Formularium rumah sakit adalah daftar obat yang terseleksi yang digunakan sebagai pedoman

pemilihan obat dalam peresepan dokter di rumah sakit. Agar dokter dapat tetap konsisten memanfaatkan
formularium dalam penulisan resep, maka sistem formularium harus dikelola dengan optimal. Formularium
RSUD Kota Yogyakarta sudah 7 tahun belum pernah dilakukan revisi. Formularium rumah sakit yang ada,
tidak dimanfaatkan secara optimal dalam peresepan dokter. Pemanfaatan formularium cenderung tidak
konsisten. Pemanfaatan formularium yang tidak optimal dalam peresepan dokter, berdampak menurunkan
mutu dan kualitas pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
pemanfaatan formularium yang telah direvisi dalam peresepan dokter dan melihat dampak Monitoring dan
Evaluasi (Mon-Ev) dalam praktek peresepan dokter. Jenis penelitian adalah eksperimental semu, dengan
menggunakan rancangan pre dan post test tanpa kontrol. Subyek penelitian semua dokter dan unit analisis
resep dokter. Perlakuan yang diberikan yaitu revisi formularium dan intervensi Mon-Ev. Pengamatan setelah
formularium direvisi dihitung kenaikan pemanfaatan formularium dalam peresepan dokter. Pengamatan pre
Mon-Ev dilakukan 2 bulan setelah formularium diimplementasi sebelum Mon-Ev. Pengamatan post Mon-Ev ke
1 dilakukan pada bulan pertama dan kedua setelah intervensi Mon-Ev dan pengamatan post Mon-Ev ke 2
dilakukan pada bulan ke 6 dan ke 7 setelah intervensi Mon-Ev. Data hasil penelitian pre-post Mon-Ev dianalisa
secara statistik dengan uji paired t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah formularium direvisi,
maka pemanfaatan formularium dalam peresepan dokter meningkat menjadi 93,54%. Sesudah dilakukan Mon-
Ev analisis statistik menunjukkan bahwa, peresepan sesuai formularium pre-post Mon-Ev ke 1 (p>0,05), pre-
post Mon-Ev ke 2 (p>0,05) dan pada post Mon-Ev ke 1-post Mon-Ev ke 2 terjadi perbedaan secara statistik
bermakna yaitu dari 95,20% menjadi 89,58% (p<0,05). Ketersediaan obat-obat pokok selalu ada dalam
persediaan selama pre dan post intervensi Mon-Ev. Sedangkan buku DOEN 2002 pada pre dan post intervensi
Mon-Ev tidak tersedia di semua unit SMF dan formularium 2003 sudah tersedia disemua unit SMF. Persentase
obat yang terlayani, jumlah rata-rata obat per pasien, persentase peresepan antibiotika, persentase peresepan
DOEN 2002 dan persentase peresepan obat generik pada pre dan post Mon-Ev dari uji-t tidak ada perubahan
yang bermakna. Peresepan injeksi sangat rendah, pada pre Mon-Ev adalah 0%. Pada post Mon-Ev ke 1
adalah 0,66%, dan post Mon-Ev ke 2 adalah 0,33%. Hasil akhir dari penelitian ini adalah revisi formularium
dapat meningkatkan pemanfaatan formularium dalam peresepan dokter. Mon-Ev yang dilakukan sesudah
revisi formularium tidak berperan langsung dalam mempertahankan indikator peresepan dokter.

The Hospital Formulary is a list of selected drugs which is used as a reference guide for
prescriptions in the hospital. The formulary system must be well managed by involving physicians and related
parties so that physicians are consistent in using the formulary when prescribing. The Local Hospital of
Yogyakarta formulary has not been revised for seven years. Physicians tend not to optimally use the existing
hospital formulary when prescribing. The use of the formulary tends to be inconsistent. Less than optimal use
of the formulary when prescribing decreases the quality of the health services. The objective of this research is
to find out the increase in use of the revised formulary in prescriptions and to see the effect of Monitoring and
Evaluation (Mon-Ev) on prescriptions. The research method used was quasi experimental using the pre and
post test without control. The subjects of the research were all physicians and the prescription analysis unit.
The research involved were revising the formulary and Mon-Ev. The observation undertaken involved
measuring the increase in the percentage of the use of the revised formulary in physician’s prescription .
The observation of the pre Mon-Ev situation was carried out two months after the revised formulary was
implemented but before the Mon-Ev was undertaken. The first post Mon-Ev observation was carried out in the
first and second month after the Mon-Ev. The second post Mon-Ev observation was carried out in the sixth and
seventh month after the MTP intervention. The data of the research were analyzed statistically using a paired t-
test. The results of the research showed that after the formulary had been revised, the use of the formulary in
prescription increased to 93.54%. After the Mon-Ev are carried out, statistic analysis showed that prescriptions
suitable with the pre and the first post Mon-Ev formulary remained stable (p>0.05), the pre and the second post
Mon-Ev remained stable (p>0.05), the first post Mon-Ev and the second post Mon-Ev statistically there is a
significant difference from 95.20% to 89.58% (p<0,05). The main drugs were always available during the pre
and post Mon-Ev intervention. During the pre and post Mon-Ev intervention, the 2002 DOEN was not available
and the 2003 formulary was available at all medical units.The percentage of the drug dispensed, the rate
number of drugs per patient, the percentage of antibiotic prescription, the percentage of the 2002 DOEN
prescriptions and the percentage of generic drugs prescriptions, in the pre and post Mon-Ev statistically did not
change significantly. The prescriptions of injections were very low, in the pre Mon-Ev it was 0%, in the first post
Mon-Ev 0.66% and in the second post Mon-Ev 0.33%. The final results of this research is that the revision of
the formulary could increase the use of the formulary in prescriptions. Mon-Ev intervention after the revision of
the formulary does not directly contribute in sustaining the physician’s prescription practice indicators.