PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stres adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang
diterima sebagai salah satu hal yang menantang, mengancam atau merusak terhadap
keseimbangan seseorang (World Health Organization,2003). Selain itu stres dapat
disebabkan juga sebagai suatu reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial.
(tekanan mental atau beban kehidupan) ( Hawari, 2011)
Stres modernisasi dan akibat kemajuan teknologi membawa perubahan gaya hidup
masyarakat modern dan perubahan dalam cara berpikir.konsekuensi dibidang
kesehatan jiwa karena tidak semua orang mampu mennyesuaikan diri dengan
perubahan tersebut. (Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011).
Menurut Hans Selye stres merupakan reaksi tubuh yang tidak khas terhadap
tuntutan kebutuhan tubuh. Stres merupakan realita kehidupan setiap hari yang tidak
perlu dihindari yang disebabkan perubahan yang memerlukan penyesuaian. (Azizah,
Lilik Ma’rifatul. 2011).
Stres tidak hanya disebabkan oleh adanya kebutuha dari luar yang menuntut
penyesuaian diri, tetapi juga disebabkan dari dalam diri sendiri, seperti harapan,
ketakutan, perkiraan dan kepercayaan terhadap sesuatu. Sesuatu yang dianggap oleh
seseorang sebagai kondisi stres, mungkin bagi orang lain tidak, bahkan sebagai
sesuatu tantangan yang menyenangkan. Suatu kondisi dikatakan sebagai stres
tergantung pada persepsi terhadap situasi tersebut. (Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011).
Stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidak sesuaian antara
situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis, atau sistem sosial
individu tersebut (Sarafino, 2006).
Menurut (American Psychological Association, 2013) stres juga bisa diartikan
sebagai tekanan, ketengangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal
dari luar diri seseorang.
Stres bisa terjadi pada siapapun termasuk pada mahasiswa. Stres pada mahasiswa
bisa disebabkan ketidak mampuan dalam melakukan kewajibannya sebagai
mahasiswa atau karena permasalahan lain (Septiani, 2013).
Menurut (klinic kommunity health centre, 2010). Bahwa penyebab stres dapat
dipicu karena lingkungan, stressor lingkungan, fisiologis, pikiran, maupun proses
pembelajaran (Jihan Nisa Afdila, 2016).
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
Padda tahun 1999, Darcy A Keadi melakukan penelitian tentang perbedaan stres
mahasiswa yang belum wisuda dan yang selesai wisuda di Utah State Universiti
dengan jumlah populasi 238 dengan rentang umur 19-58 tahun. Yang menyimpulkan
bahwa terdapat perbedaan stres mahasiswa yang belum dan selesai wisuda dan 14
diataranya menggalami stres positif.
Penyebab insomnia meliputi faktor psikologi (stres dan depresi) stres yang
berkepanjangan sering menjadi penyebab dari insomnia menjadi kronis, sakit fisik,
faktor lingkungan, gaya hidup, usia, jenis kelamin; wanita secara psikologis memiliki
mekanisme koping yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Dengan adanya
gangguan secara fisik maupun psikologis tersebut maka wanita akan mengalami suatu
kecemasan (Suwahadi, 2008; Perry potter 2006).
Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur, dimana seseorang merasa sulit
untuk ingin tidur. Kesulitan tidur ini bisa menyangkut lamanya waktu tidur (kuantitas),
atau kelelapan (kualitas) tidur. Insomnia dapat mempengaruhi pekerjaan, akivitas
sosial dan status kesehatan penderitanya (Hediyanti, 2012).
Prevalensi gangguan tidur yang terjadi di amerika mencapai 60-70 kasus orang
dewasa. Di Indonesi, prevalensi gangguan tidur sekitar 10% yang berarti 28 juta orang
dari total 238 juta penduduk indonesia penderita insomnia (Amir, N. 2010).
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering dikeluhkan karena
gangguan tidur ini dapat mempengaruhi pekerjaan, aktivitas sosial, dan kesehatannya
penderitanya (Ulumuddin, 2011).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan insomnia pada
mahasiswa tingkat akhir program studi s1 keperawatan di stikes
mercubaktijaya padang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi faktor demografi seperti status tinggal
mahasiswa dengan siapa, keluhan yang dialami mahasiswa berkaitan
dengan kesehatan yang mengganggu tidur, keadaan lingkungan tidur
serta makanan dan mnuman apa yang dikonsumsi mahasiswa sebelum
tidur yang mempengaruhi stres dan pola tidur.
b. Untuk mengidentifikasi tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir
yang menyusun skripsi.
c. Untuk mengidentifikasi pola tidur pada mahasiswa tingkat akhir
d. Untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat stres dengan insomnia
pada mahasiswa tingkat akhir program studi s1 keperawatan di stekes
mercubaktijaya padang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi pengembangan ilmu
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan ilmu kesehatan
terutama tentang stres dan insomnia dalam referensi terbaru.
2. Manfaat bagi praktisi
a. Bagi peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan
wawasan dengan mempelajari tingkat stres dan insomnia beserta
adaptasinya khususnya selama penyusunan skripsi pada tingkat akhir.
Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh
pendidikan di perguruan tinggi dengan membuat laporan penelitian
secara ilmiah dan sistematis.
b. Bagi pihak mahasiswa
Sebagai bahan bacaan tambahan khususnya mengenai stres dan
insomnia bagi mahasiswa yang berkepentingan dan diharapkan
mahasiswa agar dapat lebih siap dalam menghadapi tingkat akhir.
c. Bagi keperawatan
Bermanfaat saat membahas dampak stres terhadap insomnia khususnya
mahasiswa tingkat akhir di stikes mercubaktijaya padang agar dapat
lebih menekankan bagaimana cara mengurangi stres pada mahasiswa
yang bersangkutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Hans Selye stres merupakan reaksi tubuh yang tidak khas terhadap
tuntutan kebutuhan tubuh. Stres merupakan realita kehidupan setiap hari yang tidak
perlu dihindari yang disebabkan perubahan yang memerlukan penyesuaian. (Azizah,
Lilik Ma’rifatul. 2011).
Stres tidak hanya disebabkan oleh adanya kebutuha dari luar yang menuntut
penyesuaian diri, tetapi juga disebabkan dari dalam diri sendiri, seperti harapan,
ketakutan, perkiraan dan kepercayaan terhadap sesuatu. Sesuatu yang dianggap oleh
seseorang sebagai kondisi stres, mungkin bagi orang lain tidak, bahkan sebagai
sesuatu tantangan yang menyenangkan. Suatu kondisi dikatakan sebagai stres
tergantung pada persepsi terhadap situasi tersebut. (Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011).
2.1.1 Presepsi Stres
Terdapat dua jenis stres, yaitu eustress dan distress (Chusna, 2010)
Eustress adalah hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, posotif dan
kostruktif (bersifat membangun). Eustress merupakan semua bentuk stres yang
mendorong dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk beradaptasi untuk melewati
sebuah hambatan dan meningkatkan performa. Eustress bersifat positif, sehat dan
menantang. Pada tingkat Eustress, stres akan menjadi lebih optimal dari stres
sebelumnya yang akan memicu keinginan tinggi. Beberapa dampak dari adanya
Eustress yang bersifat positif adalah fleksibilitas, pertumbuhan multifasi dan
perkembangan jiwa dan mental individu, serta adanya adaptasi dari lingkungan satu
ke lingungan lainnya (Chun & Tim, 2016).
Distress adalah hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif dan
destruktif (besifat merusak). Distress adalah semu bentuk stres yang membebani
tubuh dan menyebabkan masalah fisik atau psikologis. Ketika seseorang mengalami
keadaan Distress, orang tersebut akan cenderung bereaksi secara berlebihan,
binggung dan tidak dapat berperforma secara maksimal.pada umumnya dampak
negatif stres dibagi menjadi 5 gejala utama yaitu gejala fisiologi, psikologis, kognitif,
interpersonal dan organisasional. Gejala fisiologis yang dirasakan individu berupa
sakit kepala, sembelit dan diare. Selain itu terdapat dampak perubahan kondisi pisikis
berupa perasaan gelisah, takut, dan mudah tersinggung, perubahan ini
mempenggaruhi adanya perubahan kognitif diantaranya sulit berkonsentrasi
(Chun&Tim 2016).
Stres biasanya dianggap dalam hal negatif, hal ini diduga disebabkan oleh sesuatu
yang buruk. Tapi ada juga sisi positif menyenangkan dari stress yang disebabkan oleh
hal-hal yang baik, ini adalah bentuk eustress (Luthans, 2011).
1) Gejala-gejala fisiologis
2) Gejala-gejala psikologis
3) Gejala-gelaka perilaku
Menurut Pandji Anoraga, (2005) dalam Prabowo YF, 2010, Gejala stres dapat
berupa gejala ringan, sedang dan berat :
a) Gejala ringan sampe sedang meliputi :
1) Gejala badan
Sakit kepala, mudah kaget keluar keringat dingin, lesu letih, gangguan
pada tidur, kaku leher belakang sampai punggung, dada rasa panas atau
nyeri, napsu makan menurun, mual, muntah, pingsan dan lain-lain.
2) Gejala emosional
Pelupa, sukar konsentrasi, sukar mengambil keputusan, cemas, mudah
marah atau jengkel, mudah menangis, gelisah, pandangan putus asa.
3) Gejala sosial
Makin banyak merokok, minum, makan dan menarik diri dari pergaulan
sosial, dan mudah bertengkar.
b) Gejala berat akibat stres bisa menakibatkan kematian, dan kehilangan kontak
sama sekali dengan lingkungan sosial.
2.1.3 Faktor-Faktor Penyebab Stres
1) Faktor Pribadi
a) Intelektual, orang yang cenderung berfikiran negatif dan pesimis, serta
banyak keyakinan irasional lebih gampang stres berat dari pada orang
yang berfikiran positif, optimis, dan keyakinan rasional.
b) Motivasi, jika peristiwa yang mendatangkan stres itu mengancam cita-cita
hidup,orang yang menghadapi perisiwa stres itu akan mengalami stres
lebih berat.
c) Kepribadian, orang yang berharga diri rendah, merasa tidak meiliki
kemampuan untuk mengatasi stres yang datang padanya.
2) Faktor situasi
a) Suatu hal peristiwa, orang dan keadaan yang mengandung tuntutan berat
dan mendesak.
b) Hal tersebut berhubungan dengan perubahan hidup, seperti menyusun
tugas akhir dalam sekolahnya, memulai masuk kerja, menikah, menjadi
orang tua dengan kelahiran anak pertama, dan peristiwa lain yang terjadi
terlalu cepat atau lambat.