Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


HIPERPARATIROID DAN HIPOPARATIROID
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB
Dosen Pengampu : Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.Pd

Disusun Oleh :

Miftahurrahmah P07220117059

D-III KEPERAWATAN BALIKPAPAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
2019

0
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Balikpapan, 20 september 2019

PENYUSUN

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 1


DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
BAB I ....................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 3
B. Tujuan .......................................................................................................................... 4
C. Sistematika Penulisan .................................................................................................. 5
BAB II...................................................................................................................................... 7
TINJAUAN TEORI ................................................................................................................. 7
A. Pengertian .................................................................................................................... 7
B. Anatomi Fisiologi ........................................................................................................ 8
C. Etiologi......................................................................................................................... 9
D. Patofisiologi ............................................................................................................... 11
E. Patoflowdiagram ........................................................................................................ 13
F. Tanda dan Gejala ....................................................................................................... 14
G. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................. 15
H. Penatalaksanaan Medis .............................................................................................. 16
I. Komplikasi ................................................................................................................. 17
J. Konsep Dasar Keperawatan ....................................................................................... 18
BAB III .................................................................................................................................. 25
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 26

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada


kehidupan sehari-hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon
paratiroid mengalami gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun
penyakit yang disebabkan oleh kelainan hormon paratiroid yakni
hipoparatiroid dan hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid
sendiri secara spesifik belum diketahui, namun penyebab yang biasa
ditemukan yakni hiperplasia paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma
paratiroid. Parathormon yang meningkat menyebabkan resorpsi tulang,
ekskresi ginjal menurun dan absorpsi kalsium oleh usus meningkat. Pada
keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan sekresi kalsium sehingga
manifestasi klinis yang terjadi pada kerusakan pada area tulang dan ginjal.
Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia jarang ditemukan. Kira-kira
100 kasus dalam Setahun yang dapat diketahui, sedangkan di negara maju
seperti Amerika Serikat penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak
ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam setahun.
Pada Wanita mempunyai resiko untuk terkena hipoparatiroidisme
lebih besar dari pria. Prevalensi penyakit hiperparatiroid di Indonesia kurang
lebih 1000 orang tiap tahunnya. Wanita yang berumur 50 tahun keatas
mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria. Di Amerika Serikat
sekitar 100.000 orang diketahui terkena penyakit hiperparatiroid tiap tahun.
Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding 1. Pada wanita yang berumur
60 tahun keatas sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme.
Hiperparatiroidisme primer merupakan salah satu dari 2 penyebab tersering
hiperkalsemia, penyebab yang lain adalah keganasan. Kelainan ini dapat
terjadi pada semua usia tetapi yang tersering adalah pada dekade ke-6 dan
wanita lebih serinbg 3 kali dibandingkan laki-laki. Insidensnya mencapai
1:500-1000. Bila timbul pada anak-anak harus dipikirkan kemungkinan
endokrinopati genetik seperti neoplasia endokrin multipel tipe I dan II.

3
Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH),
senyawa yang membantu memelihara keseimbangan dari kalsium dan
phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu yang terpenting hormon paratiroid
penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh sesorang.
Dengan mengetahui fungsi dan komplikasi yang dapat terjadi pada kelainan
atau gangguan pada kelenjar paratiroid ini maka perawat dianjurkan untuk
lebih peka dan teliti dalam mengumpulkan data pengkajian awal dan
menganalisa suatu respon tubuh pasien terhadap penyakit, sehingga kelainan
pada kelenjar paratiroid tidak semakin berat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien gangguan
kelenjar paratiroid.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami pengertian hiperparatiroid dan
hipoparatiroid
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi hiperparatiroid dan
hipoparatiroid
c. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi hiperparatiroid dan
hipoparatiroid
d. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinik hiperparatiroid dan
hipoparatiroid
e. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnosk hiperparatiroid
dan hipoparatiroid
f. Mahasiswa mampu memahami komplikasi hiperparatiroid dan
hipoparatiroid
g. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan hiperparatiroid dan
hipoparatiroid
h. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan
hiperparatiroid dan hipoparatiroid

4
C. Sistematika Penulisan
D. Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam penyusunan karya
tulis ini, penulis membagi dalam tiga bab, yaitu :
E. BAB I : Pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan.
F. BAB II :Tinjauan teoritis meliputi :
G. Konsep dasar yang terdiri dari : Pengertian, anatomi dan fisiologi,
etiologi, patofisiologi, pathway, tanda dan gejala, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan medis, komplikasi.
H. Konsep dasar keperawatan yang terdiri dari : Pengkajian, Diagnosa
keperawatan, dan Intervensi.
I. BAB III : Penutup yang meliputi : kesimpulan, saran dan daftar
pustaka

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
1. Hiperparatiroid
Hiperparatiroidisme adalah berlebihnya produksi hormon paratiroid
oleh kelenjar paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan
terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium. Hiperparatiroidisme
dibagi menjadi 2, yaitu hiperparatiroidisme primer dan sekunder.
Hiperparatiroidisme primer terjadi dua atau tiga kali lebih sering pada
wanita daripada laki-laki dan pada pasien-pasien yang berusia 60-70
tahun. Sedangkan hiperparatiroidisme sekunder disertai manifestasi yang
sama dengan pasien gagal ginjal kronis. (Brunner & Suddath, 2001).
Hiperparatiroidisme adalah karakter penyakit yang disebabkan
kelebihan sekresi hormone paratiroid, hormon asam amino polipeptida.
Sekresi hormon paratiroid diatur secara langsung oleh konsentrasi cairan
ion kalsium. Efek utama dari hormon paratiroid adalah meningkatkan
konsentrasi cairan kalsium dengan meningkatkan pelepasan kalsium dan
fosfat dari matriks tulang, meningkatkan penyerapan kalsium oleh ginjal,
dan meningkatkan produksi ginjal. (Lawrence Kim, MD,2005, section 2).
Kesimpulannya Hiperparatiroid adalah penyakit yang disebabkan oleh
kelebihan sekresi hormone paratiroid (PTH) yang ditandai dengan
dekasifikasi tulang dan terbentuknya batu ginjal yang mengandung
kalsium.

2. Hipoparatiroid
Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon
paratiroid yang tidak adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan
umumnya sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar
paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang
lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital). Kadang-
kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui.

6
Hipoparatiroid adalah kelainan langka berupa rendahnyan jumlah
hormone paratiroid (parathyroid hormone/PTH) yang dihasilkan di dalam
tubuh. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya level serum fosfor
(hiperfosfatemia) sekaligus turunnya level kalsium (hipokalsemia) dalam
tulang dan darah.

B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus
pharyngeus ketiga dan keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari
sulcus pharyngeus keempat cenderung bersatu dengan kutu batas kelenjar
tiroid yang membentuk kelenjar paratiroid dibagian kranial. Kelenjar
yang berasal dari sulcus pharyngeus ketiga merupakan kelenjar paratiroid
bagian kaudal, yang kadang menyatu dengan kutub bawah tiroid. Akan
tetapi, sering kali posisinya sangat bervariasi. Kelenjar paratiroid bagian
kaudal ini bias dijumpai pada postero lateral kutub bawah kelenjar tiroid,
atau didalam timus, bahkan berada dimedia stinum. Kelenjar paratiroid
kadang kala dijumpai di dalam parenkim kelenjar tiroid. (R.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong, 2004, 695).
Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang
terletak tepat dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior
kelenjar tiroid dan dua di kutub inferiornya. Namun, letak masing-masing
paratiroid dan jumlahnya dapat cukup bervariasi, jaringan paratiroid
kadang-kadang ditemukan di media stinum.
Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3
milimeter, dan tebalnya dua millimeter dan memiliki gambaran
makroskopik lemak coklat kehitaman. Kelenjar paratiroid orang dewasa
terutama mengandung selutama (chief cell) yang mengandung apparatus
Golgi yang mencolok plus reticulum endoplasma dan granula sekretorik
yang mensintesis dan mensekresi hormone paratiroid (PTH).
Seloksifil yang lebih sedikit namun lebih besar mengandung granula
oksifil dan sejumlah besar mitokondria dalam sitoplasmanya Pada
manusia, sebelum pubertas hanya sedikit dijumpai, dan setelah itu jumlah

7
selini meningkat seiring usia, tetapi pada sebagian besar binatang dan
manusia muda, seloksifilini tidak ditemukan. Fungsi seloksifil masih
belum jelas, sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa selutama
yang tidak lagi mensekresi sejumlah hormon.

2. Fisiologi
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid
hormone, PTH) yang bersama-sama dengan Vit D3, dan kalsitonin
mengatur kadar kalsium dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh
kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila kadar kalsium
tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium
pada usus halus, sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat dan
melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga
titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di
ginjal, tulang dan usus. (R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004, 695).

C. Etiologi
a. Hiperparatiroid
1. Primer (sekresi PTH tidak sesuai)
a) Adenoma (tersering> 80 %)
Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh
adenoma tunggal. Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai
kelenjar (contoh berbagai adenoma atau hyperplasia).
b) Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh
paratiroid karsinoma.
c) Hiperplasi
Etiologi dari adenoma dan hyperplasia pada kebanyakan kasus
tidak diketahui. Kasus keluarga dapat terjadi baik sebagai bagian
dari berbagai sindrom endrokin neoplasia, syndrome
hiperparatiroid tumor atau hiperparatiroidisme turunan. Familial
hypocalcuric dan hypercalcemia dan neonatal severe
hyperparathyroidisme juga termasuk kedalam kategori ini.

7
2. Sekunder (sekresi PTH sesuai)
a) Gagal ginjal kronik
b) Malabsorbsi
c) Kelainan gastrointestinal
d) Kelainan hepatobilier
e) Penyebab lain dari hipokalsemi
f) Hiperpospatemia, berperan penting dalam perkembangan
hyperplasia paratiroid yang akhirnya akan meningkatkan produksi
hormon paratiroid.
3. Tersier (sekresi PTH autonom ditambah dengan hiperparatiroid
sekunder terdahulu)
a) Penyebabnya masih belum diketahui. Perubahan mungkin terjadi
pada titik pengatur mekanisme kalsium pada level hiperkalsemik.
b) Hipernefroma
c) Karsino maselskuamuosa paru

b. Hipoparatiroid
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui
secara pasti. Adapun etiologi yang dapat ditemukan pada penyakit
hipoparatiroid, antara lain :
1. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama: Post
operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
2. Hipomagnesemia
3. Sekresi hormone paratiroid yang tidak aktif
4. Resistensi terhadap hormone paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)
Penyebab yang paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada
kelenjar-kelenjar paratiroid, seperti selama operasi kepala dan leher.
Pada kasus-kasus lain, hipoparatiroidisme hadir waktu kelahiran atau
mungkin berhubungan dengan penyakit autoimun yang mempengaruhi
kelenjar-kelenjar paratiroid bersama dengan kelenjar-kelenjar lain dalam
tubuh, seperti kelenjar-kelenjar tiroid, ovari, atau adrenal.
Hipoparatiroidisme adalah sangat jarang. Ini berbeda dari
hiperparatiroidisme, kondisi yang jauh lebih umum dimana tubuh
membuat terlalu banyak PTH.

7
D. Patofisiologi
a. Hiperparatiroid
Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi.
PTH terutama bekerja pada tulang dan ginjal. Dalam tulang, PTH
meningkatkan resorpsi kalsium dari limen tubulus ginjal. Dengan
demikian mengurangi eksresi kalsium dalam urine. PTH juga
meningkatkan bentuk vitamin D3 aktif dalam ginjal, yang selanjutnya
memudahkan pengambilan kalsium dari makanan dalam usus.
( Rumahorbor, Hotma,1999).
Produksi hormon paratiroid yang berlebih disertai dengan gagal
ginjal dapat menyebabkan berbagai macam penyakit tulang, yang sering
terjadi adalah osteitis fibrosa cystica, suatu penyakit meningkatnya
resorpsi tulang karena peningkatan kadar hormon paratiroid. (Lawrence
Kim, MD, 2005, section 5).
Kelebihan jumlah sekresi PTH menyebabkan hiperkalsemia yang
langsung bisa menimbulkan efek pada reseptor di tulang, traktus
intestinal, dan ginjal. Secara fisiologis sekresi PTH dihambat dengan
tingginya ion kalsium serum. Mekanisme ini tidak aktif pada keadaan
adenoma, atau hiperplasia kelenjar, dimana hipersekresi PTH berlangsung
bersamaan dengan hiperkalsemia. Reabsorpsi kalsium dari tulang dan
peningkatan absorpsi dari usus merupakan efek langsung dari
peningkatan PTH.
Pada saat kadar kalsium serum mendekati 12 mg/dL, tubular ginjal
mereabsorpsi kalsium secara berlebihan sehingga terjadi keadaan
hiperkalsiuria. Hal ini dapat meningkatkan insidens nefrolithiasis, yang
mana dapt menimbulkan penurunan kreanini klearens dan gagal ginjal.
Peningkatan kadar kalsium ekstraselular dapat mengendap pada
jaringan halus. Rasa sakit timbul akibat kalsifikasi berbentuk nodul pada
kulit, jaringan subkutis, tendon (kalsifikasi tendonitis), dan kartilago
(khondrokalsinosis). Vitamin D memainkan peranan penting dalam
metabolisme kalsium sebab dibutuhkan oleh PTH untuk bekerja di target
organ.

7
b. Hipoparatiroid
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium
dan fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan
fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5-12,5 mgr%).
Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon
paratiroid karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi.
Operasi yang pertama adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid
dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah untuk
mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya
terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan
dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak
anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh
pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena
sayatan atau terangkat. Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1
% pada operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak adekuatnya produksi
sekresi hormon paratiroid bersifat sementara sesudah operasi kelenjar
tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat dibuat segera
sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda
hipoparatiroidisme tetapi kadar PTH dalam darah normal atau meningkat.
Karena jaringan tidak berespons terhadap hormon, maka penyakit ini
adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk : (1) pada bentuk yang
lebih sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %,
dan PTH tidak dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP
siklik, (2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik normal
tetapi efek fosfaturik hormon terganggu.

7
E. Patoflowdiagram
a. Hiperparatyroid

Nyeri akut
Perfusi perifer
tidak efektif

Intoleransi Gangguan rasa


aktivitas nyaman

konstipasi

7
b. Hipoparatyroid

Risiko
cedera

Intoleransi Pola napas Defisit


aktivitas tidak efektif nutrisi

F. Tanda dan Gejala

a. Hiperparatiroid

Hiperparatiroidisme sering didiagnosis sebelum tanda-tanda atau gejala


dari gangguan jelas. Ketika gejala memang terjadi, itu adalah akibat dari
kerusakan atau disfungsi organ atau jaringan lain akibat kadar kalsium
tinggi yang beredar dalam darah dan urin atau terlalu sedikit kalsium
dalam tulang. Gejala mungkin begitu ringan dan tidak spesifik dan
kadang tidak tampak sama sekali terkait dengan fungsi paratiroid, atau
gejala bias berat. Kisaran tanda dan gejala termasuk :
1) Tulang rentan yang mudah patah (osteoporosis)

7
2) Batu ginjal
3) Buang air kecil yang berlebihan
4) Sakit perut
5) Mudah lelah atau lemah
6) Depresi atau lupa
7) Nyeri tulang dan sendi
8) Sering ada keluhan penyakit tanpa sebab yang jelas
9) Mual, muntah atau hilangnya nafsu makan

b. Hipoparatiroid
Gejala-gejala hipoparatiroidisme mungkin termasuk :
1) Kesemutan di bibir-bibir, jari-jari tangan, dan jari-jari kaki
2) Rambut yang kering, kuku-kuku yang rapuh, kulit yang kering dan
kasar
3) Kejang-kejang dan nyer iotot di muka, tangan-tangan, kaki-kaki
4) Katarak-katarak di mata-mata
5) Malformasi dari gigi-gigi, termasuk pelemahan enamel gigi dan akar-
akar gigi yang terbentuk tidak serasi
6) Kehilangan memori (dayaingat)
7) Sakit kepala
8) Kejang-kejang otot yang parah (juga disebut tetany) dan gangguan-
gangguan hebat

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Hiperparatiroid
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan
TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di
tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
2. Bebas T4 (tiroksin)
3. Bebas T3 (triiodotironin)
4. Kalsium serum meninggi
5. Fosfat serum rendah
6. Fosfatase alkali meninggi
7. Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah
7
8. Rontgen.

b. Hipoparatiroid
1. Elektrokardiografi : ditemukan interval QT yang lebih panjang.
2. Foto Rontgen : sering terlihat klasifikasi bilateral pada ganglion
basalis di tengkorak, kadang-kadang juga serebellum dan pleksus
koroid, densitas tulang normal/bertambah.
3. Laboratorium : Kadar kalsium serum rendah, kadar fosfor anorganik
tinggi, fosfatase alkali normal atau rendah.
4. Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum
yang berkisar dari 5-6 mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi.

H. Penatalaksanaan Medis

a. Hiperparatiroid
1. Kausal : Tindakan bedah, ekstirpasi tumor.
2. Simptomatis: Hiperkalsemia ringan (12 mgr % atau 3 mmol / L) dan
Hidrasi dengan infuse
3. Sodium chloride per os
4. Dosis-dosis kecil diuretika (furosemide) Hiperkalsemia berat (> 15
mgr % atau 3,75 mmol / L)
5. Koreksi (rehidrasi) cepat per infuse
6. Forced diuresis dengan furosemide
7. Plicamycin (mitramcin) 25 ug / kg BB sebagai bolus atau infus
perlahn-lahan (1-2 kali seminggu)
8. Fosfat secara intravena (kalau ada indikasi)
9. Dialysis peritoneal, kalau ada insufisiensi ginjal.

b. Hipoparatiroid
1. Hipoparatiroid akut :
a. Koreksi kalsium secepatnya (calsium glukonas 10 cc IV atau
perinfus), hati-hati karena bisa menyebabkan aritmia dari jantung.
b. Suntikan hormon paratiroid IM (100 – 200 U).

7
c. Pemberian vitamin D2 per oral (100.000 U).
2. Hipoparatiroid kronik
Maksudnya untuk meningkatkan kadar kalsium serum dan
menurunkan kadar fosfor serum secara kontinue. Usaha yang
dilakukan dengan kombinasi diet dan obat-obatan peroral.
a. Diet :
Diet yang banyak mengandung kalsium dan sedikit fosfor.
b. Medikamentosa :
1) Untuk menyukarkan absorbsi fosfor dalam intestinum dapat
digunakan alumunium hidroksida.
2) Suntikan hormon paratiroid dalam jangka lama menyebabkan
reaksi lokal dan pembentukan zat anti, oleh karena itu hormon
paratiroid tidak digunakan untuk hipoparatiroid kronik.
3) Vit D2 (ergocalsiferol) ditambah DHT3(dihydrotachysterol)
kebutuhan tubuh terhadap vitamin D ± 400 IU. Fungsi vitamin
D:
a. Menambah absorbsi kalsium dan fosfor di intestinum.
b. Meningkatkan ekresi fosfor dan menurunkan fosfor serum.
c. Efek langsung terhadap kalsifikasi.

I. Komplikasi

a. Hiperparatiroid
1. peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor
2. Dehidrasi
3. batu ginjal
4. hiperkalsemia
5. Osteoklastik
6. osteitis fibrosa cystica

b. Hipoparatiroid
1. Kalsium serum menurun
2. Fosfat serum meninggi

7
J. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian
A. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.
B. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a) Keluhan Utama
- Sakit kepala, kelemahan, lethargi dan kelelahan otot
- Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia,
obstipasi, dan nyeri lambung yang akan disertai penurunan
berat badan
- Nyeri tulang dan sendi
b) Riwayat Penyakit Sekarang
c) Riwayat Penyakit Dahulu
d) Diantaranya riwayat trauma/ fraktur.
e) Riwayat penyakit keluarga
f) Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu
riwayat keluarga dengan hiperparatiroid
g) Pengkajian psiko-sosio-spiritual
h) Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan
mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.
C. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
a) Breath (B1) :
- Gejala: nafas pendek, dispnea nocturnal paroksimal, batuk
dengan / tanpa sputum kental dan banyak.
- Tanda: takipnea, dispnea, peningkatan frekensi/kedalaman
(pernafasan Kussmaul)
b) Blood (B2)
- Gejala: Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi

7
- Tanda: hipertensi (nadi kuat, edema jaringan, pitting pada
kaki, telapak tangan), disritmia jantung, pucat, kecenderungan
perdarahan.
c) Brain (B3)
- Gejala: penurunan daya ingat, depresi, gangguan tidur, koma.
- Tanda: gangguan status mental, penurunan tingkat kesadaran,
ketidak mampuan konsentrasi, emosional tidak stabil
d) Bladder (B4)
- Gejala: penurunan frekuensi urine, obstruksi traktus urinarius,
gagal fungsi ginjal (gagal tahap lanjut), abdomen
kembung,diare, atau konstipasi.
- Tanda: perubahan warna urine, oliguria, hiperkalsemia, Batu
ginjal biasanya terdiri dari kalsium oksalat atau kalsium fosfat
e) Bowel (B5)
- Gejala: anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan.
- Tanda: distensi abdomen, perubahan turgor kulit, kelainan
lambung dan pankreas(tahap akhir), Ulkus peptikum
f) Bone (B6)
- Gejala: kelelahan ekstremitaas, kelemahan, malaise.
- Tanda: penurunan rentang gerak, kehilangan tonus otot,
kelemahan otot, atrofi otot
g) Integritas ego
- Gejala: faktor stress (finansial, hubungan)
- Tanda: menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung,
perubahan kepribadian.

2. Diagnosa keperawatan
a. Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan
hiperparatiroidisme antara lain :
1.) Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen
2.) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3.) Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
4.) Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah
5.) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

7
b. Diagnosa Keperawatan yang dapat dijumpai pada klien dengan
hipoparatiroid antara lain :
1.) Intoleransi aktivitas b.d imobilitas
2.) Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
3.) Deficit nutrisi b.d ketidak mampuan menelan makanan
4.) Risiko cedera b.d terpapar pathogen

3. Intervensi keperawatan
a. Hiperparatiroid
1) Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen
 identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
 identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi
gastrointestinal
 monitor buang air besar
 monitor tanda dan gejala diare, konstipasi atau impaksi
 berikan air hangat setelah makan
 jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
 sediakan makanan tinggi serat
 Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan
keteraturan peristaltik usus
 anjurkan mencatat warna frekuensi konsistensi volume feses
 anjurkan meningkatkan aktivitas fisik sesuai toleransi
 anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
 anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi
serat dan juga meningkatkan asupan cairan jika tidak ada
kontraindikasi
 kolaborasi pemberian obat supositoria anal Jika perlu

2) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan


 identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
 monitor kelelahan fisik dan emosional

7
 sediakan lingkungan yang aman dan kendali stimulus
 lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 anjurkan tirah baring
 anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 hubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang dan jelaskan strategi coping untuk mengurangi
kelelahan
 kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan

3) Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit


 identifikasi skala nyeri
 identifikasi respon nyeri non verbal
 identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 monitor efek samping Penggunaan analgetik
 Uraikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 fasilitasi istirahat dan tidur
 pertimbangkan jenis dan sumber nilai dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 monitor nyeri secara mandiri
 anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
 kolaborasi pemberian analgetik Jika perlu

4) Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah


 monitor tekanan darah
 monitor tekanan nadi
 identifikasi penyebab perubahan tanda vital
 dokumentasikan hasil pemantauan

7
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

5) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis


 identifikasi skala nyeri
 identifikasi respon nyeri non verbal
 identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 monitor efek samping Penggunaan analgetik
 Uraikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 fasilitasi istirahat dan tidur
 pertimbangkan jenis dan sumber nilai dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 monitor nyeri secara mandiri
 anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
 kolaborasi pemberian analgetik Jika perlu

b. Hipoparatiroid
1) Intoleransi aktivitas b.d imobilitas
 identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
 monitor kelelahan fisik dan emosional
 sediakan lingkungan yang aman dan kendali stimulus
 lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 anjurkan tirah baring
 anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 hubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang dan jelaskan strategi coping untuk mengurangi
kelelahan

7
 kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan

2) Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas


 monitor pola nafas
 posisikan semifowler atau folder
 berikan Minum hangat
 melakukan fisioterapi dada, jika perlu
 berikan oksigen, Jika perlu
 kolaborasi pemberian bronkodilator ekspektoran mukolitik,
Jika perlu

3) Deficit nutrisi b.d ketidak mampuan menelan makanan


 monitor tanda dan gejala aspirasi
 monitor gerakan lidah saat makan
 monitor tanda kelelahan saat makan minum dan menelan
 berikan lingkungan yang nyaman
 jaga privasi pasien menggunakan alat bantu, Jika perlu
 hindari penggunaan sedotan
 posisikan duduk
 berikan permen lolipop untuk meningkatkan kekuatan lidah
 fasilitasi Meletakkan makanan di belakang mulut
 berikan perawatan mulut sesuai kebutuhan
 informasikan manfaat terapi menelan kepada pasien dan
keluarga
 menunjukkan membuka dan menutup mulut saat memberikan
makanan
 anjurkan tidak bicara saat makan
 kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
terapi dalam mengatur program rehabilitasi pasien

4) Risiko cedera b.d terpapar pathogen

7
 identifikasi kebutuhan keselamatan
 monitor Perubahan status keselamatan lingkungan
 hilangkan bahaya keselamatan lingkungan, Jika
memungkinkan
 modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
 sediakan alat bantu keamanan lingkungan
 gunakan perangkat pelindung
 hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas
 fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
 melakukan program skrining bahaya lingkungan
 ajarkan individu keluarga dan kelompok resiko tinggi bahaya
lingkungan

7
BAB III

KESIMPULAN

Hiperparatiroidisme adalah karakter penyakit yang disebabkan kelebihan


sekresi hormone paratiroid, hormon asam amino polipeptida. Salah satu penanganan
pada penderita hiperparatiroidisme yaitu dengan cara pengangkatan jaringan
paratiroid, namun terkadang jaringan yang diangkat terlalu banyak sehingga
menyebabkan hipoparatiroid.

Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang


tidak adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering
disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi
paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid
(secara congenital). Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui. Jadi
kedua penyakit diatas memiliki keterkaitan yang dapat saling mempengaruhi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Edisi 3. Jakarta: EGC

Eso Navy Gyana. 2013. Hiperparatiroid dan hipoparatiroid.

http://esonavy.blogspot.co.id/2013/12/hiperparatiroid-hipoparatiroid.html. diakses 04
Oktober 2016

Ganong.1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Henderson, M.A.1997.Ilmu Bedah untuk Perawat.Terjemahan dari Essential Surgery


for Nurses.Penerjemah: Dr. Andry Hartono.Editor:Dr. Sutantri.Jakarta: Yayasan
Esentia Medica

Kozier, et al.1993. Fundamental of nursing. California: Addison-Wesley Publishing


Company.

Rumahorbor, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Endokrin.Jakarta:EGC.

Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth Ed.8.Jakarta: EGC.

Tim POKJA SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia


Tim POKJA SIKI DPP PPNI.2017.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai