Kajian Pustaka Pemda Kebijakan Publik Ci
Kajian Pustaka Pemda Kebijakan Publik Ci
Pemerintahan Daerah
Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap
kabupaten, dan kota mengatur dan mngurus sendiri urusan pemerintahan menurut
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi seluas-
yang diselenggarakan oleh badan-badan daearah yang dipilih secara bebas dengan
Dengan kata lain, hakekat dari pemerintah modern adalah pelayanan kepada
masyarakat.
mencakup:
dalam masyarakat.
B. Kebijakan Publik
diinginkan.
yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah baik dalam bentuk program atau
David Easton yang dikutip oleh Abdul Wahab (2008: 5-6) menyatakan
bahwa ciri-ciri khusus yang melekat pada kebijakan publik bersumber pada
wewenang dalam sistem poltik, yaitu para tetua adat, para ketua suku, para
eksekutif, para legislator, para hakim, para administrator, para monarki dan lain
sebagainya. Hal ini dapat dilihat bahwa kebijakan publik dibentuk oleh mereka
publik diantaranya:
saling berkaitan atau berpola guna tercapainya tujuan. Tindakan yang dilakukan
Thomas R. Dye proses kebijakan publik dapat digambarkan seperti dibawah ini:
Gambar 1. Tahapan dalam Proses Kebijakan
Sumber: Nugroho (2011: 495)
Keterangan :
sebagai berikut:
dapat dipahami sebagai suatu tahapan proses pada saat implementasi kebijakan
untuk menilai seberapa jauh kebijakan mencapai hasil yang diharapkan. Tidak
hanya itu evaluasi kebijakan dilakukan untuk melihat apakah kebijakan
empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya
dari segi tujuan yang ingin dicapai. Selanjutnya Dunn (2000: 608)
menuju pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan program.
Definisi yang diungkapkan oleh Dunn senada dengan Suchman, dimana evaluasi
adalah proses meletakan suatu nilai pada beberapa tujuan tertentu yang dapat
bahwa evaluasi kebijakan merupakan proses yang dilakukan untuk melihat dan
ingin dicapai.
Mengutip dari pendapat Guba dan Lincoln dalam Abdul wahab (2001:8)
Sedangkan menurut Putra (2003: 95), terdapat tiga fungsi pokok dalam
membandingkan hasil kinerja kebijakan dengan tujuan atau target yang ingin
dicapai. Pada penilitian evaluasi kebijakan city branding ini, peniliti ingin
bahwa penelitian kebijakan memiliki fokus utama yang sama dengan penelitian
ada dua analisis kebijakan, yaitu analisis tentang suatu (atau beberapa)
analisis untuk merumuskan kebijakan, namun bisa juga analisis tentang kebijkan.
Dimana analisis tentang kebijakan dapat berupa penelitian isi kebijakan
kajian dari hasil suatu kebijakan, serta penelitian tentang proses kebijakan yang
2011: 193).
atau proyek pembangunan tertentu telah mencapai tujuan atau hasil akhir yang
Menurut Alkin dalam Abdul Wahab (2001: 12) unsur-unsur utama yang
dilaksanakan ?
Berdasarkan kriteria yang pertama, dapat dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu
evaluasi eksternal dan evaluasi internal. Studi evaluasi yang dilaksanakan oleh
tertentu dilaksanakan.
tertentu dilaksanakan.
Menurut Abdul Wahab (2001: 34) pada jenis evaluasi ex post ini kemungkinan
masih dapat dibedakan lebih lanjut ke dalam evaluasi interim yang biasanya
(type of evaluastion research) menjadi dua macam tipe, yaitu riset process
dan riset outcomes. Metode riset evaluasi juga dibedakan menjadi dua macam
yaitu metode deskriptif dan kausal. Metode deskriptif lebih mengarah pada tipe
penelitian evaluasi proses (process of public policy implementation), sementara
menemukan apakah semua program utama telah tercapai dengan baik atau
menentukan apakah manfaat nyata yang dari suatu program dinikmati oleh
mereka yang menjadi kelompok sasaran (target group) yang paling banyak atau
berorientasi pada access issues tentang sebab dan akibat (cause and effects).
Riset kausal ini berusaha mencari/melihat apakah outcomes utama yang terjadi
disebabkan oleh program utama atau dengan kata lain program utama menjadi
1. Pengertian Brand
merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memeiliki daya
atas semua informasi yang terkait dengan perusahaan, produk atau jasa
(http://en.wikipedia.org). sebuah brand secara tipikal terdiri dari nama, logo dan
elemen visual lain seperti gambar, font, warna dan simbol yang memuat
komunikasi campuran atribut, untuk sebuah logo atau simbol, untuk sebuah
“janji” atau proses emosional antara konsumen dan perusahaan yang menciptakan
tersebut. Pemahaman terhadap strategi menjadi hal yang sangat penting dalam
membentuk brand itu sendiri. Untuk dapat membentuk nilai dengan situasi
apapun perlu menjaga stabilitas antara strategi bisnis dan strategi brand agar tetap
berjalan.
mengenai produk maupun brand sehingga kemudian brand itu sendiri yang akan
pelanggannya.
daerah yang salah satunya dengan image marketing (Kuncoro, 2004). Untuk dapat
brand yang memberikan sebuah pemaparan baru mengenai identitas atau image,
Terdapat 4 elemen dari sebuah brand secara visual dan fisik yang
- Nama
- Logo
- Tagline (slogan)
- Brand story
Elemen formal seperti nama, logo dan slogan serangkai bersama sebagai
identitas visual yang merefleksikan brand essense, brand personality serta culture
dari perusahaan atau kota dalam berbisnis. Logo, slogan dan tagline secara visual
diciptakan oleh iklan produk serta promosi untuk menarik minat dari konsumen
yang sekedar ingin tahu dan memutuskan untuk menggunakannya atau melakukan
pembelian.
Elemen atau identitas dari brand merupakan ekspresi kasat mata dari
fundamental bagi pengenalan dan pengukuan konsumen akan suatu brand yang
2. Brand Positioning
Brand positioning memiliki arti sempit berupa penempatan sebuah brand.
“Positioning brands is about finding the right spot in customer’s minds in orderto
your customers are and where to find them” (Kotler and Pfoertsch, 2006).
karena itu penting sekali untuk mengetahui siapa pelanggan anda dan dimana
target market can tell the brand apart from other”(interbrand Group. Interbrand
glossary) (yakni suatu posisi tersendiri ang digunakan sebuah brand pada
lingkungan kompetitifnya untuk memastikan bahwa individu dalam target
memberitahukan kepada audience bahwa sebuah brand berbeda dan lebih baik
konsumen. “a brand can only have one true positioning. An effectively positioned
externally”( Kotler and Pfoertsch, 2006) (brand hanya dapat memiliki satu posisi
menentukan target yang dtuju, hal tersebut bertujuan agar memberikan nilai ata
makna yang berbeda dari pesaing lainnya. Apabila sebuah brand telah diposisikan
dengan benar maka pengkomunikasian pun dapat berjalan dengan efektif pada
selurh stakeholder.
3. Brand Image
Brand image diciptakan melalui kesan-kesan yang telah terintegrasi oleh
konsumen terhadap sebuah brand. Kesan baik dan buruk yang ditangkap oleh
konsumen tentunya akan sangat mempengaruhi nilai dari sebuah brand tersebut.
Hal ini sesuai dengan yang didefinisikan oleh Thompson dalam Brand
Management Modul yaitu “the total impression created in the customer’s mind by
yang dibuat dalam bentuk konsumen terhadap brand dan semua itu diasosiasikan,
suatu produk atau jasa yang bersangkutan dan bagaimana brand dapat memenuhi
harapan konsumen. Brand strategi harus diatur secara tepat sehingga mampu
konsumen sehingga tidak terjadi perbedaan antara image yang dibentuk dengan
image yang muncul dibenak konsumen. Salah satu contohnya adalah pada produk
shampoo lifebuoy yang memiliki image sebagai shampoo keluarga, yang memiliki
kelebihan bisa dipakai seluruh anggota keluarga, serta kesan yang lebih ekonois
dibandingkan shampoo yang lain, sehingga dapat dikatakan cukup populaer dan
agar dapat mencapai sasaran dan tujuannya. Diperlukan suatu rencana atau
strategi yang sistematis agar sebuah brand mencapai sasara-sasaran yang telah
disetujui. Strategi yang digunakan harus bermula dari visi dan misi yang dapat
brand tersebut.
“The branding strategy for a company can be described the disposition of
the number and nature of common and distinctive brand element that company
jumlah sifat umum dari elemen sebuah brand yang diaplikasikan sebuah
branding”. City branding merupakan salah satu strategi suatu wilayah seperti
Negara, provinsi, kabupaten, atau kota untuk memiliki kedudukan atau tempat
(positioning) yang kuat dan dapat dikenal secara luas. Secara sederhana, City
brand dapat didefinisikan sebagai identitas, simbol, logo atau merek yang melekat
luas. Dengan kata lain agar brand-nya dapat menjadi Brand Equity.
Di sector public, dengan penerapam otonomi daerah, daerah pun harus
saling berebut satu sama lain dalam berbagai hal seperti pendapat Widodo (2007),
yaitu :
- Perhatian (attention)
- Pengaruh (influence)
- Pasar (market)
- Tujuan Bisnis dan Investasi (business & investment destination)
- Turis (tourist)
- Tampat tinggal penduduk (residents)
- Orang-orang berbakat (talents), dan
- Pelaksanaan kegiatan (events)
Oleh karena itu sebuah daerah atau kota sangat membutuhkan brand atau
pencitraan yang kuat. Sebuah pemerintah daerah harus membangun City branding
untuk kotanya, tentu yang sesuai dengan potensi maupun positioning yang
target market (Keller, 2003). Apalagi apabila kota tersebut sudah memilih untuk
menjadi tujuan wisata. Tujuan dari “menjual kota” tidak hanya sekedar untuk
membangun daerah untuk warganya saja, namun juga bagaimana dalam strategi
city marketing kota tersbut mampu menarik wisatawan (target market) untuk
datang ke kotanya berulang-ulang dan menghabiskan uangnya di kota tersebut
yang baik.
b. Dianggap sesuai untuk tujuan-tujuan khusus (specific purpose).
c. Dianggap tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat
tinggi.
Identitas suatu kota dapat mencitrakan ciri-ciri dari masyarakat di kota
slogan atau logo dari suatu kota, tetapi membentuk susuatu yang merupakan ciri
dari segala aktivitas kota tersbut. Menurut Noe’man (2008), ketika Branding
dikaitkan dengan suato kota, maka harus bisa mengkomunikasikan dengan jelas
seperti apa kota tersebut, apa yang dimilikinya, dan mengapa kota tersbut patut
mendapat perhatian. Sehingga dapat dikatakan apabila orang lain atau penduduk
kota lain maupun penduduk kota itu sendiri dapat menjelaskan mengenai citra
kota terhadap pembangunan atau perubahan yang ada pada kota tersebut.
pencitraan kota yang sering dengan pembangunan tentunya menuntut waktu yang
panjang.
Konsep City branding atau pencitraan kota menjasi sangat penting karena
kota, souvenir, merchandise dan strret furniture yang nantinya bisa mewakili
memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan salah satu upaya dalam
maupun tidak selalu terhubung dengan kegiatan industri kecil local daerah
tersebut. Sebab hal-hal yang bersifat local terebutlah yang selama ini mampu
menara Eiffel
3 New York The City That Never Kehidupan di New York berjalan
keunikan tersendiri.
6. Solo The Spirit of Java Disebut sebagai pusat kebudayaan
perhiasan.
Sumber : (skripsi orang)
6. Teknik Branding
Branding sebuah kota atau tempat bukanlah sebuah fenomena baru, setiap
designing a symbol or logo that together with the slogan will communicate to
potensial visitors the image of the city along with the futures, benefits, and values
slogan dari sebuah pesan dan kemudian merancang simbol dan logo yang
distinguish between four distinct strategies for place improvement that are the
pemasaran seperti yang disarankan oleh pemasaran umum, bedakan antara empat
strategi yang berbeda untuk perbaikan tempat (kota) yang merupakan dasar untuk
suatu kota dapat menjadi lebih menarik baik bagi pendatang, pengusaha maupun
perubahan yang terjadi pada lingkungan, target pasar, pesaing daerah dan