Anda di halaman 1dari 13

MERGER DAN

AKUISISI

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 3 :


1. SEPTI NUR IMANI (1121700003)
2. MIFTAKHUN NOVIA RANTI (1121700029)
3. NUR ROHMATUL IZZA (1121700033)
MERGER

Merger adalah proses difusi atau penggabungan


dua perseroan dengan salah satu di antaranya tetap
berdiri dengan nama perseroannya sementara yang lain
lenyap dengan segala nama
dan kekayaannya dimasukan dalam perseroan yang
tetap berdiri tersebut.
JENIS MERGER

MERGER HORIZONTAL

Marger horizontal adalah merger yang dilakukan oleh usaha sejenis


(usahanya sama), Salah satu tujuan utama merger horizontal adalah untuk
mengurangi persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui
penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan
pengembangan dan fasilitas administrasi. misalnya merger antara dua
perusahaan roti, perusahaan sepatu.
MERGER VERTIKAL
Merger vertikal adalah merger yang terjadi antara perusahaan-perusahaan
yang saling berhubungan, misalnya dalam alur produksi yang berurutan. Merger
vertikal dilakukan oleh perusahaan – perusahaan yang bermaksud untuk
mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam
rangka stabilisasi pasokan dan pengguna. Contohnya: perusahaan pemintalan
benang merger dengan perusahaan kain, perusahaan ban merger dengan
perusahaan mobil.
MERGER KONGENERIK

Merger kongenerik akan melibatkan perusahaan-perusahaan yang saling


berhubungan tetapi bukan merupakan produsen dari sebuah produk yang sama
atau perusahaan yang memiliki hubungan pemasok-produsen.

MERGER KONGLOMERAT

Merger Konglomerat ialah merger antara berbagai perusahaan yang menghasilkan


berbagai produk yang berbeda-beda dan tidak ada kaitannya, misalnya perusahaan sepatu
merger dengan perusahaan elektronik atau perusahaan mobil merger dengan perusahaan
makanan. Tujuan utama konglomerat ialah untuk mencapai pertumbuhan badan
usaha dengan cepat dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Caranya ialah dengan saling
bertukar saham antara kedua perusahaan yang disatukan.
Cara Melakukan Merger

 Merger dapat dilakukan dengan pembelian asset atau saham


perusahaan lain.
 Pembayaran dapata dilakukan secara tunai atau dengan saham.
 Apabila pembayaran dilakukan secara tunai, maka transaksi tersebut
dikenakan pajak, yang berarti harus ada pengakuan laba atau rugi.
 Apabila pembayaran dengan saham, maka tidak dikenakan pajak
pada saat transaksi merger dilakukan. Pajak baru dikenakan ketika
saham tersebut dijual oleh pemiliknya.
AKUISISI adalah
pengambilan kepemilikan atau
pengendalian atas saham atau asset
suatu perusahaan oleh perusahaan lain,
dan dalam peristiwa ini baik
perusahaan pengambilalih atau yang

AKUISISI
diambil alih tetap eksis sebagai badan
hukum yang terpisah. (Abdul Moin,
2004). Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 27 Tahun
1998 tentang Penggabungan,
Peleburan dan Pengambilalihan
Perseroan Terbatas mendefinisikan
Menurut Reksohadiprojo dalam Wiharti (1999) akuisisi dapat akuisisi sebagai perbuatan hukum yang
dibedakan dalam tiga kelompok besar, yaitu:
dilakukan oleh badan hukum atau
• Akuisisi horizontal, yaitu akuisisi yang dilakukan oleh suatu badan orang perseorangan untuk mengambil
usaha yang masih dalam bisnis yang sama. alih baik seluruh atau sebagian besar
• Akuisisi vertical, yaitu akuisisi pemasok atau pelanggan badan
saham perseroan yang dapat
usaha yang dibeli. mengakibatkan beralihnya
pengendalian terhadap perseroan
• Akuisisi konglomerat, yaitu akuisisi badan usaha yang tidak ada tersebut.
hubungannya sama sekali dengan badan usaha pembeli.
KLASIFIKASI BERDASARKAN OBYEK YANG DIAKUISISI DIBEDAKAN
ATAS AKUISISI SAHAM DAN AKUISISI ASSET, YAITU:

1. AKUISISI SAHAM
Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual beli perusahaan, dan
transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli.
Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akisisi yang paling umum ditemui dalam hampir
setiap kegiatan akuisisi.
2. AKUISISI ASSET
Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia dapat membeli
sebagian atau seluruh aktiva atau asset perusahaan lain tersebut. Jika pembelian tersebut hanya
sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan akuisisi parsial. Akuisisi asset secara
sederhana dapat dikatakan merupakan Jual beli (asset) antara pihak yang melakukan akuisisi
asset ( sebagai pihak pembeli ) dengan pihak yang diakuisisi assetnya (sebagai pihak penjual), Jika
akuisisi dilakukan dengan pembayaran uang tunai. Atau Perjanjian tukar menukar antara asset
yang diakuisisi dengan suatu kebendaan lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi
tidak dilakukan dengan cara tunai.
ALASAN MELAKUKAN MERGER DAN AKUSISI

1. PERTUMBUHAN ATAU DIVERSIFIKASI


Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun
diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan
merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi
persaingan.
2. SINERGI
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of scale).
Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena
fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan.
3. MENINGKATKAN DANA
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal, tetapi dapat
memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan
perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan
dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan biaya rendah.
4. MENAMBAH KETRAMPILAN MANAJEMEN ATAU TEKNOLOGI
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi
pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan dapat menggabungkan diri dengan
perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.
5. PERTIMBANGAN PAJAK
Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan
yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang
mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan
pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya
dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan
pemilik.
6. MENINGKATKAN LIKUIDITAS PEMILIK
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar.
Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh
sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MERGER & AKUSISI
KELEBIHAN MERGER KEKURANGAN MERGER

Dibandingkan akuisisi merger memiliki


beberapa kekurangan, yaitu harus ada
Pengambilalihan melalui merger lebih persetujuan dari para pemegang saham
sederhana dan lebih murah dibanding masing-masing perusahaan,sedangkan
pengambilalihan yang lain (Harianto untuk mendapatkan persetujuan tersebut
dan Sudomo, 2001, p.641) diperlukan waktu yang lama. (Harianto
dan Sudomo, 2001, p.642)
KELEBIHAN AKUISISI KEKURANGAN AKUISISI
 Jika cukup banyak pemegang saham
 Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui
dan suara pemegang saham. pengambilalihan tersebut, maka
 Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat
akuisisi akan batal. Pada umumnya
berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan
anggaran dasar perusahaan menentukan
paling sedikit dua per tiga (sekitar
yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga tidak 67%) suara setuju pada akuisisi agar
diperlukan persetujuan manajemen perusahaan. akuisisi terjadi.
 Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan  Apabila perusahaan mengambil alih
komisaris perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk seluruh saham yang dibeli maka terjadi
pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile merger.
takeover).
 Pada dasarnya pembelian setiap aset
 Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi dalam akuisisi aset harus secara hukum
tidak memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti dibalik nama sehingga menimbulkan
pada akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi biaya legal yang tinggi.
pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui
akuisisi.
PERSYARATAN MERGER DAN AKUSISI

 Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan harus memperhatikan kepentingan perseroan, pemegang


saham minoritas, dan karyawan perseroan yang bersangkutan dan juga kepentingan masyarakat dan
persaingan sehat dalam melakukan usaha.
 Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan tidak mengurangi hak pemegang saham minoritas untuk
menjual sahamnya dengan harga yang wajar.
 Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RPUS) mengenai
penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan hanya dapat menggunakan haknya agar saham yang
dimilikinya dibeli dengan harga yang wajar sesuai dengan ketentuan Pasal 55 Undang-undang Nomor 1 Tahun
1995 tentang Perseroan Terbatas.
 Pelaksanaan hak pemegang saham tidak menghentikan proses pelaksanaan penggabungan, peleburan, dan
pengambilalihan.
 Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan juga harus memperhatikan kepentingan kreditor.
 Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan hanya dapat dilakukan dengan persetujuan RPUS.
 Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan dilakukan berdasarkan keputusan RPUS yang dihadiri oleh
pemegang saham yang mewakili paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan
hak suara yang sah dan disetujui paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah suara tersebut
DASAR HUKUM MERGER DAN AKUSISI

Setiap tindakan yang dilakukan di Negara hukum haruslah mempunyai dasar hukumnya. Apalagi
tindakan hukum berupa merger perusahaan yang begitu penting kedudukannya dalam bidang hukum
perusahaan tersebut. Secara yuridis, yang merupakan dasar hukum bagi tindakan merger tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Dasar Hukum Utama (UUPT dan PP).
2. Dasar Hukum Kontraktual.
3. Dasar Hukum Status Perusahaan (Pasar Modal, PMA, BUMN).
4. Dasar Hukum Konsekuensi Merger.
5. Dasar Hukum Pembidangan Usaha.
Yang menjadi dasar hukum utama bagi suatu merger perusahaan adalah UUPT dan Peraturan
pelaksanaannya. UUPT tersebut mengatur tentang merger, akuisisi dan konsolidasi mulai dari pasal
26, 62, 122, 123, 126, 127, 128, 129, 132, 133 dan 152. Sebagaimana diketahui bahwa UUPT
menggunakan istilah “Penggabungan” untuk merger, “Pengambilalihan” untuk akuisisi, dan
“Peleburan” untuk konsolidasi. Disamping UUPT, pada tanggal 24 Februari 1998 telah pula diterbitkan PP
No. 27 Tagun 1998 yang mengejawantahkan ketentuan-ketentuan di dalam Undang-Undang No. 1 Tahun
1995 tentang Perseroan Terbatas (UUPT lama) Tentang Pereseroan (UUPT lama).

Anda mungkin juga menyukai