Anda di halaman 1dari 15

Skenario 1.

“Minum banyak dan tahan kencing, Pak Eko nyeri suprapubis”

Pak Eko, berusia 52 tahun merasakan nyeri pada daerah suprapubis saat melakukan perjal-
anan dari Semarang ke Surabaya. Selama di kereta beliau memang banyak minum dan mena-
han kencing karena tidak nyaman dengan WC kereta. Namun setelah turun dari kereta, beliau
BAK dan keluar urin yang banyak, dan nyeri pun hilang. Karena khawatir, kemudian ia pergi
ke dokter umum langganannya untuk berkonsultasi. Dari anamneses, tidak ada riwayat pen-
yakit kencing batu. Hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan nyeri ketok costovertebral, dari
hasil colok dubur ditemukan prostat dalam batas normal. Pak Eko pun lega bahwa tidak ada
penyakit serius pada traktus urinariusnya.

STEP 1 (Klarifikasi istilah)


1. Urine :
- Urine adalah cairan sisa yang disekresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi (Risna, 2014)
-
Urine adalah cairan yang diekskresikan oleh ginjal, disimpan dalam kandung
kemih dan dikeluarkan melalui uretra 2
- Urine adalah zat cair buangan yang terhimpun di dalam kandung kemih dan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui saluran kemih1
2. Suprapubis : diatas arcus pubicus
3. Costovertebra : berkenaan dengan vertebra dan iga 2.2
4. Kencing : proses pengosongan vesical urinaria yang diatur oleh 2 mekanisme, refleks
berkemih dan control volunteer 3
5. Prostat :
- Prostat adalah kelenjar yang mengelilingi leher kandung kemih dan uretra pada
laki-laki 2.3
- Prostat adalah organ yang terletak tepat di bawah vesical urinaria, hanya terdapat
pada pria. Mensekresikan cairan bersifat basa untuk sperma 3
6. Colok dubur : suatu pemeriksaan dengan memasukkan jari telunjuk yang sudah diberi
pelican ke dalam lubang dubur (Hermiyanty, 2007)
7. Tractus urinarius :
- Tractus urinarius adalah sebutan lain dari sistem perkemihan didalamnya terma-
suk ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra (Sarwono, 2006)
- Tractus urinarius adalah sistem yang terdiri dari organ-organ dan struktur-struktur
yang menyalurkan urine dari ginjal ke luar tubuh (Khuskha, 2015)

STEP 2 (Analisis Masalah)


1. Mengapa daerah suprapubis nyeri ?
2. Apa saja bahaya menahan kencing ?
3. Bagaimana tahap pembentukan urin ?
4. Bagaimana pemeriksaan colok dubur ?
5. Bagaimana mekanisme perjalanan urine ?

STEP 3

1. Mengapa daerah suprapubis nyeri ?

Urin yang dikeluarkan dari ginjal menuju kandung kemih atau vesika urinaria
yang merupakan suatu organ berotot, berongga, dan dapat teregang yang terletak di
rongga panggul posterior dan simpisis pubis. Kapasitas di kandung kemih berkisar
dari 700-800 mL. Jika volume urin di kandung kemih melebihi 200-400 mL, tekanan
di dalam kandung kemih meningkat cukup besar dan reseptor – reseptor regang di
dindingnya mengirim impuls ke medulla spinalis. Impuls ini merambat ke pusat
berkemih di medulla spinalis sakralis segmen S2 dan S3 serta memicu spiral yang
dibentuk refleks berkemih merambat ke dinding kandung kemih dan sfingter urethra
internus. Impuls saraf menyebabkan kontraksi otot detrusor dan relaksasi otot sfingter
uretra internus. Sedangkan saat tubuh menahan kencing otak memberikan respon un-
tuk memaksa otot urethra internus berkontraksi. Otot otot pada dinding kandung
kemih juga ikut meregang karena tekanan dalam kandung kemih meningkat. Hal ini
yang menimbulkan nyeri saat menahan kencing.

2. Apa saja bahaya menahan kencing ?

Timbulnya infeksi karena menahan pembuangan kotoran, sehingga kotoran


menumpuk di tubuh lebih lama, selain itu dapat menganggu proses pencernaan karena
proses nya akan tertunda akibat belum membuang sisa hasil pencernaan. Selain itu
dapat menyebabkan pengendapan urin dalam bentuk kristalisasi yaitu batu yang
menghambat jalannya urin dan kerja ginjal, dan juga dapat membuat otot sfingter ru-
sak akibat sering menahan buang air kecil.

3. Bagaimana tahap pembentukan urin ?

a. Filtrasi (penyaringan)
Proses pertama dalam pembentukan urine adalah proses filtrasi yaitu
proses perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke kapsula bowman dengan
menembus membrane filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari tiga bagian utama
yaitu: sel endothelium glomerulus, membrane basiler, epitel kapsula bowman. Di
dalam glomerulus terjadi proses filtrasi sel-sel darah, trombosit dan protein agar

tidak ikut dikeluarkan oleh ginjal. Hasil penyaringan di glomerulus akan


menghasilkan urine primer yang memiliki kandungan elektrolit, kritaloid, ion Cl,
ion HCO3, garam-garam, glukosa, natrium, kalium, dan asam amino. Setelah
terbentuk urine primer maka didalam urine tersebut tidak lagi mengandung sel-sel
darah, plasma darah dan sebagian besar protein karena sudah mengalami proses
filtrasi di glomerulus.
b. Reabsorpsi (Penyerapan kembali)
Reabsorpsi merupakan proses yang kedua setelah terjadi filtrasi di
glomerulus. Reabsorpsi merupakan proses perpindahan cairan dari tubulus renalis
menuju ke pembuluh darah yang mengelilinginya yaitu kapiler peitubuler. Sel-el
tubulus renalis secara selektif mereabsorpsi zat-zat yang terdapat pada urine
primer dimana terjadi reabsorpsi tergantung dengan kebutuhan. Zat-zat makanan
yang terdapat di urine primer akan direabsorpsi secara keseluruhan, sedangkan
reabsorpsi garam-garam anorganik direabsorpsi tergantung jumlah garam-garam
anorganik di dalam plasma darah. Proses reabsorpsi terjadi dibagian tubulus
kontortus proksimal yang nantinya akan dihasilkan urine sekunder setelah proses
reabsorpsi selesai. Proses reabsorpsi air di tubulus kontortus proksimal dan tubulus
kontortus distal. Proses reabsorpsi akan terjadi penyaringan asam amino,
glukosa, asam asetoasetat, vitamin, garam-garam anorganik dan air. Setelah
pembentukan urine sekunder maka di dalam urine sekunder sudah tidak memiliki
kandungan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh lagi sehingga nantinya urine yang
dibuang benar-benar memiliki kandungan zat yang tidak dibutuhkan tubuh
manusia (Yoga,2015).
c. Sekresi
Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung Henle
akan mengalir menuju tubulus kontortus distal. Urine sekunder akan melalui
pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah tidak lagi berguna
bagi tubuh. Selanjutnya, terbentuklah urine yang sesungguhnya. Urine ini akan
mengalir dan berkumpul di tubulus kolektivus (saluran pengumpul) untuk
kemudian bermuara ke rongga ginjal.

4. Bagaimana pemeriksaan colok dubur ?


Pemeriksaan colok dubur adalah suatu pemeriksaan dengan memasukkan jari
telunjuk yang sudah diberi pelican ke dalam lubang dubur. Pemeriksaan ini membantu
klinisi untuk dapat menemukan penyakit pada perineum, anus, rectum, prostat, dan
kandung kemih. Colok dubur juga bertujuan untuk mencari kemungkinan adanya
massa di dalam lumen rectum, menilai mucosa dan ampulla rectum serta keadaan
prostat.
Pada pemeriksaan colok dubur yang dinilai adalah keadaan perianal, perine-
um, tonus sfingter ani, dan refleks bulbo-kavernosus (BCR), mukosa dan ampulla rec-
ti serta penonjolan prostat kerah rectum. Pada pemeriksaan perianal dapat dilihat
adanya fistula perianal, skin tag, fissure, tumor anus, dan hemoroid. Dinilai juga
keadaan perineum, apakah meradang atau tidak. Penilaian sfingter ani dilakukan
dengan cara melakukann adanya jepitan pada sfingter ani saat jari telunjuk masuk
lubang anus. Colok dubur diindikasikan pada pasien-pasien dengan keluhan :
- Perdarahan saluran cerana bagian bawah
- Hemorrhoid prolapse rekti
- Ca rekti, tumor anus
- Ileus obstruktif dan ileus paralitik
- Peritonitis
- BPH dan Ca prostat
5. Mekanisme perjalanan urin
Traktus urinarius merupakan saluran dan reservoir untuk urine yang di
ekresikan oleh ginjal melalui 3 tahap : filtrasi, reabsorsi dn sekresi, setelah di
produksi di ginjl urin di kumpulkan di pelvis renalis, dan melewati ureter sampai
menuju vesica urinaria dimana urin disimpan dalam tekanan rendah sampai proses
berkemih terjadi, selama proses berkemih tekanan kandung kemih meningkat,
aliran urine meningkat dan keluar dari tubuh.

STEP 4 : SKEMA
SISTEM UROPOETIKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI BIOKIMIA HISTOLOGI AIK


EMBRIOLOGI

1. Proses pembentukan 1. Komposisi Urine


urine 2. Peran ginjal dalam
2. Proses berkemih dan keseimbangan asam -
kontrol berkemih basa

STEP 5 : SASARAN BELAJAR

1. Anatomi dan Embriologi Sistem Uropoetika


2. Fisiologi
- Proses Pembentukan Urine
- Proses Berkemih dan Kontrol Berkemih
3. Biokimia
- Komposisi Urine
- Peran Ginjal dalam Keseimbangan Asam-Basa
4. Histologi Sistem Uropoetika
5. AIK Istinja’
STEP 6
STEP 7
1. Anatomi dan Embriologi
A. Anatomi
a. Ginjal

Ginjal (Ren) adalah suatu organ yang mempunyai peran penting dalam menga-
tur keseimbangan air dan metabolit dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan
asam basa dalam darah. Produk sisa berupa urin akan meninggalkan ginjal menuju
saluran kemih untuk dikeluarkan dari tubuh. Ginjal terletak di belakang peritoneum
sehingga disebut organ retroperitoneal (Snell, 2006)
Ada 2 bagian yaitu : ren dextra ren sinistra. Sedangkan ren dextra letaknya lebih ren-
dah karena atasnya terdapat lobus hepatis dextra. Posisi ginjal kanan (T11-L2) dan
posisi ginjal kiri (T12-L3)
Terdiri atas: cortex renalis dan medulla renalis
Vaskularisasi: A. Renalis yang merupakan cabang dari aorta abdominalis
Aliran lympe : ada 3 anyaman meliputi
- Subtantia ren
- Subcapslair
- Jaringan lemak perirenalis

Subtantia ren dan subcapsulair akan bergabung menjadi satu dan mengikuti v. Re-
nalis yang bermuara ke nl. Aorticus sedangkan jaringan lemak perirenalis langsung
bermuara ke nl. Arorticus
Innervasi oleh plexus aorticorenalis. Bersifat vasomotor untuk pembuluh
darah, rasa sakit hanya dirasa bila datangnya dari pelvis renalis dan permukaan ureter
yang dibawa oleh N.Spilanchicus ke medulla renalis
- Morfologi Ren
1. Dua Polus, yaitu superior dan inferior
2. Dua margo, yaitu medialis dan laterali
3.Dua facies, yaitu anterior dan superior
Pada ren terdapat hilum renalis yang berisi : A.V renalis dan ureter
Struktur ren :
a) Cortex renalis, ditempati :
Corpusculi renalis, tubulus kontortus dan permulaan dari tubulus kolek-
tivus
b) Medulla renalis, ditempati :
Ansa henle dan sebagian pars ascendens dan descendens ansa henle serta
sebagian tubulus kolektivus.

b. Glandula Suprarenal
- Korteks menghasilkan hormone kortisol dan aldosterone
- Medulla menghasilkan epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin)

Vascularisasi glandula suprarenal


 A.suprarenalis superior
 A.suprarenalis media
 A.suprarenalis inferior
 A.suprarenalis dextra
 V.Suprarenalis dextra
 V.suprarenalis sinistra

Innervasi : Plexus coeliacus dan hypogastricus

c. Ureter
Terletak retroperitoneal
3 tempat penyempitan ureter
 Pada tempat peralihan pelvis renalis menjadi ureter
 Pada tempat waktu menyilang di depan A.iliaca communis
 Pada tempat dimana ureter terletak di dalam otot vesica urinaria (intramu-
ral)

Memiliki 2 pars : pars abdominalis dan pars pelvina


Vaskularisasi ureter
-A.renalis
-A.testicularis
-A.hypogastrica
-A.vesicalis superior

Innervasi ureter
-Plexus aorticorenalis
-Plexus hypogastricus
d. Vescia Urinaria
Berfungsi untuk menampung urine
 Bagiannya :
a) Fundus vesicae
b) Facies superior vesicae
c) Facies inferolateralis
d) Dua margo lateralis
e) Satu margo posterior
f) Dua margo inferolateral
g) Satu margo anterior
h) Apex vesicae
i) Dua angulus posterosuperior
j) Collum vesicae
- Fiksasi vesica urinaria :
a) Lig. Puboprostaticun mediale, pada wanita adalah Lig. Pubovesicalis
b) Lig. Puboprostaticum laterale
c) Lig. Laterale
- Ligamen yang merupakan sisa embryonal :
a) Lig. Umbilicale medianum : sisa urachus
b) Lig. Umbilicales medialis : obliterasi dari A. Umbilicalis
- Vascularisasi:
a) Bagian cranial oleh A. Umbilicalis
b) Bagian cervix oleh A. Vesicalis inferior dan A.vagjnalis
c) Fundus vesicae pada pria oleh A.deferentialis dan wanita oleh
A.vesicalis inferior dan A.vaginalis
- Pembuluh vena:
Oleh plexus venosus prostaticus dan vesicalis, keduanya bermuara ke
V.hypogastrica
- Innervasi :
Simpatik oleh segmen thoracal XI – Lumbal II
Parasimpatik oleh N.splanchnicus
e. Uretra
Memiliki masculina mempunyai 3 pars :
Pars prostatica, pars membranosa, pars spongiosa
Penyempitan urethra (hanya pada laki – laki)
: OUI, OUE,Pars membranosa
Feminia Masculina
Pendek Panjang
Satu bagian Terdiri dari 3 pars (Prostati-
ka, Membranacea,Spongiosa)
Letak Meathus Urethra Ex- Letak Meathus Urethra Ex-
ternus (MUE) pada vulva terna (MuE) pada glans penis
lebih tepatnya antara klitoris
dan vagina

B. Embriologi
a. Pronefros
- Bersifat rudimenter
- Non fungsional
- Terbentuk awal minggu ke 4 dan lenyap di akhir minggu ke 4
b. Mesonefros
- Mesonefros dan duktus mesonefrikus dari segmen torakal atas sampai
L3
- Berfungsi singkat selama masa janin
- Awal minggu ke 4 muncul tubulus ekskretorik
- Tubukus kaudal berdiferensiasi, glomerulus degeneratif (ginjal semen-
tara) dan akhir bulan ke 2 lenyap
c. Metanefros
- Muncul minggu ke 5 sebagai ginjal permanen atau definitif
- Terdiri atas 2 sistem yaitu sistem pengumpul dan sistem ekskretorik
- Ada alantois yang berobliterasi jadi urachus
Letak ginjal di awalnya berada di pelvis, karena kelengkungan berkurang gin-
jal naik ke abdomen.
- Kandung kemih dan urethra
Saat minggu ke 4 hingga 7, kloaka (sinus urogenitalis) dan kanalis analis
dipisahkan oleh septum urorektal. Ujung septum urorektal membentuk korpus
perineale. Pada awalnya kandung kemih bersambungan dengan alantois, tetapi
ketika lumen alantois berobliterasi, sebuah korda yang tebal, urachus, menetap
dan menghubungkan apeks kandung kemih dengan umbilikus. Pada orang de-
wasa, urachus membentuk Lig. Umbilicale medianum.
Selama berduferensiasi kloaka, bagian kaudal duktus mesonefrikus terserap ke
dalam dinding kandung kemih. Akibatnya, kedua ureter masuk ke kandhng
kemih secara terpisah. Akibat naiknya ginjal, muara ureter bergerak lebih jauh
ke arah kranjal; musrs duktus-duktus mesonefrikus bergerak saling mendekat
untuk masuk ke urethra pars prostatika dan pada pria menjadi duktus ejaku-
latorius.

2. Fisiologi
A. Mekanisme pembentukan urine
1. filtrasi glomerulus
Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsula Bowman harus
melewati tiga lapisan berikut yang membentuk membrane glomerulus
(1) dinding kapiler glomerulus,
(2) membran basal
(3) lapisan dalam kapsula Bowman.
Secara kolektif, lapisan-lapisan ini berfungsi sebagai saringan halus molekular
yang menahan sel darah dan protein plasma tetapi membolehkan H20 dan zat
terlarut dengan ukuran molekul lebih kecil lewat. Marilah kita bahas tiap-tiap
lapisan secara lebih terperinci.
(1) Dinding kapiler glomerulus terdiri dari selapis sel endotel gepeng. Lapisan
ini ditembus oleh banyak pori besar yang menyebabkannya 100 kali lebih
permeabel terhadap H20 dan zat terlarut daripada kapiler di bagian lain tubuh.
Kapiler glomerulus tidak hanya memiliki pori yang biasanya ditemukan antara
sel endotel yang membentuk dinding kapiler, tetapi sel endotel sendiri juga
dilubangi oleh lubang atau fenestrasi yang besar
(2) Membran basal adalah lapisan gelatinosa aselular (tidak mengandung sel)
yang terbentuk dari kolagen dan glikoprotein yang tersisip di antara glomeru-
lus dan kapsula Bowman. Kolagen menghasilkan kekuatan struktural, dan
glikoprotein menghambat filtrasi protein plasma yang kecil. Protein plasma
yang lebih besar tidak dapat difiltrasi karena tidak dapat melewati pori kapiler,
tetapi pori ini masih dapat melewatkan albumin, protein plasma terkecil. Na-
mun, karena bermuatan negatif, glikoprotein menolak albumin dan protein
plasma lain, yang juga bermuatan negatif. Karena itu, protein plasma hampir
tidak terdapat di dalam filtrat, dengan kurang dari 1% molekul albumin ber-
hasil lolos ke dalam kapsula Bowman. Protein-protein kecil yang juga ikut ter-
filtrasi diangkut oleh tubulus proksimal dengan endositosis, lalu didegradasi
menjadi konstituen asam amino yang akan dikembalikan ke dalam darah. Ka-
rena itu, normalnya tidak terdapat protein dalam urine.
(3) Lapisan dalam kapsula Bowman. Lapisan ini terdiri dari podosit, sel mirip
gurita yang mengelilingi kuntum glomerulus. Setiap podosit memiliki banyak
prosesus kaki (podo artinya "kaki"; prosesus adalah tonjolan atau apendiks)
memanjang yang saling menjalin dengan prosesus kaki podosit sekitar. Celah
sempit di antara prosesus-prosesus kaki yang berdampingan, yang dikenal se-
bagai celah filtrasi, membentuk jalur tempat cairan meninggalkan kapiler
glomerulus menuju lumen kapsula Bowman. Karena itu, rute yang dilalui oleh
bahan terfiltrasi melewati membran glomerulus seluruhnya berada di luar sel-
pertama melalui pori kapiler, kemudian melalui membran basal aselular, dan
akhirnya melewati celah filtrasi kapiler
Fraksi filtrasi
faktor yang berperan dalam filtrasi : tekanan filtrasi ( starling forces) diten-
tukan oleh :
1. Tekanan yang mendorong filtrasi
 Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan (hi-
drostatik) yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler
glomerulus. Tekanan ini pada akhirnya bergantung pada kon-
traksi jantung (sumber energi yang menghasilkan filtrasi
glomerulus) dan resistensi terhadap aliran darah yang ditim-
bulkan oleh arteriol aferen dan eferen. Tekanan darah kapiler
glomerulus, dengan nilai rerata diperkirakan 55 mm Hg, lebih
tinggi daripada tekanan darah kapiler di tempat lain. Penyebab
lebih tingginya tekanan di kapiler glomerulus adalah diameter
arteriol aferen yang lebih besar dibandingkan dengan arteriol
eferen. Karena darah dapat lebih cepat masuk ke glomerulus
melalui arteriol aferen yang lebar dari pada keluar melalui arte-
riol eferen yang lebih sempit,
tekanan darah kapiler glomerulus tetap tinggi akibat
terbendungnya darah di kapiler glomerulus. Selain itu, karena
tingginya resistensiy ang dihasilkan oleh arteriol eferen,
tekanan darah tidak memiliki kecenderungan yang sama untuk
turun di sepanjang kapiler glomerulus seperti di kapiler lain.
Tekanan darah glomerulus yang tinggi dan tidak menurun ini
cenderung mendorong cairan keluar glomerulus menuju kapsu-
la Bowman di seluruh panjang kapiler glomerulus, dan meru-
pakan gaya utama yang menghasilkan filtrasi glomerulus.
2. Tekanan yang melawan filtrasi
 Tekanan osmotik koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi
takseimbang protein-protein plasma di kedua sisi membrane
glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi, protein plasma terdapat
di
kapiler glomerulus tetapi tidak di kapsula Bowman. Karena itu,
konsentrasi H20 lebih tinggi di kapsula Bowman daripada di ka-
piler glomerulus. H20 yang difiltrasi keluar darah glomerulus jauh
lebih banyak sehingga konsentrasi protein plasma lebih tinggi da-
ripada di tempat lain. Kecenderungan H20 untuk berpindah me-
lalui osmosis menuruni gradien konsentrasinya sendiri dari kapsu-
la Bowman ke dalam glomerulus melawan filtrasi glomerulus. Ga-
ya osmotik yang melawan ini memiliki rerata 30 mm Hg, yang
sedikit lebih tinggi daripada di kapiler lain.
 Tekanan hidrostatik kapsula Bowman, tekanan yang ditimbulkan oleh
cairan di bagian awal tubulus ini, diperkirakan sekitar 15 mm Hg.
Tekanan ini, yang cenderung mendorong cairan keluar kapsula Bow-
man, melawan filtrasi cairan dari glomerulus menuju kapsula Bowman.
LAJU FILTRASI GLOMERULUS (GFR)
jumlah cairan yang difiltrasi ke dalam kapsula bowman persatuan waktu. Dalam
keadaan normal 20% plasma yang masuk ke glomerulus disaring pada tekanan filtrasi
neto 10 mmHg.
Rata-rata GFR
125 mL / menit pada pria (180 L)
115 mL / menit pada wanita (160 L)
Pengontrolan GFR :
1) Pengaturan aliran darah melalui arteriol ginjal
a. Resistensi aa. Aferen meningkat, darah yang mengalir ke glomerulus sedikit,
GFR berkurang.
b. Resistensi aa. Aferen berkurang, darah yang mengalir ke glomerulus sedikit,
GFR meningkat.
2) Autoregulasi GFR (mempertahankan GFR konstan 80-180 mmHg)
a. GFR meningkat karena tekanan darah meningkat, tekanan filtrasi neto dan
GFR dikurangi dengan vasokontriksi aa. Aferen menurunkan aliran darah ke
glomerulus.
b. GFR menurun karena tekanan darah menurun, tekanan filtrasi neto dan GFR
ditingkatkan dengan vasodilatasi aa. Aferen meningkatkan aliran darah ke
glomerulus.
3) Hormone dan saraf otonom
a. Aa. Aferen dan eferen dipersarafi oleh saraf simpatis -> norepinefrin berikatan
dengan reseptor di otot polos arteriol -> vasokontriksi -> aliran darah ke ginjal
dan GFR menurun.
b. Angiostensin II (vasokonstriktor) dan prostaglandin (vasodilator) ->
mempengaruhi koefisien filtrasi dengan bekerja pada sel mesongial atau
podosit. Sel mesangial atau podosit mengubah ukuran filtration slit (celah fil-
trasi) -> mengubah luas permukaan filtrasi.
2. Reabsorpsi
Merupakan proses kedua pembentukan urin setelah filtrasi. Terjadi pada tubu-
lus kontortus proksimal. Reabsorbsi merupakan proses perpindahan cairan dari tubu-
lus renalis ke pembuluh darah yang mengelilinginya (kapiler peritubuler). Proses re-
absorpsi akan akan terjadi penyaringan :
Asam amino, Glukosa, Asam asetat, Vitamin, Garam organic, H2O.
Hasil dari proses reabsorpsi adalah urin sekunder. Didalam kandungan urin sekunder
sudah tidak memiliki kandungan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh lagi.
3. Sekresi
Urin sekunder menuju tubulus kontortus distal untuk mengalami proses sekre-
si. Sekresi bergantung pada sisi transport membrane (transport aktif).
B. Kontrol Miksi
Jika volume urin dalam kandung kemih melebihi 200-400 mL, tekanan di dalam
kandung kemih meningkat dan reseptor pada dinding mengirim impuls ke medulla
spinalis. Impus ini merambat ke pusat berkemih di medulla spinalis segmes S2 dan S3
serta memicu refleks spinal. Dalam lengkung refleks ini, impuls parasimpatis dari
pusat berkemih merambat ke dinding kandung kemih dan sfingter uretr internus. Im-
puls saraf menyebabkan kontraksi otot detrusor dan relaksasi otot sfingter urethra in-
ternus. Secara bersamaan, pusat berkemih menghambat neuron motorik somatin yang
menyarafi otot rangka di sfingterr urethra eksternus. Hal ini menyebabkan terjadinya
berkemih.
3. BIOKIMIA
A. Pengaturan Keseimbangan Asam Basa Oleh Ginjal
Ginjal mengontrol pH tubuh dengan mengontrol keseimbangan asam basa me-
lalui pengeluaran urin yang asam atau basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi
jumlah asam dalam cairan ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urin basa berarti
menghilangkan basa dari cairan ekstraseluler.

Keseluruhan mekanisme ekskresi urin asam atau basa oleh ginjal adalah sebagai
sebagai berikut: Sejumlah besar ion bikarbonat disaring secara terus menerus ke da-
lam tubulus, dan bila ion bikarbonat diekskresikan ke dalam urin, keadaan ini
menghilangkan basa dari darah. Sebaliknya, sejumlah besar ion hidrogen juga
disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel-sel epitel tubulus, jadi menghilangkan
asam dari darah. Bila lebih banyak ion hidrogen yang disekresikan daripada ion bi-
karbonat yang disaring, akan terdapat kehilangan asam dari cairan ekstraseluler. Se-
baliknya, bila lebih banyak bikarbonat yang disaring daripada hidrogen yang diek-
skresikan, akan terdapat kehilangan basa.
a. Sekresi Ion Hidrogen Di Tubulus Ginjal
Sekresi ion hidrogen berlangsung di sel-sel epitel tubulus proksimal, segmen
tebal asenden ansa henle, dan tubulus distal ke dalam cairan tubulus.
Proses sekresi dimulai ketika CO2 berdifusi ke dalam sel tubulus atau diben-
tuk melalui metabolisme sel di dalam epitel tubulus. CO2 akan berikatan dengan
H2O membentuk H2CO3 melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim karbonik an-
hidrase. H2CO3 segera berdisosiasi membentuk H+ dan ion bikarbonat (HCO3-).
HCO3- mengikuti gradien konsentrasi melalui membran basolateral akan pergi ke
cairan intertisial ginjal dan ke aliran darah kapiler peritubular. Bersama dengan itu
H+ akan disekresikan ke lumen tubular, tergantung daerah lumen, proses ini ber-
langsung melalui transport aktif primer pompa H-ATPase, transport aktif primer
pompa H, K-ATPase, di tubulus distal dan kolligens, serta transport-imbangan
Na/H di tubulus proksimal.
Sekresi ion hidrogen melalui transport-imbangan Na/H terjadi ketika natri-
um bergerak dari lumen tubulus ke bagian dalam sel, natrium mula-mula
bergabung dengan protein pembawa di batas luminal membran sel; pada waktu
yang bersamaan , ion hidrogen di bagian dalam sel bergabung dengan protein
pembawa. Natrium bergerak ke dalam sel melalui gradien konsentrasi yang telah
dicapai oleh pompa natrium kalium ATP-ase di membran basolateral kemudian
menyediakan energi untuk menggerakkan ion hidrogen dalam arah yang berla-
wanan dari dalam sel ke lumen tubulus.Jadi untuk setiap ion hidrogen yang
disekresikan ke dalam lumen tubulus, satu ion bikarbonat masuk ke dalam darah.

b. Reabsorbsi Ion Bikarbonat Yang Disaring

Ion bikarbonat yang disaring akan direabsorbsi oleh ginjal untuk


mencegah kehilangan kehilangan bikarbonat dalam urin. Sekitar 80-90 persen
reabsorbsi bikarbonat (dan sekresi ion hidrogen) berlangsung di dalam tubu-
lus proksimal sehingga hanya sejumlah kecil ion bikarbonat yang mengalir ke
dalam tubulus distal dan duktus kolligens.

Ion-ion bikarbonat tidak mudah menembus membran luminal sel-sel


tubulus ginjal, oleh karena itu, ion-ion bikarbonat yang disaring oleh
glomerulus tidak dapat diabsorbsi secara langsung. Ion bikarbonat yang
disaring pada glomerulus akan bereaksi dengan ion hidrogen yang disekresi-
kan oleh oleh sel-sel tubulus membentuk H2CO3 oleh kerja enzim karbonik
anhidrase, yang kemudian berdisosiasi menjadi CO2 dan H2O. CO2 dapat
bergerak dengan mudah memlewati membran tubulus, oleh karena itu CO2
segera berdifusi masuk ke dalam sel tubulus , tempat CO2 bergabung kembali
dengan H2O , di bawah pengaruh enzim karbonik anhidrase, untuk
menghasilkan molekul H2CO3 yang baru. H2CO3 ini kemudian berdisosiasi
membentuk ion bikarbonat dan ion hidrogen, ion bikarbonat kemudian ber-
difusi melalui membran basolateral ke dalam cairan interstisial dan dibawa
naik ke darah kapiler peritubular.

Efek bersih dari reaksi ini adalah reabsorbsi ion bikarbonat dari tubu-
lus, walaupun ion-ion bikarbonat yang sebenarnya memasuki cairan ekstra-
seluler tidak sama dengan yang disaring ke dalam tubulus.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kamus besar bahasa indonesia


2. Kamus kedokteran dorland
3. Modul anatomi FK UNIMUS 2018
4. Trudy Mckee, James R Meckee. Biochemistry , The Molecular Basic of Life.
3rd 2000 : 80-82
5. Arthur C. Guyton, M.D, John E.Hall, PhD. Fisiologi Kedokteran. EGC. Edisi
9.
6. Vander, Sherman, Luciano. Human Physiology,The Mechanisms of Body
Fuction
7. Elaine N Marieh. Human Anatomy & Physiology, 6th . from
www.med.howard.edu/physio.biophys/MILLIS%20HOME%20PAGE_
files/Biomed/26PPT_lect/26
8. Murray R K, et al. Harper’s Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange. Ameri-
ca 2000 : 11-13
9. William F. Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 17. 1995 : 702-
704
10. Zimmerman, K.A. Indian Culture : Traditions and Customs of India. 2015
Murray R K, et al. Harper’s Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange. Ameri-
ca 2000 : 11-13
11. Tortora GJ. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC. 2018

Anda mungkin juga menyukai