OLEH:
Kelompok : IV ( EMPAT )
Kelas : D3- C
PEKANBARU
2019
ABSTRAK
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara
permanen. Bila bentuk suatu massa fluida akan diubah, maka di dalam fluida akan
terbentuk lapisan-lapisan hingga mencapai suatu bentuk baru. Pemahaman tentang
fluida sangat penting untuk dapat menyelesaikan soal-soal pergerakan fluida
melalui pipa, pompa dan peralatan proses atau alat ukur laju alir pada fluida.
Gambar 1.1 Skema unggun diam dan unggun terfluidakan (Satriyo, 2008)
Jika laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan dimana
unggun padatan akan tersuspensi didalam aliran gas yang melaluinya. Pada
keadaan ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga
dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini,
sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi,
misalnyaadanya kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan
sebagainya. Sifat unggun terfluidisasi ini dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat diilustrasikan
dengan fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas seperti pada
gambar di bawah ini.
Gambar 1.3 Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas (Satriyo, 2008)
1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum
yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan
tetap diam. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 1.5.
Adapun kerugian dari fluidized bed untuk operasi industri yaitu sebagai
berikut:
1. Menyebabkan erosi pada pipa dan bejana dari abrasi partikel yang serius
2. Menyebabkan tumpahnya partikel-partikel dalam bejana
3. Sulit untuk menjelaskan aliran gas pada partikel untuk bubbling bed
Pada praktikum fluidisasi ini fluida yang digunakan adalah udara tekan.
Butiran padat yang akan difluidisasikan juga dapat bervariasi seperti butiran batu
bara, batu bata, pasir, dan sebagainya. Ukuran partikel juga divariasikan dengan
melakukan pengayakan dengan mesh tertentu. Densitas partikel dapat juga
divariasikan dengan mencampur partikel, baik yang berbeda ukuran maupun
berbeda jenis.Selain itu variasi juga dapat dilakukan pada tinggi unggun. Dalam
praktikum ini akan teramati fenomena-fenomena fluidisasi. Selama fluidisasi
berlangsung juga dapat diamati kecepatan minimum fluidisasi secara visual.Dari
hasil pengukuran tekanan dan laju alir fluida dibuat pula kurva karakteristik
fluidisasi.
Bila kita amati suatu unggun butiran yang disangga oleh pelat kasa dan
dilalukan pada unggun tersebut suatu aliran fluida ke arah atas, maka untuk debit
aliran yang kecil unggun akan tetap diam, fluida hanya akan mengalami kenaikan
hilang tekan dengan peningkatan debit tersebut. Untuk suatu debit tertentu hilang
tekan (dinyatakan dalam tekanan, artinya gaya per satuan permukaan) sampai
pada nilai yang sama dengan berat unggun persatuan permukaan (yang ukurannya
juga sama dengan permukaan untuk hilang tekan), dan unggun mulai terangkat.
Inilah yang disebut awal fluidisasi.Di atas kecepatan ini butiran unggun beberapa
menjadi terpisah dan bergerak secara bervariasi ke segala arah.Akan tetapi untuk
kecepatan tertentu posisi rata-ratanya secara statistik adalah tetap, dalam arti
unggun mempunyai suatu tinggi yang konstan. Tinggi unggun ini meningkat bila
debit cairan meningkat.
Bila kita naikkan lagi debit aliran kita akan mencapai suatu kecepatan yang
bersamaan seperti bila butiran tersebut jatuh bebas dalam fluida diam. Maka kita
akan mengalami pengaliran butiran padat itu keluar menurut arah aliran.
a. Dari O ke A unggun tetap diam dan hilang tekan naik menurut debit aliran.
Bila debit aliran cukup kecil perubahan P terhadap um adalah tetap linier dan
dapat dihitung, misalnya dengan menggunakan persamaan Kozeny Carman.
b. Di A hilang tekan menjadi sedemikian sehingga gaya tekan bersangkutan
dengan awal pengangkatan unggun. Harga hilang tekan ini akan bergantung
terutama pada kondisi pencurahan unggun dan sifat partikel (keadaan
permukaan, sifat dendritik atau tidak dan seterusnya). Kita melihat kenyataan
disini bahwa gaya yang bersangkutan dengan hilang tekan pada titik ini tidak
saja untuk mengangkat berat butiran yang diakibatkan oleh penghimpitan
partikel satu dengan yang lainnya.
c. Sekali unggun ini terberai hilang tekan akan turun kembali ke harga yang lebih
kecil (titik B), lalu bila kecepatan dinaikkan lagi hilang tekan akan tetap
konstan hingga titik C dengan ketinggian unggun yang senantiasa meningkat.
Oleh karena itu, kenyataan bahwa hilang tekan tetap konstan (dan sama dengan
berat unggun persatuan luas) pada saat debit meningkat, menunjukkan bahwa
geometri intern unggun adalah berubah terutama berupa peningkatan
porositasnya yang akan berhubungan erat dengan naiknya tinggi unggun.
Setelah titik C partikel akan berbawa dalam arah aliran gas. Kurva akan
berpotongan dengan kurva hilang tekan fluida dalam tabung kosong ( = 1).
d. Bila kemudian kecepatan kita turunkan, maka tinggi unggun juga akan
menurun, akan tetapi mulai dari titik B sudah tentu kita tidak perlu lagi
mengikuti bekas keadaan A oleh karena partikel meletakkan dirinya secara
perlahan-lahan satu di atas lainnya tanpa pemadatan. Maka kita akan bergerak
dari B ke O dengan melewati D.
e. Alhasil bila kita memulai kembali suatu fluidisasi, tidak akan ada lagi upaya
yang harus dilakukan untuk mengatasi gaya gesekan antara partikel yang
terjadi karena pemadatan dan titik-titik yang menggambarkannya dinyatakan
oleh kurva ODBC naik atau turun akan tetap sama. Hilang tekan (untuk suatu
Umtertentu) dalam zone pertama (bersangkutan dengan OD) adalah lebih kecil
dari pada dalam OA, karena pemadatan unggun lebih berkurang dan tinggi
unggun Zi lebih besar.
Pernyataan tentang unggun terfluidakan di atas sebenarnya terlalu diidealkan.
Fluidisasi inilah yang biasa disebut fluidisasi homogen dimana butiran terdispersi
secara uniform dalam seluruh bagian unggun, artinya porositas lokal unggun
seolah-olah konstan pada setiap titik didalam unggun tersebut.
𝜌
[𝜌 𝑠 ≅ 1]......................................................(1.1)
𝑓
Misalnya dalam hasil fluidisasi butiran kaca dalam air. Akan tetapi kebanyakan
operasi fluidisasi dilakukan dalam fasa gas
𝜌
[𝜌 𝑠 ≫ 1]....................................................(1.2)
𝑓
dimana dalam hal ini fluidisasi menjadi heterogen. Bagian tertentu unggun seolah-
olah tetap diam sementara yang lainnya dilalui oleh gelembung-gelembung gas
yang besar dengan kecepatan Um dan mengandung sedikit butiran sebagai
suspensi di dalamnya, gelembung ini merambat ke arah permukaan unggun
sehingga tidka memungkinkan lagi untuk mendefinisikan suatu permukaan bebas.
Inilah yang disebut peristiwapenggelembungan. Bila gelembung ini sampai
memenuhi seluruh penampang unggun ia akan dapat terangkat selama beberapa
saat, lalu volum tersebut akan jatuh kembali secara tiba-tiba ke atas lapisan paling
rendah. Inilah yang disebut fenomena fluidisasi berpiston (Novandy, 2007).
Karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat fluida cair dengan
viskositas tinggi, metoda pengontakan fluidisasi memiliki beberapa keuntungan
dan kerugian. Keuntungan proses fluidisasi, antara lain:
a. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat
secara kontinu dan memudahkan pengontrolan
b. Kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam
kondisi isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya
c. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor
d. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan massa antara partikel cukup
tinggi
e. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas
yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas
permukaan kecil
Jika suatu fluida melewati partikel unggun yang ada dalam tabung, maka
aliran tersebut memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan
menimbulkan pressure drop sepanjang unggun. Pressure dropakan naik jika
kecepatan supervisial naik (Novandy, 2007).
Jika kecepatan fluida diatas v’mf, unggun akan mulai mengembang (bubbling)
dan kondisi ini dinamakan aggregative fluidization. Kenaikan kecepatan
supervisial yang ekstrim tinggi dapat menyebabkan tumbuhnya gelembung yang
sangat besar, memenuhi seluruh tabung dan mendorong terjadinya slugging bed.
Pada saat ini pressure drop mungkin melampaui berat per satuan luas karena
adanya interaksi partikel dengan dinding tabung. Jika densitas fluidanya lebih
besar dan partikel unggun lebih kecil kemungkinan unggun dapat tertahan dalam
keadaan mengembang lebih stabil (particulate fluidzation). Partikel unggun yang
lebih ringan, lebih halus dan bersifat kohesif sangat sukar terfluidisasi karena gaya
tarik antar partikel lebih besar daripada gaya seretnya. Sehingga partikel
cenderung melekat satu sama lain dan gas menembus unggun dengan membentuk
channel.
Untuk menentukan pressure drop yang melalui fixed bed dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut:
P
Dp
2
3 Dp
....................(1.3)
Dengan : Dp = Diameter Partikel
µ = Viskositas Fluida
ΔL = Tinggi Bed
ε = Voidage
2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan aliran fluida melalui benda
padat ini yaitu satu set alat Fluidized Bed yang memiliki dua jenis kolom dengan
diameter berbeda. Skema rangkaian alat Fluidized Bed dapat di lihat pada gambar
2.1
Keterangan :
1. Main switch
2. Air flowmeter
3. Coloumn
4. Air compressor switch
5. Water flowmeter
6. Water pump
7. Air compressor
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah pasir dan zeolit.
Variasi tinggi unggun diam untuk setiap bahan yang diperbolehkan dalam
praktikum adalah 2 cm, 3 cm, 4cm dan 5cm. Setiap unggun dialiri flowrate untuk
bahan pasir dan zeolit, yaitu dialiri flowrate 1120 L/jam, 1140 L/jam; 1160 L/jam
dan 1180L/jam. Variasi dengan tinggi unggun menghasilkan pressure drop pada
setiap kenaikan unggun. Hubungan antara pressure drop dengan tinggi unggun
untuk bahan pasir dan zeolit disajikan dalam gambar 3.1.
7
Pressure Drop ( mmH2O )
3 Pasir
Zeloit
2
0
2 3 4 5
Variasi Tinggi Unggun ( cm )
Gambar 3.1 diatas dapat diketahui hubungan pressure drop dengan variasi
tinggi unggun setiap bahan semakin meningkat dengan bertambahnya tinggi
unggun. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa pressure drop berbanding lurus
dengan kenaikan tinggi unggun. Pada bahan pasir dan zeolit, pressure drop
tertinggi terdapat pada tinggi unggun 5 cm sedangkan yang terendah pada tinggi
unggun 2 cm. Pressure drop tertinggi pada pasir sebesar 7,3 mmH2O dan yang
terendah sebesar 2,8 mmH2O. Sementara pressure drop tertinggi pada zeolit
sebesar 4,6 mmH2O dan yang terendah sebesar 1,6mmH2O. Pressure drop
tertinggi dari kedua bahan adalah bahan pasir. Perbedaan pressure drop ini
disebabkan karena densitas dan diameter kedua bahan yang berbeda.
3.1.2 Hubungan Pressure Drop dengan Kecepatan
3.1.2.1 Hubungan Pressure Drop Dengan Kecepatan Pada Bahan Pasir Dan Zeolit
8
Pressure Drop ( mmH2O )
7
6 Tinggi Unggun pada 2
cm
5
4 Tinggi Unggun pada 3
cm
3
2 Tinggi Unggun pada 4
cm
1
Tinggi Unggun pada 5
0
cm
0.094 0.095 0.097 0.1
V ( m/s )
Pengaruh kecepatan ini terhadap pressure drop yang terjadi pada bahan
pasir dan zeolit. Variasi flowrate yang tidak berbeda menyebabkan kecepatan
yang terjadi juga tidak berbeda. Pada kecepatan pasir dan zeolit pada titik tertinggi
0,100 m/s dan terendah 0,094 m/s. Pada pasir, kecepatan tertinggi 0,100 m/s
dengan pressure drop 3,5mmH2O dan terendah pada kecepatan 0,094 m/s dengan
pressure drop 2,8 mmH2O. Sedangkan pada zeolit kecepatan tertinggi nya adalah
0,100 m/s dengan pressure drop 2,2 mmH2O dan terendah pada kecepatan 0,094
m/s dengan pressure drop 1,6 mmH2O. Maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan
dan pressure drop semakin besar dan semakin lambat kecepatannya maka
semakin kecil pula pressure drop nya.
Nilai koefisien hambatan (Cd) bergantung pada bilangan reynold dan tidak
terpengaruh tinggi unggun dan juga pressure drop. Setiap bahan yang
dipercobakan memiliki bilangan reynold dan harga Cd masing masing yang
disajikan dengan gambar 3.3 dan gambar 3.4.
4.55E-05
4.50E-05
Hambatan Gerak ( Cd )
4.45E-05
4.40E-05
4.35E-05
4.30E-05
4.25E-05
4.20E-05
4.15E-05
4.10E-05
530,526.83 536,170.73 547,458.54 564,390.24
Bilangan Reynold
Pasir
3.20E-05
Hambatan Gerak ( Cd )
3.15E-05
3.10E-05
3.05E-05
3.00E-05
2.95E-05
2.90E-05
2.85E-05
761,680.22 769,783.20 785,989.16 810,298.10
Bilangan Reynold
Zeloit
Dari gambar 3.3 diatas dapat diketahui bahwa bahan pasir dan zeolit
memiliki koefisien hambatan yang paling besar dari kedua bahan. Hal ini
disebabkan hubungan antara bilangan reynold dan koefisien hambatan berbanding
terbalik. Nilai bilangan reynold pada bahan zeolit lebih besar dari bahan pasir.
BAB IV
4.1 Kesimpulan
1. Dari kedua bahan tersebut, saat fluida lewat, bahan Pasir lebih mudah
untuk naik dibandingkan bahan Zeolit. Hal ini dikarenakan bahan pasir
memiliki ukuran partikel lebih kecil di bandingkan bahan zeolit.
2. Dari hubungan antara flowrate dan pressure drop diketahui semakin besar
aliran fluida maka semakin besar penurunan tekanan yang terjadi baik pada
bahan zeolit maupun bahan pasir.
3. Dari hubungan antara pertambahan tinggi unggun dengan pressure drop
diketahui semakin besar pertambahan tinggi unggun maka semakin besar
penurunan tekanan yang terjadi baik pada bahan pasir maupun bahan
zeolit.
4. Dari hubungan antara hambatan gerak dengan bilangan reynold diketahui
semakin besar hambatan gerak fluida maka semakin kecil bilangan reynold
yang terjadi baik pada bahan pasir maupun bahan zeolit.
1.2 Saran
Sebaiknya dalam mengamati kenaikan bahan dilakukan dengan teliti.
Karena pada bahan tertentu seperti pasir sulit untuk terlihat ketinggiannya. Selain
itu dengan aliran fluida yang lebih cepat, bahan semakin sulit juga untuk terlihat.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C., J. 1993. Transport Processes and Unit Operations. Third Edition.
Pretince Hall International Edition. University of Minnesota.
Kirk-Othmer. 1994. Encyclopedia of Chemical Technology, 4th edition, volume
10, John Wiley & Sons, New York.
Novandy.2007. Penentuan Pressure Drop dan Kecepatan Minimum Proses
Fluidisasi Pada Reactor Fixed Bed dan Regenerator. FORUM IPTEK Vol
13 No 03. Publikasi Ilmiah Pusdilkat Migas.
Satriyo. 2008. Fluidisasi. Laboratorium Operasi Teknik Kimia. Jurusan Teknik
Kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Cilegon – Banten.
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
PERHITUNGAN
A. Bahan Pasir
Bahan pasir dengan tinggi unggun diam 2 cm dan flow rate 1120
Liter/jam:
Flowrate = 1120 L/jam
Diameter kolom (D) = 6,5 cm
= 0,065 m
1
Luas permukaan tabung (A) = 4 (𝜋)(𝑑)2
1
= 4 (3,14)(0,065 𝑚)2
= 3,31 x 10-3 m2
Densitas Pasir ( ρ ) = 1602 kg/m3
Viskositas Udara (µ) = 1,845 x 10-5 Ns/m3
Debit Aliran Udara (Q) = 1120 L/jam = . . . . m3/s
1120 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 10−3 𝑚3 1 𝑗𝑎𝑚
= 𝑥 𝑥
𝑗𝑎𝑚 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 3600
= 0,094 m/s
𝜌.𝑣.𝑑
Bilangan Reynold Udara (NRe) =
𝜇
𝑘𝑔 𝑚
(1602 )𝑥 (0,094 ) 𝑥 (0,065 𝑚)
𝑚3 𝑠
= 𝑁𝑠
1,845 𝑥 10−5 3
𝑚
= 530.526,83
24
Koefisien Hambatan Udara (CD) =
𝑁𝑅𝑒
24
=
530.526,83
= 4,52𝑥 10−5
Fudara = 3.π.µ.d.v
=3.(3,14).(1,845.10-5 Ns/m).(0,065m).(0,094m/s)
= 10,6 x 10-7 N
Cara yang sama untuk variasi tinggi unggun diam dan flow rate.
B. Bahan Zeolit
Bahan zeolit dengan tinggi unggun diam 2 cm dan flow rate 1120
Liter/jam:
Flowrate = 1120 L/jam
Diameter kolom (D) = 6,5 cm
= 0,065 m
1
Luas permukaan tabung (A) = 4 (𝜋)(𝑑)2
1
= 4 (3,14)(0,065 𝑚)2
= 3,31 x 10-3 m2
Densitas Zeolit ( ρ ) = 2300 kg/m3
Viskositas Udara (µ) = 1,845 x 10-5 Ns/m3
Debit Aliran Udara (Q) = 1120 L/jam = . . . . m3/s
1120 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 10−3 𝑚3 1 𝑗𝑎𝑚
= 𝑥 𝑥
𝑗𝑎𝑚 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 3600
= 0,094 m/s
𝜌.𝑣.𝑑
Bilangan Reynold Udara (NRe) =
𝜇
𝑘𝑔 𝑚
(2300 )𝑥 (0,094 ) 𝑥 (0,065 𝑚)
𝑚3 𝑠
= 𝑁𝑠
1,845 𝑥 10−5 3
𝑚
=761.680,22
24
Koefisien Hambatan Udara (CD) =
𝑁𝑅𝑒
24
=
761.680,22
= 3,15 𝑥 10−5
Fudara = 3.π.µ.d.v
=3.(3,14).(1,845.10-5 Ns/m).(0,065m).(0,094m/s)
= 10,6 x 10-7 N
Cara yang sama untuk variasi tinggi unggun diam dan flow rate.
LAMPIRAN C
TABEL DATA
A. Bahan Pasir
B. Bahan Zeolit