Perusahaan Nasional
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
Setelah ribuan pekerja diberhentikan tanpa pesangon PT Panarub, lagi-lagi sebuah perusahaan sub
kontraktor Adidas lain yaitu PT Framas Bekasi memPHK 300 pekerja tanpa mengikuti aturan hukum
ketenagakerjaan yang berlaku. PT Framas berdalih bahwa para pekerja telah melebihi durasi kontrak, PT
Framas kemudian tidak memperpanjang kontrak kerja dan melanggar semua hak para pekerja. PT
Framas melakukan 3 bulan kontrak kerja dan terus memperpanjang status mereka sebagai pekerja tidak
tetap (pekerja kontrak) per 3 bulan, selama lebih dari 3 tahun. Sejak Desember 2012, kontrak mereka
tidak diperpanjang dan mereka semua kehilangan pekerjaan tanpa pesangon. Sekitar 300 pekerja
menjadi korban dari kontrak kerja berkepanjangan yang tidak sesuai ketentuan hukum tanpa jaminan
kesejahteraan dan keamanan kerja. Dan pada akhirnya, mereka dipecat secara tidak adil. Dari 300
pekerja, karena PT Framas melakukan intimidasi dan tekanan, maka hanya 40 orang pekerja
memutuskan untuk memperjuangkan naisb mereka. Para pekerja ini, sebagian besar adalah para
pekerja yang tidak berserikat, sebagian lagi merupakan anggota sebuah serikat pekerja di PT Framas
namun menurut para anggotanya tidak mau memperjuangkan nasib mereka.
Dalam Pasal 50 UU No 13 Tahun 2003 bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja
antara pengusaha dan pekerja atau buruh. Pasal tersebut dapat dipahami bahwa hubungan kerja adalah
sesuatu yang bersifat abstrak, sedangkan perjanjian kerja adalah sesuatu yang bersifat konkret atau
nyata. Secara umum juga, perjanjian diatur dalam Buku III Burgelijk Wetboek (BW) pada Pasal 1313 yang
memberikan definisi perjanjian sebagai suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Kasus pelanggaran PT Framas dilakukan perjanjian kontrak waktu tertentu ( PKWT ). Berkaitan
dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan telah dijelaskan bahwa system kontrak hanya boleh dilakukan
untuk pekerjaan yang bersifat sementara dan tidak boleh dilaksanakan untuk pekerjaan yang bersifat
terus menerus. Dapat dilihat bahwa system PKWT merupakan system yang menempatkan pekerja
sebagai pekerja tidak tetap. Perjanjian ini berkaitan hubungan antara pekerja dalam rangka pelaksanaan
suatu perjanjian yang bersifat sementara. Pekerja PT Framas melakukan 3 bulan kontrak kerja dan terus
memperpanjang status mereka sebagai pekerja tidak tetap ( pekerja kontrak ) per 3 bulan selama lebih
dari 3 tahun. Padahal menurut UU No 13 Tahun 2003 Pasal 59 ayat 4, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
( PKWT ) hanya boleh dilakukan paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali
untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. Bagi perusahaan yang bermaksud memperpanjang
PKWT tersebut, harus memberitahukan maksudnya untuk memperjuangkan PKWT secara tertulis
kepada pekerja yang bersangkutan paling lama 7 (tujuh) hari sebelum PKWT berakhir. Jika perusahaan
tidak memberitahukan perpanjangan PKWT ini dalam waktu 7 (tujuh) hari maka perjanjian kerjanya
batal demi hukum dan menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) seperti yang diatur
dalam UU No 13 Tahun 2003 Pasal 59 ayat 5. Hal ini juga ditegaskan dalam Pasal 3 ayat 2 Keputusn
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP.100/MEN/VI/2004 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Kerja Waktu Tertentu bahwa PKWT hanya dibuat untuk paling lama 3 (tiga)
tahun. PKWT yang dilakukan melebihi waktu 3 (tiga) tahun, maka perjanjian kerjanya batal demi hukum
dan menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu ( PKWTT ) dengan kata lain karyawan tersebut
menjadi karyawan permanen sesuai dengan dengan UU No 13 Tahun 2003 Pasal 59 ayat 7.
PT Framas telah memPHK 300 pekerja secara tidak adil, ini bertentangan dengan UU No 13
Tahun 2003 Pasal 151 ayat 2 yang menyatakan bahwa dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi
pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib
dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja atau serikat buruh atau dengan pekerja atau buruh
apabila pekerja atau buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja atau serikat buruh.
Dan akhirnya sebagian pekerja mengupayakan haknya dengan cara proses bipartite dan aksi telah
dilakukan oleh para pekerja yang didampingi oleh TURC. Pihak pengusaha secara terang-terang telah
mengakui bahwa mereka memang melanggar ketentuan hukum mengenai kontrak namun tidak ada
upaya untuk memperbaiki. Setelah proses bipartite tidak membuahkan hasil, para pekerja menempuh
proses penyelesaian perkara hubungan industrial, dengan meminta Dinas Tenaga Kerja Daerah Bekasi
untuk menjadi mediator antara pekerja dan perusahaan, sesuai dengan Pasal 151 ayat 3 UU No 13
Tahun 2003 yang mengatakan dalam hal perundingan benar-benar tidak menghasikan persetujuan,
hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja atau buruh setelah memperoleh penetapan
dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Proses ini juga disertai desakan kepada
brand, yaitu Adidas pada tanggal aksi di depan Kantor Adidas Indonesia, Jalan Jendral Sudirman, Jakarta
Selatan pada 18 Maret 2013 pukul 12.00 WIB. Dalam aksi tersebut para pekerja menyampaikan tuntutan
antara lain :
1. Adidas menekan PT Framas untuk menjamin hak-hak pekerja dan menaati hukum ketenagakerjaan
yang berlaku
· Pekerja melanggar ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja dan/atau peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama dan pekerja yang bersangkutan telah diberikan tiga surat peringatan, masing-
masing dikeluarkan dalam jangka waktu enam bulan dari peringatan sebelumnya secara berturut-turut
· Pengusaha melakukan perubahan status, penggabungan, atau peleburan perusahaan, dan pengusaha
tidak bersedia menerima pekerja tersebut kedalam perusahaan dengan status yang baru;
· Perusahaan tutup karena mengalami kerugian secara terus-menerus selama 2 tahun atau keadaan
memaksa (force majeur);
· Perusahaan pailit;
· Pekerja mangkir selama lima hari kerja berturut-turut tanpa keterangan tertulis yang dilengkapi
dengan bukti yang sah telah dipanggil oleh pengusaha dua kali secara patut dan tertulis; atau
· Pekerja melakukan kesalahan berat dan telah tetapkan dalam putusan hakim pidana yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Dari beberapa syarat yang harus dilalui atau di tempuh tidak ada satupun syarat yang sesuai atau
memenuhi persyaratan, dan perusahaan PT Framas telah mengakui bahwa telah melanggar ketentuan
hukum mengenai kontrak kerja. Dan untuk pekerja, mereka mempunyai hak pekerja kontrak selama
bekerja dan sesudah masa kerja yang pada dasarnya sama dengan hak pekerja kontrak yang diatur
dalam UU No 13 Tahun 2003 seperti istirahat, hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan, dan hak
untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi dari perusahaan yang mengakhiri PKWT sebelum berakhirnya
masa atau jangka waktu PKWT.
5. BERIKAN KESIMPULAN
Kesimpulan yang saya berikan adri kasus tersebut adalah .Dari segi masa berlakunya perjanjian kerja
dibagi 2 yaitu perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu
(PKWTT). Implementasi PT Framas dan pekerjanya tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian kerja
tertentu (PKWT) yang terdapat dalam UU No 13 Tahun 2003, dan PT Framas juga sudah melanggar
karena sudah memPHK karyawannya secara tidak adil. Ini bertentangan dengan UU No 13 Tahun
2003 Pasal 151 ayat 2 dan pihak PT Framas mengakui bahwa mereka melanggar aturan mengenai
PHK namun pihak PT Framas tidak ada upaya untuk memperbaiki atau menyelesaikan masalah ini.