Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran IPA merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa bukan
sesuatu yang dilakukan terhadap siswa sebagaimana yang dikemukakan National
Science Educational Standart (2003: 20) bahwa ”Learning science is an active
process. Learning science is something student to do, not something that is done to
them”. Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif
yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental. Pembelajaran IPA
menggunakan pendekatan empiris yang sistematis dalam mencari penjelasan alami
tentang fenomena alam. Selain itu seorang guru juga harus kreatif , dan inovatif .
a) Tahap Enaktif
c) Tahap Simbolik
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.
f) Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana
informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala atau masalah yang dihadapi.
Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan
cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
1. Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.
2. Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah diingat.
1. Teori belajar ini menuntut peserta didik untuk memiliki kesiapan dan kematangan
mental. Peserta didik harus berani dan berkeinginan mengetahuai keadaan
disekitarnya. Jika tidak memiliki keberanian dan keinginan tentu proses belajar akan
gagal.
2. Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin
atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi yang
dipelajari.
Belajar adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, berorientasi pada tujuan,
semuannya bergantung pada aktifitas mental peserta didik. Peserta didik hendaknya
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang
oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru sesuai
dengan perkembangan peserta didik. Mengajar adalah memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari
dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :
Piaget juga mengatakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Oleh karena itu guru seharusnya
memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi,
metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya. Menurut Piaget, ada
sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran
di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :
a) Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;
b) Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;
c) Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk
menjamin perkembangan intelektual anak.
b) Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan
diajarkan, agar murid mempunyai kerangkakerja untuk
mengasimilasikan informasi baru ke dalam struktur kognitifnya.
c) Pergunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai
tingkat perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang
berlainan
d) Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang
mereka lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah
mereka tidak mendapatkan kesulitan.
e) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan
sendiri jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif
jawaban bila sewaktu-waktu dibutuhkan
f) Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana
siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan. .(Siti Nurjannah.
2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning).
4. Siswa diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
1.!idak dapat diukur hanya satu orang siswa saja, melainkan kita harus
melihatkemampuan mereka
2.Siswa masih merasa sulit ketika dihadapkan pada benda-benda atau peristiwa-
peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit dengan realitas.
Menurut Gagne, Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan
manusia, Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan
lingkungannya dan Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku
yang bertahap cukup lama selama kehidupan orang itu.
Menurut Gagne, ada 4 buah fase dalam proses belajar, yaitu:
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa
langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah
pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum.
Orang yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya
perubahan pada kemampuan atau sikapnya.
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga
dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan
maksud untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan
menggunakan apa yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat
penyimpanan tersebut, dan inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase
ini meliputi penyadaran akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta
mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak berubah-
ubah.
Teori ini di kemukakan oleh David Ausubel. Menurut Ausubel, belajar dibagi
menjadi dua tingkatan yaitu; pada tingkat pertama, informasi dapat dikomunikasikan
pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam
bentuk final ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa
untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Dalam
tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada
pengetahuan (berupa konsep atau lainnya) yang telah dimilikinya; dalam hal ini
terjadi belajar bermakna. Akan tetapi, siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba
menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang
telah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Ausubel menyatakan bahwa banyak ahli pendidikan menyamakan belajar
penerimaan dengan belajar hafalan, sebab mereka berpendapat bahwa belajar
bermakna hanya terjadi bila siswa menemukan sendiri pengetahuan. Belajar
penerimaan dapat dibuat bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan hubungan antara
konsep-konsep. Sementara itu, belajar penemuan rendah kebermaknaannya dan
merupakan belajar hafalan bila memecahkan suatu masalah dilakukan hanya dengan
coba-coba, seperti menebak suatu teka-teki. Belajar penemuan yang bermakna sekali
hanyalah terjadi pada penelitian yang bersifat ilmiah.
Inti teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel,
belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-
konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas, kita
harus memiliki wawasan yang luas, tentang bagaimana cara mengajar yang menarik
bagi siswa dan tidak membosankan. Semoga kita dapat memahami dan menggunakan
teori-teori serta pendekatan yang sesuai dengan situasi dan keadaan kelas, sehingga
proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA