Disusun Oleh :
MIFTAHURRAHMAH
NOER JANNAH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah
ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
C. Tujuan .......................................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
PENUTUP ............................................................................................................. 25
A. Kesimpulan ................................................................................................ 25
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maintenance (merawat, menjaga, memelihara) adalah kombinasi
dari manajemen, keuangan, perekayasaan dan kegiatan lain yang
diterapkan bagi asset fisik untuk mndapatkan biaya siklus hidup ekonomis;
hal yang berhubungan dengan spesifikasi dan rancangan untuk keandalan
serta mampu-peliharaan pabrik, mesin-mesin, peralatan, bangunan,
struktur, dengan instalasinya, pengetesan, pemeliharaan, modifikasi dan
penggantian dan dengan umpan balik untuk rancangan, untuk kerja dan
biaya.
Permasalahan perawatan umumnya didekati dengan model
matematis yang merepresentasikan permasalahan tersebut. Dengan
pendekatan ini diharapkan pengambilan keputusan dalam permasalahan
perawatan akan dapat mengurangi proporsi pertimbangn yang subyektif.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah itu perawatan?
2. Apa faktor yang mempengaruhi perawatan?
3. Apa yang di maksud dengan emergency dan palliative?
3
4. Apa yang di maksud dengan care dan hospital care?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu perawatan
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perawatan
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan emergency dan palliative
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan care dan hospital care
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian perawatan (Maintenance)
Maintenance (merawat, menjaga, memelihara) adalah kombinasi
dari manajemen, keuangan, perekayasaan dan kegiatan lain yang
diterapkan bagi asset fisik untuk mndapatkan biaya siklus hidup ekonomis;
hal yang berhubungan dengan spesifikasi dan rancangan untuk keandalan
serta mampu-peliharaan pabrik, mesin-mesin, peralatan, bangunan,
struktur, dengan instalasinya, pengetesan, pemeliharaan, modifikasi dan
penggantian dan dengan umpan balik untuk rancangan, untuk kerja dan
biaya.
Masalah perawatan mempunyai kaitan erat dengan tindakan
pencegahan dan perbaikan. Tindakan tersebut dapat berupa:
Pemeriksaan (Inspection), yaitu tindakan yang ditunjukkan untuk
sistem atau mesin untuk mengetahui apakah sistem berada pada
kondisi yang diinginkan.
Service, yaitu tindakan yang bertujuan untuk menjaga suatu sistem
atau mesin uang biasanya telah diatur dalam buku petunjuk
pemakain mesin.
Penggantian komponen, yaitu tindakan penggantian komponen-
komponen yang rusak atau tidak memenuhi kondisi yang
diinginkan. Kondisi ini mungkin dilakukan secara mendadak atau
dengan perencanaan pencegahan terlebih dahulu.
Overhaul, yaitu tindakan besar-besaran yang biasanya dilakukan
pada periode tertentu.
5
permasalahan perawatan akan dapat mengurangi proporsi pertimbangn
yang subyektif.
B. Tujuan Perawatan
Tujuan perawatan atau maintenance yang utama adalah sebagai berikut:
Untuk memperpanjang usia kegunaan asset yaitu setiap bagian
dari suatu tempat kerja, bangunan dan isinya
Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang
untuk produksi (atau jasa) dan mendapatkan laba investasi (return
on investment) semaksimum mungkin
Untuk menjamin ketersediaan operasional dari seluruh peralatan
yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu, misalnya
unit cadangan, unit pemadaman, kebakaran dan penyelamatan,
dan lain-lain.
Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana
tersebut
Untuk menjamin kontinuitas dari kualitas.
6
Adalah pekerjaan perbaikan yang harus segera dilakukan karena
terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga. Istilah-istilah yang
umum dalam perawatan:
7
Menguji dan membandingkan terhadap standar yang ditunjuk.
d. Facility Register
Alat pencatat data fasilitas/peralatan, istilah lain bisa juga disebut
inventarisasi peralatan/fasilitas.
e. Maintenance management:
Organisasi perawatan dalam suatu kebijakan yang sudah disetujui
bersama.
f. Maintenance Schedule:
Suatu daftar menyeluruh yang berisi kegiatan perawatan dan
kejadian-kejadian yang menyertainya.
g. Maintenance planning:
Suatu perencanaan yang menetapkan suatu pekerjaan serta metoda,
peralatan, sumber daya manusia dan waktu yang diperlukan untuk
dilakukan dimasa yang akan datang.
h. Overhaul:
Pemeriksaan dan perbaikan secara menyeluruh terhadap suatu
fasilitas atau bagian dari fasilitas sehingga mencapai standar yang
dapat diterima.
i. Test:
Membandingkan keadaan suatu alat/fasilitas terhadap standar yang
dapat diterima.
j. User:
Pemakai peralatan/fasilitas.
k. Owner:
Pemilik peralatan/fasilitas.
l. Vendor:
Seseorang atau perusahaan yang menjual peralatan/perlengkapan,
pabrik-pabrik dan bangunan-bangunan.
m. Efisiensi:
Running Hours /Running Hours + Down Time
n. Trip:
8
Mati sendiri secara otomatis (istilah dalam listrik).
o. Shut-in:
Sengaja dimatikan secara manual (istilah dalam pengeboran
minyak).
p. Shut-down:
Mendadak mati sendiri / sengaja dimatikan.
E. Palliative Care
1. Definisi
9
Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Palliative Care diberikan
sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak
memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan
atau tidak, mutlak Palliative Care harus diberikan kepada penderita itu.
Palliative Care tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih
diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang
berduka. Palliative Care tidak hanya sebatas aspek fisik dari penderita itu
yang ditangani, tetapi juga aspek lain seperti psikologis, sosial dan
spiritual.
10
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Palliative
Care adalah untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang
umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support
kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang
terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
11
Palliative care mulai didefinisikan sebagai subyek kegiatan ditahun
1970 dan dating untuk menjadi sinonim dengan dukungan fisik, sosial,
psikologis, dan spiritual pasien dengan penyakit yang membatasi
hidup, disampaikan oleh tim multidisipliner.
Standar perawatan pertama kali diperkenalkan pada 1997 di
Jepang. Pendidikan palliative care masuk dalam kurikulum sekolah-
sekolah kedokteran dan semua sekolah keperawatan. Dua puluh
layanan yang terkait dengan palliative care tersedia di seluruh negeri.
Tiga belas organisasi yang dibangun di Singapura untuk menyediakan
palliative care. Modul palliative care ditambahkan ke kurikulum
sekolah kedokteran. Pemerintah mulai menerapkan di setiap kabupaten
dan rumah sakit umum untuk memperkenalkan suatu palliative care
pada tahun 1998 di Malaysia. Palliative care dimasukkan ke dalam
rencana kesehatan nasional Mongolia. Modul palliative care termasuk
dalam kurikulum sekolah kedokteran di Mongolia. Sebuah program
pendidikan palliative care telah diterapkan untuk asisten keperawatan
di Selandia Baru. Empat puluh satu pelayanan palliative care ini sudah
tersebar di seluruh negeri dan mulai tahun 2005 palliative care diakui
sebagai spesialisasi medis di Australia.
Sejarah dan perkembangan palliative care di Indonesia bermula
dari adanya perubahan yang terus-menerus setiap rapat kerja untuk
membahas system penanggulangan penyakit kanker pada tahun 1989.
Penanggulangan penyakit kanker ini harus dilaksanakan secara
paripurna dengan mengerjakan berbagai intervensi mulai dari
pencegahan, deteksi dini, terapi, dan perawatan paliatif.
12
care di seluruh Indonesia serta mendorong lajunya pengembangan
palliative care secara kualitas maupun kuantitas.
13
g. Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan
pasien dan keluarganya, termasuk konseling masa duka cita,
jika diindikasikan.
h. Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara
positif memengaruhi perjalanan penyakit.
i. Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk
memperpanjang usia, seperti kemoterapi atau terapi radiasi,
dan mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk lebih
memahami dan mengelola komplikasi klinis yang berat.
14
b. Terapi Paliatif Radiasi
Terapi paliatif radiasi merupakan salah satu metode
pengobatan dengan menggunakan radiasi / sinar untuk mematikan
sel kanker yang akan membantu pencegahan terhadap terjadinya
kekambuhan. Terapi radiasi dapat diberikan melalui dua cara.
Pertama dengan menggunakan cara radiasi eksterna, dan kedua
dengan brakiterapi.
Radiasi eksterna adalah suatu teknik radiasi dimana
sumber radiasi berada di luar tubuh pasien. Radiasi ini
menggunakan suatu mesin yang mengeluarkan radiasi yang
ditujukan kea rah sel kanker. Brakiterapi adalah suatu teknik
radiasi dimana sumber radiasi diletakkan di dalam tubuh pasien
dekat dengan sel kanker tersebut. Peran radioterapi pada palliative
care terutama adalah untuk mengatasi nyeri, yaitu nyeri yang
disebabkan oleh infiltrasi tumor local.
d. Pembedahan
Tindakan pembedahan pada perawatan paliatif bermanfaat
untuk mengurangi nyeri dan menghilangkan gangguan fungsi
15
organ tubuh akibat desakan massa tumor / metastasis. Pada
umumnya pembedahan yang dilakukan adalah bedah ortopedi /
bedah untuk mengatasi obstruksi visceral. Salah satu contoh
tindakan pembedahan pada stadium paliatif adalah fiksasi interna
pada fraktur patologis / fraktur limpeding / tulang panjang.
e. Terapi Musik
Alunan musik dapat mempercepat pemulihan penderita
stroke, demikian hasil riset yang dilakukan di Finlandia. Penderita
stroke yang rajin mendengarkan music setiap hari, menurut hasil
riset itu ternyata mengalami Peningkatan pada ingatan verbalnya
dan memiliki mood yang lebih baik dari pada penderita yang tidak
menikmati musik. Musik memang telah lama digunakan sebagai
salah satu terapi kesehatan, penelitian di Finlandia yang dimuat
dalam Jurnal Brain itu adalah riset pertama yang membuktikan
efeknya pada manusia. Temuan ini adalah bukti pertama bahwa
mendengarkan music pada tahap awal pasca stroke dapat
meningkatkan pemulihan daya kognitif dan mencegah munculnya
perasaan negative.
f. Psikoterapi
g. Hipnoterapi
16
Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi
yang mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah
pikiran, perasaan, dan perilaku. Hipnoterapi bisa bermanfaat dalam
menerapi banyak gangguan psikologis-organis seperti hysteria,
stress, fobia (ketakutan terhadap benda-benda tertentu atau keadaan
tertentu), gangguan kecemasan, depresi, perilaku merokok, dan
lain-lain.
17
Konseling spiritual juga merupakan salah satu dari tim
interdisiplin. Konseling spiritual dapat diberikan kepada penderita
yang tidak memiliki agama sekalipun. Konseling spiritual dapat
membantu meningkatakan iman yan berfungsi sebagai mekanisme
koping bahkan terapi pada penderita yang sedang sekarat. Pendeta,
ustadz, atau pemuka agama lainnya dapat membantu membentuk
ikatan di dalam tim palliative care.
18
b. Sasaran kebijakan pelayanan paliatif
1.) Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga,
lingkungan yang memerlukan perawatan paliatif di mana pun
pasien berada di seluruh Indonesia.
2.) Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga
kesehatan lainnya dan tenaga terkait lainnya.
3.) Institusi-institusi terkait, misalnya:
a.) Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan
kabupaten/kota
b.) Rumah Sakit pemerintah dan swasta
c.) Puskesmas
d.) Rumah perawatan/hospis
e.) Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.
19
8. Aspek Medikolegal Dalam Perawatan Paliatif
a. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif.
1.) Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan
perawatan paliatif melalui komunikasi yang intensif dan
berkesinambungan antara tim perawatan paliatif dengan pasien
dan keluarganya.
2.) Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan
kedokteran pada dasarnya dilakukan sebagaimana telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
3.) Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis)
yang membutuhkan informed consent, tetapi pada perawatan
paliatif sebaiknya setiap tindakan yang berisiko dilakukan
informed consent.
4.) Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan
diutamakan pasien sendiri apabila ia masih kompeten, dengan
saksi anggota keluarga terdekatnya. Waktu yang cukup agar
diberikan kepada pasien untuk berkomunikasi dengan keluarga
terdekatnya. Dalam hal pasien telah tidak kompeten, maka
keluarga terdekatnya melakukannya atas nama pasien.
5.) Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk
memperoleh pesan atau pernyataan pasien pada saat ia sedang
kompeten tentang apa yang harus atau boleh atau tidak boleh
dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya kemudian
menurun (advanced directive). Pesan dapat memuat secara
eksplisit tindakan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan,
atau dapat pula hanya menunjuk seseorang yang nantinya akan
mewakilinya dalam membuat keputusan pada saat ia tidak
kompeten. Pernyataan tersebut dibuat tertulis dan akan
dijadikan panduan utama bagi tim perawatan paliatif. 6) Pada
keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim
perawatan paliatif dapat melakukan tindakan kedokteran yang
20
diperlukan, dan informasi dapat diberikan pada kesempatan
pertama.
21
c. Perawatan pasien paliatif di ICU
1.) Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku sebagaimana
diuraikan di atas.
2.) Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan paliatif
harus mengikuti pedoman penentuan kematian batang otak dan
penghentian peralatan life-supporting.
22
F. Care dan Hospital Safety
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
(2010), berdasarkan kondisi geografis, geologis, hidrologis dan
demografis, Indonesia memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap
terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non-
alam maupun faktor manusia.
Dampak utama bencana seringkali menimbulkan korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
kerusakan non-materi maupun psikologis.Kerusakan yang diakibatkan
bencana merupakan pemicu tidak berfungsinya layanan kesehatan
(Functional Collapse) dan fasilitasnya (Structural Collapse). Maka, rumah
sakit yang dibangun tanpa mempertimbangkan risiko bencana dan
mengabaikan aspek pemeliharaan dapat memperburuk layanan kesehatan
dan fasilitasnya seiring waktu.
Tingkat kerentanan fasilitas kesehatan dapat dikurangi dengan cara
peningkatan kapasitasnya yang salah satunya adalah konsep safe
hospital. Safe hospital adalah fasilitas kesehatan yang dapat tetap ter-akses
dan berfungsi pada kapasitas maksimum, dan dalam infrastruktur yang
sama, selama dan segera setelah terkena hazard. Safe hospital bertujuan
untuk melindungi hidup pasien, pengunjung dan staf, melindungi
inventarisasi berupa perlengkapan dan alat kesehatan dan melindungi
performa fasilitas kesehatan. Maksud strategi rumah sakit yang selamat
dari bencana ini adalah untuk memastikan bahwa rumah sakit tidak hanya
akan tetap berdiri bila ada bencana, tapi juga akan berfungsi secara efektif
tanpa gangguan apapun.
Rumah Sakit memiliki peranan kunci dalam menanggulangi
kegawatdaruratan dan bencana. Selama keadaan darurat atau bencana,
rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya harus tetap selamat, dapat
diakses dan berfungsi pada kapasitas maksimum untuk membantu
menyelamatkan nyawa. Mereka harus terus memberikan layanan penting
seperti medis dan perawatan, laboratorium serta pelayanan kesehatan
23
lainnya. Sebuah rumah sakit yang selamat harus tetap terorganisasi
dengan disaster plan dan tenaga kesehatan terlatih guna menjaga jaringan
operasional.
Di dalam proses disaster management yang direpresentasikan
sebagai model siklus, peningkatan kesiapsiagaan merupakan bagian dari
proses pengelolaan risiko bencana. Dalam peningkatan kesiapsiagaan,
proses mitigasi masuk dalam proses tersebut. Mitigasi adalah serangkaian
upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Mitigasi bertujuan untuk meminimalkan efek bencana. Tindakan-
tindakan yang dilakukan dalam mitigasi ini antara lain pembuatan zona
rawan bencana, manajemen penggunaan lahan, analisis kerentanan dan
edukasi masyarakat.
Dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan rumah sakit menghadapi
bencana/ hazard terdapat sebuah assessment yang dapat digunakan
yaitu Hospital Safety Index. Hospital Safety Index yang dibuat oleh Pan
American Health Organization tahun 2008 ini digunakan untuk mengukur
tingkat keselamatan rumah sakit dalam menghadapi bencana. Formulir ini
berfungsi untuk menilai kemungkinan suatu rumah sakit atau fasilitas
kesehatan tetap beroperasi dalam situasi darurat. Indeks ini dikembangkan
melalui proses dialog para ahli di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia,
pengujian dan revisi selama 2 tahun oleh Pan American Health
Organization’s Disaster Mitigation Advisory Group (DIMAG).
Hospital Safety Index terdiri dari empat bagian yaitu tentang lokasi
geografis fasilitas kesehatan, tentang elemen-elemen keamanan struktur
bangunan, tentang elemen-elemen keamanan non-struktural dan tentang
kapasitas fungsional rumah sakit.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maintenance (merawat, menjaga, memelihara) adalah kombinasi
dari manajemen, keuangan, perekayasaan dan kegiatan lain yang
diterapkan bagi asset fisik untuk mndapatkan biaya siklus hidup
ekonomis; hal yang berhubungan dengan spesifikasi dan rancangan
untuk keandalan serta mampu-peliharaan pabrik, mesin-mesin,
peralatan, bangunan, struktur, dengan instalasinya, pengetesan,
pemeliharaan, modifikasi dan penggantian dan dengan umpan balik
untuk rancangan, untuk kerja dan biaya.
Perawatan paliatif (dari bahasa Latin''palliare,''untuk jubah) adalah
setiap bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi
pada pengurangan keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk
menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari penyakit
itu sendiri atau memberikan menyembuhkan. Tujuannya adalah untuk
mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas
hidup orang menghadapi yang serius, penyakit yang kompleks.
Safe hospital adalah fasilitas kesehatan yang dapat tetap ter-akses
dan berfungsi pada kapasitas maksimum, dan dalam infrastruktur yang
sama, selama dan segera setelah terkena hazard.Safe hospital bertujuan
untuk melindungi hidup pasien, pengunjung dan staf, melindungi
inventarisasi berupa perlengkapan dan alat kesehatan dan melindungi
performa fasilitas kesehatan. Maksud strategi rumah sakit yang selamat
dari bencana ini adalah untuk memastikan bahwa rumah sakit tidak
hanya akan tetap berdiri bila ada bencana, tapi juga akan berfungsi
secara efektif tanpa gangguan apapun.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://srisulistyo-11100110.blogspot.com/2014/06/makala.html?m=1
http://mmr.umy.ac.id/hospital-safety-index-part-1-pentingnya-hospital-safety-
index-dalam-membentuk-safe-hospital-di-negeri-rawan-bencana/
26