa menyebabkan dari startor ke rotor.
percikan pada brush. Percikan tersebut bisa menyebabkan broken 3. Rotor : Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi
circuit pada mesin tersebut. magnet dari kumparan stator yang diinduksikan kepada
kumparan rotor.
Stator

MESIN ASINKRON Stator dibuat dari sejumlah slots untuk membawa gulungan tiga fasa.
Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub yang tertentu.
Gulungan diberi spasi geometri sebesar 120 derajat.
Teori dasar
a. definisi umum Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bagian-
Mesin Induksi adalah mesin yang terdiri dari stator (yang diam) dan bagian sebagai berikut.
rotor (yang berputar) yang mana hanya terdapat pencatuan tegangan AC 1. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang.
pada stator dan tidak ada pencatuan tegangan DC pada rotor , hal ini yang 2. Inti stator dari besi lunak atau baja silikon.
membedakan mesin induksi dengan mesin sinkron, Sehingga hanya ada 3. Alur, bahannya sama dengan inti, dimana alur ini merupakan
lilitan jangkar pada mesin induksi yang akan menghasilkan medan jangkar tempat meletakkan belitan (kumparan stator).
(amortisseur). “ medan jangkar adalah medan utama pada sebuah mesin 4. Belitan (kumparan) stator dari tembaga.
listrik”.
Memiliki rangkaian ekivalen yang hampir sama dengan rangkaian - Rotor
ekivalen trafo, dengan prinsip yang hampir sama pula yaitu proses induksi Berdasarkan bentuk konstruksi rotornya, maka motor induksi dapat
rangkaian primer menginduksi rangkaian sekunder, bedanya rangkaian dibagi menjadi dua jenis seperti yang diperlihatkan pada gambar, yaitu.
sekunder pada mesin induksi berputar sedangkan pada trafo tidak. 1. Motor induksi dengan rotor sangkar tupai(squirrel cage).
Untuk motor biasanya mesin induksi yang paling sering digunakan 2. Motor induksi dengan rotor belitan (wound rotor)
karena hanya memerlukan 1 sumber yaitu AC, yang tersedia di rumah-
rumah, biasanya digunakan pada kipas, mixer, blender, mesin cuci dll. sangkar tupai(squirrel cage)
b. konstruksi
Seperti yang disebutkan sebelumnya secara umum mesin induksi
terdiri;
belitan(wound rotor)

terdiri dari beberapa conducting bar yang dihubungkan dengan


shorting ring yang besar mengakibatkan short antar conducting bar yang
lainnya.
lilitan 3 fase pada rotor dengan cara melilit yatu sebagai cermin dari
lilitan pada stator. biasanya dipakai pada rotor yaitu hubung wye(Y) .
wound rotor biasanya lebih mahal daripada squirrel cage rotor karena perlu
perawatan ekstra pada brush dan slip ring nya.
Konstruksi rotor motor induksi terdiri dari bahagian-bahagian Tanda silang (x) pada kumparan stator atau rotor pada gambar
sebagai berikut. 3.2 menunjukkan arah arus yang melewati kumparan masuk ke
1. Inti rotor, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan dalam kertas (tulisan ini) sedangkan tanda titik (.)
inti stator. menunjukkan bahwa arah arus keluar dari kertas.
2. Alur, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber
inti. Alur merupakan tempat meletakkan belitan (kumparan) tegangan akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan
rotor. kecepatan sinkron (ns =, 120f/2p). Medan putar pada stator
3. Belitan rotor, bahannya dari tembaga. tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor,
4. Poros atau as. sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz, rotor pun
Diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan
ruangan antara stator dan rotor. Pada celah udara ini lewat fluks putaran relatif antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya
induksi stator yang memotong kumparan rotor sehingga meyebabkan beban, akan memperbesar kopel motor yang oleh karenanya akan
rotor berputar. Celah udara yang terdapat antara stator dan rotor memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip antara
diatur sedemikian rupa sehingga didapatkan hasil kerja motor yang medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar.
optimum. Bila celah udara antara stator dan rotor terlalu besar akan Jadi. Bila beban motor bertambah, putaran rotor cenderung
mengakibatkan efisiensi motor induksi rendah, sebaliknya bila jarak menurun.
antara celah terlalu kecil/sempit akan menimbulkan kesukaran
mekanis pada mesin. c. prinsip kerja
Prinsip dasar dari motor induksi adalah prinsip induksi
elektromagnetik . Dimana pada stator diberi tegangan 3 fasa (Vac).
Bentuk gambaran sederhana penempatan stator dan rotor pada Karena rangkaian stator close loop, maka timbul arus (Iac) pada
motor induksi diperlihatkan pada gambar 3.2. rangkaian medan tersebut. Pada akhirnya menghasilkan medan putar
stator (Bf= µo N Iac ).
. 1' L
Celah udara Stator
. besarnya arus 3 fasa berubah-ubah, dikarenakan rangkaian tersebut
2' diberi tegangan AC.
Rotor Medan putar dengan intensitas yang berubah-ubah tersebut
Kumparan menembus permukaan rotor, sehingga timbul fluks jangkar yang
2 rotor
Kumparan x berubah-ubah terhadap waktu.
stator rangka kaki Φa = Bf. Ar cos Ө.
x 1
Pada akhirnya fluks jangkar tersebut menghasilkan GGL
induksi, sesuai dengan rumus:
Gambar 3.2 Gambaran sederhana motor induksi dengan satu Ea = -N dΦa
kumparan stator dan satu kumparan rotor dt
tanda negatif diatas menunjukan bahwa GGL induksi berlawanan
arah dengan tegangan sumber.
Karena rangkaian rotor close loop, maka timbul arus Ia pada Ketika slip = 0, kecepatan rotor = kecepatan synchronous
rotor. Adanya pencatuan AC tiga phase menimbulkan arus (Iac) yang yaituu saat besarnya kecepatan slip (nslip) adalah nol, maka
akan menimbulkan medan putar pada stator(Bf) menimbulkan gaya kecepatan medan putar stator (ns) sama dengan kecepatan putar rotor
Lorentz, F = Bf. Ia. Lr. (nr). Hal tersebut menyebabkan GGL induksi pada rotor bernilai nol.
Pada akhirnya, dihasilkan torsi ; T = F x r, dimana r Kemudian besarnya arus induksi pada rotor juga bernilai nol. Lalu
merupakan jari-jari rotor. Kemudian, torsi inilah yang nantinya akan gaya lorentz pada rotor bernilai nol. Hal tersebut menyebabkan rotor
menggerakan rotor. tidak memiliki torsi, sehingga lama-kelamaan kecepatan putar rotor
Tegangan induksi timbul karena adanya resultan antara berkurang dan akhirnya rotor berhenti berputar.
medan putar stator dengan medan yang dihasilkan pada rotor.
eind = ( v x B).l Rangkaian ekuivalen
v = kecepatan relatif medan rotor dengan medan putar yang
dihasilkan stator
B= medan putar stator
l= panjang konduktor
Artinya, agar tegangan terinduksi diperlukan adanya
perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan
kecepatan putar rotor (nr), sering disebut juga slip. Dimana slip ini
diperlukan supaya rotor bisa berputar.

Konsep slip
pada konsep slip yang perlu diketahui ada 2 yaitu kecepatan slip(n
slip) dan slip(s)
kecepatan slip = kecepatan synchronous – kecepatan rotor V1 = I1 [( R1 + R2* / s) + j ( X1+ X2*)]
sedangkan slip = kecepatan slip =
kecepatan synchronous(ns) – kecepatan rotor(nr)
kecepatan synchronous = kecepatan • Rangkaian Ekivalen terdiri dari 2 tahanan dan 2 reaktansi
synchronous yang masing-masing terhubung seri.
kecepatan synchronous(ns) = 120.fe • Arus Magnetisasi diwakili oleh tahanan Rc dan reaktansi
Xm yang terhubung paralel.
P
• Tahanan mewakili rugi-rugi Hysterisis dan Eddy’s current.
Ketika slip =1, kecepatan rotor = 0
• Reaktansi mewakili arus magnetisasi yang akan
yaitu kondisi pada saat starting, sehingga kecepatan relatif
menghasilkan fluk magnetisasi.
memiliki nilai maksimal, akibatnya arus juga memiliki nilai
maksimal. sehingga torsi dapat dihasilkan.
Ketika . 0 < slip < 1
yaitu kondisi dimana mesin induksi bekerja
Diagram aliran daya 2.1. SUSUT TEKNIS JARINGAN DISTRIBUSI
2.1.1. Susut Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Susut penyulang jaringan tegangan menengah dapat
ditentukan berdasarkan pengukuran AMR yaitu selisih energi (kWh)
yang dikirimkan penyulang dan jumlah energi yang terukur pada
masing-masing gardu distribusi.

GI GH
FEEDER TM

AMR Penyulang
AMR Gardu Distribusi

Gambar 2.1 Letak AMR untuk pengukuran susut pada jaringan


Keterangan : tegangan menengah (JTM)
Pinput= 3 V1 I1*
Pcore losses= daya yang hilang pada inti besi Pada suatu jaringan tegangan menengah (JTM), faktor-faktor yang
Pstator copper losses= daya yang hilang pada kumparan stator
mempengaruhi susut antara lain impedansi komponen-komponen
Protor copper losses= daya yang hilang pada kumparan rotor
Pmechanical losses= daya yang hilang karena adanya gaya mekanik, sistem, kondisi jointing, harmonik, suhu, sirkulasi udara gardu,
seperti gaya gesek antara rotor yang berputar dengan air gap (udara) korona, dsb.
Pstray losses= daya yang hilang karena adanya human error
Pout= Tout .ωm 2.1.2. Susut Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Susut jaringan tegangan rendah dapat ditentukan
berdasarkan pengukuran enegi pada outgoing rak TR menggunakan
Power Quality Analyzer (PQA) dan energi yang tercatat pada kWh
Meter pelanggan. Susut jaringan tegangan rendah yaitu selisih
energi (kWh) yang dikirimkan dari gardu distribusi dan jumlah
energi yang tercatat di semua kWh Meter pada jurusan yang terkait.
BAB II
DASAR TEORI
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya susut pada jaringan pada sisi tegangan tinggi transformator dengan energi (kWH) yang
tegangan rendah antara lain adalah impedansi kabel JTR, panjang terukur pada sisi tegangan rendah transformator.
kabel JTR, jointing, sambungan tak resmi (cantol), kondisi kWh
meter, dsb.

2.1.3. Susut Gardu Distribusi


Susut gardu distribusi terdiri dari dua bagian yaitu susut rak Pada rak TR, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
TR dan susut transformator. Susut total gardu distribusi adalah susut antara lain kondisi jointing, suhu, kondisi fuse, dsb. Sedangkan
jumlah susut pada rak TR dan susut transformator. pada transformator distribusi, faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya susut adalah impedansi trafo, kualitas daya, pembebanan
trafo, suhu, kondisi jointing, dsb.

Susut rak TR dapat ditentukan berdasarkan hasil pengukuran 2.2. KARAKTERISTIK KUALITAS DAYA LISTRIK
menggunakan Power Quality Analyzer (PQA) yang dipasang pada 2.2.1. Kualitas Tegangan
incoming rak TR dan semua outgoing rak TR. Besarnya susut rak TR 2.2.1.1. Fluktuasi Tegangan (Voltage Fluctuation)
adalah selisih energi yang terukur pada incoming rak TR dengan Fluktuasi tagangan merupakan rentang perubahan tegangan
energi total yang terukur pada semua outgoing rak TR. maksimum dan minimum. Besarnya tegangan sangat
mempengaruhi operasi dari suatu peralatan, apabila tegangan yang
disuplai ke peralatan melebihi tegangan nominalnya maka akan
terjadi beberapa kerugian diantaranya adalah timbulnya arus yang
RAK TR melebihi nominalnya, hal ini selain akan memperburuk operasi
peralatan juga dapat memperpendek life time peralatan tersebut.
Demikian pula sebaliknya, apabila tegangan yang disuplai ke
peralatan lebih rendah dari tegangan nominalnya maka akan
menyebakan operasi peralatan yang buruk, bahkan dapat
menyebabkan peralatan tidak dapat beroperasi (apabila tegangan
kurang dari tegangan start peralatan). Toleransi tegangan lebih
Power Quality Analyzer (PQA) pada sisi beban-beban listrik adalah +- 10 % dari tegangan nominal.
Gambar 2.3 Letak PQA pada Rak TR untuk pengukuran susut Rak TR
2.2.1.2. Ketidakseimbangan Tegangan (Voltage Imbalance)
Susut transformator distribusi dapat ditentukan berdasarkan Ketidakseimbangan Tegangan terjadi apabila tegangan tiap
hasil pengukuran energi yang dilakukan oleh Automatic Meter fasa mempunyai besar dan sudut tegangan yang tidak standar,
Reading (AMR) yang dipasang pada sisi tegangan tinggi dan sehingga tegangan antar fasa menjadi tidak sama.
tegangan rendah transformator distribusi. Besarnya susut Ketidakseimbangan Tegangan sangat mempengaruhi operasi beban
transformator distribusi adalah selisih energi (kWh) yang terukur
tiga fasa (seperti motor, trafo dsb). Hal ini akan menyebabkan
timbulnya peningkatan temperatur, konsumsi kwh dan penurunan
kemampuan operasi (derating capacity) seperti terlihat pada
standar NEMA pada gambar 3 dan 4 Apabila terjadi
ketidakseimbangan tegangan sebesar +/- 5% maka akan
meningkatkan temperatur sebesar 50%, di mana hal ini
membutuhkan energi listrik +/- sebesar 10% dari kebutuhan daya
totalnya. Bahkan pada motor-motor listrik akan mengakibatkan
derating capacity motor listrik tersebut, dengan kata lain akan
menurunkan kemampuan maksimal dari motor listrik tersebut.

Gambar 2.2 Standar NEMA Derating Factor terhadap Voltage


Imbalance

2.2.1.3. Harmonik Tegangan (Voltage Harmonic)


Harmonik Tegangan merupakan gelombang distorsi yang
merusak bentuk gelombang fundamental (sinusoidal) tegangan,
sehingga bentuk gelombang tegangan menjadi buruk (tidak
sinusoidal murni). Harmonik tegangan ini dapat menyebabkan
terjadinya pemanasan dan kualitas operasi yang buruk pada kinerja
Gambar 2.1 Standar NEMA Temperature Rise terhadap Voltage peralatan. Besarnya toleransi harmonik tegangan (THD-V) yang
Imbalance diperbolehkan adalah sebesar 3 %. Harmonik pada tegangan ini
umumnya dipengaruhi oleh harmonik arus yang dihasilkan oleh
beban/peralatan listrik.

2.2.2. Kualitas Arus


2.2.2.1. Harmonik Arus (Current Harmonic)
Harmonik arus merupakan gelombang distorsi yang merusak
bentuk gelombang fundamental (sinusoidal) Arus, sehingga bentuk
gelombang arus menjadi tidak sinusoidal murni. Penyebab utama
timbulnya Harmonik adalah peralatan yang bersifat non-linier,
seperti komputer, peralatan elektronik, robotics (sistem kontrol),
balast lampu elektronik, variable speed drives, frequency inverters,
UPS (Uninterruptable Power Supply), DC drives, battery chargers. oleh beban-beban yang bersifat kapasitif, sedangkan faktor daya
Adanya harmonik arus ini akan menyebabkan beberapa kerugian bersifat lagg disebabkan oleh beban-beban yang bersifat induktif.
pada operasi peralatan diantaranya overheating, operasi peralatan Faktor daya yang rendah dapat menimbulkan efek-efek yang
yang tidak reliable, netral overloading, penurunan lifetime peralatan merugikan, seperti memperbesar rugi-rugi saluran, pemborosan
dan peningkatan konsumsi kwh (arus). Gelombang akibat harmonik kapasitas sistem (kVA), dan mengurangi efisiensi sistem (kW).
adalah seperti gambar dibawah ini : Perbaikan faktor daya dapat dilakukan dengan menerapkan
kapasitor bank pada sistem peralatan yang disebut dengan PFCC
(Power Factor Correction Capasitor), namun peralatan seperti ini
dapat menimbulkan efek-efek yang merugikan, seperti :
 Overvoltage
 Rentan terhadap surja dan transien,
 Memperbesar Harmonik.
 Menimbulkan resonansi, Xc = Xl, dan pemanasan.
 Menyebabkan faktor daya menjadi lead pada kondisi beban
rendah.
 Memperbesar torsi dan KW.

Gambar 2.3 Gelombang Harmonik Di Indonesia besarnya tegangan pelayanan pada umumnya
antara lain :
2.2.3. Kualitas Daya
a. 380/220 V tiga fasa empat kawat
2.2.3.1. Puncak Kebutuhan Daya (Peak Demand Load)
b. 220 V satu fasa dua kawat
Daya puncak merupakan besar operasi beban maksimum,
c. 6 kV tiga fasa tiga kawat
besarnya beban puncak menjadi referensi untuk menentukan besar
d. 12 kV tiga fasa tiga kawat
langganan kapasitas kVA kepada produsen Listrik PLN. Penentuan
e. 20 kV tiga fasa tiga kawat
Kapasitas kVA harus disesuaikan dengan besarnya beban puncak
agar dicapai yang optimum antara usaha memenuhi kapasiats
beban puncak dengan usaha untuk meminimumkan besar
langganan kVA.

2.2.3.2. Faktor Daya (Power Factor)


Faktor daya merupakan pergeseran fasa antara tegangan dan
arus, didapat dari hasil perkalian bilangan kompleksnya. Faktor daya
dapat bersifat leading dan lagging PF lead umumnya disebabkan

Anda mungkin juga menyukai