OLEH:
ADHITIA TORIA JAYA
932014021
1
Dalam pengambilan keputusan etis seorang pemilik dipengaruhi oleh nilai
kebenaran atas tindakan yang ingin dilakukannya. Dalam pembentukan nilai
kebenaran tersebut, terdapat pula peran dari kebudayaan. Nilai kebudayaan dalam
analisis kebudayaan implisit menyampaikan bahwa kebudayaan dalam bentuknya
yang tidak nampak namun secara tersirat membentuk nilai dan norma dalam
kehidupan seseorang. Keberagaman latar belakang pemilik UMKM di Kalimantan
Tengah mengantarkan pada pendekatan yang berbeda dari pemilik tersebut dalam
menentukan keputusan etis dalam kinerja UMKM mereka. Keputusan etis disini
adalah keputusan yang diambil oleh pemilik UMKM dengan pertimbangan
dampaknya terhadap orang lain. Dengan adanya keberagaman dalam pengambilan
keputusan tersebut akan menciptakan persaingan yang berbeda antara satu orang
dengan yang lain.
LANDASAN TEORI
TIPOLOGI HOFSTEDE
2
orang-orang. Orang-orang di masyarakat menunjukkan tingkat Jarak Kekuasaan
besar menerima tatanan hirarkis di mana setiap orang memiliki tempat dan yang
tidak membutuhkan justifikasi lebih lanjut. Dalam masyarakat dengan Jarak
Kekuasaan rendah, orang berusaha untuk menyamakan distribusi kekuasaan dan
permintaan justifikasi bagi ketidaksetaraan kekuasaan. Kedua Individualism
versus Collectivism (IDV) Sisi yang tinggi dari dimensi ini, yang disebut
individualisme, dapat didefinisikan sebagai preferensi untuk kerangka sosial
rajutan yang longgar di mana individu diharapkan untuk mengurus diri mereka
sendiri dan hanya keluarga mereka. Disisi lain, kolektivisme, mewakili preferensi
untuk kerangka rajutan yang erat dalam masyarakat di mana individu dapat
mengharapkan kerabat atau anggota tertentu dalam kelompok mereka untuk
menjaga mereka dalam pertukaran untuk loyalitas tidak perlu diragukan lagi.
Posisi masyarakat pada dimensi ini tercermin dalam apakah citra diri masyarakat
didefinisikan dalam hal "aku" atau "kami.". Ketiga Masculinity versus
Femininity (MAS) Sisi maskulinitas dari dimensi ini merupakan preferensi dalam
masyarakat untuk berprestasi, kepahlawanan, ketegasan dan imbalan material
untuk sukses. Masyarakat pada umumnya lebih kompetitif. Berlawanan dari itu,
feminitas, merupakan preferensi untuk kerjasama, kesopanan, merawat kualitas
lemah dan hidup. Masyarakat pada umumnya lebih berorientasi konsensus. Dalam
konteks bisnis Maskulinitas melawan Feminitas kadang-kadang juga berkaitan
dengan budaya "tangguh dibandingkan lembut". Keempat Uncertainty
Avoidance Index (UAI) Dimensi Penghindaran Ketidakpastian mengungkapkan
sejauh mana anggota masyarakat merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan
ambiguitas. Masalah mendasar di sini adalah bagaimana masyarakat berkaitan
dengan fakta bahwa masa depan tidak dapat diketahui: kita harus mencoba untuk
mengontrol masa depan atau hanya membiarkan hal itu terjadi? Negara dengan
UAI kuat kaku terhadap keyakinan dan perilaku dan tidak toleran terhadap
perilaku yang tidak lazim dan ide-ide. Sedangkan yang UAI rendah
mempertahankan sikap lebih santai di mana praktek dianggap lebih dari prinsip-
prinsip. Kelima Long Term Orientation versus Short Term Normative
Orientation (LTO) Setiap masyarakat harus menjaga beberapa link dengan masa
lalu sendiri ketika berhadapan dengan tantangan masa kini dan masa depan.
3
Masyarakat memprioritaskan dua gol eksistensial berbeda. Masyarakat yang
mendapat skor rendah pada dimensi ini, misalnya, lebih memilih untuk
mempertahankan tradisi waktu dihormati dan norma-norma saat melihat
perubahan masyarakat dengan kecurigaan. Mereka dengan budaya yang nilai yang
tinggi, di sisi lain, mengambil pendekatan yang lebih pragmatis: mereka
mendorong penghematan dan upaya pendidikan modern sebagai cara untuk
mempersiapkan masa depan. Dalam konteks bisnis dimensi ini berhubungan
dengan sebagai "(jangka pendek) normatif vs (jangka panjang) pragmatis" (PRA).
Dalam lingkungan akademik terminologi monumentalism vs Flexhumility
kadang-kadang juga digunakan. Keenam Indulgence versus Restraint (IND)
Indulgensi merupakan masyarakat yang memungkinkan kepuasan relatif bebas
dari dasar manusia dan berkaitan dengan menikmati hidup dan bersenang-senang.
Restraint masyarakat yang menekan pemuasan kebutuhan dan mengatur dengan
cara norma-norma sosial yang ketat.
4
Setiap tahap dalam proses pengambilan keputusan etis tersebut terpengeruh oleh
atribut individual dari seorang yang akan mengambil keputusan.
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini berbentuk Eksploratori dengan teknik studi kasus, dalam hal ini
akan berfokus pada 5 UMKM pada kluster hasil olahan makanan. 5 UMKM ini
dipilih berdasarkan latar belakang suku dari sang pemilik. Pemelihan ini
dilakukan atas dasar bahwa antara suku yang satu dan yang lain akan memiliki
5
kebudayaan yang berbeda. Dengan berdasar pada teori analisis kebudayaan
implisit, budaya akan membentuk pola pikir dan pendekatan dalam pengambilan
keputusan dalam strategi tindakan.
Penelitian ini akan dilakukan pada awal tahun 2016 dengan lokasi penelitian
berada di Provinsi Kalimantan Tengah dan saya batasi pada satu kota
(Palangkaraya) dan dua kabupaten (Kapuas dan Katingan).
DAFTAR PUSTAKA
Beekun, R.I. & Westerman, J.W., 2012. Spirituality and national culture as
antecedents to ethical decision-making: a comparison between the United
States and Norway. Journal of Business Ethics, 110(1), pp.33–44.
Brooks, Leomar J & Paul Dunn,2011, Bussines & Professional Ethics for
directors, executives & accountants, Cengage Learning, Salemba
Empat,Jakarta
Curtis, M.B., Conover, T.L. & Chui, L.C., 2012. A Cross-Cultural Study of the
Influence of Country of Origin, Justice, Power Distance, and Gender on
Ethical Decision Making. Journal of International Accounting Research,
11(1), pp.5–34.
6
Rausch, A., Lindquist, T. & Steckel, M., 2014. A Test of U . S . versus Germanic
European Ethical Decision-Making and Perceptions of Moral Intensity :
Could Ethics Differ within Western Culture ? journal of managerial issues,
XXVI(3), pp.259–285.
Stedham, Y. & Beekun, R.I., 2013. Ethical judgment in business: culture and
differential perceptions of justice among Italians and Germans. Business
Ethics-a European Review, 22(2), pp.189–201.
Vitell, S.J. & Barnes, J.H., 1993. The Effects of Culture on Ethical Decision-
Making : An Application of Hofstede ’ s Typology. Journal of Business
Ethics, 12(1984), pp.753–760.