BAB I
PENDAHULUAN
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): Ya tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-
sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (Qs. Ali
Imran, 3;190-191).
Sifat manusia selalu ingin tahu apa yang ditangkap oleh inderanya,
minimal setelah inderanya menangkap sesuatu, dia akan bertanya; apa itu? Dari
dengan alam, pertanyaan yang terlintas; apa itu alam?; bagaimana sehingga ia
ada?; dan bagaimana ujung dari alam ini? Pertanyaan tersebut telah berusaha
untuk dijawab oleh para filosof, di antara mereka terjadi perbedaan tentang asal-
usul alam. Sehingga pertanyaan tidak sebatas tentang alam saja, tetapi pertanyaan-
berhubungan dengan hakekat “wujud” atau “ada”, dan ini merupakan objek
filsafat.
khalifah Allah di muka bumi. Sebagai duta Tuhan, dia memiliki karakteristik yang
multidimensi, yakni pertama, diberi hak untuk mengatur alam ini sesuai
makhluk Tuhan yang lain. Anugerah ini diperoleh lewat kedudukan, kualitas dan
kekuatan yang diberikan Tuhan kepadanya. Ketiga, dia memiliki peran khusus
yang harus dimainkan di planet ini, yaitu mengembangkan dunia sesuai dasar dan
Dalam makalah ini penyusun akan mengurai konsep Islam tentang alam
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
C. Tujuan Penulisan
pembaca penjelasan tentang Konsep Islam tentang Alam dan Kehidupan Manusia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Alam
Kata alam berasal dari bahasa Arab ’alam ( )عالمyang seakar dengan ’ilmu
(عللللم, pengetahuan) dan alamat (ملللة عل, pertanda). Ketiga istilah tersebut
alamat akan adanya Tuhan. Dalam bahasa Yunani, alam disebut dengan istilah
cosmos yang berarti serasi, harmonis. Karena alam itu diciptakan dalam keadaan
teratur dan tidak kacau. Alam atau cosmos disebut sebagai salah satu bukti
pokok dan menjadi sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia (Madjid, 1992:
289).
antara lain: 1). dunia; 2). segala yang ada di langit dan di bumi (seperti bumi,
sebagainya); 4). Segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan (golongan
dsb) dan dianggap sebagai satu keutuhan; 5). segala daya (kekuatan dsb.) yg
adalah semua yang ada; baik yang bersifat materi atau nonmateri, yang dilihat
4
atau yang tidak. Tuhan tidak termasuk alam, walaupun Dia “Ada”, karena Dia
Salah satu yang menjadi perdebatan antara para filosof dan teolog
muslim (Asy‘ariyah), adalah tentang asal-usul terciptanya alam. Secara umum ada
dua teori besar yang menjadi pangkal pembahasannya, yaitu teori keadaan tetap
(Steady-State Theory) dan teori dentuman besar (Big-Bang Theory) (Aly, 2000:
34).
prinsip tersebut alam semesta terjadi pada suatu saat tertentu yang telah lalu dan
segala sesuatu di alam semesta selalu tetap sama walaupun galaksi-galaksi saling
bergerak menjauhi satu sama lain. Teori ini ditunjang oleh kenyataan bahwa
galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama. Dengan
demikian teori ini secara ringkas meyatakan bahwa tiap-tiap galaksi terbentuk
(lahir) tumbuh, menjadi tua dan akhirnya mati. Jadi, teori ini beranggapan bahwa
alam semesta itu tak terhingga besarnya dan tak terhingga tuanya tanpa awal dan
tanpa akhir.
besar, karena adanya reaksi inti kemudian meledak dengan hebat. Massa tersebut
(mutakallimin) mengatakan bahwa alam ini baharu, dan adanya dari yang tidak
ada. Pandangan teolog sejalan dengan al-Kindi yang berpendapat bahwa alam
modern dalam menjelaskan penciptaan alam semesta berpegang pada teori Big
Bang. Menurut teori ini, alam semesta terkemas dalam singularitas yang sekitar 15
pemuaian alam semesta, galaksi-galaksi bergerak saling menjauh dan akan terus
bergerak.
pertanyaan sentral dan mendasar tentang manusia, yakni apakah dan siapakah
manusia itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut telah banyak upaya dilakukan,
problematis.
tidak mampu berbuat demikian dan itulah salah satu alasan mengapa manusia
keberadaannya dan ia pun menyadari juga dirinya sebagai penanya. Jadi, dia
mencari dan dalam pencariannya ia mengandaikan bahwa ada sesuatu yang bisa
manusia adalah makhluk yang berhadapan dengan dirinya sendiri. Tidak hanya
berhadapan, tetapi juga menghadapi, dalam arti mirip dengan menghadapi soal,
mengangkat dan merendahkan diri sendiri dsb. Dia bisa bersatu dengan dirinya
sendiri, dia juga bisa mengambil jarak dengan dirinya sendiri. Bersama dengan
itu, manusia juga makhluk yang berada dan menghadapi alam kodrat. Dia
merupakan kesatuan dengan alam, tetapi juga berjarak dengannya. Dia bisa
dan mengolahnya. Hewan juga berada dalam alam, tetapi tidak berhadapan
dengan alam, tidak mempunyai distansi. Perhatikan hewan, dia tidak bisa
memperbaiki alam, tidak bisa menyerang alam dengan teknik. Lebih lanjut
Drijarkara mengatakan bahwa manusia itu selalu hidup dan merubah dirinya
dalam arus situasi konkrit. Dia tidak hanya berubah dalam tetapi juga karena
dirubah oleh situasi itu. Namun, dalam berubah-ubah itu, dia tetap sendiri.
Manusia selalu terlibat dalam situasi, situasi itu berubah dan merubah manusia.
makhluk multi dimensional, manusia memiliki banyak wajah. Lalu, wajah yang
manakah yang mau kita ikuti? Apakah wajah manusia menurut kacamata seorang
pemikiran tentang manusia sebagaimana akan terlihat pada uraian di bawah ini,
7
yakni pola pemikiran biologis, pola pemikiran psikologis, pola pemikiran sosial-
dan roh. Islam secara tegas mengatakan bahwa badan dan roh adalah substansi
alam, sedangkan alam adalah makhluk dan keduanya diciptakan oleh Allah. .
Dalam hal ini, dijelaskan bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan manusia
menurut hukum alam materiil. Menurut Islam, manusia terdiri dari substansi
materi dari bum dan roh yang berasal dari Tuhan. Oleh karena itu, hakikat
manusia adalah roh sedangkan jasadnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh roh
bahwa:
maupun fisik (badan dan jiwa). Manusia wajib menguasai hakikatnya yang
membuat manusia itu sendiri, tetapi juga keselarasan antara manusia dengan
lingkungannya.
8
Selain manusia selalu menjadi pokok permasalahan, ia juga dapat melihat bahwa
segala peristiwa dan masalah apapun yang terjadi di dunia ini pada akhirnya
berhubungan dengan manusia. Oleh karena itu, dalam usaha mempelajari hakikat
manusia diperlukan pemikiran yang filosofis. Krena setiap manusia akan selalu
berfikir tentang dirinya sendiri. Meskipun tingkat pemkira itu selalu mempunyai
perbedaan. Hal itu didasarkan pada pemikiran bahwa selain sebagai subjek
Manusia memiliki banyak sifat yang serupa dengan makhluk lain, yang
membuat manusia mempunyai pandangan yang berbeda. Suatu saat manusia akan
kingdom), di saat lain dia juga akan merasa warga dunia ide dan nilai. Pandangan
secara utuh bahwa mereka adalah pencari kebenaran (Jalaluddin dan Idi ,2019:
129-131).
isyarat tersebut dengan tepat, jika tidak mengerti konsep dasar ilmu alam
tersebut agar diperoleh ilmu berdasarkan Al-Qur’an. Allah berfirman dalam Qs.
alam, yang sesungguhnya sudah lama dikenal dalam sejarah Islam. Telah
diketahui bahwa tidak ada satu ayat dalam Al-Qur’an yang bertentangan dengan
hasil penemuan ilmiah yang sudah mapan. Dalam hal ini Al-Ghazali mengatakan
terkemudian, baik yang sudah diketahui maupun yang belum, semua bersumber
dari Al-Qur’an”.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Teori ilmiah modern telah membuktikan bahwa alam semesta ini pada
mulanya adalah gas yang panas dan berenergi tinggi di angkasa luas. Lambat laun
seperti diketahui bahwa di perut bumi masih ada benda-benda berapi yaitu
vulcano berapi melalui letusan gunung berapi (vulkanik). Kemudian bagian luar
bumi mendingin yang selanjutnya menjadi tempat yang patut dihuni oleh manusia
11
dan makhluk hidup lainnya. Teori ilmiah ini sesuai dengan yang ditunjukkan
“ dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
Pada bagian kedua ayat ini membicarakan tentang air, konteks ini sangat
kimiawi dan proses suatu kehidupan membutuhkan air. Air merupakan senyawa
pokok bagi kelestarian hidup untuk semua makhluk hidup (Azhar amsal. 2010:23-
25).
merupakan satu gumpalan yang terdiri dari netron. Allah berfirman dalam Qs.
Fushilat ayat 11 :
“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap…”
12
sesuatu yang bisa dimengerti oleh orang-orang Arab kala itu. Dengan bertitik
tolak dari teori relativitas, ekspansi kosmos dalam pemeriksaan tentang spektrum
galaksi terjadi pergeseran sistematik ke arah bayangan merah yang dapat diartikan
sebagai fakta bahwa galaksi saling menjauhkan diri satu dengan yang lain, dengan
kata lain alam semesta semakin meluas, sebagaimana yang tersebut dalam Qs.
Adz-Dzariat ayat 47 :
“Di langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan kami benar-benar
meluaskannya”
“Dia yang menjadikan bumi bagimu dengan mudah kamu jalani, karena itu
berjalanlah kamu pada beberapa penjuru bumi dan makanlah rezeki Allah dan
“Dialah (Allah) yang telah menjadikan segala yang ada di bumi ini untuk kamu,
“Tidaklah kamu lihat bahwa Allah telah memudahkan untukmu apa-apa yang ada
di langit dan apa-apa yang ada di bumi dan Ia telah menyempurnakan atas kamu
memandang kebenaran alam semesta atau Allah menciptakan alam semesta untuk
memenuhi kepentingan umat manusia. Karena itu, alam semesta menjadi sumber,
hidup umat manusia melalui perwujudan tujuan pendidikan Islam yang identik
Salim, ada dua cara yang dapat digunakan. Pertama, dengan menelusuri arti
1) Al-Insan
14
bahwa kata insan mengandung konsep manusia sebagai makhluk yang memiliki
pengetahuan meskipun dilahirkan dalam keadaan tidak tahu sama sekali seperti
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
manusia dalam berbagai suku dan bangsa dan dimaksudkan agar mereka
2) Al-Basyar
kata basyar. Al-Basyar berasal dari huruf ba, syin dan ra yang berarti
15
nampaknya sesuatu dengan baik dan indah. Dari makna tersebut terbentuk kata
mengurus sesuatu.
Menurut al Raghib, kata basyar adalah jamak dari kata basyarat yang
berarti kulit. Manusia disebut basyar karena kulit manusia tampak berbeda
dengan kulit makhluk lainnya. Kata ini dalam Al-Qur’an secara khusus
manusia karena adanya kaitan dengan nama Adam yang memberi kesan
historis dalam konsep manusia, bahwa manusia berasal dari satu sumber dan
satu darah, walaupun mereka tersebar dalam berbagai warna kulit, ras dan
bangsa.
telah menjelaskan eksistensi manusia sebagai ‘abd atau hamba Allah ini dalam
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku”.
Kata ‘abd sendiri dalam Al-Qur’an pertamakali ditemukan dalam Qs. al-
Alaq: 10, kemudian dalam bentuk kata kerja ditemukan dalam QS. al-
Fatihah : 5. Dari dua penggunaan kata ‘abd tersebut, terlihat bahwa konsep yang
terkandung meliputi dua aspek, yaitu subjek yang menyembah yaitu manusia
‘abd, Allah swt. ingin menunjukkan salah satu kedudukan manusia sebagai
kedudukan manusia sebagai khalifah dapat kita temukan dalam Qs. Fatir : 39
yang berbunyi:
kafir, maka (akibat) kekakfirannya akan menimoa dirinya sendiri. Dan kekafiran
orang-orang kafir itu hanya akan menambah kemurkaan di sisi Tuhan mereka.
Dan kekafiran orang-orang kafir itu hanya akan menambah kerugian mereka
belaka”.
swt mengetahui apa yang tidak terlihat oleh manusia, maka ayat ini
Pengertian khalifah jika dilihat dari akar katanya berasal dari kata
itu khalif atau khalifah berarti seorang pengganti. Dalam kaitannya dengan
bahwa khalifah itu berarti wakil, pengganti atau duta Tuhan di muka bumi;
di permukaan bumi).
b. Potensi Manusia
bagian. Bagian pertama, potensi yang inheren secara langsung dalam diri
manusia, yaitu fitrah, kesatuan ruh dan jasad, kemampuan berkehendak dan
Kata fitrah dalam istilah Arab berarti berasal kejadian, kesucian dan
agama yang benar. Fitrah dengan arti agama yang benar atau agama Allah
adalah arti yang dihubungkan dengan Al-Qur’an dalam QS. ar-Rum: 30 yang
berbunyi:
18
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
menurut ajaran Islam adalah bebas dari noda dan dosa seperti bayi yang baru
lahir dari perut ibunya. Fitrah dalam arti asal kejadian ini juga dihubungkan
ketuhanan. Hal ini mendapat justifikasi Al-Qur’an dalam surat al-‘Araf ayat
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar
manusia.
Jasad atau al-Jism merupakan bagian raga atau badan manusia yang
dan kebutuhan seksual. Sedangkan ruh, secara harfiah berarti angin, nafs,
merupakan hakikat diri manusia yang dengannya manusia dapat hidup dan
mengetahui segala sesuatu. Ruh berarti juga zat murni yang hidup.
semata, tapi manusia merupakan makhluk hasil perpaduan interaksi ruh dan
Hakikat manusia dalam konteks ini adalah adanya interaksi seimbang antara
untuk menerima atau menolak tentang keimanannya kepada Allah swt. Manusia
dorongan untuk menggunakan akal sebagai alat untuk mengetahui dan bertindak.
Akal berfungsi sebagai pengikat atau integrator ketiga kesadaran yang ada
dengan qalb. „Aql merupakan fungsi qalb seperti dijelaskan dalam QS. Al-
Hujarat ayat 7:
dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci
21
hakikat sosialitasnya.
menunjukkan makna manusia (seperti basyar, banu adam dan zurriyat adam),
dalam berbagai suku dan bangsa dan dimaksudkan agar mereka membentuk
manusia yang terkait dengan hubungan manusia dengan sesamanya (QS. Ali
Imran : 112).
masyarakat.
22
Kedua konsep dasar tersebut telah meletakkan dasar yang kuat bahwa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan dalam berbagai
Allah dengan mengangkat manusia sebagai khalifah di muka bumi yang mengatur
petanda lain dari fakta alam semesta. Maka hubungan manusia dengan alam
haruslah balance, satu sama lain saling memberi manfaat dan melestarikan. Dan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amsal, Azhar. 2010. Ilmu alamiah dasar konsep berbasis Al-Qur’an. Banda Aceh:
Penerbit PeNA
Der Wij, P.A., van. 1991. Filsuf-filsuf Besar tentaang Manusia. Jakarta: Penerbit
Paramadina.
Syar’i, Ahmad. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus
Syafe’I, Isop. Hakikat Manusia Menurut Islam. Jurnal Ilmiah Psikologi 5, no.1: h.
743-755