Anda di halaman 1dari 8

KASUS YANG TIDAK SESUAI

DENGAN UU PEKERJA
DISUSUN OLEH :
1. AFRIZAL
2. DARLIANTI
3. ESTER NURCAHAYA MUNTHE
4. KHAIRUN NISA NASUTION
KASUS 1
1. Pelanggaran memperkerjakan anak dibawah umur
Pabrik pembuat Kembang api PT Panca Buana
Cahaya Sukses di Kosambi yang mengalami
kebakaran dan mengakibatkan 49 orang tewas,terbukti
mempekerjakan anak dibawah umur. Menyikapi hal
tersebut Komisioner KPAI Sitti Hikmawatty menilai,
pabrik tersebut telah melanggar UU nomor 13 tahun
2003 mengenai ketenagakerjaan. Tidak sepantasnya
disitu anak-anak bekerja di lokasi yang sangat
beresiko tinggi.
Selain itu, Sitti juga melihat bahwa PT Panca ini
banyak melanggar melakukan pelanggaran lainnya,
seperti mempekerjakan anak dibawah umur yang lebih
dari jam kerja seharusnya dan upah yang tidak wajar.
Tersangka dijerat dua pasal yang berbeda,
yakni Pasal 359 KUHP tentang Kelalaian yang
Menyebabkan Kematian dan Pasal 74 junto 183
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan karena mempekerjakan anak di
bawah umur. Dan, Pasal 359 KUHP tentang
Kelalaian yang Menyebabkan Kematian dan
Pasal 188 KUHP tentang Kelalaian yang
Menyebabkan Kebakaran. Dengan total ancaman
kurungan lima tahun penjara.
KASUS 2
Pelanggaran Kontrak di PT Framas
Setelah ribuan pekerja diberhentikan tanpa pesangon PT Panarub, lagi
lagi sebuah perusahaan subkontraktor Adidas lain yaitu, PT Framas,
Bekasi memPHK 300 pekerja tanpa mengikuti aturan hukum
ketenagakerjaan yang berlaku. PT Framas berdalih bahwa para pekerja
telah melebihi durasi kontrak , PT Framas kemudian tidak
memperpanjang kontrak kerja dan melanggar semua hak para pekerja. PT
Framas melakukan 3 bulan kontrak kerja dan terus memperpanjang status
mereka sebagai pekerja tidak tetap (pekerja kontrak) per 3 bulan, selama
lebih dari 3 tahun. Sejak Desember 2012, kontrak mereka tidak
diperpanjang dan mereka semua kehilangan pekerjaan tanpa pesangon.
Sekitar 300 pekerja menjadi korban dari kontrak kerja
berkepanjangan yang tidak sesuai ketentuan hukum tanpa
jaminan kesejahteraan dan keamanan kerja. Dan pada
akhirnya, mereka dipecat secara tidak adil.
Proses bipartite dan aksi telah dilakukan oleh para pekerja
yang didampingin oleh TURC. Pihak pengusaha secara
terang-terang telah mengakui bahwa mereka memang
melanggar ketentuan hukum mengenai kontrak namun tidak
ada upaya untuk memperbaiki. Setalah proses bipartite tidak
membuahkan hasil, para pekerja menempuh proses
penyelesaian perkara hubungan industrial , dengan meminta
Dinas Tenaga Kerja Daerah Bekasi untuk menjadi mediator
antara pekerja dan perusahaan.
NEXT….

Proses ini juga disertai desakan kepada brand, yaitu Adidas pada
tanggal aksi di depan Kantor Adidas Indonesia. Dalam aksi tersebut para
pekerja menyampaikan tuntutan antara lain,
1. Adidas menekan PT Framas untuk menjamin hak-hak pekerja dan
menaati hokum ketenagakerjaan yang berlaku.
2. Mempekerjakan kembali buruh kontrak yang dipecat sebagai pekerja
tetap
3. Keselamatan dan. kesehatan di tempat kerja harus dijamin
Dari aksi tersebut , manager adidas Indonesia berjanji untuk menjembatani
permasalahan yang ada dengan PT Adidas. Sampai tulisan ini diturunkan, proses
mediasi masih berjalan dan menunggu adanya anjuran dari mediator.
Bila kita membedah UU tersebut, khususnya pada bab IX pasal 58 dan 59, perihal
sistem kerja kontrak dinyatakan secara tegas, bahwa buruh Kontrak — dalam istilah
UU 13/2003 disebut sebagai PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) hanya dapat
dilaksanakan dengan ketentuan: pekerjaan yang sementara sifatnya, pekerjaan
yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu paling lama 3 tahun, pekerjaan
musiman; atau pekerjaan yang berhubungan dengan produk dan kegiatan baru,
atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Intinya tidak boleh ada sistem kerja kontrak pada pekerjaan yang bersifat tetap.
Namun kenyataan faktual di lapangan berjalan penuh manipulasi. Majikan dan kaki
tangannya di pabrik yang penuh trik-trik culas, telah mempraktekkan berbagai
manipulasi sekian lama
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai