Anda di halaman 1dari 8

 Arsitektur Hijau

Pengaturan Penghawaan dan Pencahayaan Pada


Bangunan
Posted on November 20, 2015 by arsitekturlingkungan

Dua elemen pada desain bangunan yang harus mendapat perhatian adalah tata
pencahayaan dan penghawaan. Dua elemen ini sangat penting dilakukan secara benar,
dengan tujuan agar ruang-ruang di dalam bangunan mendapat pencahayaan dan
penghawaan alami cukup, agar memberi kenyamanan pemakai dalam melakukan
aktivitasnya. Ruang-ruang yang memiliki penghawaan dan pencahayaan alami baik juga
akan memiliki kelembaban udara cukup, sehingga kesehatan lingkungan tetap terjaga.
Selain itu, memiliki penghawaan dan pencahayaan alami yang cukup berarti
menghemat energi listrik yang diperlukan, karena tidak tergantung pada pencahayaan
dan penghawaan buatan.

Bagaimana cara menghemat energi pada penghawaan dan pencahayaan di


dalam rumah?

Menghemat energi di dalam bangunan/rumah dapat dilakukan dengan mengurangi


pemakaian penghawaan dan pencahayaan buatan.

Beberapa cara untuk mengurangi konsumsi energi di dalam rumah antara lain:

Pengudaraan/penghawaan alami
 Orientasi bangunan diletakkan antara lintasan matahari dan angin. Letak gedung
yang paling menguntungkan apabila memilih arah dari timur ke barat. Bukaan-
bukaan menghadap Selatan dan Utara agar tidak terpapar langsung sinar matahari.
Gambar1. Orientasi bangunan terhadap matahahari

 Letak gedung tegak lurus terhadap arah angin

Gambar2. Letak gedung terhadap arah angin

 Bangunan sebaiknya berbentuk persegi panjang, hal ini menguntungkan dalam


penerapan ventilasi silang
Gambar3. Cross ventilation

 Menghadirkan pohon peneduh di halaman yang dapat menurunkan suhu

Gambar4. Penggunaan vegetasi sebagai filter cahaya matahari

 Memiliki bukaan yang cukup untuk masuknya udara


 Penempatan bukaan secara horizontal maupun vertikal
 Penempatan ruangan yang lebih besar ke arah aliran angin
 Hindari penempatan bukaan dengan jarak yang terlalu dekat, hal ini
menyebabkan perputaran angin telalu cepat
 Hindari penempatan bukaan yang benar-benar berseberangan, hal ini
menyebabkan angin yang masuk langsung keluar begitu saja
 Memperhatikan orientasi jendela terhadap matahari, misalnya ruang tidur tidak
boleh menghadap ke barat
 Memakai menara angin, yang berfungsi menangkap dan menghisap angin,
sehingga udara dapat terus bersirkulasi
 Memakai material alami yang lebih banyak menyerap panas, seperti
perlengkapan interior dari kayu, pagar dan dinding tanaman.

Gambar5. Green Roof


 Plafon yang ditinggikan, agar udara dapat bergerak lebih bebas
 Memakai bentuk atap miring (pelana sederhana) yang dapat mengeliminasi suhu
di bawah ruang bawah atap

Gambar6. Atap pelana sederhana

 Ruang yang mengakibatkan tambahan panas (dapur) sebaiknya dijauhkan sedikit


dari rumah
 Ruang yang menambah kelembaban (kamar mandi, wc, tempat cuci) harus
direncanakan dengan pertukaran udara yang tinggi.
 Memberi teras pada bangunan/rumah, berfungsi sebagai area peralihan antara
ruang luar (halaman) dengan ruang dalam (bangunan) yang dapat menciptakan
iklim mikro, baik di dalam bangunan ataupun di sekitarnya.
 Memberi teritisan lebar di sekeliling atap bangunan untuk membuat ruang di
dalamnya semakin sejuk

Beberapa cara untuk meningkatkan kualitas udara di dalam bangunan:


 Penataan ruang yang tepat
 Memakai bahan bangunan dan bahan perabot yang mengandung bahan kimia
sedikit
 Memastikan tidak ada jamur pada elemen bangunan dan perabot akibat
kelembaban tinggi
 Memperbanyak penanaman tumbuhan hijau
 Membatasi merokok di dalam ruangan
 Mamakai konsep secondary skin pada fasad untuk meredam panas matahari.
 Menyediakan lahan terbuka di dalam bangunan
 Menggunakan Insulator panas di bawah material atap
 Meletakkan Kolam air pada lingkungan bangunan
Suhu ideal di dalam bangunan khususnya rumah adalah 24-26 °C dengan kelembaban
50%-60%. Suhu dan kelembaban yang lebih tinggi atau lebih rendah dari ambang batas
tersebut akan mengurangi tingkat kenyamanan rumah untuk dihuni.

Umumnya luas total seluruh bidang jendela pada sebuah ruang yang baik bagi
pencahayaan alami kira-kira antara 1/6 – 1/8 dari luas lantai ruangan tersebut.

Pengendalian aliran angin dan optimalisasi pemanfaatannya terhadap


bangunan:

1. Konfigurasi bentuk bangunan

2. Mengalirkan udara panas dari bawah ke atas


Gambar9. Penempatan bukaan pada bagian bawah dinding di atas penutup lantai.

Gambar10. Bukaan pada atap difungsikan sebagai pengalir panas

Dengan penempatan yang lebih tinggi, ±30 cm di atas permukaan lantai, hasil yang
diperoleh lebih maksimal di banding peletakan bukaan tepat di atas lantai.

3. Wind tunnel
Konsep wind tunnel sebagai pengarah aliran udara lebih tepat digunakan pada
ruang-ruang terbuka. angin yang dialirkan ke area yang sempit dari tempat terbuka
yang luas memiliki kecepatan yang lebih tinggi dan tekanan yang lebih besar sehingga
hembusan angin diharapkan menjangkau ke daerah yang lebih jauh.

4. Ventilasi silang

Penataan Pencahayaan
 Menggunakan lampu hemat energi;
 Mengatur jadwal penyalaan lampu, misalnya dengan mengaktifkan timer;
 Menambah alat penghemat energi lampu (penggunaan dimmer, daylight sensor,
zoning, present/movement detector, sensor ultrasonik);
 Mematikan lampu saat ruang tidak digunakan (pasang peringatan di setiap saklar
dan pintu keluar);
 Menghindari penggunaan satu saklar yang dihubungkan dengan beberapa titik
lampu. Kondisi ini membuat pemakaian tidak fleksibel karena menyalakan satu
lampu berarti beberapa lampu lain ikut menyala;
 Memakai lampu dengan jumlah yang sesuai.
 Meminimalisasi penggunaan pencahayaan buatan
 Meletakkan bukaan sesuai fungsi ruang yang mendukung aktifitas di dalamnya.

Membuat perbedaan ketinggian atap atau memakai skylight untuk memasukkan


cahaya dari atas.
 Mengatur posisi ketinggian jendela terhadap lantai untuk meminimalisasi
masuknya cahaya berlebih.

Anda mungkin juga menyukai