Anda di halaman 1dari 42

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak

diusahakan oleh masyarakat Indonesia, oleh karena itu tanaman jagung termasuk

tanaman pangan kedua setelah padi. Jagung mempunyai daya adaptasi yang

tinggi, sehingga penyebaran lebih luas di seluruh dunia (Suryatna Effendi, 1985).

Peningkatan produksi dan produktivitas dipengaruhi oleh faktor iklim, kesuburan

tanah, penggunaan benih unggul, tingkat serangan hama dan penyakit,

penggunaan pupuk dan penggunaan pestisida. Sedangkan dari segi ekonomi

dipengaruhi oleh sarana produksi pertanian, keterampilan dan pengalaman

berusaha tani (Andjani dkk., 2010). Kandungan giji jagung dapat di lihat pada

Tabel 1.

Tabel 1.Kandungan Gizi Jagung Per 100 gram.


No Kandungan Nutrisi Jumlah Kandungan Gizi
1 Energi (cal) 129
2 Protein (g) 4,1
3 Lemak (g) 1,3
4 Karbohidrat (g) 30,3
5 Kalsium (mg) 5,0
6 Fosfor (mg) 180,0
7 Besi (mg) 1,1
8 Vitamin A (Sl) 117,0
9 Vitamin B (mg) 0,18
10 Vitamin C (mg) 9,0
11 Air (g) 63,5
Sumber: Tim Kesehatan Organisasi Asgar 2014

Di beberapa daerah di Indonesia, jagung sebagai bahan makanan pokok

sehari-hari dan kebutuhan tersebut dari tahun ke tahun meningkat. Berdasarkan

data BPS pada tahun 2009-2013, rata-rata luas areal panen jagung di Indonesia
1
2

sekitar 3,9 juta ha/tahun dan terus menurun dengan laju penurunan 1,82%

pertahun. Luas areal pertanaman jagung menduduki urutan ke-2 setelah padi

sawah. Jika dibandingkan dengan komoditas padi, luas pertanaman jagung hanya

sebesar 30% (Zubachtirodin dkk,2007).

Produktivitas jagung di Indonesia pada tahun 2009-2013 masih sangat

rendah, dengan rata-rata 4,8 t/ha, namun cenderung meningkat dengan laju 3,36%

pertahun. Masih rendahnya produktivitas menggambarkan bahwa penerapan

teknologi produksi jagung belum optimal. Pada tahun 1990-2006, rata-rata laju

pertumbuhan produksi jagung di Indonesia 4,17%. Menurut Balai Penelitian

Tanaman Serealia (2014), volume impor jagung tahun 2011 hingga 2013 terus

meningkat, bahkan pada tahun 2012-2013 peningkatan impor mencapai 72,3%

besarnya impor komoditas jagung ini mengindikasikan bahwa produksi jagung di

Indonesia masih belum memenuhi kebutuhan konsumen.

Jagung dapat digunakan untuk makanan ternak, dan juga dapat dipakai

sebagai bahan dasar industri, serta dapat juga dipakai sebagai sayuran, misalnya

jagung semi. Jagung semi merupakan salah satu sayuran yang telah dikenal oleh

masyarakat Indonesia dalam berbagai masakan sehari-hari. Dahulu jagung semi

hanya merupakan hasil sampingan dari tanaman jagung, sehingga jagung semi

jarang dijumpai di pasaran.

Jagung semi merupakan tongkol muda yang belum sempurna

pertumbuhannya, namun telah memiliki kandungan gizi yang tinggi. Karena

sebagai calon buah jagung, jagung semi telah mengandung hampir zat-zat yang

terdapat pada jagung. Permintaan konsumen terhadap jagung semi terus

meningkat seiring dengan meningkatnya pendirian pasar-pasar swalayan yang


3

senantiasa membutuhkan jagung semi dalam jumlah yang relatif banyak.

Kebutuhan pasaran ekspor Indonesia mulai memberikan perhatian pada jagung

semi sebagai salah satu komoditi agroindustri yang mempunyai masa depan yang

cerah untuk dikembangkan.

Menurut Yodpetch dan Bautista (1983), karakteristik varietas jagung yang

dapat digunakan untuk memproduksi jagung semi diantaranya yaitu umur panen

pendek, hasil panen tinggi, jumlah tongkol tiap tanaman banyak dan tongkol

berkualitas baik dalam hal rasa, ukuran, dan warnanya.Peluang pasar ini belum

sepenuhnya dimanfaatkan oleh petani, karena ada berbagai kendala antara lain

keterbatasan bahan baku yang memenuhi standar mutu. Teknik budidaya yang

tepat merupakan salah satu faktor utama menentukan kualitas dan kuantitas

produksi tanaman.
Untuk mendapatkan pertumbuhan jagung semi yang baik diperlukan benih

yang baik dari varietas unggul, sedangkan teknik budidaya yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman jagung semi antara lain dengan

melalui pupuk yang berimbang. Pemupukan berimbang sangat penting, karena

tanaman harus mendapatkan unsur yang cukup, selain air dan cahaya matahari

selama masa pertumbuhannya.

Jarak tanam merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil

tanaman pada jagung. Pengaturan jarak tanam jagung merupakan salah satu usaha

untuk memanipulasi lingkungan fisik tanaman. Sehingga persaingan antar

tanaman dapat ditekan dimana peningkatan maupun penurunan jumlah populasi

tanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Oleh

karena itu penentuan jumlah populasi tanaman sangat penting guna mendapatkan

produksi yang maksimal. Pengaturan jarak tanam sangat berpengaruh terhadap


4

pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini berpengaruh terhadap luas daun, berat

kering tanaman , banyaknya sinar matahari yang diterima, sistem perakaran dan

banyaknya jumlah unsur yang di serap dari dalam tanah. Penggunaan jarak tanam

yang tepat akan meningkatkan hasil sedangkan penggunaan jarak tanam yang

tidak tepat akan menurunkan hasil (Williams and Joseph 1970 cit Indrayanti 2010)

Jarak tanam yang biasa digunakan untuk penanaman jagung pipilan yaitu

75 cm x 15 cm. Hasil penelitian Susilowati (2011), untuk tanaman jagung

menggunakan jarak tanam 50 cm x 15 cm, 75 cm x 15 cm, 100 cm x 15 cm

menunjukan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman jagung semi, hanya jumlah biji per lubang tanam yang

berpengaruh terhadap panjang tongkol, dimana jumlah biji 1 per lubang tanam,

tongkolnya lebih panjang dari jumlah biji 2 dan 3 per lubang tanam.

Peningkatan hasil jagung dapat diupayakan melalui pengaturan kerapatan

tanam hingga mencapai populasi optimal. Menurut Warjito, A’i Rubiati dan Zainal

Abidin (1988) pengaturan kerapatan tanaman bertujuan untuk meminimalkan

kompetisi antar populasi agar kanopi danakar tanaman dapat memanfaatkan

lingkungan secara optimal. Jumlah tanaman yang berlebihan akan menurunkan

hasil karena terjadi kompetisi terhadap unsur hara, air, radiasi matahari, dan ruang

tumbuh sehingga akan mengurangi jumlah biji pertanaman.

Penambahan kepadatan tanaman per satuan luas dapat mengakibatkan

perubahan sifat morfologi dan fisiologi tanaman jagung semi, antara lain

penundaan keluarnya bunga jantan (silking delay) dan meningkatkan jumlah

tongkol tidak berbiji (Sudjana dkk,1998). Besarnya jumlah tongkol tidak berbiji

berkolerasi positif dengan naiknya tingkat kepadatan populasi tanaman.


5

Sebaliknya, jika jarak tanam agak renggang dapat memperbaiki pertumbuhan

individu tanaman, tetapi memberikan peluang berkembangnya gulma. Tanaman

jagung semi yang disertai pertumbuhan gulma akan berdampak negatif karena

terjadi kompetisi dalam pemanfaatan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh.

Namun, jarak tanam yang terlalu lebar selain mengurangi jumlah populasi

tanaman juga menyebabkan berkurangnya pemanfaatan cahaya matahari, dan

unsur oleh tanaman, karena sebagian cahaya akan jatuh ke permukaan tanah dan

unsur akan hilang karena penguapan dan pencucian. Oleh karena itu, diperlukan

strategi pengelolaan lahan, antara lain dengan menciptakan kondisi lingkungan

tumbuh yang sesuai untuk mencapai hasil maksimal.

Agar mendapatkan hasil yang maksimal, maka perlu dibantu dengan

menambahkan kadar unsur untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Unsur tambahan

ini sering disebut pupuk, sedangkan penambahan unsur tersebut disebut

pemupukan. Penggunaan pupuk sebagai bahan makanan tambahan untuk tanaman

jagung merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan pertumbuhan jagung

tersebut. Untuk itu pemupukan sangat penting bagi tanaman jagung, sehingga

unsur yang diperlukan tersedia didalam tanah. Ada dua jenis pupuk yang

digunakan yaitu pupuk organik dan anorganik. Menurut Sutanto (2002), pupuk

anorganik mampu meningkatkan produktivitas tanah dalam waktu singkat, tetapi

akan mengakibatkan kerusakan pada struktur tanah (tanah menjadi keras) dan

menurunkan produktivitas tanaman yang dihasilkan, sedangkan tanah yang

dibenahi dengan pupuk organik mempunyai struktur yang baik dan tanah yang

dicukupi bahan organik mempunyai kemampuan mengikat air yang lebih besar.
6

Jenis-jenis pupuk organik yang dapat digunakan untuk menambahkan

unsur pada tanaman antara lain; kotoran kuda, kotoran kambing, kotoran ayam,

kompos, kascing dan kotoran sapi/urine sapi. Pemberian pupuk organik dari urine

sapi diduga mampu menyediakan unsur yang dibutuhkan oleh tanaman jagung,

sehingga pertumbuhan optimal. Penggunaan pupuk organik diharapkan dapat

memperbaiki kesuburan tanah sekaligus menyediakan unsur-unsur yang

dibutuhkan oleh tanaman jagung semi. Pupuk organik cair adalah salah satu jenis

pupuk yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas jagung semi. Hal

ini didukung karena pupuk organik cair mengandung unsur makro dan mikro yang

cukup tinggi sebagai hasil senyawa organik bahan alami yang mengandung sel-sel

hidup aktif dan aman terhadap lingkungan serta pemakai. Bentuk pupuk organik

cair yang berupa urine sapi dapat mempermudah dalam pengaplikasian, sangat

menguntungkan petani, karena dari segi biaya murah dan dapat diberikan melalui

akar dan daun (Naswir, 2003). Dalam pengaplikasiannya, selain diberikan melalui

tanah yang kemudian diserap oleh akar tanaman, pupuk organik cair juga dapat

diaplikasikan melalui daun tanaman jagung semi guna mendukung penyerapan

unsur secara optimal. Hal ini diharapkan dapat memberikan pertumbuhan, hasil,

dan mutu tanaman jagung semi yang lebih baik.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh antara dosis pupuk organik cair dan jarak tanam

terhadap pertumbuhan dan hasil jagung semi (Zea mays L.) Varietas

Bonanza?
7

2. Pada dosis pupuk organik cair dan jarak tanam berapa yang terbaik

pengaruhnya terhadap pertumbuhan hasil tanaman jagung semi (Zea mays L.)

Varietas Bonanza?

3. Apakah terdapat korelasi yang nyata antara komponen pertumbuhan dan

hasil jagung semi (Zea mays L.) Varietas Bonanza?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk organik cair dan jarak tanam

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung semi (Zea mays L.)

Varietas Bonanza.

2. Untuk mengetahui dosis pupuk organik cair dan jarak tanam berapa yang

dapat memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman jagung semi (Zea mays L.) Varietas Bonanza.

3. Untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara komponen pertumbuhan

dan hasil jagung semi (Zea mays L.) Varietas Bonanza.

Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat ilmu pengetahuan,

wawasan dan informasi khususnya bagi penulis, petani dan masyarakat pada

umumnya tentang pemanfaatan urine sapi dan jarak tanam terhadap pertumbuhan

dan peningkatan hasil tanaman jagung semi (Zea mays L.,) Varietas Bonanza.

1.4 Kerangka Pemikiran

Jagung semi (baby corn) adalah tongkol jagung yang dipetik ketika masih

sangat muda dan sebelum biji terbentuk. Salah satu kendala dalam produksi

jagung semi di Indonesia adalah belum tersedianya varietas unggul yang

dirancang secara khusus sebagai jagung semi. Varietas jagung yang umum dipakai
8

petani untuk menghasilkan jagung semi adalah varietas yang dirancang untuk

menghasilkan biji. Menurut Yodpetch dan Bautista (1983) karakteristik varietas

jagung yang dapat digunakan untuk memproduksi jagung semi diantaranya yaitu

umur panen pendek, hasil panen tinggi, jumlah tongkol tiap tanaman banyak

(prolifik), dan tongkol berkualitas baik dalam hal rasa, ukuran, dan warnanya.

Pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun

digunakan sesering mungkin. Selain itu pupuk ini juga memiliki bahan pengikat

sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung

digunakan oleh tanaman. Pupuk organik cair merupakan salah satu pupuk organik

yang dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung semi.

Pupuk organik cair ini berasal dari proses dekomposisi bahan organik limbah

ternak dan unggas, limbah tanaman, limbah alam, beberapa jenis tanaman tertentu

dan zat-zat alami lainnya. Pupuk ini dapat dijadikan sebagai alternatif untuk

mengatasi kekurangan atau kesulitan mendapatkan pupuk kandang. Secara garis

besar pupuk ini mempunyai fungsi utama yaitu sebagai pupuk organik,

memberikan unsur-unsur (terutama mikro) yang diperlukan oleh tanaman

(Syafruddin, dkk. 2012).

Urine sapi yang sering diabaikan dibuang begitu saja bahkan selama ini

dianggap sebagai kotoran ternyata bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair

apabila diolah,karena mengandung unsur yang dibutuhkanoleh tanaman

diantaranya Nitrogen 1%, Phospor0,5%, Kalium 1,5%, Carbon 1,1 %, Air 92%,

danfitohormon Auksin yaitu zat perangsang tumbuh yang bisa digunakan sebagai

zat pengatur tumbuh. Setelah pupuk cair urine melalui proses fermentasi unsur-

unsur tersebut meningkat. Nitrogen menjadi2,7%, Phospor menjadi 2,4%, Kalium


9

menjadi3,8% dan karbon menjadi 3,8%. Warna yangs emula kuning berubah

menjadi kehitam-hitaman dan bau yang semula menyengat jauh berkurang.

Penelitian yang telah dilakukan terhadap urine sapi, bahwa urine sapi mengatur

zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh

diantaranya adalah IAA.

Kandungan zat pengatur tumbuh (auxin, giberelin, dan sitokinin) akan

mempercepat perkecambahan biji, pertumbuhan akar, perbanyakan umbi, fase

vegetatif/pertumbuhan tanaman serta memperbanyak dan mengurangi kerontokan

bunga dan buah. Aroma khas pupuk organik cair akan mengurangi serangan hama.

Pupuk ini akan memacu perbanyakan pembentukan senyawa polyfenol untuk

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Jika serangan

hama penyakit melebihi ambang batas pestisida tetap digunakan secara bijaksana,

pupuk organik cair hanya mengurangi serangan hama penyakit, bukan untuk

menghilangkan sama sekali (Rahmanuddin, 2013).

Hasil penelitian I Nyoman Adijaya Putu Sugiarta (2013), menunjukkan

bahwa pemberian urine sapi 300 ml/tanaman, 375 ml/tanaman dan 450

ml/tanaman, perlakuan terbaik yaitu pada dosis 375 ml/tanaman dilihat dari tinggi

tanaman (82,80 cm), jumlah daun (9 helai), diameter batang (15,3 cm), jumlah

tongkol per tanaman ( 10 tongkol), diameter tongkol (2,3 cm), panjang tongkol

(8,51 cm), bobot per tanaman per petak ( 133,6 gram).Interaksi antara urine sapi

dan jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman,

jumlah polong per tanaman dan berat biji kering per tanaman mencapai 26

g/tanaman (1,5 ton/ha).Hasil penelitian Nurcholis Alfarisi dan Toyo Manurung

(2015) menunjukkan bahwa, pemberian pupuk urin sapi pada pertumbuhan dan
10

hasil tanaman jagung memberikan pengaruh nyata dapat dilihat dari tinggi

tanaman (144,83 cm), jumlah daun (15,01 helai) dan berat basah buah (163,53 g)

pada konsentrasi 75 cc/l air.

Pengaturan populasi tanaman melalui pengaturan jarak tanam pada suatu

tanaman akan mempengaruhi efisiensi tanaman dalam memanfaatkan sinar

matahari dan persaingan tanaman dalam pemanfaatan hara dan air yang pada

akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Dengan

pengaturan jarak tanam yang baik, maka pemanfaatan ruang yang ada bagi

pertumbuhan tanaman dan kapasitas penyangga terhadap peristiwa yang

merugikan dapat diefesienkan (Anonimous dkk, 2007).

Pengaturan jarak tanam yang sesuai akan menciptakan kondisi faktor

lingkungan yang dibutuhkan tanaman tersedia secara merata bagi setiap tanaman

dan mengoptimalkan penggunaan faktor lingkungan yang tersedia. Selain itu jarak

tanam yang diatur sedemikian rupa dapat menghasilkan produk yang optimal

(Jumin, 2005) dan menekan intensitas serangan penyakit pada tanaman dan tidak

menguntungkan bagi perkembangan patogen (Cahyono, 2002). Menurut Warisno

(2002), penggunaan jarak tanam jagung hibrida sebaiknya 50 cm x 20 cm dan 50

cm x 40 cm dengan dua benih perlubang. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman

jagung yaitu 50 cm x 60 cm. Sedangkan menurut Suprapto (1998), penggunaan

jarak tanam yang baik pada tanaman jagung 50 cm x 40 cm dan 50 cm x 80 cm

dengan satu tanaman.


11

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat diajukan hipotesis

sebagai berikut :

1. Terjadi pengaruh antara dosis pupuk organik caik dan perlakuan jarak tanam

terhadap pertumbuhan dan hasil jagung semi(Zea mays L.)Varietas

Bonanza.

2. Pada dosis pupuk organik cair 375 ml pertanaman dan jarak tanam 50 cm x

40 cm memberikan pertumbuhan dan hasil jagung semi (Zea mays

L.)Varietas Bonanza yang terbaik.

3. Terdapat korelasi yang nyata antara komponen pertumbuhan dan hasil

tanaman jagung semi (Zea mays L.)Varietas Bonanza.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

12
13

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m

meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah

cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang

membantu menyangga tegaknya tanaman. Jagung mempunyai akar serabut

dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau

penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio.

Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan

akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula

berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian akar adventif

berkembangdari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku,

semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut

akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar

adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri

atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga

adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan

tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan

mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air.

Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada

varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan

pemupukan (Nuning Argo Subekti dkk, 2012).

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,

namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak

tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas


14

terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh

namun tidak banyak mengandung lignin (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk

silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat

tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi

tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu

kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith).

Teknik produksi dan pengembangan lingkaran konsentris dengan kepadatan

bundles yang tinggi, dan lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan

bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler

yang tinggi dibawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe

jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan

sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles

vaskuler.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, merupakan

bangun pita (ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer),

Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu

tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata

pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap

stomata dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting

dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Nuning Argo

Subekti, dkk. 2012).


Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)

dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas

bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh

sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak


15

tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning

dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari

buku, di antara batang dan pelepah daun (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Jagung disebut juga tanaman berumah satu karena bunga jantan dann

betinanya terdapat dalam satu tanaman (Vasal, 2004). Jagung merupakan tanaman

yang menyerbuk silang secara alami. Persilanagan dalam bertujuan untuk

mendapatkan galur-galur yang terbaik, sedangkan persilangan antara dua galur

bertujuan untuk menggabungkan sifat-sifat baik dari keduanya, persilangan ini

sering dilakukan dalam penciptaan varietas unggul jagung baik itu hibrida atau

varietas bersari bebas (Maintang, 2003). Salah satu faktor untuk memenuhi

permintaan jagung yang semakin meningkat ialah dengan cara meningkatkan

produksi jagung dengan teknologi detasseling dan peangkasan tanaman jantan.

Perlakuan detasseling diakukan karena penyerbukan pada jagung terjadi bila

serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol. Hampir 95% dari

persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5% yang

berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Sehingga mengoptimalkan penyerapan

unsur untuk pada pembentukan tongkol jagung menjadi bunga betina. Demikian

pula halnya primordia ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan

menjadi bunga jantan (Paliwal 2000).


Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau

tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan

stigma. Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya

tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan

organ bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah

satu.
16

Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada

umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif

meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Tanaman jagung siap panen dengan

varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut

sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan

2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).

2.2 Syarat Tumbuh

Tanah merupakan media tanam tanaman jagung. Akar tanaman berpegang

kuat pada tanah serta mendapatkan air dan unsur dari tanah. Perubahan tubuh

tanaman secara kimia, fisik dan biologi akan berpengaruh fungsi dan kekuatan

akar dalam menopang pertumbuhan serta produktivitas tanaman. Pemberian

pupuk, akan memberikan dan menambah kesuburan tanah sehingga pertumbuhan

dan produktivitas tanaman jagung dapat di penenuhi dengan seimbang (Purwono,

2005).
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang

gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-

7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah

dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan

teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum

antara 50-600 m dpl.


Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering,

sawah dan pasang surut asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi. Jenis

tanah yang dapat ditanami jagung antara lain Andosol, Latosol, dan Grumosol.

Tanah bertekstur lempung atau liat berdebu (Latosol) merupakan jenis tanah yang

terbaik untuk pertumbuhan jagung. Tanaman jagung akan tumbuh dengan baik
17

pada tanah yang subur, gembur dan kaya humus. Pada tanah berpasir, tanaman

jagung manis hibrida bisa tumbuh dengan baik dengan syarat kandungan unsur

tersedia dan mencukupi. Pada tanah berat atau sangat berat, misalnya tanah

Grumosol, jagung manis hibrida masih dapat tumbuh dengan baik dengan syarat

tata air (drainase) dan tata udara (aerasi) diperhatikan. Adapun tanah yang paling

baik untuk ditanami jagung manis hibrida adalah tanah lempung berdebu,

lempung berpasir atau lempung.


Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah

beriklim sedang hingga beriklim subtropik/tropis basah. Jagung dapat tumbuh di

daerah yang terletak antara 500LU – 400LS. Pada lahan yang tidak beririgasi,

pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan

selama masa pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan

sinar matahari yang penting dalam masa pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki

tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 27ºC-32ºC (Widyanti, dkk

2002). Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase

pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam

awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari,

tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil

biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 23º C - 30º C.


Tanaman akan tumbuh normal pada curah hujan yang berkisar 250-500

mm pertahun. Curah hujan kurang atau lebih dari angka yang di atas akan

menurunkan produksi. Air banyak dibutuhkan pada waktu perkecambahan dan

setelah berbunga. Tanaman membutuhkan air lebih sedikit pada pertumbuhan

vegetatif dibanding dengan pertumbuhan generatif. Setelah tongkol mulai kuning,


18

air tidak diperlukan lagi. Idealnya tanaman jagung semi membutuhkan curah

hujan 100-125 mm perbulan dengan distribusi merata.

2.3 Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair ini dibuat dengan cara yang sederhana, yaitu

menggunakan bahan-bahan yang mudah didapatkan, seperti limbah peternakan,

limbah pertanian, dan beberapa bahan organik lain yang dibutuhkan.

1. Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Limbah Peternakan

Beberapa bahan yang berasal dari limbah peternakan dapat dimanfaatkan

menjadi pupuk organik cair, seperti urin sapi, kotoran ternak, susu basi, dan

limbah peternakan lainnya. Urin sapi merupakan suatu bahan organik yang

mengikat zat pembangun berupa unsur fosfor secara baik. Pupuk ini dapat

diaplikasikan melalui akar tanaman dengan cara menyiramkannya ke media

tanam. Selain itu, pupuk ini juga dapat diaplikasikan melalui daun dengan cara

menyemprotkannya ke permukaan daun.

Aplikasi pupuk organik cair dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain:

aplikasi melalui akar tanaman dan aplikasi melalui daun tanaman.

2. Aplikasi Melalui Akar Tanaman

Cara ini biasanya dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk secara

langsung ke media tanam, seperti tanah. Taufika (2011) menyatakan bahwa

tanaman akan mudah mengatur penyerapan komposisi pupuk yang dibutuhkan

jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk organik cair yang diberikan pada tanah

karena bentuknya yang cair. Pupuk organik cair dalam pemupukan jelas lebih
19

merata, tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat. Hal ini

disebabkan pupuk organik cair 100 % larut.

3. Aplikasi Melalui Daun Tanaman

Aplikasi pupuk melalui daun tanaman ini biasa dikenal dengan nama

foliar application. Pupuk disemprotkan pada permukaan daun. Hal ini dilakukan

sebagai cara untuk melengkapi pemberian pupuk melalui tanah untuk

meminimalisir gejala kekahatan yang mungkin muncul, terutama hara mikro dan

hara yang immobil dalam tubuh tanaman. Hara masuk ke dalam tubuh tanaman

melalui mulut stomata secara difusi atau osmosis. Pupuk disemprotkan langsung

kepada daun dengan alat penyemprot biasa (hand sprayer). Aplikasi pupuk ini

disesuaikan juga dengan dosis atau takaran dan waktu aplikasi yang dianjurkan

agar pertumbuhan dan hasil tanaman dapat optimal.

Kelebihan Pupuk Organik Cair Dibandingkan Pupuk Lainnya :


a. Pupuk organik cair memiliki jumlah kandungan nitrogen, fosfor,

kalium, dan air yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pupuk organik

padat yang berbahan dasar kotoran sapi padat.


b. Bentuk pupuk organik cair yang berupa cairan mempermudah

tanaman dalam menyerap unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.


c. Pupuk organik cair mengandung zat perangsang tumbuh yang

dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh tanaman (Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian, 2012).


d. Pada pupuk organik cair yang berbahan dasar urin hewan ternak,

aroma atau bau yang dihasilkan sangat khas sehingga dapat mencegah

datangnya berbagai hama tanaman.


20

e. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair ini

memiliki sifat yang aman bagi kesehatan dan ramah terhadap lingkungan.

Kendala Penggunaan Pupuk Organik Cair

Berikut ini adalah kendala-kendala yang sering dihadapi dalam

penggunaan pupuk organik cair :

a. Respon yang ditunjukkan oleh penggunaan pupuk organik cair terhadap

produksi tanaman tidak secepat seperti menggunakan pupuk anorganik

(kimia buatan).
b. Membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengaplikasikan pupuk pada

masing-masing tanaman.
c. Membutuhkan waktu yang relatif lebih lama karena aplikasi pupuk

diharapkan merata untuk masing-masing tanaman, khususnya yang

diaplikasikan melalui daun.


d. Tidak semua pupuk organik cair memiliki komposisi kandungan unsur

secara jelas sehingga pemberian dosis pupuk terhadap tanaman sulit untuk

ditentukan.
Upaya Mengatasi Kendala pada Penggunaan Pupuk Organik Cair
a. Diperlukan peran nyata dari pemerintah dalam menggiatkan program

pertanian organik sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap pertanian

berkelanjutan sehingga para petani mengetahui peran dan manfaat pupuk

organik cair bagi tanaman dan lingkungan.


b. Untuk menghindari kekhawatiran para petani akan lambatnya

respon dari penggunaan pupuk organik cair terhadap produktivitas

tanamannya dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik, maka

penggunaan pupuk organik cair masih perlu diikuti dengan penggunaan

pupuk anorganik dengan jumlah yang terbatas. Hal ini berkaitan juga

dengan pentingnya pengetahuan tentang pupuk berimbang sehingga antara


21

waktu, tenaga, dan jumlah pupuk yang digunakan menjadi lebih efektif dan

efisien, serta bersifat lebih aman dan ramah terhadap lingkungan.

2.4 Jarak Tanam

Jarak tanam jagung selama ini sudah ditentukan oleh produsen benih

jagung hibrida maupun non hibrida, sehingga untuk meningkatkan produksi masih

sangat sulit, ditambah faktor kebiasaan petani menanam jagung tidak dengan pola

intensif, mereka masih mengharapkan hujan sebagai sumber air masih tradisional

sehingga produktivitasnya masih rendah, jarak tanam yang lebih rapat sehingga

populasi tanaman jagung bisa lebih banyak dalam 1 hektar penanaman, jarak

tanam biasa adalah 70cm x 40 cm dengan 2 biji perlubang tanam, menjadi 35.000

pohon x 2 biji = 70.000 pohon, itu kalau semua tumbuh, biasa yang tumbuh 80%

sehingga populasinya menjadi 56.000 pohon per hektar, dalam proses

pertumbuhan banyak pohon yang terkena hama, kekurangan air, dan banyak factor

lain, kita anggap saja hilang lagi 20%, maka sisa tanaman yang produktif menjadi

44.800 pohon, bila yang di tanam benih menghasilkan 2 tongkol jagung, maka

dapat dihasilkan 89.600 tongkol itupun biasanya hanya 60% yang bertongkol 2

( biasa petani menanam benih 1 tongkol ) anggaplah 89.600 tongkol dengan berat

pertongkol pipilan jagung 80 gr maka hasil yang di dapatkan petani adalah 7.168

kg / hektar, nah itu kalau mulus, biasanya petani mendapatkan hasil panen di

bawah itu, sehingga sebagai seorang innovator saya tergerak untuk membuat

inovasi jarak tanam rapat.


III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan akan dilaksanakan di Desa Cipondok, Kecamatan Cibingbin,

Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Lokasi percobaan merupakan lahan

sawah dengan ketinggian 1.500 mdpl, jenis tanah Latosol, tekstur lempung, pH

tanah 5,59. Berdasarkan curah hujan selama 5 tahun curah hujan rata-rata di

daerah tersebut 3.108,8 mm/tahun dan termasuk ke dalam tipe curah hujan A

(Bulan Basah).

3.2 Bahan dan Alat Percobaan

Bahan yang digunakan untuk percobaan ini yaitu urine sapi, benih jagung

varietas bonanza, pupuk NPK sebagai pupuk dasar, EM4. Alat-alat yang

digunakan antara lain alat pengolahan tanah, tugal, handsprayer, ajir, timbangan,

meteran, jangka sorong, papan nama untuk tiap perlakuan, ember, alat tulis dan

tali rafia.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen (percobaan

lapangan) dengan rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor yang

diuji terdiri dari faktor dosis pupuk organik cair (P) dan faktor jarak tanam (J).

Faktor dosis pupuk organik cair (P) terdiri dari empat taraf sebagai berikut:

P1 = 300 ml/tanaman

P2 = 375 ml/tanaman

P3 = 450 ml/tanaman
2

Faktor jarak tanam (J) terdiri dari tiga taraf sebagai berikut:

J1 = Jarak tanam 50 cm x 30 cm

J2 = Jarak tanam 50 cm x 40 cm

J3 = Jarak tanam 50 cm x 50 cm

Berdasarkan taraf faktor diatas, maka diperoleh kombinasi perlakuan

sebanyak 12 perlakuan. Dari 12 perlakuan masing-masing diulang sebanyak tiga

kali, sehingga diperoleh seluruhnya 36 satuan percobaan. Denah tataletak

percobaan tercantum pada Lampiran 4.

3.4 Pelaksanaan Percobaan

Pelaksanaan percobaan meliputi pengolahan tanah, penanaman,

pemeliharaan (pemupukan, penyulaman, penjarangan tanaman, penyiangan,

pengendalian OPT), menyiraman, detasseling dan panen.

1. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan dua kali, langkah pertama dilakukan 7 hari

sebelum penanaman dengan cara pembersihan gulma yang dapat mengganggu

penyerapan unsur-unsur tanah sehingga tidak terjadi persaingan, selanjutnya

dilakukan pencangkulan dan membuat petakan ukuran 3 m x 1,2 m. Langkah

kedua melakukan penggemburan dengan cara dicangkul, pengolahan tanah

dilakukan 2 hari sebelum penanaman, melakukan penggemburan ulang bersamaan

sebelum penanaman benih jagung.

2. Penanaman

Benih ditanam sebanyak 1 biji per lubang tanam, dengan jarak tanam

sesuai dengan perlakuan. Lubang tanam dibuat dengan cara di tugal sampai

kedalam 5 cm. Banyaknya tanaman tiap petak pada perlakuan jarak tanam 50 x 30
3

adalah 20 tanaman, pada jarak tanam 50 x 40 adalah 15 tanaman dan pada jarak

tanam 50 x 50 adalah 10 tanaman.

3. Aplikasi Urin Sapi

Pengaplikasian urin sapi diberikan empat kali yaitu pada umur 4, 8, 12 dan

16HST diaplikasikan pada pagi hari mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul

10.00 pagi dengan konsentrasinya disesuaikan dengan perlakuan.

4. Pemeliharaan

Tindakan pemeliharaan yang dilakukan antara lain yaitu pemupukan,

penyulaman, penjarangan, penyiangan, dan pembumbunan.

Penyulaman dapat dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar dilakukan

tanaman berumur 21 HST. Cara penyulaman yaitu dengan menanam kembali

tanaman jagung semi yang tidak tumbuh atau yang sudah mati.Penjarangan

tanaman dilakukan untuk mensortir tanaman jagung yang tumbuh tidak baik

dengan cara mencabut dilakukan pada umur 21 HST setelah tanam. Penyiangan

yaitu kegiatan mengendalikan gulma/pengganggu yang ikut tumbuh bersama

tanaman jagung. Penyiangan dilakukan 2-3 kali dalam seminggu yaitu penyiangan

pertama dilakukan pada tanaman jagung semi yang berumur 7 HST.

Pembumbunan dilakukan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak

mudah rebah dan akar sepenuhnya tertutup di dalam tanah. Cara pembumbunan

yaitu tanah bagian atas akar dikumpulkan dari sebelah kanan dan kiri tanaman

bisa dengan menggunakan tangan langsung dan dengan menggunakan cangkul.

Pembumbunan dilakukan 7 HST, selanjutnya dilakukan selang 1 minggu.

Pengendalian OPT dilakukan agar tanaman jagung tidak mengalami gangguan


4

yang akhirnya akan mengganggu hasil produktivitas. Pengendalian dilakukan

dengan cara dicabut, cara biologis dan kimiawi (disemprot).

Aturan penyiraman dilakukan pada tanaman jarak 1 m diatas tanaman ke

tanah, waktu penyiraman setelah masa tanam jagung selesai diberikan setiap hari

dua kali. Dilakukan setiap hari waktu pagi hari atau sore hari jika turun hujan

tidak perlu melakukan penyiraman.

Cara dan waktu dalam pembuangan bunga jantan (detasseling) yang

dilakukan setelah bunga jantan keluar, tetapi belum sempat mekar (sekitar 35 HST

setelah tanam). Caranya adalah batang digoyang perlahan-lahan agar pelepah

daun agak melebar. Selanjutnya tangkai bunga jantan dicabut dengan tangan.

4. Pemanenan

Waktu panen jagung semi diukur tengah tongkol, ketika jagung berumur 54

hari atau munculnya bunga dilakukan dua hari setelah rambut tongkol keluar

(silking) pada pagi atau sore hari. Setelah tongkol keluar, harus dilakukan

pengontrolan agar panen tidak terlambat. Sebab keterlambatan sehari saja bisa

mengurangi kualitas baby corn. Hal ini disebabkan semakin hari tongkol akan

semakin mengeras dan membesar sehingga tidak memenuhi mutu yang disukai

konsumen. Sebaliknya panen tongkol yang lebih awal akan diperoleh baby corn

yang masih terlalu lunak. selain itu cara panen dengan memutar tongkol jagung

untuk memisahkan buah jagung dari tangkainya. Panen dilakuakan setiap 3 hari

sekali sebanyak 3 kali panen pada seluruh petak percobaan.


5

5. Syarat Panen (ciri panen) tongkol

Panen dilakukan pada saat umur 54, yaitu biji telah masak fisiologis dengan

ciri-ciri kelobot sudah kering dan berwarna kuning, biji mengkilap, kering keras

dan tidak membekas bila ditekan dengan kuku, dan muncul bintik hitam (black

layer) pada pangkal biji. Setelah tanaman jagung dipanen kemudian dilakukan

pengamatan

6. Bagan Urine Sapi

Proses Pembuatan pupuk organik cair, dengan tahapan kegiatan sebagai

berikut:

a. Masukkan urine segar, larutan EM4, air, dan molasses ke dalam

drum.

b. Aduk hingga tercampur merata, kemudian tutup rapat dan diamkan

selama satu minggu.


6

c. Pasang label pada drum atau tong yang digunakan untuk mengolah

pupuk organic cair. Laber berfungsi sebagai penanda waktu kapan

pupuk mulai dibuat dan kapan bisa digunakan.

3.5 Pengamatan

Pengamatan terdiri dari dua macam pengamatan, yaitu pengamatan

penunjang dan pengamatan utama. Pengamatan penunjang adalah pengamatan

yang datanya tidak dilakukan uji statistik sedangkan pengamatan utama

memerlukan uji statistik.

1. Pengamatan Penunjang (Munculnya bunga jantan dan bunga betina)

Pengamatan penunjang analisis tanah sebelum percobaan, meliputi analisis

curah hujan selama percobaan, serangan hama dan penyakit, gulma, daya tumbuh,

keadaan tanaman tersebut secara umum dan umur panen. Letak bunga jantan

terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Pada setiap tanaman jagung

terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan

terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat

pada tongkol jagung. Bunga betina ini biasanya disebut tongkol selalu dibungkus

kelopak-kelopak yang jumlahnya sekitar 6-14 helai. Tangkai kepala putik

merupakan rambut atau benang yang terjumbai di ujung tongkol sehingga kepala

putiknya menggantung di luar tongkol. Bunga jantan yang terdapat di ujung

tanaman masak lebih dahulu daripada bunga betina. Jagung memiliki buah matang

berbiji tunggal yang disebut karyopsis. Buah ini gepeng dengan permukaan atas

cembung atau cekung dan dasar runcing. Buah ini terdiri endosperma yang
7

melindungi embrio lapisan aleuron dan jaringan perikarp yang merupakan

jaringan pembungkus

2. Pengamatan Utama

Datanya diuji secara statistik, meliputi variabel-variabel berikut:

a. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan rata-rata tinggi enamtanaman contoh tiap petak

percobaan, yang diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi.

Pengamatan dilakukan pada umur 21, 28dan 35 HST.

b. Jumlah Daun

Merupakan rata-rata jumlah daun dari enamtanaman contoh tiap petak

percobaan. Pengamatan dilakukan pada umur 21, 28 dan 35 HST.

c. Diameter Batang

Merupakan rata-rata diameter batang dari enam tanaman contoh tiap petak

percobaan. Pengukuran dilakukan 10cm dari permukaan tanah dengan

menggunakan jangka sorong. Pengamatan dilakukan pada umur 21, 28 dan 35

HST.

d. Jumlah Tongkol per Tanaman

Jumlah tongkol pertanaman merupakan rata-rata jumlah tongkol pertanaman

dari delapan tanaman contoh tiap perak percobaan. Data ini dapat diperoleh

dengan menghitung jumlah tongkol yang terisi disetiap tanaman.

e. Diameter Tongkol Tanpa Kelobot


8

Merupakan rata-rata diameter tongkol dari delapan tanaman contoh tiap

petak percobaan. Diameter tongkol diukur dari bagian tengah tongkol tanpa

kelobot dengan menggunakan jangka sorong. Pengamatan dilakukan setelah

pemanenan.

f. Panjang Tongkol

Merupakan rata-rata panjang tongkol tanpa berkelobot dari delapan tanaman

contoh tiap percobaan. Pengamatan dilakukan setelah pemanenan.

g. Bobot Tongkol per Tanaman

Bobot tongkol pertanaman merupakan rata-rata bobot tongkol tanpa kelobot

pertanaman dari delapan tanaman contoh tiap perak percobaan. Bobot tongkol per

merupakan rata-rata tongkol tanpa kelobot per petak dari 3x panen.

3.6 Analisis Data Hasil Percobaan

1. Analisis Keragaman
Data hasil percobaan pada pengamatan utama diolah menggunakan uji

statistik dengan model linier, analisis ragam dan analisis lanjut yang dikemukakan

oleh Adji Sastrosupadi (2000) sebagai berikut :

Yijk = µ +Ri +Pj+ Jk + (PJ)jk+ Ɛijk

Keterangan :

Yijk = Hasil pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan ke-j

µ = Nilai rata-rata umum

Ri = Pengaruh ulangan ke-i

Pj = pengaruh perlakuan pupuk organik cair

Jk = Pengaruh jarak tanam urinsapike-j


9

(PJ)jk = Pengaruh antara faktor perlakuan pupuk organic cair ke-j dan faktor

perlakuanjarak tanam sapi ke-k.

Ɛijk = Pengaruh galat percobaan

Berdasarkan model linier di atas, dapat disusun daftar sidik ragam sebagai

berikut:

Tabel 2. Daftar Sidik Ragam


D
Sumber Keragaman JK KT F hitung F 5%
B
4,54
Ulangan (r)
2 ƩYijk.. 2/t-Y.. 2/rt JK (r)/DB(r) KT(r)/KT(G) 3
2,40
Perlakuan (t)
11 ƩYijk.. 2/r-Y.. 2/rt JK (r)/DB(t) KT(t)/KT(G) 3
- Pupuk 3,28
Organik (P) 3 ƩYijk.. 2/rU-Y.. 2/rt JK(P)/DB(P) KT(P)/KT(G) 7
- Jarak tanam 3,28
(J) 2 ƩYijk.. 2/rO-Y.. 2/rt JK(J)/DB(J) KT(J)/KT(G) 7
- Interaksi 2,58
(PJ) 6 JK(t)-JK(O)-JK(U) JK(PJ)/DB(PJ) KT(PJ)/KT(G) 8
Galat (G) 22 JK(T)-JK(r)-JK(t) JK(G)/DB(G)
Total (T) 35 ƩYijk..2-Y..2/rt
Sumber : Adji Sastrosupadi (2000)

Keterangan :

Yi : Total kelompok ulangan ke-j

Yj : Total perlakuan ke-i

Y... : Total umum

Yij : Angka pengamatan perlakuan ke-j dalam kelompok ke-i

Uji pengujian perbedaan antara perlakuan menggunakan uji F, sedangkan

untuk menguji perbedaan nilai rata-rata perlakuan digunakan uji jarak berganda

Duncan pada taraf 5%.Adapun rumusnya dalam Adji Sastrosupadi (2000) sebagai

berikut :
10

LSR (α;dbG) = SSR (α;dbG;p) . Sx

Untuk mencari nilai Sx dihitung dengan cara sebagai berikut :

a. Jika terjadi interaksi :


Sx =

KT Galat
r √
KTGalat

b. Jika tidak terjadi interaksi :


r

i. Untuk pengaruh perlakuan pupuk organik cair (P)


Sx =

KTGalat
rxJ
ii. Untuk pengaruh perlakuan jarak tanam (J)

Sx =
√ KTGalat
rxP

Keterangan :
LSR = Least Significant Ranges
SSR = Studentized Signifikan Ranges
Sx = Standar galat rata-rata
α = Taraf nyata
p = Jarak
dbG = Derajat Bebas Galat
B = Banyaknya perlakuan pupuk organik
U = Banyaknya perlakuan fermentasi Urin Sapi
r = Banyaknya ulangan
KTG = Kuadrat tengah galat

2. Analisis Korelasi antara Komponen Pertumbuhan dan Hasil

Analisis korelasi antara komponen pertumbuhan dan hasil tanaman jagung

semi, yaitu :

1. Tinggi tanaman dengan bobot tongkol.

2. Jumlah daun dengan bobot tongkol


11

3. Diameter batang dengan bobot tongkol

Untuk mengetahui korelasi antara perlakuan dengan komponen

pertumbuhan dan hasil jagung semi, korelasi yang digunakan yaitu dengan

koefisien korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Wijaya (2000)

sebagai berikut:
X
Y
¿∑¿
¿
X
Y
n ∑ Y 2−¿
¿
¿
2
X −¿ ¿
n∑ ¿
¿
√¿
∑ ¿¿
XY −¿ ¿
n∑ ¿
R=¿

H0 : r = 0
Hi : r ≠ 0
Selanjutnya untuk menguji keberartian koefisien korelasi dilakukan uji t

dengan rumus sebagai berikut:


t=r √ n−2
√1−r 2
Kaidah pengujian : terima H0 : Jika : - tα/2(n-2)<t<tα/2(n-2)

Tabel 3. Kategori Koefisien Korelasi (r)


Nilai Koefisien Korelasi Kategori Koefisien Korelasi
|0| Tidak Berkorelasi
|<0,20| Korelasi Sangat Rendah
|0,21 - 0,40| Korelasi Rendah
|0,41 - 0,70| Korelasi Sedang
|0,71 - 0,90| Korelasi Tinggi
|>0,90| Korelasi Sangat Tinggi
Sumber: Wijaya (2000)
12

Keterangan: Batas nilai positif atau negatif (+ atau -) mempunyai kategori yang
sama.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwirman dan Sugiyanta. 2007. Study Potensi Hasil Beberapa Jagung Hibrida
untuk Menghasilkan Jagung Semi (Baby Corn). Abstrak Penelitian.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Adji Sastrosupadi. 2000. Rancangan Percobaan. Praktis Bidang pertanian. Edisi


Revisi. Kanisius. Yogyakarta.

Andjani, T. K., Djoko Koestiono dan Iman Yushendra. 2010. Analisis Pendapatan
Dan Penyerapan Penyerapan Tenaga Keluarga Petani. AGRISE 10 (1) : 65
- 73.

Anonimous. 2007. Laporan Sensus Pertanian Nasional. Badan Pusat


StatistikPusat. Jakarta.

Anonimous. 2009. BudidayaTanamanPangan.   Baby Corn. Posting Agrobisnis


Indonesia. 15 Sepetember 2009. 

Cahyono. 2002. Fisiologi Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman. Grafindo
Persada. Jakarta.

Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2014. Data Statistik Volume Impor Beberapa
Komoditas   Tanaman   Pangan,   2011­2013.   Pusat   Data   dan   Informasi
Pertanian.   DepartemenPertanian.
Dalamhttp://aplikasi.deptan.go.id/eksim2012­2013/impor Komoditi.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2012. Pembuatan Pupuk Organik Cair.

I Nyoman Adijaya dan Putu Sugiarta. 2013. Pengaruh Pemberian Urine Sapi.
Terhadap Prtumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L). Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Univrsitas Andalas Padang.

Jumin. 2005. Jarak Tanam Meningkatkan Produksi Jagung. Penerbit kanisius.


Yogyakarta. 10-15.

Mainting, dan M. Nurdin. 2013. Pengaruh waktu Penyerbukan Terhadap


keberhasilan Pembuahan Jagung Pada Populasi Satp-2 (S2)C6. Jurnal
Agribisnis Kepulauan. 2. Hlm. 94-108

Naswir. 2003.Pemanpaatan Urin Sapi Yang di Fermentasikan Sebagai Nutrisi


Tanaman, http:/wwwtumontou.net/702/07134/2 0htm4.(20Juli2006).
2

Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti.2012. Morfologi
Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung, Balai Penelitian Tanaman
Serealia, Maros.

Nurcholis Alfarisi dan Toyo Manurung. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Urin
Sapi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays
saccharata) dengan Penggunaan EM-4. Jurnal Biosains Vol. 1 No. 3.
Fakultas MIPA. UNIMED.

Paliwal. 2000. Teknik Budidaya dan Pengolahan Persiapan Lahan. Kanisius.


Yogyakarta.
Purwono. 2005. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahmanuddin, A. 2013. Pupuk Organik Cair (POC) NASA. Skripsi. Fakultas


Ilmu-Ilmu Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. [31 Juli
2013]

Schmidt, FH. And J. H. A. Ferguson 1951. Rain Fall Types Based On Wet an Dry
Period Rations for Indonesia With Western New Guinea. Djawatan
Meteorologi dan Geofisik. Varhandelingen No. 42, Jakarta.

Sudjana, A.A., Rifin, dan R. Setiyono. 1998. Tanggapan beberapa varietas jagung
terhadap naiknya tingkat kepadatan tanaman . Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 6:97-100

Suryatna Effendi. 1985. Budidaya Jagung. Agung Ilmu. Bandung.

Syafruddin, Nurhayati, dan Wati, R. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung Manis. Skripsi. Tidak di
Publikasikan. Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo.
Gorontalo 9 Januari 2014.

Taufika, R. 2011. Pengujian Beberapa Dosis Pupuk Organik Cair terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Wortel (Daucus carota L.). Jurnal
Tanaman Hortikultura.

Vasal. S.K 2004. High quality protein corn. In: A. R Halleuer (Ed). Specialty
corn. CRC Press Inc. USA

Wahyunindyawati, F. Kasijadi, dan Abu. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk


Organik “Biogreen Granul” terhadap Pertumbuhan. Journal Basic Science
And Technology 1 : 21-25.

Warjito, A’i Rubiati dan Zainal Abidin 1988. Pengaruh Jarak Tanam dan
Pemetikan Tongkol Utama Terhadap Hasil jagung Semi. Hasil Penelitian
Tanaman Pangan. Balai Penelitian anaman Pangan. Bogor.
3

Widyanti, Yustina E, dan Adisarwanto T. 2002. Meningkatkan Produksi Jagung di


Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wijaya. 2000. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon.

Yodpetch, C. and O. K. Bautista. 1983. Young Cob Corn: Suitable Varieties,


Nutritive Value and Optimum Stage of Maturity. Phil Agr. p: 232 – 244.

Zubachtirodin, M.S. Pabbage dan Subandi. 2007. Wilayah Produksi dan Potensi
Pengembangan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros.
Departemen Pertanian.
4

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung SemiVarietas Bonanza

Asal : East West Seed Thailand


Silsilah : G-126 (F) x G-133 (M)
Golongan varietas : Hibrida silang tunggal
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 220-250 cm
Kekuatan akar pada tanaman dewasa : Kuat
Ketahanan terhadap kerebahan : Tahan
Bentuk penampang batang : Bulat
Diameter batang : 2,0-3,0 cm
Warna batang : Hijau
Ruas pembuahan :5-6 ruas
Bentuk daun : Panjang agak tegak
Ukuran daun : Panjang 85,0-95,0 cm, lebar 8,5 10,0cm
Tepi daun : Rata
Bentuk ujung daun : Lancip
Permukaan daun : Berbulu
Bentuk malai (tassel) : Tegak bersusun
Warna malai (anther) : Putih bening
Warna rambut : Hijau muda
Umur mulai keluar bunga betina : 55-60 hari setelah tanam
Umur panen : 82-84 hari setelah tanam
Bentuk tongkol : silindris
Ukuran tongkol : Panjang 20,0-22,0 cm, diameter 5,3-5,5 cm
Berat per tongkol dengan kelobot : 467-495gram
Berat per tongkol tanpa kelobot : 300-325gram
Jumlah tongkol per tanaman : 1-2 tongkol
Tinggi tongkol dari permukaan tanah : 80-115 cm
Warna kelobot : Hijau
Baris biji : Rapat
Warna biji : Kuning
Tekstur biji : Halus
5

Kadar Gula : Manis


Jumlah baris biji : 13-150brix
Berat 1000 biji : 175-200gram
Daya simpan dengan tongkol pada
suhu kamar (siang 29-310C, malam
25-270 C) : 3-4 hari setelah panen
Hasil tongkol dengan kelobot : 33,0-34,5 ton/ha
Jumlah populasi per hektar : 53.000 tanaman (2 benih per lubang)
Kebutuhan benih perhektar : 9,4-10,6gram
Keterangan : Tumbuh dengan baik 900-1200 mdpl

Lampiran 2. Data Curah Hujan Tahun 2012 – 2016


6

Curah Hujan (mm) Tahun Rata-


Bulan Jumlah
2012 2013 2014 2015 2016 rata
Januari 695 196 360 625 247 2132 426,4

Februari 471 216 565 600 543 2395 479

Maret 530 453 676 560 406 2625 525

April 297 348 351 380 267 1643 328,6

Mei 180 166 189 107 229 871 174,2

Juni 67 4 96 21 71 259 51,8

Juli 21 0 91 89 122 323 64,6

Agustus 87 53 138 113 66 457 91,4


Septembe 86,6
r 9 35 161 198 30 433

Oktober 204 158 213 239 318 1132 226,4

Novemer 365 272 273 256 357 1523 304,6

Desember 496 472 223 97 463 1751 350,2

Jumlah 3422 2373 3336 3285 3119


BB 8 8 10 9 9 44 8,8

BL 2 0 2 2 2 8 1,6

BK 2 4 0 1 1 8 1,6
Sumber: UPTD Dinas Pertanian kec. Cibingbin kab. Kuningan

Keterangan:
Bulan Basah (BB) : Bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm
Bulan Lembab (BL) : Bulan yang curah hujannya antara 60-100 mm
Bulan Kering (BK) : Bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm
7

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pencatatan curah hujan selama

5 tahun terakhir, maka tipe curah hujan di PSDA Kabupaten Kuningan ini dapat

dihitung sebagai berikut:

Jumlah rata−rata bulan kering


Q= x 100
Jumlah rata−rata bulanbasah
1,6
¿ x 100
8,8
¿ 0,19 x 100
¿ 19
Berdasarkan nilai Q Schmidt dan Ferguson (1951) dalam Laode

Sabarudin (2002), menentukan curah hujan sebagai berikut:

Tipe Curah Hujan Nilai Q (%) Kriteria


A 0,0 % ≤ Q < 14,3 % Sangat basah
B 14,3% ≤ Q < 33,3 % Basah
C 33,3% ≤ Q < 60,3 % Agak basah
D 60,3% ≤ Q < 100,0 % Sedang
E 100,0% ≤ Q < 167,0 % Agak kering
F 167,0 % ≤ Q <300,0 % Kering
G 300,0% ≤ Q <700,0 % Sangat Kering
H 700,0 % ≥ Q Ekstrim kering

Jadi, tipe curah hujan di daerah penelitian termasuk dalam tipe curah hujan basah

(B).

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Percobaan


8

No HST Uraian Kegiatan

1 -7 Pengolahan tanah I dan pembuatan petak

2 -2 Pengolahan tanah II dan pemberian pupuk NPK sebagai pupuk dasar

3 0 Penanaman jagung semi, pemupukan I dan pengairan

Penjarangan, penyiangan, pembumbunan dan pengamatan ke I (Tinggi


5 7
tanaman, Jumlah daun dan Diameter batang) dan pemberian pupuk II

9 14 Penjarangan, penyiangan, pembumbunan

10 21 Penyiangan dan pengamatan ke I (Tinggi tanaman dan Jumlah daun)

11 28 Pengamatan ke II (Jumlah daun)

12 35 Detasseling dan pengamatan III (Tinggi tanaman dan Diameter batang)

14 54 Pemanenan I

15 57 Pemanenan II

16 60 Pemanenan III

Lampiran 4. Denah Tata Letak Percobaan


9

P₁J₁ P₂J₂ P₃J₂ U


1

P₃J₃ P₁J₃ P₂J₁ Ulangan I

P₂J₃ P₁J₂ P₃J₁

P₃J₂ P₂J₂ P₂J₁

P₁J₃ P₃J₃ P₁J₂ Ulangan II

P₃J₁ P₂J₃ P₁J₁

P₁J₁ P₂J₂ P₂J₁

P₃J₁ P₂J₃ P₁J₂ Ulangan III

P₁J₃ P₃J₃ P₃J₂

Keterangan :
 Ukuran petak : 3 m x 1,2 m
 Jarak antar petak
: 30 cm
 Jarak antar
ulangan : 60 cm

Anda mungkin juga menyukai