Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapat berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang sangat

kompleks yang akibatnya dapat mempengaruhi psikis ataupun fisik. Dan

hubungan atau interaksi individu dengan individu yang lain terkadang terjadi

hubungan yang tidak harmonis serta menyebabkan perilaku yang berbeda atau

lazimnya disebut kelainan.1,3

Dalam dunia psikiatri abnormal, gangguan abnormalitas seksual merupakan

ruang lingkup di dalamnya. Berdasar DSM IV TR (dari Asosiasi Psikiatrik

Amerika) diklasifikasi menjadi tiga garis besar yaitu Disfungsi seksual, Parafilia

dan Gangguan Identitas Gender. Parafilia adalah gangguan seksual yang ditandai

oleh khayalan seksual yang khusus dan desakan serta praktek seksual yang kuat

yang biasanya dilakukan berulang kali dan menakutkan bagi seseorang, yang

merupakan penyimpangan dari norma-norma dalam hubungan seksual yang

dipertahankan secara tradisional, yang secara sosial tidak dapat diterima. 1,3

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi

keempat (DSM-IV) parafilia terdiri dari Ekshibisionisme, Fethishisme,

Frotteurisme, Pedofilia, Masokisme seksual, Sadisme seksual, Voyeurisme,

Fethisisme transvestik, Parafilia lain yang tidak ditentukan. 1,3

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Ekshibisionisme berasal dari kata exhibition yang artinya pameran,

memamerkan atau mempertontonkan alat kelamin. Ekshibisionisme adalah

dorongan fantasi sexual yang mendesak dan terus-menerus dengan memamerkan

bagian genitalnya kepada orang lain. Dorongan tersebut bertujuan untuk

menakuti, mengejutkan atau untuk dikagumi. Eksibisionisme adalah prefensi

tinggi dan berulang untuk mendapatkan kepuasan seksual kepada orang yang

tidak dikenal yang tidak menginginkannya kadang kepada seorang anak.

Gangguan ini umumnya berawal di masa remaja dan berlanjut hingga dewasa.

Ekshibisionisme dapat terjadi pada pria maupun wanita. Pada pria, penderita

menemukan kepuasaan saat melihat perempuan terkejut melihat genitalnya.

Sedangkan pada wanita, penderita menemukan kepuasan melihat pria terangsang

saat melihat alat kelamin, payudara atau pantatnya. Beberapa Ekshibisionisme

ditangkap atas kejahatan lain yang melibatkan kontak dengan korbannya.

Eksibionis melakukan masturbasi ketika berfantasi atau ketika benar-benar

memamerkannya. Ekshibisionisme dapat dikategorikan sebagai paraphilia yang

tergolong aneh tapi tidak langka.1,2,3

Ekshibisionisme juga sering disebut kepuasan yang diperoleh dengan

memperlihatkan bagian tubuh lain, pada lawan jenis atau anak-anak.

Memperlihatkan alat kelamin sering dilakukan di tempat umum seperti kereta,

taman, perpustakaan, halaman sekolah, bus, depan bioskop, di jalan raya. Setelah

memamerkan alat genitalnya, penderita tidak bermaksud melakukan aktivitas

seksual lebih lanjut terhadap korban misalnya memperkosa. Oleh sebab itu,

gangguan ini tidak berbahaya secara fisik bagi korban. 1,2,3

Diantara orang-orang dewasa memperlihatkan alat kelamin yang patologik

lebih sering dilakukan oleh laki-laki sedangkan memperlihatkan bagian tubuh

2
dengan batas-batas tertentu sering dilakukan Ekshibisionisme oleh perempuan.
1,2,3

2.2 Etiologi dan Patofisiologi

Ekshibisionisme termasuk kedalam kelainan seksual parafilia. Parafilia

adalah gangguan seksual yang ditandai oleh khayalan seksual yang khusus dan

desakan serta praktek seksual yang kuat, biasanya berulang kali dan menakutkan.

Parafilia mengacu pada sekelompok gangguan yang melibatkan ketertarikan

seksual terhadap obyek yang tidak biasa atau aktifitas seksual yang tidak biasa

(Feray, 1990). Ada beberapa etiologi dan factor yang mempengaruhi kelainan

seksual parafilia:

1. Faktor Psikososial

Dalam model psikoanalitik klasik, seseorang dengan parafilia adalah

orang yang gagal untuk menyelesaikan proses perkembangan normal ke arah

penyesuaian heteroseksual, tetapi model tersebut telah dimodifikasi oleh

pendekatan psikoanalitik. Apa yang membedakan satu parafilia dengan

parafilia lainnya adalah metode yang dipilih oleh seseorang (biasanya laki-

laki) untuk mengatasi kecemasan yang disebabkan oleh: (1) kastrasi oleh

ayah dan (2) perpisahan dengan ibu. Bagaimanapun kacaunya manifestasi,

perilaku yang dihasilkan memberikan jalan keluar untuk dorongan seksual

dan agresif yang seharusnya telah disalurkan kedalam perilaku seksual yang

tepat.

Berdasarkan teori ini terdapat beberapa penyebab parafilia. Freud dan

koleganya mengajukan bahwa beberapa parafilia dapat disebabkan oleh

penyimpangan dari fase courtship. Normalnya, fase ini akan berujung pada

proses mating pada pria dan wanita. Fase ini dimulai dari masa remaja dan

dengan/ tanpa adanya sexual intercourse pada tahap awal perkembangan

seksual. 1,3

3
2. Faktor Organik

Tes psikofisiologis telah dikembangkan untuk mengukur ukuran

volumemetrik penis sebagai respon stimulasi parafilia dan nonparafilia.

Prosedur dapat digunakan dalam diagnosis dan pengobatan, tetapi memiliki

keabsahan diagnostik yang diragukan karena beberapa laki-laki dapat

menekan respon erektilnya. 1,3

2.3 Kriteria Diagnosis dan Gejala Klinis

Eksibisionisme adalah dorongan berulang untuk menunjukkan alat kelamin

pada orang asing atau pada orang yang tidak menyangkanya. Kegairahan seksual

terjadi pada saat antisipasi terhadap pertunjukan tersebut, dan orgasme

didapatkan melalui masturbasi selama atau setelah peristiwa. Dinamika laki-laki

dengan eksibisonisme adalah untuk menegaskan maskulinitas mereka dengan

menunjukkan penis dan dengan melihat reaksi korban ketakutan, kaget, jijik. 1,2,3

Kriteria diagnosis eksibisionisme menurut DSM-IV-TR adalah: 1,2,3

a. Untuk periode waktu sedikitnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang

secara seksual, dorongan atau perilaku seksual yang intens dan berulang

yang melibatkan menunjukkan alat kelamin seseorang pada orang asing

yang tidak menduganya.

b. Orang tersebut telah melakukan dorongan seksual ini, atau dorongan atau

khayalan seksual menimbulkan penderitaan yang nyata atau kesulitan

interpersonal.

Sedangkan menurut PPDGJ-III, pedoman diagnosis eksibisonisme adalah:4

a. Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan alat

kelamin kepada asing (biasanya lawan jenis kelamin) atau kepada orang

banyak di tempat umum, tanpa ajakan atau niat utuk berhubungan lebih

akrab.

4
b. Eksibisionisme hampir sama sekali terbatas pada laki-laki heteroseksual

yang memamerkan pada wanita, remaja atau dewasa, biasanya menghadap

mereka dalam jarak yang aman di tempat umum. Apabila yang menyaksikan

itu terkejut, takut, atau terpesona, kegairahan penderita menjadi meningkat.

c. Pada beberapa penderita, eksibisionisme merupakan satu-satunya penyaluran

seksual, tetapi pada penderita lainnya kebiasaan ini dilanjutkan bersamaan

(simultaneously) dengan kehidupan seksual yang aktif dalam suatu jalinan

hubungan yang berlangsung lama, walaupun demikian dorongan menjadi

lebih kuat pada saat menghadapi konflik dalam hubungan tersebut.

d. Kebanyakan penderita eksibisionisme mendapatkan kesulitan dalam

mengendalikan dorongan tersebut dan dorongan ini bersifat “ego-alien”

(suatu benda asing bagi dirinya).

2.4 Terapi

1. Psikoterapi Berorientasi Tilikan

Merupakan pendekatan yang paling sering digunakan untuk

mengobati parafilia. Pasien memiliki kesempatan untuk mengerti

dinamikanya sendiri dan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan

perkembangan parafilia. Secara khusus, mereka menjadi menyadari

peristiwa sehari-hari yang menyebabkan mereka bertindak atas

impulsnya (sebagai contohnya, penolakan yang nyata atau dikhayalkan).

Psikoterai juga memungkinkan pasien meraih kembali harga dirinya dan

memperbaiki kemampuan interpersonal dan menemukan metode yang

dapat diterima untuk mendapatkan kepuasan seksual. Terapi kelompok

juga berguna.

5
2. Terapi Seks

Terapi seks dapat dijadikan pelengkap yang tepat untuk pengobatan

pasien yang menderita disfungsi seksual tertentu dimana mereka

mencoba melakukan aktivitas seksual yang tidak menyimpang dengan

pasangannya.

3. Terapi Perilaku

Digunakan untuk memutuskan pola parafilia yang dipelajari. Stimuli

yang menakutkan, seperti kejutan listrik atau bau yang menyengat, telah

dipasangkan dengan impuls tersebut, yang selanjutnya menghilang.

Stimuli dapat diberikan oleh diri sendiri dan digunakan oleh pasien

bilamana mereka merasa bahwa mereka akan bertindak atas dasar

impulsnya.

4. Terapi Obat

Termasuk medikasi antipsikotik dan antidepresan, adalah

diindikasikan sebagai pengobatan skizofrenia atau gangguan depresif

jika parafilia disertai dengan gangguan-gangguan tersebut.

Antiandrogen, seperti ciproteroneacetate di Eropa dan

medroxiprogesterone acetate (Depo-Provera) di Amerika Serikat, telah

digunakan secara eksperimental pada parafilia

hiperseksual. Medroxiprogesterone acetate bermanfaat bagi pasien yang

dorongan hiperseksualnya diluar kendali atau berbahaya (sebagai contoh

masturbasi yang hampir terus-menerus, kontak seksual setiap

kesempatan, seksualitas menyerang yang kompulsif). Obat serotonorgik

seperti Fluoxetin (prozac) telah digunakan pada beberapa kasus parafilia

dengan keberhasilan yang terbatas. 1,3

6
2.5 Prognosis

Prognosisnya berhubungan dengan onset usia yang awal, tingginya frekuensi

tindakan, tidak adanya perasaan bersalah atau malu terhadap tindakan tersebut,

dan penyalahgunaan zat. Perjalanan penyakit dan prognosisnya baik jika pasien

memiliki riwayat koitus disamping parafilia, jika pasien memiliki motivasi tinggi

untuk berubah, dan jika pasien datang berobat sendiri, bukannya dikirim oleh

badan hukum.

7
BAB III

KESIMPULAN

Ekshibisionisme adalah kelainan seksual dengan ciri kesenangan

memperlihatkan alat kelamin atau bagian tubuh lain kepada lawan jenis atau

anak-anak. Eksibisionisme juga termasuk dalam kategori gangguan seksual

parafilia yaitu sekelompok gangguan yang melibatkan ketertarikan seksual

terhadap obyek yang tidak biasa atau aktifitas seksual yang tidak biasa.1

Ekshibisionisme umumnya terjadi pada laki-laki. Etiologi timbulnya

Ekshibisionisme dapat berasal dari faktor psikososial dan faktor organik. Kriteria

diagnosis eksibisionisme menurut DSM-IV-TR adalah Untuk periode waktu

sedikitnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan

atau perilaku seksual yang intens dan berulang yang melibatkan menunjukkan

alat kelamin seseorang pada orang asing yang tidak menduganya dan orang

tersebut telah melakukan dorongan seksual ini, atau dorongan atau khayalan

seksual menimbulkan penderitaan yang nyata atau kesulitan interpersonal. Untuk

terapi Ekshibisionisme meliputi Psikoterapi Berorientasi Tilikan, Terapi Seks ,

Terapi Perilaku dan Terapi Obat.1,3

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, H. I., Sadock, B. J., Grebb, J. A. 2002. Sinopsis psikiatri

ilmu pengetahuan psiatri klinis. Jakarta : Binarupa Aksara.

2. Elvira, S. D. (2010). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI.

3. Sadock ,Benjamin james danSadock, Virginia Alcott. 2010. Kaplan &Sadock

Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed Ke- 2. EGC : Jakarta.

4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) Edisi III. Dirjen Pelayanan Medis RI.

Jakarta. 1993.

Anda mungkin juga menyukai