Anda di halaman 1dari 14

1

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA FEMORALIS

A. Pengertian

Hernia femoralis adalah suatu penonjolan hernia yang melalui kanalis

femoralis di sepanjang pembuluh darah femoralis ketika pembuluh darah tersebut

melintas kelipatan paha (Oswari, 2000).

Hernia femoralis adalah suatu protrusi atau penonjolan lemak preperitoneal

atau organ intraperitoeal melalui pascia transversa yang lemah masuk kedalam

annulus femoralis dan canalis femoralis (Skandalakis et al,1995).

Hernia femoralis adalah berupa benjolan di lipat paha melalui anulus

femoralis. Selanjutnya isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang

berbentuk corong sejajar dengan pembuluh darah balik paha (vena femoralis)
2

B. Anatomi dan Fisiologi

Kanalis femoralis terletak dimedial dari vena vemoralis didalam lakuna

vasorum, dorsal dari ligamnetum inguinalis, tempat vena safena bermuara didalam

vena femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam.

Batas kranioventral dibentuk oleh ligamen inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os

pubis dari ligamen iliopektineale (ligamen cooper), sebelah lateral oleh vena

femoralis, dan disebelah medial oleh ligamen lakunare gimbenarti.

Kantung hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek

pada sisi medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu

atau dua kelenjar limfe, yang terbesar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini
3

didesak keluar dari kanalis femoralis oleh suatu penonjolan peritoenal dan

seringkali membentuk massa yang dapat dipalpasi. Hernia femoralis keluar

melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamen inguinalis. Kelainan anatomi ini

mengakibatkan inkaserasi hernia femoralis (Mutaqin, 2011).

Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia

masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena

femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.

Hernia femoralis hampir selalu terlihat sebagai massa yang iredusibel, meskipun

kantungnya mungkin kosong, karena lemak dan kelenjar limfe dari kanalis

melingkari kantung. Kelenjar limfe tunggal yang membesar dapat meniru

hernia femoralis dengan sangat tepat (Herrysyu, 2011).

C. Etiologi
Penyebab hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis, yaitu:
1) Defek kongenital
2) Perubahan struktur fisik
3) Peningkatan tekanan intra abdomen akibat dari kehamilan atau kegemukan
4) Batuk yang kuat / kronis
5) Konstipasi kronis
6) Mengangkat bebab berat
7) Aktifitas, seperti atlet angkat besi, balap sepeda dan berbagai jenis olahraga

D. Patofisiologi

Hernia femoralis berkembang dengan proses waktu, dengan berbagai aktivitas

yang meningkatkan tekanan intra abdomen akan meningkatkan progresifitas

hernia. Peningkatan tekanan intraabdomen akan mendorong lemak preperitoneal

kedalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia

(Mutaqin, 2011).
4

Kurangnya tonus otot abdominal, obesitas, dan kehamilan multipara juga

meningkatkan resiko pada wanita untuk mengalami hernia femoralis. Hernia

femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi pada hernia

inguinalis, terutama yang memakai teknik bassini atau soldice yang menyebabkan

fasia transversa dan ligamentum inguinale lebih bergeser keventrokranial

sehingga kanalis femoralis lebih luas. Sebagian besar hernia femoralis

berkembang hanya pada satu sisi, tetapi sekitar 15% dari hernia femoralis bersifat

bilateral dan kondisi hernia bilateral cenderung lebih tinggi untuk terjadi hernia

strangulasi, serta sekitar 20% hernia bisa berkembang menjadi hernia inclarserata

(Mutaqin, 2011).

Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi pada

hernia inguinallis yang menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale

tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas. Hernia femoralis

keluar di sebelah ligamentum inguinale pada fosa ovalis. Kadang-kadang hernia

femoralis tidak teraba dari luar (Herrysyu, 2011).

E. Manifestasi klinik

Pada hernia femoralis kadang tidak menimbulkan gejala. Tapi ada beberapa gejala

yang sering tampak yaitu:

1. Tampak adanya tonjolan dipaha bagian atas sebelah pangkal paha


2. Nyeri pada benjolan dipaha
5

3. Ketidaknyamanan pangkal paha yang lebih buruk ketika berdiri dan mengangkat
benda berat.
4. Kadang-kadang sakit perut, mual, dan muntah
5. Sakit waktu kencing (dysuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping
benjolan di bawah sela paha.
F. Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami isi hernia. Isi hernia

dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponible ini dapat terjadi jika

isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal atau

merupakan hernia akreta.

Bila cincicn hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia

femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi

inkaserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia

dan satu segmen lainnya berdada dalam rongga peritoneum.

Jepitan cincicn hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.

Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udema organ atau

struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia makin bertambah

sehingga akhirnya peredarah darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis

dan kantong hernia akan berisi transudat beruapa cairan serosanguinis. Kalau isi

hernia terdiri atas usus, dapat terjadi:

1) Strangulasi (penyumbatan aliran darah)


2) Gangguan perfusi jaringan
3) Perforasi usus
4) Abses lokal
5) Fistel
6) Peritonitis
6

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaaan kultur jaringan untuk mendeteksi adanya adenitis tuberkulosa
2. Foto polos abdomen untuk mendeteksi adanya udara pada usus untuk mendeteksi
adanya ileus
3. CT Scan untuk mendeteksi adanya hernia ekstra kolon
4. Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik hernia
femoralis. Pada survei umum pasien pemeriksaan fisik fokus akan didapatkan:
a) Inspeksi : secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada lipatan

paha. Apabila tidak terlihat dan terdapat adanya riwayat penonjolan, maka

pemeriksaan sederhana pasien didorong untuk melakukan aktiitas

peningkatan intra abdominal, seperti mengedan untuk menilai adanya

penonjolan pada lipatan paha.


b) Palpasi : nyeri tekan pada lipatan paha dan paha atas.
c) Auskultasi : penurunan bising usus atau tidak ada menandakan gejala obstruksi
intestinal. (Mutaqin, 2011)
7

H. Penatalaksanaan

Pada pasien dengan hernia femoralis bisa dilakukan dengan pengobatan

konservatif maupun tindakan definitif berupa operasi. Tindakan konservatif

terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau

penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pengurangan

hernia secara non-operatif dapat segera dilakukan dengan berbaring, posisi

pinggang ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan sedatif

(penenang) yang cukup untuk memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia terjadi

jika benjolan berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis strangulasi.

Operasi terdiri dari herniotomy disusul dengan hernioplasty dengan tujuan

menjepit annulus femoralis. Hernia femoralis dapat didekati dari krural. Inguinal,

atau kombinasi keduanya. Pendekatan krural yang tanpa membuka kanalis

inguinalis dipilih pada perempuan. Pendekatan kombinasi dapat dipilih pada

hernia femoralis inkaserata, hernia residif atau kombinasi dengan hernia

ingunalis.Pada pendekatan krural, hernioplasty dapat dilakukan dengan

menjahitkan ligamentun inguinal ke ligamentum cooper. Teknik Bassini melalui

region ingunalis, ligamentum inguinale dijahitkan ke ligamentum gimbernati.

Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplastik.

Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inginalis

internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Dikenal berbagai

metode hernioplastik, seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan

jahitan terputus, menutup, dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan

pertemuan muskulus transversus internus abdominis dengan muskulus oblikus

internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum

inguinale Poupart menurut metode Bassini. Metode ini memperbaiki orifisium

miopektineal, superior dari ligamentum inguinalis, yaitu anulus profunda dan


8

segitiga Hesselbach, sehingga dapat diterapkan baik pada hernia direk maupun

indirek.
9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HERNIA FEMORALIS

3.1 Pengkajian Keperawatan


1. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan.
Kaji status riwayat kesehatan yang pernah dialami klien (keluhan yang dialami

klien, apa upaya dan dimana klien mendapat pertolongan kesehatan, lalu apa saja

yang membuat status kesehatan klien menurun.

2. Pola nutrisi metabolik.

Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi, dan jumlah klien makan dan

minum klien dalam sehari. Kaji apakah klien mengalami anoreksia,mual atau

muntah dan haus terus menerus. Kaji selera makan berlebihan atau berkurang,

ataupun adanya terapi intravena, penggunaan selang NGT, timbang juga berat

badan, ukur tinggi badan, lingkaran lengan atas serta hitung berat badan ideal

klien untuk memperoleh gambaran status nutrisi

3. Pola eliminasi.

Kaji terhadap frekuensi, karakteristik, kesulitan/masalah dan juga pemakaian alat

bantu seperti folly kateter, ukur juga intake dan output setiap shift. Kaji apakah

klien mengalami distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus.

4. Pola aktivitas dan latihan

Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau keadaan sekarang dan juga

penggunaan alat bantu seperti tongkat, kursi roda dan lain-lain. Tanyakan kepada

klien tentang penggunaan waktu senggang. Adakah keluhan pada pernapasan,

jantung seperti berdebar, nyeri dada, badan lemah.

5. Pola tidur dan istirahat


10

Tanyakan kepada klien kebiasan tidur sehari-hari, jumlah jam tidur, tidur siang.

Bagaimana suasana tidur klien apakah terang atau gelap. Sering bangun saat tidur

dikarenakan oleh nyeri, gatal, berkemih, sesak dan lain-lain.

6. Pola persepsi kognitif

Tanyakan kepada klien apakah menggunakan alat bantu pengelihatan,

pendengaran. Adakah klien kesulitan mengingat sesuatu, bagaimana klien

mengatasi rasa tidak nyaman : nyeri. Adakah gangguan persepsi sensori seperti

pengelihatan kabur, pendengaran terganggu. Kaji tingkat orientasi terhadap tempat

waktu dan orang.

7. Pola persepsi dan konsep diri

Kaji tingkah laku mengenai dirinya, apakah klien pernah mengalami putus

asa/frustasi/stress dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya.

8. Pola peran hubungan dengan sesama

Apakah peran klien dimasyarakat dan keluarga, bagaimana hubungan klien di

masyarakat dan keluarga dan teman kerja. Kaji apakah ada gangguan komunikasi

verbal dan gangguan dalam interaksi dengan anggota keluarga dan orang lain.

9. Pola produksi seksual

Tanyakan kepada klien tentang penggunaan kontrasepsi dan permasalahan yang

timbul. Berapa jumlah anak klien dan status pernikahan klien.


11

10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres

Faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri, tempat klien

bertukar pendapat dan mekanisme koping yang digunakan selama ini. Kaji

keadaan klien saat ini terhadap penyesuaian diri, ungkapan,

penyangkalan/penolakan terhadap diri sendiri.

A.Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang adekuat.
2. Ketidak seimbangan cairan tubuh berhubungan dengan keluarnya cairan tubuh
dari muntah dan obstruksi intestinal.
3. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi lokal
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entree luka pasca bedah.
5. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, rencana pembedahan.
12

B.Intervensi Keperawatan

1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kurangnya intake makanan yang adekuat.

NOC: Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat


1. Intake makanan menjadi adekuat
2. Berat badan pada hari ketuju pasca operasi meningkat 0,5 kg.

NIC :
- Kaji toleransi fisik terhadap asupan nutrisi .

Rasional :pasien dengan hernia hiatal mempunyai tingkat fariasi terhadap

toleransi intake nutrisi.

- Evaluasi adanya alergi makanan dan kontraindikasi makanan.

Rasional: beberapa pasien mungkin mengalami alergi makanan terhadap

makanan tertentu.

- Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara

periodik.

Rasional: berguna dalam mengukur keefektikan nutrisi dan dukungan

Cairan

- Beri makanan halus atau makanan cair secara bertahap dan dicampur dengan air.
Rasional: makanan halus dapat memenuhi diet normal, yang dapat dimkan melalui
NGT.

2. Ketidak seimbangan cairan tubuh berhubungan dengan keluarnya cairan tubuh

dari muntah dan obstruksi intestinal.

NOC:
1. Keseimbangan cairan optimal
2. Pasien menunjukkan muntah berkurang

NIC :
13

- Kaji membran mukosa, turgor kulit dan pengisian kapiler

Rasional : indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

- Pantau intake dan out put, catat warna urine /konsentrasi


Rasional: penurunan haluaran urine dengan peningkatan berat jenis diduga
dehidrasi / kebutuhan peningkatan cairan.

- Auskultasi bising usus dan catat gerakan usus


Rasional : indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk pemasukan peroral

- Berikan sejumlah kecil minuman bila masukan peroral dimulai dan lanjutkan

dengan diet sesuai toleransi.


Rasional : menurunkan iritasi gaster / muntah untuk meminimalkan kehilangan

cairan.
- Kolaborasi pemberian cairan Intra vena
Rasional : membantu meningkatkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

3. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi lokal

NOC:

1. Dalam waktu 1 x 24 jam pasca operasi respon dan tingkat nyeri berkurang.
2. Pasien mampu melakukuan manajemen nyeri non farmakologi apabila sensani

nyeri muncul.
3. Ekspresi pasien rileks dan mampu melakuakn mobilitas ringan dengan nyeri yang

terkontrol .

NIC:

- Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan untuk meredakan nyeri non

farmakologi dan non invasif .

Rasional: menunjukkan keefektikan dalam mengurangi nyeri.


- Istirahatkan pasien pada saaat nyeri muncul.
Rasional: istirahat secara fisiologis dapat menurunkan stimulus nyeri.
- Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam pada saat nyeri muncul.
Rasional: meningkatkan asupan oksigen untuk menurunkan nyeri sekunder dan iskemia
intestinal.
- Manajemen lingkungan: lingkungan tenang, batasi pengunjung,dan istirahatkan pasien.
Rasional: lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan

pembatasan pengunjung membantu meningkatkan kondis oksigen ruangan,

istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen ke jaringan perifer.


14

Anda mungkin juga menyukai