Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Baubau, 31 Oktober 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembelajaran IPA merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa bukan
sesuatu yang dilakukan terhadap siswa sebagaimana yang dikemukakan National
Science Educational Standart (2003: 20) bahwa ”Learning science is an active
process. Learning science is something student to do, not something that is done to
them”. Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif
yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental. Pembelajaran IPA
menggunakan pendekatan empiris yang sistematis dalam mencari penjelasan alami
tentang fenomena alam. Selain itu seorang guru juga harus kreatif , dan inovatif .

Pembelajaran tersebut tidak hanya tentang bagaimana mengajar, namun


diperlukan dasar atau landasan yang akan digunakan untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Landasan atau dasar ini adalah teori belajar. Teori belajar
dikembangkan oleh para ahli. Melalui pemahaman tentang teori pembelajaran
mahasiswa calon guru sekolah dasar diharapkan dapat mengembangkan kompetensi
siswa selama proses pembelajarannya yang disesuaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Teori belajar ?


2. Apa saja Teori Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan memahami pengertian dari Teori Belajar


2. Mengetahui dan Memahami macam-macam Teori Belajar
1.4 Manfaat Penulisan

1. Siswa sebagai pelajar dapat menggunakan teori-teori untuk


mengembangkancara belajar.
2. Siswa sebagai calon guru dapat mengetahui teori belajar yang baik dan dapat
diterapkan pada anak didiknya kelak
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Pembelajaran IPA SD

Menurut Kerlinger, teori adalah konsep-konsep yang berhubungan satu sama


lainnya yang mengandung suatu pandangan sistematis dari suatu fenomena. Belajar
merupakan karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya
dan merupakan aktivitas yang dilakukan sepanjang hayat untuk mendapatkan
perubahan pada dirinya melalui pelatihan atau pengalaman. Terdapat beberapa teori
dalam belajar yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli yang dapat dijadikan dasar
dalam mengembangkan pembelajaran IPA.

2.2 Macam- macam Teori dalam pembelajaran IPA Kelas Rendah

2.2.1 Teori Brunner

Belajar merupakan kegiatan perolehan informasi yang disebut sebagai belajar


penemuan yang merupakan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna. Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar, anak sebaiknya
diberikan kesempatan untuk memanipulasi objek atau benda-benda (alat peraga).
Melalui alat peraga itu, anak akan langsung melihat bagaimana keteraturan dan pola
srtuktur dari benda yang diperhatikannya tersebut. Keteraturan yang didapat anak
melaui pengamatan/keterlibatan secara langsung tersebut kemudian oleh anak
dihubungkan dengan keterangan instuitif yang melekat padanya.

1. Tahap-tahap Teori Belajar Brunner

a) Tahap Enaktif

Anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik objek)


b) Tahap Ikonik

Kegiatan yang dilakukan anakberhubungan dengan mental yang merupakan


gambaran dari objek-objek yang memanipulasinya.

c) Tahap Simbolik

Anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang objek tertentu. Anak tidak


lagi terkait objek namun sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung objek
riilnya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses informasi.

d) Tahap informasi (tahap penerimaan materi)

Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.

e) Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)

Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.

f) Tahap evaluasi

Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana
informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala atau masalah yang dihadapi.

2. Ciri-ciri Teori Belajar Brunner

a. Empat Tema tentang Pendidikan

Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini


perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat,
bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan
satu dengan yang lain.
Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan
terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat
mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.

Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan.


Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi
tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-
formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.

Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan
cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.

b. Model dan Kategori

Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi


pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif.
Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang belajar
berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di
lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri.

Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya dengan


menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang
diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model Bruner ini
mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi
dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan
membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan
hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui.

c. Belajar sebagai Proses Kognitif

Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang


berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi
baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan
(Bruner, 1973).

Informasi baru dapat merupaka penghalusan dari informasi sebelumnya yang


dimiliki seseorang atau informasi itu dapat dersifat sedemikian rupa sehingga
berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam
transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan pengetahuan agar cocok dengan
tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan,
apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.

Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tig sistem keterampilan


untuk menyatakan kemampuanny secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu
adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner (1966).
Ketiga cara itu ialah: cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.

Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif.


Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa
menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi cara ini terdiri atas penyajian kejadian-
kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Misalnya seseorang anak yang
enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.

Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan


oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak
mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga menyatakan konsep
kesegitigaan.

Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik


dibuktikan oleh kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi atau
pernyataan daripada objek-objek, memberikan struktur hirarkis pada konsep-konsep
dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu cara
kombinatorial.
Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran penggunaan
timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan ”prinsip-prinsip”
timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu
bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak
yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model
atau gambaran. ”Bayangan” timbangan itu dapat diperinci seperti yang terdapat
dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu timbangan dapat dijelaskan dengan
menggunakan bahasa tanpa pertolongan gambar atau dapat juga dijelaskan secara
matematik dengan menggunakan Hukum Newton tentang momen.

4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Brunner

a. Kelebihan Teori Bruner

1. Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.

2. Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah diingat.

3. Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang


diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang
diterima.

4. Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh si


belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.

5. Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan


motivasi belajar.

6. Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.

b. Kekurangan Teori Bruner

1. Teori belajar ini menuntut peserta didik untuk memiliki kesiapan dan kematangan
mental. Peserta didik harus berani dan berkeinginan mengetahuai keadaan
disekitarnya. Jika tidak memiliki keberanian dan keinginan tentu proses belajar akan
gagal.

2. Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin
atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi yang
dipelajari.

2.2.2 Teori Belajar Piaget

Belajar adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, berorientasi pada tujuan,
semuannya bergantung pada aktifitas mental peserta didik. Peserta didik hendaknya
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang
oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru sesuai
dengan perkembangan peserta didik. Mengajar adalah memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari
dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :

a. Asimilasi : proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang


sudah ada.

b. Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.

c. Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan


akomodasi.

Piaget juga mengatakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Oleh karena itu guru seharusnya
memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi,
metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya. Menurut Piaget, ada
sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran
di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :
a) Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;

b) Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;

c) Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk
menjamin perkembangan intelektual anak.

Cara Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan Teori Piaget

a) Mulailah dari hal-hal yang konkret yaitu kegiatan aktif


mempergunakan pancaindra dengan benda nyata atau konkret.

b) Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan
diajarkan, agar murid mempunyai kerangkakerja untuk
mengasimilasikan informasi baru ke dalam struktur kognitifnya.
c) Pergunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai
tingkat perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang
berlainan
d) Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang
mereka lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah
mereka tidak mendapatkan kesulitan.
e) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan
sendiri jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif
jawaban bila sewaktu-waktu dibutuhkan
f) Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana
siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan. .(Siti Nurjannah.
2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning).

Ciri-ciri teori piaget


1. Mementingkan apa yang ada pada diri individu
2. Mementingkan keseluruhan
3. Mementingkan peranan fungsi kognitif
4. Mementingkan keseimbangan dalam diri individu
5. Mementingkan kondisi saat ini
6. Mementingkan pembentukan sturuktur kognitif
7. Dalam memecahkan masalah ciri khasnya adalah “insight”

Kelebihan dan kekurangan Teori Piaget

a. Kelebihan Teori Piaget


1. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah

2. Menjadikan proses berfikir siswa llebih kreatif

3. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah ('problem


solving)

4. Siswa diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

b) kekurangan teori piaget

1.!idak dapat diukur hanya satu orang siswa saja, melainkan kita harus
melihatkemampuan mereka

2.Siswa masih merasa sulit ketika dihadapkan pada benda-benda atau peristiwa-
peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit dengan realitas.

2.2.3 Teori Belajar Gagne

Menurut Gagne, Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan
manusia, Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan
lingkungannya dan Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku
yang bertahap cukup lama selama kehidupan orang itu.
Menurut Gagne, ada 4 buah fase dalam proses belajar, yaitu:

1) Fase penerimaan (apprehending phase)

Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa
langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah
pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).

2) Fase penguasaan (Acquisition phase)

Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum.
Orang yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya
perubahan pada kemampuan atau sikapnya.

3) Fase pengendapan (Storage phase)

Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga
dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.

4) Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)

Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan
maksud untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan
menggunakan apa yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat
penyimpanan tersebut, dan inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase
ini meliputi penyadaran akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta
mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak berubah-
ubah.

Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana


terjadinya proses belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil
belajar. Mengajar adalah membimbing siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan
sehingga didapati proses belajar yang mengahasilkan perubahan tingkah laku yang
melalui fase penerimaan, penguasaan, pengendapan, dan pengungkapn kembali.

1. Penerapan Teori Gagne Dalam Mengajarkan IPA di SD :

a. Mengaktifkan motivasi (activating motivation)

b. Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional


information)

c. Mengarahkan perhatian (directing motivation)

d. Merangsang ingatan (stimulating recall)

e. Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance)

f. Meningkatkan retensi (enhancing retention)

g. Membantu transfer belajar (helping transfer of learning)

h. Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance) dan memberi umpan


balik (providing feedback)

2. Ciri-ciri Teori Gagne

a. Perubahan yang didasari dan disengaja (intensional)

b. Perubahan yang berkesinambungan (kontinu)

c. Perubahan yang fungsional

d. Perubahan yang bersifat positif


3. Kelebihan dan Kekurangan Teori Gagne

a. Kelebihan teori gagne


1. Mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran
2. Memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan kebiasaan
3. Cocok utuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran
orang dewasa
4. Dapat di kendalikan
b. Kekurangan teori gagne
1. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered
learning), dimana guru bersifat otoriter, komunikasi berlangsung satu
arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
2. Bersifat meanistik
3. Hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur
4. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif

2.2.4 Teori Belajar Ausubel

Teori ini di kemukakan oleh David Ausubel. Menurut Ausubel, belajar dibagi
menjadi dua tingkatan yaitu; pada tingkat pertama, informasi dapat dikomunikasikan
pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam
bentuk final ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa
untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Dalam
tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada
pengetahuan (berupa konsep atau lainnya) yang telah dimilikinya; dalam hal ini
terjadi belajar bermakna. Akan tetapi, siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba
menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang
telah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Ausubel menyatakan bahwa banyak ahli pendidikan menyamakan belajar
penerimaan dengan belajar hafalan, sebab mereka berpendapat bahwa belajar
bermakna hanya terjadi bila siswa menemukan sendiri pengetahuan. Belajar
penerimaan dapat dibuat bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan hubungan antara
konsep-konsep. Sementara itu, belajar penemuan rendah kebermaknaannya dan
merupakan belajar hafalan bila memecahkan suatu masalah dilakukan hanya dengan
coba-coba, seperti menebak suatu teka-teki. Belajar penemuan yang bermakna sekali
hanyalah terjadi pada penelitian yang bersifat ilmiah.

Inti teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel,
belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-
konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

1. Ciri-ciri teori belajar Ausubel


1. Bersifat mekanistis
2. Menekankan peranan lingkungan
3. Menekankan pentingnya latihan
4. Mementingkan mekanisme hasil belajar
2. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Ausubel
a. Kelebihan teori Ausubel :
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.
2. Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan deferensiasi
dari subsumer-subsumer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya
untuk materi pelajaran yang mirip.
3. Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan
efek residual pada subsumer, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang
mirip, walaupun telah terjadi “lupa”.

b. Kelemahan teori Ausubel :

1. Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.


2. Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa
mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya
maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai
hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya.

2.2.5 Teori Belajar Vygotsky

Menurut vygotsky (1962), keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian


mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat,
keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif
dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian
pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar belakang
kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang.

Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa


konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh
lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah
mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.

Vygotsky mencari pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan


melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih
dalam proses pematangan. Vygotsky membedakan antara aktual development dan
potensial development pada anak. Actual development ditentukan apakah seorang
anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan
potensial development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu,
memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman
sebaya.

1. Ciri-ciri Teori Belajar Vigotsky


a. Memberi pengetahuan kepada murid membina pengetahuan baru
melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya
b. Menggalakkan soalan/idea yang dimulakan oleh murid dan
menggunakan sebagai panduan merancang pengajaran.
c. Menyokong pembelajaran secara koperatif menngambil kira sikap dan
pembawaan murid.
d. Menggalakkan dan menerima daya usaha dan autonomi murid
2. Kelebihan dan kekurangan Teori Belajar Vygotsky
a. kelebihan Teori belajar vygotsky
1. Mengurangi kesenjangan antar siswa.
2. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
3. Memberikan kesempatan yang lebih pada siswa untuk saling
berinteraksi.
b. Kekurangan Teori Belajar Vygotsky
1. Terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang
tampak sukar diamati secara langsung.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa pengertian daripada teori-teori


belajar dan pendekatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar
memiliki banyak kajian yang berbeda berdasarkan teori-teori yang telah
dikembangkan oleh para ahli. Yang terbagi menjadi tiga bagian teori yaitu, teori
behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

3.2 SARAN

Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas, kita
harus memiliki wawasan yang luas, tentang bagaimana cara mengajar yang menarik
bagi siswa dan tidak membosankan. Semoga kita dapat memahami dan menggunakan
teori-teori serta pendekatan yang sesuai dengan situasi dan keadaan kelas, sehingga
proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Nur Kumala, Farida. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar.Malang: Ediide


Infografika.

Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-


Learning).

Fatimah, Fitri. Analisis Teori Belajar Sesuai Dengan Pembelajaran Ipa.

Dimyati dan Mudjiyono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta :


Jakarta

Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta Bumi Aksara

Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu, Teori Praktik dan Penilaian.

Anda mungkin juga menyukai