PENDAHULUAN
Kesehatan kerja menurut Joint Internasional Labour Organization (ILO) dan World Health
setinggi-tingginya dari kesehatan fisik, mental dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan.
Pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerjanya, perlindungan
tenaga kerja terhadap resiko faktor- faktor yang menganggu kesehatan, penempatan, pemeliharan
tenaga kerja di lingkungan sesuai kemampuan fisik atau psikologisnya dan kesimpulannya
(Adzim,Hebibie Ilma.2015).
International Labour Organization (ILO) menyatakan setiap tahun ada lebih 250 juta
kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat
kerja. Terlebih lagi 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja sebanyak 80%
dikarenakan kelalaian yang dilakukan oleh pekerja yaitu perilaku tidak aman seperti tidak
memakai alat pelindung diri (APD) standar seperti helm, tali, sabuk pengaman, sepatu dan alat
Data kecelakaan di negara maju seperti USA sebagaiamana yang dinyatakan Levy et.al.
(2011) bahwa tahun 2008 tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 3,7 juta
tenaga kerja swasta dan 940.000 tenaga kerja pemerintah pusat dan local (state), sedangkan
jumlah tenaga kerja yang meninggal akibat kecelakaan kerjadan penyakit akibat kerja masing-
masing sebanyak 5.214 orang dan 4.900 orang. Demikian pula paper (2012) menyatakan bahwa
USA lebih dari 4,1 juta tenaga kerja yang menderita yang di akibatkan mengalami kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja dan lebih dari 4.5000 orang tenaga kerja meninggal setiap tahun
nya atau lebih dari 12 orang tenaga kerja meninggal setiap hari (Silaban, Gerry, 2015).
Malaysia 8 banding 100.000 pekerja, Thailand 9 banding 100.000 pekerja, di Indonesia 20 orang
meninggal dari 100.000 pekerja dimana angka ini dianggap paling buruk di kawasan ASEAN,
dimana angka ini menduduki urutan pertama disusul Malaysia, Thailand dan Filipina.
Berdasarkan dari data organisasi buruh International Labour Organization (ILO), angka
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mencatat pada tahun 2017 mencapai 123.041
sementara sepanjang 2018 mencapai 173.105 kasus dengan klaim Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK) sebesar 1,2 triliun. Setiap tahunnya rata-rata BPJS ketenagakerjaan melayani 130 ribu
kasus ringan sampai kasus-kasus berdampak fatal. Diantaranya semua kasus-kasus ditangani
2019).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada agustus 2018 sebanyak 58,76 persen dari total
angkatan kerja Indonesia adalah tamatan SMP ke bawah. Hal tersebut berdampak pada
kesadaran pentingnya perilaku selamat dalam bekerja oleh karena itu Pemerintah mengajak
seluruh stakeholder ( komunitas) antara lain pengusaha, serikat pekerja, pekerja dan masyarakat
Menurut data hasil laporan terjadi 29 kasus cacat per bulan di karenakan kecelakaan kerja
yang di alami para pekerja di Provinsi DKI Jakarta , dari data tersebut berarti ada kasus cacat
setiap hari. Untuk menekan kasus kecacatan dan meninggal pihak perusahaan menggandeng 57
rumah sakit yang memiliki “trauma center” (TC), 87 klinik atau faskes TC dan 7 pusat
suatu program yang bertujuan untuk membantu pekerja yang mengalami kecelakaan kerja agar
bisa bekerja lagi dengan kondisi kecacatan Atau keterbatasan fisik yang di derita, program ini
juga membantu para pekerja mendapatkan pendampingan sejak saat pengobatan di rumah sakit
pada tahun 2017 mencapai 4.902 kasus kecelakaan kerja di Aceh dan Sumatera Utara (Sumut).
Dapat disimpulkan bahwa tingkat kesadaran pekerja terhadap pemakaian alat pelindung diri
masih rendah, jumlah kasus atau klaim yang mencapai lebih dari 4.000 itu sudah menunjukkan
kecelakaan sumbagut masih cukup tinggi. Adapun klaim terbanyak terjadi di kantor cabang
Medan Belawan senilai 6,39 miliar dengan 1.094 kasus, kantor cabang Tanjung Morawa sebesar
4,49 miliar dengan jumlah kasus sebanyak 1.218 kasus dan kantor cabang Medan Kota sebesar
6,39 miliar dengan jumlah kasus sebanyak 484 kasus. Dengan jumlah kasus yang begitu tinggi
Pemerintah menghimbau pekerja dan pemilik perusahan untuk lebih mengutamakan keselamatan
Ketidakpatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan perilaku tidak aman.
Menurut Geller perubahan perilaku di pengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi pendidikan, masa kerja dan pengetahuan. Pendidikan yang di tempuh akan
berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Masa kerja sangat
kerja. Ketersediaan alat pelindung diri yang diberikan perusahaan dapat menunjang pekerja
dalam bekerja dengan aman dan pengawasan kerja dapat mengarahkan pekerja perilaku aman
Alat pelindung diri sangat di perlukan sebagai bentuk perlindungan terhadap tenaga kerja.
Alat pelindung diri seperangkat alat keselamatan yang di gunakan oleh pekerja untuk
melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya
lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. jenis alat pelindung diri yang
disediakan harus memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yang spesifik yang di
hadapi oleh tenaga tetap, kontrakan maupun subkontraktor sesuai dengan pekerjaan masing-
dalam pasal 4 ayat 3 bahwa “Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat
pelindung diri yang di wajibkan pengguna oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya
untuk mencegah penyakit kerja”. Namun kenyataannya alat pelindung diri tidak selalu di
kenakan saat bekerja, di lapangan masih banyak di temukan pekerja yang tidak memakai alat
pelindung diri padahal pihak perusahaan sudah menyediakan (Novianto, Nanang Dwi. 2015).
kepuasan kerja pekerja, menurut Sutrisno “Kepuasan kerja karyawan merupakan masalah
penting yang di perhatikan dalam hubungannya dengan produktivitas kerja karyawan dan
ketidakpuaasan sering dikaitkan dengan tingkat tuntutan dan keluhan yang tinggi ”. Jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja yang di berikan perusahaan diharapkan mampu mendorong
semangat karyawan agar dapat memenuhi target atas pekerjaan yang di berikan oleh perusahaan.
Dengan tercapainya kepuasan kerja karyawan dapat meningkatkan kinerjanya
(Fajri,Kahfiardi,dkk.2017).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hayu Astiningsih pada tahun 2018 di proyek
Bandara Ahmad Yani Semarang pada maret 2018 menunjukkan bahwa masih banyak
pelanggaran dilakukan oleh pekerja yang berkaitan dengan peraturan penggunaan alat pelindung
diri. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan yaitu tidak memakai helm pengaman sebanyak 32
orang, tidak memakai rompi kerja sebanyak 3 orang, tidak memakai kaca mata pelindung ketika
melakukan pengelasan sebanyak 2 orang, tidak memakai body harness ketika bekerja
sarung tangan ketika melakukan pengangkatan besi sebanyak 3 orang dan menggunakan celana
pendek sebanyak 2 orang. Pada program keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan oleh
pihak perusahan masih banyak ditemukan pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri
dengan alasan para pekerja tidak nyaman menggunakan alat pelindung diri tersebut saat bekerja
padahal diperusahaan tersebut sudah melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja
dengan baik serta alat pelindung diri telah disediakan perusahaan sesuai dengan standar.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan terhadap 50 pekerja di, PT. Greatech Artanindo
bergerak di bidang pemasangan pipa yaitu pipa PVC dan pipa hydran (pipa besi). Di dalam
proses kerja ada beberapa alat yang digunakan para pekerja, yang pertama para pekerja
menggunakan alat atau mesin yaitu mesin gerinda untuk memotong pipa dan besi, yang kedua
yaitu mesin las untuk menyambung pipa hydran dan menyambung besi dalam pembuatan suppot.
Para pekerja juga bekerja di ketinggian pada saat pemasangan pipa. Dan untuk pemasangan pipa
hydran para pekerja menaikkan pipa tersebut ke atas dengan menggunakan katrol manual dengan
berat pipa 175 kg. Pada saat pemasangan pipa para pekerja juga terkadang memotong pipa yang
posisinya sudah tergantung di atas serta mengelas pipa yang sudah terpasang di atas untuk
menyambungkan antara satu pipa dengan pipa yang lainnya. Dalam proses kerja para pekerja
seharus menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Alat
pelindung diri yang harus digunakan oleh para pekerja adalah helm, safety shoes, masker,
Pada proyek pemasangan pipa di apartemen penerapan keselamatan dan kesehatan kerjan
dilaksanakan. 5 (lima) program keselamatan dan kesehatan kerja yang sedang diterapkan oleh
health safety environment (HSE) di PT.Greatech Artaninndo meliputi safety induction yaitu di
lakukan wawancara kepada pekerja baru, equipment inspection memeriksa setiap peralatan yang
dilakukan oleh pekerja kegiatan ini dilaksanakan pada setiap hari senin, safety talk/breakping
untuk menjelaskan tentang keselamatan dan kesehatan kerja di lakukan pada setiap hari selasa
dan ju’mat, safety patrol untuk memastikan keselamatan setiap pekerja dan area yang nyaman
dilakukan setiap hari dan yang terakhir dilakukan fogging di lokasi kerja untuk mengantisipasi
penyakit demam berdarah (DBD) di laksanakan pada setiap hari kamis. Dan ada beberapa sanksi
yang dikenakan kepada pekerja yang tidak mengikuti peraturan di PT.Greatech Artaninndo yaitu
sanksi berupa denda dan pekerja tidak diberi izin bekerja jika tidak menggunakan alat pelindung
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada bulan September ditempat penelitian sumber
bahaya dilingkungan kerja tersebut seperti banyak material yang tidak tersusun rapi sewaktu-
waktu dapat menimpa para pekerja , kabel listik yang tidak tersusun rapi apabila kabel listriknya
terkelupas dapat menyebabkan konsleting atau tersetrum arus listrik bisa juga menyebabkan
kematian, pemasangan pipa di ketinggian dan penggunaan mesin gerinda saat memotong
material berupa besi tanpa menggunakan cover. Penyakit akibat kerja (PAK) yang kemungkinan
besar diderita oleh para pekerja di PT. Greatech Artanindo adalah gangguan saluran pernafasan.
Karena di area konstruksi seperti pada pembangunan apartemen terdapat sangat banyak debu,
sedangkan para pekerjanya tidak menggunakan masker. Selain dari debu konstruksi, asap yang
dihasilkan dari proses pengelasan juga sangat berbahaya untuk pernafasan pekerja.
Pada proyek pemasangan pipa apartemen di PT. Greatech Artanindo dapat diambil
kesimpulan bahwa standar operasional prosedur (SOP) kerja serta Progam keselamatan dan
kesehatan kerja yang dimiliki PT. Greatech Artanindo sudah cukup baik. Selain itu alat
pelindung diri yang telah disediakan oleh pihak PT sudah cukup memadai seperti helm, body
harness, sarung tangan las, helm las/topeng las dan apron. Masih banyak para pekerja yang tidak
menggunakan helm dan masker pada saat bekerja, seperti yang di ketahui pada pemasangan pipa
apartemen tersebut sangat banyak debu yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan para
pekerja dan banyak material yang bisa jatuh mengenai kepala para pekerja. Akan tetapi
kesadaran para pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri untuk keselamatan mereka dalam
bekerja masih sangat kurang, padahal diperusahaan tersebut sudah melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik serta alat pelindung diri telah disediakan
perusahaan sesuai dengan standar. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Hubungan Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Kepatuhan
Penggunaan Alat Pelindung Diri Kepada Pekerja Pemasangan Pipa Apartemen di PT. Greatech
Artanindo”.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan diatas ,maka rumusan
masalah dalam penelitian adalah apakah hubungan penerapan program keselamatan dan
kesehatan kerja dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja pemasangan
Kesehatan Kerja Dengan Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pemasanganan
1. Hasil yang di peroleh dari penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan ataupun referensi di perpustakaan Institut Deli Husada Deli tua, dan dapat
2. Di harapkan bisa digunakan sebagai bahan masukan kepada pihak PT. Greatech
Artanindo masalah penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja
langsung kondisi lingkungan kerja yang sebenarnya, dan dapat memecahkan suatu
masalah yang ada terhadap program keselamatan dan kesehatan kerja kepatuhan
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan
kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Pekerjaan dikatakan aman jika apapun dilakukan yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko
yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang
bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak
muah capek.
Menurut suma’mur keselamatan dan kesehatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawanyang bekerja
diperusahaan. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan yang
pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja dan daya tingkat kesehatan yang tinggi.
Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan
kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi unsur yang ada dalam kesehatan dan
keselamatan kerja yang terpaku pada faktor fisik, mental, emosional dan psikologi.
Keselamatan kerja adalah sarana utama utuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian
sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang keamanan
tenaga kerja. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang
maupun jasa. Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah melindungi keselamatan kerja dalam
melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkat kan produktifitas nasional,
menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja dan sumber produksi
Program kesehatan kerja merupakan suatu hal penting dan perlu diperhatikan oleh pihak
pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik menguntungkan para karyawan
secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih
menyenangkan sehingga secara keseluruhan karyawan aka mampu bekerja lebih lama. Istilah
keselamatan dan kesehatan kerja mengacu pada kondisi psikologis fisik dan psiokologis pekerja
yang merupakan hasil dari lingkungan yang diberikan oleh perusahan. Jika suatu perusahaan
melakuakan pengukuran keamanan dan kesehatan yang efektif. Semakin sedikit pegawai
mengalami dampak penyakit jangka pendek atau jangka pendek atau jangka panjang akibat
Pengertian kesehatan kerja adalah jaminan kesehatan pada saat melakukan pekerjaan.
Menurut WHO/ILO (1995), kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan
derajat kesehatan fisik, mental dan sosial setingi-tingginya. Bagi pekerja dan semua jenis
pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologinya. Secara ringkas merupakan
penyesuaian pekerja kepada manusia dan setiap manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan
atau jabatannya.
Kesehatan kerja menurut suma’mur didefenisikan sebagai spesialiasasi dalam ilmu
kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya agar masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik atapun mental dengan usaha-usaha preventif dan kuratif
pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum. Hakikat kesehatan kerja
Kedua : sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepadanya efisiensi dan
produktifitas.
Di tempat kerja kesehatan dan kinerja seorang tenaga kerja dipengaruhi oleh beban kerja,
kapasitas kerja yang bergantung pada pendidikan dan beban tambahan atau lingkungankerja.
Pelayan kesehatan kerja menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tranmigrasi no.
01/MEN/1982 adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan untuk melindungi pekerja dari
kemungkinan mengalami gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerja dan lingkungan
Menurut Undang-undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan bab 1 pasal 1, yang
dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkin kan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Indvidu yang sehat
adalah induvidu yang bebas dari penyakit, cedera, serta masalah mental dan emosi yang bisa
Sedangkan kesehatan kerja (occupational health) atau sering disebut dengan kesehatan
industri ( industrial hygiene) pada Bab V pasal 23 merupakan upaya kesehatan untuk
mewujudkan produktifitas kerja yang optimal meliputi pelayanan kesehatan, pencegahan
penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja dan setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan
kesehatan kerja. pemeriksaan kesehatan kerja tenaga kerja ditujukan bagi yang akan diperkerjaan
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikan
rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor dilapangan
yang mempengaruhi keselamatan dan kes ehatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan
psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan
a. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko dari bahaya kese hatan di tempat
kerja
b. Memberikan saran terhadap perencanaan dan perorganisasian dan praktek kerja termasuk
c. Memberikan saran,informasi, pelatihan, edukasi tentang kesehatan dan alat pelindung diri
bahaya
Peran keselamatan dan kesehatan dalam ilmu keselamatan dan kesehatan kerja
berkontribusi dalam upaya perlidungan kesehatan para pekerja dan upaya promosi kesehatan,
pemantauan dan surveilan kesehatan serta upaya peningkatan daya tubuh dan kebugaran pekerja.
Sementara peran keselamatan adalah menciptakan sistem kerja yang aman atau yang mempunyai
potensi resiko yang rendah terhadap terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan.
Suatu keberhasilan kerja, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang
menjadi kebiasaan, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinannya menjadi kebiasaan
dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang telah menjadi kebiasaan tersebut
dinamakan budaya. Oleh karena budaya dikaitkan dengan mutu atau kualitas kerja, maka
Budaya kerja, merupakan sekumpulan pola perilaku yang melekat secara keseluruhan
pada diri setiap individu dalam sebuah organisasi. Membangun budaya berarti juga
process) pola perilaku tertentu agar tercipta suatu bentuk baru yang lebih baik.
Adapun pengertian budaya kerja menurut Hardari Nawawi dalam bukunya manajemen
sumber daya manusia menjelaskan bahwa budaya kerja adalah kebiasaan yang dilakukan
berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini
memang tidak ada sanksi tegas, namun dari perilaku organisasi secara moral telah menyepakati
bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan
Adapun menurut Triguno dalam bukunya manjemen sumber daya manusia menerangkan
bahwa budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup pasangan hidup
sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong , membudaya dalam
kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang tercermin dari sikap menjadi
perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dapat yang terwujud sebagai keja atau bekerja.
Sedangkan menurut Osborn dan Plastrik dalam bukunya manajemen sumber daya manusia
menerangkan bahwa budaya kerja adalah seperangkat perilaku perasaan dan kerangka psikologis
yang terinternalisasi sangat mendalam dan memiliki bersama oleh anggota organisasi.
Untuk memperbaiki budaya kerja yang baik membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
merubah, maka itu perlu adanya pembenahan-pembenahan yang dimulai dari sikap dan tingkah
laku pemimpinnya kemudian diikuti para bawahannya, terbentuknya budaya budaya kerja di
awali tingkatkan kesadaran pemimpin atau pejabat yang ditunjuk dimana besarnya hubungan
antara pemimpin dengan bawahannya sehingga akan menentukan suatu cara tersendiri apa yang
a. Disiplin: perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku
dan sebagainya.
b. Keterbukaan: kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang benar dari dan
c. Saling menghargai : perilaku yang menunjuk penghargaan terhadap indivudu, tugas dan
d. Kerjasama : ketersedian untuk memberi dan memberi dan member kontribusi dari dan
atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan
Pada prinsipnya fungsi budaya kerja bertujuan untuk membangun keyakinan sumber daya
manusia atau menanamkan nilai-nilai konsisten serta komitmen. Dengan adanya suatu keyakinan
dan berkomitmen kuat berkualitas, sesuai standar atau sesuai ekspetasi pelanggan (organisasi)
Budaya kerja akan kenyataan melalui proses panjang, karena perubahan nilai-nilai lama
dan nilai-nilai baru akan memakan waktu untuk menjadi kebiasaan dan tak henti-hentinya terus
dikategorikan yaitu:
1) Kebiasaan
pegawai, yaitu perilaku berdasarkan kesadaran akan hak dan kewajiban, kebebasan atau
kewenangan dan tanggung jawab baik pribadi maupun kelompok di dalam ruang lingkup
lingkungan pekerjaan. Adapun istilah lain yang dapat dianggap lebih kuat ketimbang sikap yaitu
pendirian ( position), jika sikap bisa merubah pendiriannya diharapkan tidak berdasarkan
keteguhan atau kekuatannya. Maka dapat diartikan bahwa sikap merupakan cermin pola tingkah
laku atau sikap yang sering dilakukan baik dalam keadaan sadar maupun kedaaan tidak sadar.
Kebiasaan biasanya sulit diperbaiki secara cepat dikarenakan sifat yang dibawa dari lahiriyah,
namun diatasi dengan adanya aturan-aturan yang tegas baik dari organisasi ataupun perusahaan.
2) Peraturan
pegawai, maka dibutuhkan adanya peraturan merupakan karena peraturan merupakan bentuk
ketegasan dan bagian terpenting untuk mewujudkan pegawai displin dalam mematuhi segala
diharapkan pegawai memiliki tingkat kesadaran yang tinggi sesuai dengan konsekuensi terhadap
peraturan yang berlaku baik dalam organisasi perusahaan maupun dilembaga pendidikan.
3) Nilai-nilai
Nilai merupakan penghayatan seorang tentang apa yang lebih penting atau kurang penting,
apa yang lebih atau kurang benar. Untuk dapat berperan nilai harus menampakkan diri melalui
media atau encoder tertentu. Nilai bersifat abstrak, hanya dapat diamati atau dirasakan jika
terekam atau termuat pada suatu wahana atau budaya kerja, jadi nilai dan budaya kerja tidak bisa
dipisah dan keduanya harus ada keselarasan dengan budaya kerja tidak dapat dipisahkan dan
keduanya harus ada keselarasan dengan budaya yang searah, keserasian dan keseimbangan.
Maka penilaian dirasakan sangat penting untuk memberikan evaluasi terhadap kinerja pegawai
agar dapat memberikan evaluasi terhadap terhadap kinerja pegawai agar dapat memberikan
evaluasi terhadap kinerja pegawai agar dapat memberikan nilai baik secara berkuaitas maupun
kuantitas.
Budaya kerja sendiri memiliki tujuan agar produktivitas setiap karyawan menungkatkan
hasil semaksimal mungkin. Budaya kerja menjadi hal yang krusial untuk diterapkan karena
sangat berhubungan dengan efektif tidaknya sebuah sistem. Budaya kerja yang sehat tentu
berimbas makin efektif dan efisiennya sebuah pekerjaan. Diperlukan kesadaran dan partisifasi
aktif dari masing-masing individu agar sistem berjalan denagn sesuai harapan. Manfaat yang
diterapkan dalam budaya kerja antara lain komunikasi jadi efektif, timbul rasa kekeluargaan,
karir lebih cepat berkembang, kemampuan inter dan intra personal meningkat, prodiktivitas
meningkat.
Undang-undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan
kesehatan badan, kondisi mental dan ketempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan
yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para
pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri dengan tepat dan benar serta mematuhi semua
syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992
pasal 23 tentang kesehatan kerja juga menekan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja
dapat bekerja secara sehat tanpa membahaykan diri sendiri dan masyarakat disekelilingnya
hingga di peroleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja.
ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampai dengan keselamatan
dan kesehatan kerja. sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan keputusan Presiden terkait penyelenggaraan
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 tahun 1979 tentang keselamatan kerja
4. Keputusan Presiden no 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat hubungan
kerja.
kan untuk keseluruh pekerja yang bekerja di segala tempat kerja baik di darat, dilaut , di dalam
tanah, di dalam air maupun udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hokum Republik
Indonesia. Jadi pada dasarnya setiap pekerja di Indonesia berhak atas jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja.
Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 keselamatam dan kesehatan kerja, kewajiban dan hak
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas kesehatan kerja
3. Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan
4. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan
5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan kesehatan
kerja serta alat-alat perlindungan diri diwajibkan diragukan oleh nya, kecuali dalam hal-
hal khusus di tentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggung jawabkan.
Lingkungan kerja adalah alat keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,
lingkungan sekitarnya dimana seorang bekerja, metode kerja, serta pengaturan kerjanya baik
perseorangan maupun sebagai kelompok dapat di tarik kesimpulannya bahwa kondisi lingkungan
kerja baik akan menunjang produktivitas karyawan yang pada akhirnya berdampak pada
kenaikan tingkat kinerja karyawan. lingkungan kerja dapat di bagi 2 yaitu lingkungan kerja fisik
dan lingkungan non-fisik. Lingkungan kerja fisik contohnya adalah penerangan , warna dinding,
sirkulasi udara, music, kebersihan dan keamanan. Sdangkan lingkungan non fisik contohnya
adalah struktur tugas, desain pekerjaan, pola kerja sama, pola kepemimpinan, dan budaya
organisasi.
Adanya pembagian mengenai lingkungan kerja tersbut tidak dapt dipisahkan satu sama
lain. Anatara keduanya harus saling seimbang, karena lingkungan kerja fisik maupun non fisik
kesadaran pihak manajemen perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan lingkungan kerja
komitmen, perencanaan dan pelaksanaan yang sangat tepat. Pemilihan sistem yang paling tepat
dan sesuai organisasi juga sangat penting. Sistem yang tepat akan bersifat jangka panjang, tidak
berubah dalam waktu dekat sehingga memjadi pondasi yang kuat bagi organisasi. Jika suatu
sistem yang digunakan berfokus pada jangka panjang melalui system yang selaras, lingkungan
Kondisi lingkungan kerja yang berbeda pada setiap organisasi dapat memberikan tingkat
kepuasan yang beberbeda pula bagi karyawan sehingga prestasi kerja dalam menyelesaikan tugas
yang dibebankan padanya juga berbeda, yang harus diusahakan untuk memperbaiki metode kerja
dalam suatu organisasi atau tempat kerja yang lain adalah menjamin agar para karyawan dapat
bekerkja dan melaksanakan tugasnya dalam keadaan yng memenuhi persyaratan, sehingga
Lingkungan kerja akan sangat berpengaruh terhadap prestasi kerja menyelesaiakan tgas
yang di bebankan kepadanya. Lingkungan kerja yang buruk di pandang banyak oleh ahli sebagai
hal yang tidak ekonomis, kaerna merupakan penyebab utama pemborosan eakyu dan hal-hal
lainnya yang berakibat hasil kerja yang di hasilkan karyawan akan menurun. Setiap orang baik
secara individu maupun kelompok memberikan reaksi dengan sensitifitasn atau kepekaan yang
cukup tinggi terhadap iklim psikologis, misalnya cahaya lampu yang kurang terang, kamar yang
pengap, kursi yang kurang enak diduduki, hal ini secara drastic dapat meruntuhkan moral kerja
Sikap dan perilaku pegawai dalam melaksanakan tugasnya akan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan baik inernal maupun eksternal. Namun dalam kenyataannya sikap dan perilaku
pegawai lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan kerja internal berada disekitar pegawai dalam
menjalankan tugas.
Jenis-jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua yaitu lingkungan kerja fisik dan non
fisik.
Keadaan berbeentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi
karyawan secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan karyawan adalah pusat
kerja, meja, kursi dan lain sebagainya. Sedang kan lingkungan perantara atau lingkungan umum
dapat juga disebut dengan lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia misalnya
temperatur, kelembaban, sirkulasi udara , pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan
kerja baik hubungan dengan atasan maupun sesama rekan kerja ataupun hubungan
dengan bawahan.
Kondisi fisik menurut newstrom adalah faktor yang lebih nyata dari faktor-faktor lainya
yang dapat mempengaruhi perilaku para pekerja seperti kondisi fisik, dimana yang termasuk di
dalam nya adalah tingkat pencahayaan, suhu udara, tingkat kebisingan, jumlah dan macam-
macam udara yang bearasal dari zat kimia dan polusi-polusi. Cirri-ciri estesis seperti warna dan
lantai dinding.
2. Kondisi psikologis dari lingkungan kerja
Kondisi psikologis dari lingkungan kerja dapat mempengaruhi kinerja yang meliputi
perasaan yang bersifat pribadi atau kelompok, status dihubungkan dengan sejumlah lokasi ruang
Alat pelindung diri (APD) adalah peralatan keselamatan merupakan upaya terakhir
melindungi diri dalam meminimalkan bahaya. Kewajiban mengunakan alat pelindung diri telah
disepakati pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia dengan industri
selaku usaha. Alat pelindung diri standard terdiri dari pelindung diri pernapasan, telinga, mata,
kepala, kepala, kaki, pakaian pelindung dan sabuk pengaman karyawan baik dilaboratorium,
Alat pelindung diri dalam dunia industri dikenal Personal Protective Equipment (PPE)
adalah peralatan yang digunakan karyawan untuk melindungi diri terhadap potensi bahaya
kecelakaan kerja. Alat pelindung diri merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya. Agar karyawan merasa aman dan terhindar dari kecelakaan kerja karyawan harus
Dasar hukum menyatakan bahwa peralatan pelindung diri adalah undang-undang No.1
tahun 1970 Bab IX pasal 13 tentang kewajiban bila memasuki tempat kerja yang berbunyi:
“Barang siapa akan memasuki tempat kerja, diwajibkan menaati semua petunjuk keselamatan
f. Tidak mengganggu peralatan perlindungan diri lain yang sedang dipakai secara bersamaan
d. Konsultasi dan diizinkan memilih peralatan perlindungan diri yang tergantung pada
kecocokannya
e. Pelatihan cara memelihara dan menyimpan peralatan perlindungan diri dengan rapi
Menurut Husni (2010) agar terhindar dari resiko kecelakaan kerja maka karyawan
diwajibkan menggunakan alat pelindung diri saat bekerja. Selain memiliki hak-hak sebagai
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pengawas-pengawas dan ahli
c. Memenuhi dan menaati persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku
dalam kerja yaitu perusahaan harus meyediakan fasilitas yang memadai baik mesin, peralatan
Menurut Sedarmayanti (2011) salah satu tindakan pengaman yaitu dengan cara
memberikan fasilitas untuk karyawan untuk bekerja, menyediakan peralatan yang aman
termasuk pakaian atau perlindungan kerja khusus, guna melindungi karyawan pada waktu
melaksanakan pekerjaannya.
area mesin, area perlatan dan area kerja sehingga karyawan yang kadang melamun atau yang
kemungkinan besar melakukan pekerjaan yang berbahaya tida dapat melukai diri mereka sendiri
dan orang lain. Menyediakan peralatan yang aman dan penjaga mesin , memasang tombol
keadaan darurat , memasang jeruji pengaman, mengosongkan gang, serta memasang ventilasi,
penerangan, pemanas dan pendingin ruangan yang dapat membantu membuat lingkungan kerja
menjadi lebih aman. Beberapa faktor yang mempengaruhi keselamatan telah diindentifikasi,
termasuk ukuran kerja, jenis material yang digunakan kondisi panca indera, jarak antara area
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi kepala
dari benturan, terantuk, kejatuhan, terpukul benda tajam atau keras yang melayang di udara,
terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia dan suhu ekstrim. Jenis-jenis alat
pelindung kepala terdiri dari elm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup
kepala atau pengaman rambut dan lain-lain. Persyaratan umum pemakaian topi umum:
1. Bagian luarnya harus kuat dan tahan terhadap benturan atau tusukan benda-benda
runcing
2. Jarak antara lapisan luar dan lapisan dalam dibagian puncak 4-5 cm
4. Tahan api
1. Tentukan di area mana pada lokasi kerja harus memakai topi pelindung buat
pekerja untuk memilih jenis yang sesuai dengan dirinya dan pekerjaannya
lunak pada bagian dahi. Meskipun jenis ini lebih mahal harganya tetapi ini lebih
Alat pelindung mata dan wajah adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
mata dan wajah dari paparan baha kimia, paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan
dibadan air, percikan benda-benda kecil, uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang
mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukula benda keras dan
tajam. Jenis pelindung mata dan wajah terdiri dari kacamata pengaman (speatacles), kaca mata
(googles), tameng muka (face shield), masker selam, kaca mata pengaman dalam kesatuan (full
Alat pelindung telinga alat yang berfungsi untuk melindungi untuk melindungi alat
pendenagaran terhadap kebisingan dan tekanan. Jenis alat pelindung telinga terdiri ear plug dan
ear muff.
pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat atau menyaring cemaran bahan
kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap asap, gas dan
sebagainya. Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri masker, respirator,
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung berfungsi untuk melindungi
tangan dan jari-jari tangan pajanan api, suhu panas, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion,
arus listrik, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan atau tergores, terinfeksi virus pathogen
(virus bakteri) dan jasad renik. Jenis pelindung terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari
logam, kulit, kain kanvas, karet, dan sarung tangan yang tahan kimia.
Alat jenis pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau benturan
dengan benda-benda berat, tertusuk benda, tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,
terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan tergelincir. Jenis pelindung kaki
berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik,
tempat kerja yang basah atau licin, bahaya binatang, dan lain-lain.
H. Pakaian pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi dari bahaya temperatur panas atau
dingin yang ekstrim, pajanan dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia dan cairan
logam panas. Jenis pakaian pelindung diri terdiri dari rompi (vest), celemek (apron atau
coveralls), jacket dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.
Pemeliharaan alat pelindung diri di sesuaikan dengan standar masing-masing alat
pelindung diri dan sebagian telah diuraiakan pada sub bagian jenis pelindung diri. Secara umum
3. Mencuci dengan air sabun, kemudian di bilas dengan air bersih terutama untuk helm,
Untuk menjaga daya guna dari alat pelindung diri hendaknya disimpan ditempat khusus
sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga atau binatang . tempat
tersebut hendaknya kering dan mudah dalam pengambilannya. Beberapa kelemahan alat
1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai alat pelindung diri yang
kurang tepat, cara pemakaian alat pelindung diri yang salah dan alat pelindung diri yang
3. Alat pelindung diri mempunyai maa kerja tertentu seperti canister, filter dan penyerap
4. Alat pelindung diri dapat menularkan penyakit bila di pakai secara bergantian
Menurut Icek Ajzen dan Martin Fishbein, kepatuhan didefinisikan sebagai suatu respon
terhadap suatu perintah, anjuran atau ketetapan yang ditunjukan melalui suatu aktifitas konkrit.
Kepatuhan juga merupakan bentuk ketaatan pada aturan atau disiplin dalam menjalankan
prosedur yang telah ditetapkan.Kepatuhandapat diartikan sebagai suatu bentuk respon terhadap
suatu perintah,anjuran, ata ketetapan melalui suatu aktifitas konkrit. Teori ini didasarkan pada
asumsi:
a. bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara yang masuk akal
mereka
Kepatuhan memakai APD bila memasuki suatu tempat kerja yang berbahaya,bukan hanya
berlaku bagi tenga kerja saja, melainkan juga bagi pimpinan perusahaan, pengawas lapangan,
supervisior, dan bahkan berlaku untuk siapa saja yang memasuki tempat kerja tersebut. Dengan
demikian, pimpinan perusahaan dan supervisior harus memberikan contoh yang baik kepada
pekerja, yaitu merekaharus selalu memakai APD yang diwajibkan bila memasuki tempat kerja
yang dinyatakan berbahaya. Dengan demikian, para pekerja akan merasa bahwa pimpinan
mereka sangat disiplin dan perhatiaan dengan masalah Keselamatan danKesehatan Kerja.
Menurut Sarwono (1993), menyatakan bahwa patuh menghasilkan perubahan tingkah laku
yang sementara, dan individu cenderung kembali berpandangan atauperilaku yang semula jika
pengawasan kelompok mengendur atau jika dia pindahdari kelompoknya. Faktor yang juga
1. Pendidikan
Menurut Notoatmojo (1981), menyebutkan pendidikan adalah setiap usaha,pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak didik yang menuju kedewasaan.
berpendidikan rendah sangat sulit menerima sesuatu yang baru. Hal ini secara tidak langsung
berpengaruh terhadap perilaku pekerja.Program pendidikan pekerja dalam bidang kesehatan dan
secara efektif dalam menemukan sendiri pemecahan masalah di tempat kerja. Pendidikan yang
bangku sekolah.
2. Masa kerja
Teori dari Max Weber dalam Nurhayati (1997), yang menyatakan bahwa seseorang individu
berpengalaman akan melakukan tindakan ses uai kebiasaan yang telah diterapkan setiap harinya
berdasarkan dari pengalaman yang didapat selama bekerja. Menurut Anderson (1994) dalam
Arifien (2006), seseorang yang telah lama bekerja mempunyai wawasan yang lebih luas
danberpengalaman yang lebih banyak yang memegang peranan dalam pembentukan perilaku
petugas.
3. Usia
Menurut Gibson (1987) dalam Hidayat A (2007), faktor usia merupakan variabel individu,
secara prinsip bahwa seseorang bertambah usianya akan bertambah kedewasaanya dan semakin
4. Jenis Kelamin
Menurut Robin (2003) dalam Hidayat (2007) satu isu yang nampaknya membedakan dalam
hal jenis kelamin, khususnya saat karyawan mempunyai anak-anak usia pra sekolah. Ibu-ibu
yang bekerja berkemungkinan lebih besaruntuk paruh waktu, jadwal kerja yang fleksibel dan
menyelesaikan pekerjaan kantor di rumah agar bisa memenuhi tanggung jawab mereka terhadap
keluarga. Perbedaan jenis kelamin terhadap kedisplinan kerja merupakan hal yang masih
diperdebatkan.
5. Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (1997), pengetahuan merupakan domain yang sangatpenting untuk
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subyek
penelitian atau responden. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan dengan panca inderanya terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan
Program keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya untuk mengatasi ketidak
seimbangan pada empat unsur produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja dan manajemen.
Program ini meliputi administrasi dan manajemen, paniti pelaksanan keselamatan dan kesehatan
kerja (P2K3), kebersihan dan tata ruang, peralatan keselamatan dan kesehatan kerja,
Program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu rencana kerja dan
pengendalian resiko dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak
aman, meliputi :
1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi berbahaya,
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya program keselamatan dan
kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan. Suatu program keselamatan dan
kesehatan kerja dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan
potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan finansial, dan lainnya. Program keselamatan
dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing perusahaan sehingga tidak
bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain
Efektifitas program keselamatan dan kesehatan kerja sangat tergantung kepada komitmen dan
perbaikan.
pernyataan dan kebijakan perusahaan, organisasi dan personil, menjaga kondisi kerja untuk
memenuhi syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan analisis penyebab kecelakaan dan
membagi komponen penting dari program keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu :
pekerja untuk dapat melakukan pekerjaannya secara aman tanpa membahayakan keselamatan
dan kesehatan kerja dan orang lainnya. Dalam memberikan rekomendasi tersebut ada beberapa
faktor yang diperhatikan yaitu riwayat kesehatan, riwayat pekerjaan, penilaian terhadap fisik dan
alat-alat tubuh, apakah tidak akan terpengaruh oleh pekerjaannya, evaluasi dari macam kerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala yang bertujuan untuk mengetahui status kesehatan pekerja
3. Pengobatan darurat dan pengobatan atas kecelakaan yang bukan akibat kerja.