Relativitas
1 Fisika Modern
Permasalahan dengan relativitas ini terjadi ketika
diaplikasikan pada cahaya, pada akhir 1800-an, untuk
merambatkan gelombang melalui alam semesta terdapat
substansi yang dikenal dengan eter, yang mempunyai kerangka
acuan(sama seperti pada kereta pada contoh di atas).
Eksperimen Michelson-Morley, bagaimanapun juga telah
gagal untuk mendeteksi gerak bumi relatif terhadap eter, dan
tak ada seorangpun yang bisa menjelaskan fenomena ini. Ada
sesuatu yang salah dalam interpretasi klasik dari relatifitas jika
diaplikasikan pada cahaya, dan kemudian muncullah
pemahaman baru yang lebih matang setelah Einstein datang
untuk menjelaskan fenomena ini.
2 Fisika Modern
1. Relativitas khusus
Pada tahun 1905, Albert Einstein mempublikasikan
makalah yang berjudul, “ The Electrodynamics of Moving
Bodies” atau dalam bahasa indonesianya kurang lebih
demikian,”Elektrodinamika benda bergerak”Annalen Der
Physics. Makalah yang menyajikan teori relativitas khusus
berdasarkan dua postulat utama, yaitu:
Postulat I : hukum fisika dapat dinyatakan dalam persamaan
yang berbentuk sama dalam semua kerangka acuan yang
bergerak dengan kecepatan tetap satu sama lain.
Postulat II : cepat rambat cahaya didalam ruang hampa
kesegala arah adalah sama untuk semua pengamat, tidak
bergantung pada gerak sumber cahaya maupun pengamat.
Relativitas khusus menghasilkan berbagai konsekuensi dari
penggunaan transformasi Lorentz pada kecepatan tinggi
(mendekati kecepatan cahaya). Diantaranya:
a) Dilatasi Waktu
b) Kontraksi Panjang
c) Efek Dopler Raltivistik
d) Momentum Relativistik
e) Energi Kinetik Relativistik
f) Massa Relativistik
3 Fisika Modern
Contoh:
1. Seorang penumpang didalam kereta yang sedang berjalan
dengan keceptan 30 m/s melintasi seorang pria yang berdiri
diperon pada t ′ = t = 0. Dua puluh detik setelah kereta
tersebut melewatinya pria diperon stasiun melihat seekor
burung yang terbang kearah yang sama sepanjang lintasan
kereta pada saat kereta tersebut telah pergi sejauh 800 m seperti
apakah koordinat burung tersebut jika dipandang dari sisi
penumpang kereta.
Jawaban:
(x, y, z, t)
= (800 m, 0, 0, 20 s)
x ′ = x − vt
= 800 − (30)(20)
= 200 m
(x ′ , y′, z′, t′)
= (200 m, 0, 0, 20 s)
2. Mengacu pada soal nomor 1, lima detik setelah membuat
pengukuran koordinat pertama, pria yang berada diperon
menandai bahwa burung tersebut telah pergi sejauh 850 m. dari
data tersebut, carilah kecepatan burung terhadap pria diperon
stasiun dan terhadap penumpang dikereta!
4 Fisika Modern
(x, y, z, t)
= (80 m, 0, 0, 25 s)
x ′ = x − vt
= 850 − (30)(25)
= 100 m
(x ′ , y′, z′, t′)
= (100 m, 0, 0, 25 s)
x2 −x1
ux = t2 −t1
850−800
ux = 25−20
= 10 m/s
x′2 −x′1
ux = t2 −t1
100−200
u′x = 25−20
= −20 m/s
1. Dilatasi Waktu
Dalam mengemukakan teori relativivtas khusus
Einstein menyatakan bahwa waktu pengamat antara pengamat
yang diam dengan pengamat yang bergerak relatif terhadap
kejadian dengan jam yang terhadap kejadian, peristiwa ini
disebut dilatasi waktu/ pemuaian waktu (time dilatation) dalam
persamaan:
5 Fisika Modern
∆𝑡0
∆𝑡 = 2
(1.1)
√1−𝑣2
𝑐
dimana:
Contoh:
Jawab:
∆t0 = 2 detik
∆t = 1 hari = 24 (jam/hari) x 60 (menit/jam) x 60 (jam/detik)
= 86.400 detik
6 Fisika Modern
∆𝑡0
dari persamaan (1): ∆𝑡 = 2
diperoleh:
√1−𝑣2
𝑐
𝑡 1
= 2
𝑡0
√1−𝑣2
𝑐
𝑡 2 1
( 𝑡0 ) = 𝑣2
1− 2
𝑐
𝑡 2 𝑣2
( 𝑡0 ) = 1 − 𝑐 2
𝑣2 𝑡 2
(𝑐 2 )2 = 1 − ( 𝑡0 )
𝑡 2
𝑣 2 = [1 − ( 𝑡0 ) ] 𝑐 2
1⁄
𝑡0 2 2
𝑣 = [1 − ( 𝑡 ) ] 𝑐
1⁄
2𝑠 2 2
𝑣 = [1 − (86.400𝑠) ] 𝑐
𝑣 = 0.99 𝑐
2. Kontraksi Panjang
Pengukuran panjang seperti juga selang waktu
dipengaruhi oleh gerak relative. Panjang 𝑙 benda bergerak
terhadap pengamat kelihatannya lebih pendek 𝑙0 bila diukur
dalam keadaan diam terhadap pengamat kelihatannya lebih
pendek. peristiwa ini disebut kontraksi Lorentz ( pengerutan
Lorentz) kontraksi Lorents dinyatakan dalam persamaan:
7 Fisika Modern
𝑣2
𝑙 = 𝑙 0 √1 − 𝑐 2 (2.1)
dimana:
𝑐 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎
Contoh:
Jawab:
𝑙0 = 10 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑣 = 0.6 𝑐 2
𝑙 = ⋯?
𝑣2
Dari persamaan 2: 𝑙 = 𝑙0 √1 − 𝑐 2 diperoleh:
8 Fisika Modern
𝑣2
𝑙 = 𝑙0 √1 −
𝑐2
(0.6𝑐)2
= 10 √1 −
𝑐2
= 10√1 − 0.36
= 10√0.64
= 10 𝑥 0.8
=8𝑚
3. Massa Relativitas
Menurut teori fisika klasik mekanika Newton bahwa
massa benda konstan, massa benda tidak tergantung pada
kecepatan benda, akan tetapi menurut relativitas Einstein massa
benda adalah relatif yang besarnya dipengaruhi kecepatan
massa benda yang bergerak dengan kecepatan (v) relative
terhadap pengamat menjadi besar daripada ketika benda itu
dalam keadaan diam massa benda yang bergerak dengan
kecepatan (v) secara teori relativivtas dinyatakan:
𝑚0
𝑚= 2
(1.3)
√1−𝑣2
𝑐
9 Fisika Modern
dimana:
𝑚0 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑎𝑚
𝑚 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑣 = 𝑘𝑒𝑐𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡
𝑐 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎
Contoh:
Tentukan berapa kecepatan benda bergerak ketika
massa relativitasnya 25% lebih besar dari massa diamnya.
Jawab:
m = (25+100) % = 125%
m0 = 100 %
𝑚0
dari persamaan 3: 𝑚 = 2
diperoleh:
√1−𝑣2
𝑐
𝑚0
𝑚= 2
√1−𝑣2
𝑐
100
125 = 2
√1−𝑣2
𝑐
𝑣2
125√1 − 𝑐 2 = 100
10 Fisika Modern
2
𝑣2 4 2
(√1 − 𝑐 2 ) = (5)
𝑣2 16
1 − 𝑐 2 = 25
𝑣2 16
= 1 − 25
𝑐2
𝑣2 9
= 25
𝑐2
9
𝑣2 = 𝑐2
25
9
𝑣 = √25 𝑐 2
3
= 5 𝑐 𝑚/𝑠
2. Relativitas umum
Relativitas umum diterbitkan oleh Einstein pada 1916
(disampaikan sebagai satu seri pengajaran di hadapan "Prussian
Academy of Science" 25 November 1915).Akan tetapi, seorang
matematikawan Jerman David Hilbert menulis dan
menyebarluaskan persamaan sejenis sebelum Einstein.Ini tidak
menyebabkan tuduhan pemalsuan oleh Einstein, tetapi
kemungkinan mereka merupakan para pencipta relativitas
umum.Teori relativitas umum menggantikan hukum gravitasi
11 Fisika Modern
Newton. Teori ini menggunakan matematika geometri
diferensial dan tensor untuk menjelaskan gravitasi. Teori ini
memiliki bentuk yang sama bagi seluruh pengamat, baik bagi
pengamat yang bergerak dalam kerangka acuan lembam
ataupun bagi pengamat yang bergerak dalam kerangka acuan
yang dipercepat. Dalam relativitas umum, gravitasi bukan lagi
sebuah gaya (seperti dalam Hukum gravitasi Newton) tetapi
merupakan konsekuensi dari kelengkungan (curvature) ruang-
waktu. Relativitas umum menunjukkan bahwa kelengkungan
ruang-waktu ini terjadi akibat kehadiran massa.
Bergerak dalam diam adalah relatif , hal ini bergantung dari
acuan yang digunakan . jadi segala sesuatu yang diukur tidak
bersifat mutlak (absolut) tetapi relatif.
B. Kerangka acuan Universal
Teori relativitas muncul sebagai hasil analisis
konsekuensi fisis yang tersirat oleh ketiadaan kerangka acuan
universal bergerak dengan kecepatan tetap terhadap kerangka
lainnya.
Teori relativivtas umum diusulkan oleh Einstein
sepuluh tahun kemudian. Pada teori ini dipersoalkan tentang
kerangka yang dipercepat satu terhadap yang lainnya. Seorang
pengamat dalam laboratorium yang terisolasi dapat mendeteksi
percepatan.
12 Fisika Modern
Kerangka acuan atau system koordinat adalah dimana
seorang pengamat melakukan pengamatan terhadap suatu
kejadian. Kerangka acuan inersia adalah suatu kerangka acuan
yang berada dalam keadaan diam atau bergerak terhadap
kerangka acuan lainnya dengan kecepatan terhadap kerangka
acuan lainnya dengan keceatan konstan pada suatu garis lurus.
Bergerak dan diam adalah relativ hal itu bergantung
dari acuan yang digunakan jadi segala sesuatu yang diukur
tidak bersifat mutlak (absolut) tetap relatif.
C. Transformasi Galileo
Transformasi Galileo untuk koordinat dan waktu
𝑂′ 𝑃 = 𝑂𝑃 − 𝑂𝑂′
𝑂𝑃 = 𝑥
𝑂′ 𝑃 = 𝑥′
𝑂𝑂′ = 𝑣𝑡
𝑥 2 = 𝑥 − 𝑣𝑡
𝑦′ = 𝑦
𝑧′ = 𝑧
𝑡′ = 𝑡
Transformasi Galileo untuk kecepatan
13 Fisika Modern
𝑥 ′ = 𝑥 − 𝑣𝑡
𝑑𝑥′ 𝑑𝑥 𝑑
= − 𝑑𝑡 (𝑣𝑡)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑢′ 𝑥 = 𝑢𝑥 − 𝑣
𝑢𝑦′ = 𝑢𝑦
𝑢𝑧′ = 𝑢𝑧
D. Percobaan Michelson-Morley
Alat yang bernama Interferometer michelson
berpendapat bahwa jika eter itu ada di alam semesta, maka
kecepatan eter relatif terhadap bumi, harus sama dengan 3×104
m/s (sama dengan kecepatan mengelilingi matahari).
Interferometer Michelson
14 Fisika Modern
C
L v’
A L B
𝐿 𝐿
tAB = = 𝑐+𝑣
𝑣′
𝐿 𝐿
tBA = = 𝑐−𝑣
𝑣′
𝐿 𝐿
tAB + tBA = 𝑐+𝑣 + 𝑐−𝑣
𝐿(𝐶−𝑣 )+ 𝐿(𝑐+𝑣)
= (𝑐+𝑉)(𝑐−𝑉)
𝐿𝑐−𝐿𝑣+ 𝐿𝑐+𝑙𝑣
= 𝑐 2 −𝑐𝑣+𝑐𝑣−𝑣2
𝐿𝑐+ 𝐿𝑐
= 𝑐 2 −𝑣2
2𝐿𝑐
= 𝑐 2 −𝑣2
2𝐿
= 𝑣2
𝑐(1− 2 )
𝑐
𝐿 𝐿
tAC = 𝑣′ + 𝑣′
𝐿 𝐿
= √𝑐 2 + √𝑐 2
−𝑣 2 −𝑣 2
15 Fisika Modern
2𝐿
= √𝑐 2
−𝑣 2
2𝐿
= 𝑣2
√𝑐 2 (1− 2 )
𝑐
2𝐿
=
𝑣2
𝑐 √1− 2
𝑐
16 Fisika Modern
kecepatan cahaya adalah konstan. Teori relativitas khusus yang
dilontarkan Einstein berkaitan dengan materi dan cahaya yang
bergerak dengan kecepatan sangat tinggi.
Sedangkan, teori relativitas umum menyatakan, setiap
benda bermassa menyebabkan ruang-waktu di sekitarnya
melengkung (efek geodetic wrap). Melalui kedua teori
relativitas itu Einstein menjelaskan bahwa gelombang
elektromagnetis tidak sesuai dengan teori gerakan Newton.
Gelombang elektromagnetis dibuktikan bergerak pada
kecepatan yang konstan, tanpa dipengaruhi gerakan sang
pengamat.
Inti pemikiran kedua teori tersebut menyatakan dua
pengamat yang bergerak relatif terhadap masing-masing akan
mendapatkan waktu dan interval ruang yang berbeda untuk
kejadian yang sama. Meski begitu,isi hukum fisik akan terlihat
sama oleh keduanya. Dengan ditemukannya teori relativitas,
manusia bisa menjelaskan sifat-sifat materi dan struktur alam
semesta.
Benarkah Einstein pencetus teori relativitas pertama Di
Barat? sendiri ada yang meragukan bahwa teori relativitas
pertama kali ditemukan Einstein. Sebab, Ada yang berpendapat
bahwa Teori relativitas pertama kali diungkapkan oleh Galileo
17 Fisika Modern
Galilei dalam karyanya bertajuk Dialogue Concerning the
World's Two Chief Systems pada tahun 1632.
Teori relativitas merupakan revolusi dari ilmu matematika
dan fisika. Sejatinya, 1.100 tahun sebelum Einstein
mencetuskan teori relativitas, ilmuwan Muslim di abad ke-9 M
telah meletakkan dasar-dasar teori relativitas. Adalah saintis
dan filosof legendaris bernama Al-Kindi yang mencetuskan
teori itu.
Sesungguhnya tak mengejutkan jika ilmuwan besar sekali
Al-Kindi telah mencetuskan teori itu pada abad ke-9 M.
Apalagi, ilmuwan kelahiran Kufah tahun 801 M itu pasti sangat
menguasai kitab suci Al-qur’an. Sebab, tak diragukan lagi jika
ayat-ayat Al-qur’an mengandung pengetahuan yang absolut
dan selalu menjadi kunci tabir misteri yang meliputi alam
semesta raya ini.
Aya-ayat Al-qur’an yang begitu menakjubkan inilah yang
mendorong para saintis Muslim di era keemasan mampu
meletakkan dasar-dasar sains modern. Sayangnya, karya-karya
serta pemikiran para saintis Muslim dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi telah ditutup-tutpi dengan cara-
cara yang sangat jahat.
Dalam Al-Falsafa al-Ula, ilmuwan bernama lengkap
Yusuf Ibnu Ishaq Al-Kindi itu telah mengungkapkan dasar-
18 Fisika Modern
dasar teori relativitas. Sayangnya, sangat sedikit umat Islam
yang mengetahuinya. Sehingga, hasil pemikiran yang brilian
dari era kekhalifahan Islam itu seperti tenggelam ditelan
zaman.
Menurut Al-Kindi, fisik bumi dan seluruh fenomena fisik
adalah relatif. Relativitas, kata dia, adalah esensi dari hukum
eksistensi. “Waktu, ruang, gerakan, benda semuanya relatif dan
tak absolut,” cetus Al-Kindi. Namun, ilmuwan Barat seperti
Galileo, Descartes dan Newton menganggap semua fenomena
itu sebagai sesuatu yang absolut.Hanya Einstein yang sepaham
dengan Al-Kindi.
"Waktu hanya eksis dengan gerakan; benda, dengan
gerakan; gerakan, dengan benda,” papar Al-Kindi. Selanjutnya,
Al-Kindi berkata,” ... jika ada gerakan, di sana perlu benda;
jika ada sebuah benda, di sana perlu gerakan.” Pernyataan Al-
Kindi itu menegaskan bahwa seluruh fenomena fisik adalah
relatif satu sama lain. Mereka tak independen dan tak juga
absolut.
Gagasan yang dilontarkan Al-Kindi itu sangat sama dengan
apa yang diungkapkan Einstein dalam teori relativitas umum.
"Sebelum teori relativitas dicetuskan, fisika klasik selalu
menganggap bahwa waktu adalah absolute,” papar Einstein
dalam La Relativite. Menurut Einstein, kenyataannya pendapat
19 Fisika Modern
yang dilontarkan oleh Galileo, Descartes dan Newton itu tak
sesuai dengan definisi waktu yang sebenarnya.
Menurut Al-Kindi, benda, waktu, gerakan dan ruang tak
hanya relatif terhadap satu sama lain, namun juga ke obyek
lainnya dan pengamat yang memantau mereka. Pendapat Al-
Kindi itu sama dengan apa yang diungkapkan Einstein.
Dalam Al-Falsafa al-Ula, Al-Kindi mencontohkan
seseorang yang melihat sebuah obyek yang ukurannya lebih
kecil atau lebih besar menurut pergerakan vertikal antara bumi
dan langit. Jika orang itu naik ke atas langit , dia melihat
pohon-pohon lebih kecil, jika dia bergerak ke bumi, dia
melihat pohon-pohon itu jadi lebih besar.
“Kita tak dapat mengatakan bahwa sesuatu itu kecil atau
besar secara absolut. Tetapi kita dapat mengatakan itu lebih
kecil atau lebih besar dalam hubungan kepada obyek yang
lain,” tutur Al-Kindi. Kesimpulan yang sama diungkapkan
Einsten sekitar 11 abad setelah Al-Kindi wafat.
Menurut Einstein, tak ada hukum yang absolut dalam
pengertian hukum tak terikat pada pengamat. Sebuah hukum,
harus dibuktikan melalui pengukuran. Al-Kindi menyatakan,
seluruh fenomena fisik, seperti manusia menjadi dirinya adalah
relatif dan terbatas.
20 Fisika Modern
Meski setiap individu manusia tak terbatas dalam jumlah
dan keberlangsungan, mereka terbatas; waktu, gerakan, benda,
ruang juga terbatas.Einstein lagi-lagi mengamini pernyataan
Al-Kindi yang dilontarkannya pada abad ke-11 M. "Eksistensi
dunia ini terbatas, meskipun eksistensi tak terbatas,” papar
Einstein.
Dengan teori itu, Al-Kindi tak hanya mencoba menjelaskan
seluruh fenomena fisik.Namun, juga dia membuktikan
eksistensi Tuhan, karena itu adalah konsekuensi logis dari
teorinya. Di akhir hayatnya, Einsten pun mengakui eksistensi
Tuhan. Teori relativitas yang diungkapkan kedua ilmuwan
berbeda zaman itu itu pada dasarnya sama. Hanya saja,
penjelasan Einstein telah dibuktikan dengan sangat teliti.
Bahkan, teori relativitasnya telah digunakan untuk
pengembangan energi, bom atom dan senjata nuklir pemusnah
massal.Sedangkan, Al-Kindi mengungkapkan teorinya itu
untuk membuktikan eksistensi Tuhan dan Keesaannya.
Sayangnya, pemikiran cemerlang sang saintis Muslim tentang
teori relativitas itu itu tak banyak diketahui.
21 Fisika Modern
Bab II
Transformasi Lorentz
A. Transformasi Lorentz
x’ = k (x-vt) (2.1)
22 Fisika Modern
3. Persamaan tersebut dapat direduksi menjadi bentuk persamaan
dari transformasi Galileo x’= x-vt yang dapat dibuktikan
kebenarannya dalam persamaan-persamaan mekanika klasik
Berpijak pada postulat pertama relativitas khusus maka
persamaan fisika harus berbentuk sama dalam kerangka S dan
S’, sehingga kaitan x sebagai fungsi x’ dan t’ dapat dinyatakan
dalam persamaan:
y’ = y (2.3)
z’ = z (2.4)
𝑥 = 𝑘 2 𝑥 − 𝑘𝑣𝑡 + 𝑘𝑣𝑡′
𝑥 − 𝑘 2 𝑥+𝑘 2 𝑣𝑡 = 𝑘𝑣𝑡′
23 Fisika Modern
𝑥−𝑘 2 𝑥+𝑘 2 𝑣𝑡
𝑡′ = 𝑘𝑣
𝑥 𝑘2𝑥 𝑘 2 𝑣𝑡
𝑡 ′ = 𝑘𝑣 − +
𝑘𝑣 𝑘𝑣
𝑥 𝑘𝑥
𝑡 ′ = 𝑘𝑣 − + 𝑘𝑡
𝑣
1 𝑘
𝑡 ′ = 𝑥 (𝑘𝑣 − 𝑣 ) + 𝑘𝑡
1−𝑘 2
𝑡′ = 𝑥 ( ) + 𝑘𝑡
𝑘𝑣
1−𝑘 2
𝑡′ = 𝑥 ( ) + 𝑘𝑡 (2.8)
𝑘𝑣
24 Fisika Modern
Bab III
Benda dengan suhu mutlak lebih tinggi dari 00K (suhu terendah
yang mungkin terealisassi dari dalam fisika) memancarkan
radiasi elektromagnetik yang membawa energy. Spectrum
frekuensi radiasi demikian bersifa kontinu.
25 Fisika Modern
Ket:
𝑃: 𝑑𝑎𝑦𝑎
𝜎: 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝐵𝑙𝑜𝑙𝑡𝑧𝑚𝑎𝑛
𝐴: 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔
𝑇 4 : 𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘
𝑃 = 𝐼𝐴
𝐼𝐴 = 𝜎 𝐴 𝑇 4
(𝐼 = 𝜎 𝑇 4 )
yang pendek
Ket:
𝑚𝑎𝑥 : 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑥
𝐶: 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑊𝑖𝑒𝑛
𝑇: 𝑠𝑢ℎ𝑢
26 Fisika Modern
Kelemahan: tidak mampu menjelaskan panjang gelombang
untuk gelombang panjang
Hukum Rayleigh-Jeans
Pada gelombang yang pendek ( ≈ 0), energy radiasi
menjadi tak berhingga, adanya kesesuaian antara teori dan data
eksperimen yang disebut dengan bencana ultraviolet.
𝐼(,𝑇)=2𝜋𝑐𝑘𝑏𝑇
4
Ket:
𝑐: 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎
𝑘𝑏 : 𝑘o𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑏𝑜𝑙𝑡𝑧𝑚𝑎𝑛
𝑇: 𝑆𝑢ℎ𝑢
: 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
27 Fisika Modern
Ket:
𝐸 = 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖
𝑛 = 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑛𝑡𝑢𝑚 (n=1,2,3....+n)
ℎ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑃𝑙𝑎𝑛𝑘 (6,626 X 10-3 J.S)
𝑓 = 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖
2. Bergantung pada tingkat-tingkat energi untuk setiap keadaan
kuantum.
28 Fisika Modern
Bab IV
Efek Fotolistrik
29 Fisika Modern
Hasil percobaan Einstein
30 Fisika Modern
Bab V
Efek Compton
31 Fisika Modern
Persamaan pergeseran Compton
Misalkan:
𝑃′𝛾𝑥
𝑐𝑜𝑠 𝜃 = = 𝑃′𝛾𝑥 = 𝑃′𝛾 𝑐𝑜𝑠 𝜃
𝑃′𝛾
(5.1)
𝑃′𝑒̅𝑥
𝑐𝑜𝑠 𝜃 = = 𝑃′𝑒̅𝑥 = 𝑃′𝑒̅ 𝑐𝑜𝑠 𝜃
𝑃′𝑒̅
𝑃′𝛾𝑦
𝑠𝑖𝑛 𝜃 =
𝑃′𝛾
= 𝑃′𝛾𝑦 = 𝑃′𝛾 𝑠𝑖𝑛 𝜃 (5.2)
32 Fisika Modern
𝑃′𝑒̅𝑦
𝑠𝑖𝑛 𝜃 = = 𝑃′𝑒̅𝑦 = −𝑃′𝑒̅ 𝑠𝑖𝑛 𝜃
𝑃′𝑒̅
Untuk arah x:
𝑃𝛾 + 𝑃𝑒̅ = 𝑃′𝛾𝑥 + 𝑃′𝑒̅𝑥
33 Fisika Modern
𝑃′𝑒̅ 𝑠𝑖𝑛 𝜃 = 𝑃 ′ 𝛾 𝑠𝑖𝑛 𝜃 (5.6)
Kuadratkan persamaan (5.4) dan (5.6)
(𝑃 ′ 𝑒̅ 𝑐𝑜𝑠 𝜃)2 = (𝑃𝛾 − 𝑃 ′ 𝛾 𝑐𝑜𝑠 𝜃 )2
𝑃′𝑒̅ 2 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 = 𝑃𝛾 2 − 2𝑃𝛾𝑃 ′ 𝛾𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑃′2 𝛾 (5.7)
(𝑃′𝑒̅ 𝑠𝑖𝑛 𝜃)2 = (𝑃 ′ 𝛾 𝑠𝑖𝑛 𝜃 )2
2 2
𝑃 ′𝑒̅ 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 = 𝑃𝛾 2 − 2𝑃𝛾𝑃 ′ 𝛾𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑃 ′ 𝛾𝑐𝑜𝑠 2 𝜃
𝑃′𝑒̅ 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 = 𝑃′𝑒̅ 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 +
2 2
𝑃 ′𝑒̅ (𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃) = 𝑃𝛾 2 − 2𝑃𝛾𝑃 ′ 𝛾𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑃 ′ 𝛾(𝑐𝑜𝑠 2 𝜃+𝑠𝑖𝑛2 𝜃)
𝑐𝑜𝑠 2 𝐴 + 𝑠𝑖𝑛2 𝐴 = 1
Sehimgga:
2 2
𝑃 ′𝑒̅ = 𝑃𝛾 2 − 2𝑃𝛾𝑃 ′ 𝛾𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑃 ′ 𝛾
2 2
𝑃 ′𝑒̅ = 𝑃𝛾 2 + 𝑃 ′ 𝛾 − 2𝑃𝛾𝑃 ′ 𝛾𝑐𝑜𝑠𝜃 (5.9)
34 Fisika Modern
Dimana,
𝐸𝛾 = 𝑃𝛾. 𝑐
𝐸0 = 𝑚𝑒 𝑐 2
𝑃= momentum
𝐸
𝑃= 𝑐
2
[(𝑃𝛾 − 𝑃 ′ 𝛾)𝑐 + 𝑚𝑒 𝑐 2 ]2 = [(𝑃 ′ 𝑒̅ . 𝑐 2 + +𝑚𝑒 2 𝑐 4 )1/2 ]
35 Fisika Modern
(𝑃𝛾 − 𝑃 ′ 𝛾)2 . 𝑐 2 + 2𝑚𝑒 𝑐 3 (𝑃𝛾 − 𝑃 ′ 𝛾) = 𝑃 ′ 𝑒̅ 2 . 𝑐 2
2
𝑃𝛾 2 + 𝑃 ′ 𝛾 − 2𝑃𝛾𝑃 ′ 𝛾𝑐𝑜𝑠𝜃 = (𝑃𝛾 − 𝑃 ′ 𝛾)2 + 2𝑚𝑒 𝑐(𝑃𝛾 − 𝑃 ′ 𝛾)
2
𝑃𝛾 2 + 𝑃 ′ 𝛾 − 2𝑃𝛾𝑃 ′ 𝛾𝑐𝑜𝑠𝜃 = 𝑃𝛾 2 + 𝑃 ′ 𝛾 2 − 2𝑃𝛾𝑃 ′ 𝛾 + 2𝑚𝑒 𝑐(𝑃𝛾 − 𝑃 ′ 𝛾)
1 (𝑃𝛾−𝑃′ 𝛾)
(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃) = (𝑃𝛾−𝑃′
𝑚𝑒 𝑐 𝛾)
𝐸 ℎ𝑓 ℎ
𝑃= = =
𝑐 𝑐
dan
ℎ
𝑃′ =
′
maka
1 1 1
(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃) = −
𝑚𝑒 𝑐 ℎ/′ ℎ/
1 ′
(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃) = −
𝑚𝑒 𝑐 ℎ ℎ
36 Fisika Modern
1 ′ −
(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃) =
𝑚𝑒 𝑐 ℎ
Sehingga diperoleh
ℎ
′ − = (1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃)
𝑚𝑒 𝑐
dengan :
ℎ 6,63𝑥10 −34
′ − = = = 0,02426𝑥10−10 = 0,02426 Angstrom
𝑚𝑒 𝑐 9,1𝑥10−31 .3𝑥108
37 Fisika Modern
Bab VI
Group Gelombang
A. Teori cahaya
Teori pertama menyatakan bahwa cahya adalah
gelombang. Intesitas cahaya I merupakan laju energy transport
persatuan luas penampang ( I a medan listrik E dan medan
magnet B), dengan E=cB. (c adalah kecepatan cahaya)
Kaitan antara intesitas I dengan medan listrik E
memenuhi persamaan (6.1).
𝐼 = 𝜀0 𝑐𝐸̅ 2 (6.1)
38 Fisika Modern
𝐼 𝜀0 𝑐
𝑁 = ℎ𝑣 = 𝐸̅ 2 (6.3)
ℎ𝑣
39 Fisika Modern
dengan c menyatakan kecepatan cahaya dan v adalah kecepatan
zarah.
Group gelombang
Group gelombang tidak perlu memiliki kecepatan yang sama
dengan masing-masing.
Benda bergerak membentuk paket gelombang yang tidak lain
merupakan group gelombang.
Resonansi adalah contoh nyata dari group gelombang.
Group gelombang adalah superposisi dari dua gelombang atau
lebih.
C. Kecepatan fase dan kecepatan group
𝜔
Kecepatan fase: 𝑤 = (6.8)
𝑘
𝑑𝜔
Kecepatan group: 𝑢 = (6.9)
𝑑𝑘
40 Fisika Modern
Frekuensi sudut gelombang de-Brouglie dapat dituliskan:
2𝜋𝑚𝑐 2
𝜔= (6.10)
𝑣2
ℎ√1− 2
𝑐
Bilangan gelombang:
2𝜋
𝑘=
ℎ
=
𝑚𝑣
2𝜋𝑚𝑣
𝑘= ℎ
𝑣2
ℎ√1− 2
𝜔 𝑐 𝑐2
𝑤= = 2𝜋𝑚0 𝑣 = (6.12)
𝑘 𝑣
𝑣2
ℎ√1− 2
𝑐
41 Fisika Modern
−1/2
2𝜋𝑚𝑐 2 2𝜋𝑚𝑐 2 𝑣2
𝜔= = (1 − 𝑐 2 )
𝑣2 ℎ
ℎ√1− 2
𝑐
sehingga:
−3/2
𝑑𝜔 1 2𝜋𝑚𝑐 2 𝑣2 2𝑣
= (− 2) (1 − 𝑐 2 ) (− 𝑐 2 )
𝑑𝑣 ℎ
𝑑𝜔 2𝜋𝑚𝑐 2
= −3/2 (6.14)
𝑑𝑣 𝑣2
ℎ(1− 2 )
𝑐
Sedangkan:
−1/2
2𝜋𝑚𝑐 2 2𝜋𝑚𝑐 2 𝑣2
𝜔= = (1 − 𝑐 2 )
𝑣2 ℎ
ℎ√1− 2
𝑐
𝑑𝑘 2𝜋𝑚 2𝜋𝑚𝑣2
𝑑𝑣
=( −1/2 )+( −3/2 )
𝑣2 𝑣2
ℎ(1− 2 ) ℎ𝑐 2 (1− 2 )
𝑐 𝑐
𝑣2 𝑣2
𝑑𝑘 2𝜋𝑚 (1− 2 ) 2𝜋𝑚 2
𝑐 𝑐
= −1/2 + −3/2
𝑑𝑣 𝑣2 𝑣2 𝑣2
ℎ(1− 2 ) (1− 2 ) ℎ(1− 2 )
𝑐 𝑐 𝑐
𝑑𝑘 2𝜋𝑚
𝑑𝑣
= −3/2 (6.15)
𝑣2
ℎ(1− 2 )
𝑐
42 Fisika Modern
2𝜋𝑚𝑐2
−3/2
𝑑𝜔 𝑣2
ℎ(1− 2 )
𝑑𝜔 𝑑𝑣 𝑐
𝑢= = 𝑑𝑘 = 2𝜋𝑚 (6.16)
𝑑𝑘 −3/2
𝑑𝑣 𝑣2
ℎ(1− 2 )
𝑐
𝑢=𝑣
Group gelombang de-Brouglie berkaitan dengan gerak benda,
dimana kecepatan penjalaran gelombang sama dengan
kecepatan benda.
43 Fisika Modern
Bab VII
Atom Hidrogen
44 Fisika Modern
Tahun Ilmuwan Penemuan
45 Fisika Modern
Tahun Ilmuwan Penemuan
Meneyelididki proses peluruhan spontan
uranium dan thorium yang dikenal sebagai
Marie
1898 radioaktivitas. Bersama dengan suaminya
Sklodowska Curie
Pierre Curie menemukan radiaokativitas pada
polonium dan radium.
Menyelidiki disintegrasi spontan dari unsure-
1900 Soddy unsur radioaktif. Dia juga menemukan konsep
umur paruh.
Mengunakan ide kuanta (satuan diskrit untuk
1900 Max Planck
energi.
Mempostulatkan model atom “saturnian”,
electron berputar di sekitar partikel bermuatan
1903 Nagaoka
psitif dengan lintasan berupa lingkaran pada
bidang datar.
Menemukan bahwa gas inert memiliki
1904 Abegg
konfigurasi electron yang stabil.
Mempublikasikan rumus yang terkenal 𝐸 =
1905 Albert Einstein
𝑚𝑐 2 .
Mengembangkan piranti listrik yang dapat
1906 Hans Geiger
mendeteksi zarah alfa yang dating.
Mengadakan percobaan tetes minyak untuk
1909 R.A. Milikan menentukan 𝑒 = 1,6. 10−19 𝐶 dan massa 𝑚 =
9,11. 10−31 𝑘𝑔 untuk zarah electron.
Menggunakan tabung sinar-x untuk
menentukan muatan inti sebagian besar atom.
1914 H.G.J. Moeseley Nomor atom dari unsure sama dengan jumlah
proton dalam inti. Dia juga menyusun kembali
tabel periodic berdasarkan nomor atom.
46 Fisika Modern
Tahun Ilmuwan Penemuan
Menemukan keberadaan isotop dengan alat
1919 Aston
spektograf massa.
Mengajukan model atom yang dibangun
1922 Niels Bohr
berdasarkan kulit orbital suksesif elektron.
Menemukan sifat dualism gelombang partikel
1923 De-Brouglie
untuk elektron.
1927 Heisenberg Mengajukan prinsip ketidak pastian.
Membangun akselerator linear yang pertama
1929 Cokroft/ Walton kali dan menembaki litium dengan proton
untuk menghasilkan zarah alfa.
Electron dipandang sebagai awan kontinu dan
1930 Schrodinger memperkenalkan mekanika gelombang sebagai
model atom matematis atom.
Mengusulkan antipartikel. Anderson
menemukan antielektron (positron) pada tahun
1930 Paul Dirac
1932 dan Segre/Chamber lain mendeteksi
antiproton tahun 1955.
Menemukan partikel netral yang massanya
1932 James Chandwick
mendekati massa proton yakni neutron.
Mengadakan percobaan yang memverifikasi
bahwa unsur-unsur berat menangkap netron
Lise Metner, dan membentuk produk tak stabil yang
1938
Hans, Strassman selanjutnya mengalami fisi. Pada proses ini
dipancarkan 2 s/d 3 netron yang dapat
menyebabkan reaksi fisi berantai.
47 Fisika Modern
Tahun Ilmuwan Penemuan
1. Gaya sentripetal
𝑚𝑣 2
𝐹𝑠 = 𝑟
48 Fisika Modern
Dimana
1 𝑒2
𝐾 = 2 𝑚𝑣 2 mv2 dan 𝑉 = 4𝜋𝜀
°𝑟
𝑒2
𝐸 = − 8𝜋𝜀 (7.1)
°𝑟
ℎ
= 𝑚𝑣
ℎ
= 𝑒
𝑚( )
√4𝜋𝜀0 𝑚𝑟
ℎ
= 𝑚𝑒 √4𝜋𝜀0 𝑚𝑟
ℎ 4𝜋𝜀0 𝑟
= 𝑒√ (7.2)
𝑚
49 Fisika Modern
Syarat kemantapan orbit electron:
Orbit elektron akan mantap jika kelilling orbit electron
sama dengan kelipatan bilangan bulat panjang gelombang de-
Broglie elektron.
ℎ 4𝜋𝜀0 𝑟
Sunstitusi = 𝑒 √ ke persamaan (7.3) diperoleh:
𝑚
ℎ 4𝜋𝜀0 𝑟
𝑛𝑒√ = 2𝜋𝑟𝑛
𝑚
1 𝑛ℎ 4𝜋𝜀0 𝑟
√𝑟𝑛 = 2𝜋 √
𝑒 𝑚
1 𝑛2 ℎ2 4𝜋𝜀0 𝑟
𝑟𝑛 = 4𝜋2 𝑒2 𝑚
𝑛 2 ℎ 2 𝜀0
𝑟𝑛 = jari-jari orbit dalam atom Bohr (7.4)
𝜋𝑚𝑒 2
𝑟𝑛 = 𝑛2 𝑎0 (7.5)
50 Fisika Modern
Teori klasik radiasi oleh eletron pada orbit lingkaran
Kecepatan elektron orbit dalam atom H adalah:
𝑒
𝑣=
√4𝜋𝜀0 𝑚𝑟
𝑛 2 ℎ 2 𝜀0
Dengan mensubstitusi 𝑟𝑛 = ke persamaan di atas
𝜋𝑚𝑒 2
diperoleh:
𝑒
𝑓=
3
𝑛2 ℎ2 𝜀0
2𝜋√4𝜋𝜀0 𝑚( )
𝜋𝑚𝑒2
𝑒
𝑓=
𝑛6 ℎ6 𝜀 3
2𝜋√4𝜋𝜀0 𝑚 3 3 06
𝜋 𝑚 𝑒
𝑒
𝑓=
𝑛6 ℎ6 𝜀 4
4𝜋√ 2 2 06
𝜋 𝑚 𝑒
𝑒
𝑓= 𝑛 6 ℎ6 𝜀 4
4𝜋( 2 2 03 )
𝜋 𝑚 𝑒
𝑚𝑒 2
𝑓 = 8𝜀 2 ℎ3 (𝑛3 )
0
−𝐸1 2
𝑓= 2 ℎ3
( )
8𝜀0 𝑛3
51 Fisika Modern
Dengan 𝐸1 menyatakan energy atom hydrogen pada
keadaan dasar n=1.
Eksitasi Atom
1 −𝐸𝑖 1 1
= (𝑛2 − 𝑛2 ) (spektrum hidrogen)
𝑐ℎ 𝑓 𝑖
𝑚𝑒 4
𝑅 = 8𝜀2 𝑐ℎ3
0
(9,1.10−31) (1,6.10−19 )4
𝑅 = 8(8,85.10−12 𝐹.𝑚−1 )2 (3.108 )(6,625.10−34 )3
53 Fisika Modern
Spektrum Hidrogen
Pada abad ke-19 banyak eksperimen yang dilakukan
untuk menganalisis spectrum radiasi yang memancar ketika
pengosongan muatan listrik terjadi pada gas atom. Atom yang
paling ringan dan sederhana dalah hidrogen yang terdiri dari
satu nukleus dan 1 elektron. Pada gelombang hidrogen atomik
dinyatakan dalam relasi empiris yaitu formulasi Ryberg.
Tabel 7.1 Deret Spektral
Deret 𝑛𝑓 n Spektrum deret spectral
lyman 1 2, 3, 4 Daerah ultraviolet
Balmer 2 3, 4, 5 Daerah tampak
Paschen 3 4, 5, 6 Daerah inframerah
Bracket 4 5, 6, 7 Daerah inframerah
Pfund 5 6, 7, 8 Daerah inframerah
54 Fisika Modern
tak henti-hentinya dari molekul-molekul gas terhadap dinding-
dinding wadahnya.
Gas yang kita pelajari adalah gas ideal, yaitu gas yang
secara tepat memenuhi hukum-hukum gas. Dalam keadaan
nyata, tidak ada gas yang termasuk gas ideal, tetapi gas-gas
nyata pada tekanan rendah dan suhunya tidak dekat dengan
titik cair gas, cukup akurat memenuhi hukum-hukum gas ideal.
55 Fisika Modern
Gas Ideal
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇 (1)
Dimana :
P = tekanan (atm)
V = volume (liter)
T = suhu (K)
𝑃𝑉
𝑅 = 𝑛𝑇 (2)
56 Fisika Modern
( 1 )( 22,4 )
𝑅= ( 1 )( 273)
𝑙𝑖𝑡
= 0,082 𝑎𝑡𝑚 𝑚𝑜𝑙 𝐾
𝐽
= 8,314 𝑚𝑜𝑙 𝐾
1. Jumlah partikel gas banyak sekali tetapi tidak ada gaya tarik
menarik antar partikel.
2. Semua partikel bergerak dengan acak.
3. Ukuran gas sangat kecil bila dibanding dengan ukuran wadah,
jadi ukuran gas diabaikan.
4. Setiap tumbukan yang terjadi bersifat lenting sempurna.
5. Partikel gas terdistribusi merata pada seluruh ruang dalam
wadah.
6. Partikel gas memenuhi hukum newton tentang gerak
57 Fisika Modern
Ekspansi
Rumus:
1 𝜕𝑉
𝛽= ( )
𝑉 𝜕𝑇 𝑝
Contoh:
𝑎
(𝑃 + ) (𝑉 − 𝑏) = 𝑅𝑇
𝑉2
Tentukan ekspansinya !
Jawab:
𝜕𝑃
𝜕𝑉
= − 𝜕𝑇
𝜕𝑃
𝜕𝑇
𝜕𝑉
𝑅𝑇 𝑎
𝑝 = (𝑉−𝑏)
− 𝑉
𝜕𝑃 𝑅
= (𝑉−𝑏)
𝜕𝑇
𝜕𝑃 𝑅𝑇 2𝑎
= (𝑉−𝑏)2
+
𝜕𝑉 𝑉3
𝑉 3 𝑅𝑇+2𝑎(𝑉−𝑏)2
= 𝑉 3 (𝑉−𝑏)2
𝑉 3 𝑅𝑇−2𝑎(𝑉−𝑏)2
=− 𝑉 3 (𝑉−𝑏)2
58 Fisika Modern
𝑅𝑇 𝑎
𝜕𝑉 −
(𝑉−𝑏) 𝑉
𝜕𝑇
= − 𝑉3 𝑅𝑇−2𝑎(𝑉−𝑏)2
−
𝑉3 (𝑉−𝑏)2
𝑅𝑇 𝑉 3 (𝑉−𝑏)2
= (𝑉−𝑏) −𝑉 3 𝑅𝑇−2𝑎(𝑉−𝑏)2
𝑅𝑉 3 (𝑉−𝑏)
= −𝑉 3 𝑅𝑇−2𝑎(𝑉−𝑏)2
1 𝜕𝑉
𝛽= ( )
𝑉 𝜕𝑇 𝑝
1 𝑅𝑉 3 (𝑉−𝑏)
= 𝑉 −𝑉 3 𝑅𝑇−2𝑎(𝑉−𝑏)2
𝑅𝑉 2 (𝑉−𝑏)
= −𝑉 3 𝑅𝑇−2𝑎(𝑉−𝑏)2
Kompresibilitas
1 𝜕𝑉
Kompresibilitas = - 𝑣 (𝜕𝑃)T
Contoh :
𝑎
Persamaan Van der vaals = (𝑃 + 𝑉 2 ) (𝑉 − 𝑏)=RT
Tentukan : K=..........?
Penye :
1 𝜕𝑉
𝐾 = − 𝑣 (𝜕𝑃) 𝑇
1 𝑎
𝑇 = 𝑅 (𝑃 + 𝑉 2 ) (𝑉 − 𝑏)
𝜕𝑇 1 𝑎
= 𝜕 𝑅 (𝑃 + 𝑉 2 ) (𝑉 − 𝑏)
𝜕𝑉
59 Fisika Modern
1 𝑎 𝑎
= 𝜕 𝑅 (𝑃𝑉 − 𝑃𝑏 + 𝑉 1 − 𝑉 2 𝑏)
1 𝑎 𝑎
= (𝑃 − 𝑉 2 + 2 𝑉 3 𝑏)
𝑅
𝜕𝑇 1 𝑎 𝑎
= 𝜕 𝑅 (𝑃𝑉 − 𝑃𝑏 + 𝑉 1 − 𝑉 2 𝑏)
𝜕𝑃
1
= (𝑉 − 𝑏)
𝑅
1
𝜕𝑉 𝑅 (𝑉−𝑏)
=− 1 𝑎 𝑎
𝜕𝑃 𝑃− 2 +2 3 𝑏
𝑅 𝑉 𝑉
𝜕𝑉 (𝑉−𝑏)
=− 𝑅𝑇 𝑎 𝑎 𝑎
𝜕𝑃 − − +2 3 𝑏
𝑉−𝑏 𝑉2 𝑉2 𝑉
(𝑉−𝑏).(𝑉−𝑏)𝑉 3
= - 𝑉 3 (𝑅𝑇)−2𝑎(𝑉−𝑏)2
(𝑉−𝑏)2 𝑉 3
= - 𝑉 3 (𝑅𝑇)−2𝑎(𝑉−𝑏)2
1 (𝑉−𝑏)2 𝑉 3
𝐾 = − 𝑣 𝑉 3 (𝑅𝑇)−2𝑎(𝑉−𝑏)2
(𝑉−𝑏)2 𝑉 2
= 𝑉 3 (𝑅𝑇)−2𝑎(𝑉−𝑏)2
Kuantisasi Energi
Dimana Ψdinding= 0
2𝐿
𝜆𝑧𝑎𝑟𝑎ℎ = …….(1)
𝑛
60 Fisika Modern
1
E=K=2mv2
(𝑚𝑣)2
K= …….(2)
2𝑚
ℎ ℎ ℎ
λ=𝑝=𝑚𝑣 dimana 𝑚𝑣 = 𝜆 …….(3)
ℎ 2
( ) ℎ2
𝜆
𝐾= = 2𝑚𝜆2 … … . . (4)
2𝑚
ℎ2
𝐾= 2𝐿 2
( )
2𝑚 𝑛
ℎ 2 𝑛2
E= 𝐾 = 8𝑚𝐿2
ℎ2
E1 dimana n=1, maka E= 𝐾 = 8𝑚𝐿2 (groundstate)
En=E1.n2
Contoh soal
Jawaban
Diketahui :
E1= -0,85 eV
En= -13,6 eV
Ditanyakan:
N=……?
Penyelesaian:
En=E1.n2
𝐸𝑛
n2=𝐸1
𝐸𝑛 −13,6
n=√ 𝐸1 = √−0,85 = √16 = 4
62 Fisika Modern
2. Model atom Bohr hanya dapat menjelaskan dengan baik untuk
atom hidrogen, akan tetapi tidak dapat menjelaskan dengan
baik untuk atom-atom berelektron banyak
3. Model atom Bohr hanya dapat menjelaskan tentang terjadinya
efek Zeeman, yaitu terpecahnya spektrum cahaya jika
dilewatkan pada medan magnet yang kuat.
4. Model atom Bohr tidak dapat menjelaskan terjadinya ikatan
kimia yang baik.
63 Fisika Modern
Bab VIII
Zat Padat
Zat Padat :
65 Fisika Modern
Jenis Ikatan pada zat padat :
• ikatan ionik,
• ikatan kovalen,
• ikatan hidrogen,
• ikatan logam.
66 Fisika Modern
Bab IX
Sinar X
Pembangkit sinar X
67 Fisika Modern
Spektrum Sinar X
Ada berbagai cara untuk mengukur panjan gelombang
sinar X. salah satu yang terbaik adalah dengan menggunakan
pemantulan sinar X oleh suatu kisi kristal zat padat. Apabila
konfigurasi atom-atom diketeahui dan jarak antara atom-atom
tersebut juga diketahui maka kisi Kristal tersebut dapat
dipergunakan sebagai analisator panjang gelombang sinar X.
DIFARKSI SINAR X
Difraksi dapat digunakan untuk memastikan stuktur atomik
dari kristal dan mengambarkan tiga dimensi susunan
sesungguhnya atom atom itu. Dimana jarak antar atom
dilambangkan dengan “d”.
𝑛 = 2𝑑 𝑠𝑖𝑛 𝜃
Dimana:
𝑛 = 𝑜𝑟𝑑𝑒
= 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
𝑑 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑎𝑡𝑜𝑚
𝜃 = 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑠𝑖𝑛𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑡𝑎𝑟
68 Fisika Modern
Tiga Dimensi
Dua Dimensi
b a a b
d sin d
69 Fisika Modern
Ketika sinar X melalui kristal, beda lintasan sinar a dan sinar b
yang dipantulkan oleh atom atom kristal NaCl adalah 2 d sin .
Interferensi saling memperkuat kedua sinar pantul itu terjadi
bila beda lintasan sama dengan kelipatan bulat dari panjang
gelombang sinar X.
70 Fisika Modern
Bab X
Transformasi Nuklir
A. Teori
Bentuk reaksi nuklir secara umum dapat
diklasifikasikan ke dalam reaksi fisi dan fusi. Reaksi-reaksi
nuklir tergantung dari jenis nuklidanya, jenis partikel
penembak, dan cara peluruhan dari nuklida yang terbentuk.
Nuklida radioaktif yang mengalami reaksi nuklir dapat
diklasifikasikan ke dalam kelompok nuklir radioaktif alami dan
buatan; nuklida radioaktif ringan dan berat.
Partikel penembak yang menyebabkan reaksi nuklir dapat
berwujud partikel yang bermuatan, partikel yang tidak
bermuatan, partikel berat, dan gelombang elektromagnet.
Cara peluruhan nuklida radioaktif dapat berjalan
secarabertahap dan tidak bertahap; secara berlanjut dan tidak
berlanjut.
71 Fisika Modern
1. Reaksi Fisi
Reaksi fisi adalah suatu reaksi pembelahan nukleus atau
reaksi yang menuju ke arah penurunan massa nukleus. Reaksi
fisi terjadi bila energi potensial coulomb Vc > Qfis; yang mana
Qfis adalah energi yang diperlukan atau diserap oleh sebuah
nuklida untuk membelah nukleus atau menurunkan jumlah
massa nukleusnya. Nuklida-nuklida yang dapat atau mudah
mengalami reaksi fisi adalah nuklida yang memiliki bilangan
hasil komparasi antara jumlah netron dan protonnya tidak sama
dengan satu.
Perbedaan yang cukup besar antara bilangan hasil
komparasi jumlah netron dengan proton dibandingkan dengan
angka satu menyebabkan harga Vc >>> Qfis, sehingga reaksi
fisi semakin mudah terjadi. Hasil reaksi fisi dapat berupa
nuklida yang sama tetapi sifat dari nukleusnya baru atau
nuklida baru yang disertai dengan timbulnya radiasi radioaktif
dan pembebasan sejumlah energi Qfis. Pada umumnya, jenis
radiasi yang menyertai peluruhan massa nuklida radioaktif
yang terdapat di alam adalah radiasi alfa, beta, dan elektro
capture. Nuklida yang mudah ditemukan di alam yang
memiliki hasil komparasi jumlah netron terhadap protonnya
lebih besar dari satu sehingga dapat mengalami reaksi fisi
antara lain isotop U-238, U-235, dan Th-232.
72 Fisika Modern
a. Reaksi Fisi Uranium
Uranium yang ada di alam terdiri dari tiga isotop nuklir
yaitu isotop nuklida U-238 dengan kelimpahan 99,2%, nuklida
U-235 dengan kelimpahan 0,7%, dan nuklida U-236 dengan
kelimpahan 0,1%. Misalnya, nuklida U-238 dapat meluruh
membentuk nuklida Th-234 yang disertai dengan radiasi
partikel He-4 yang memerlukan waktu paruh t1/2 = 4,47 x 109
tahun, dan persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai
berikut:
92U →90Th
238 234
+ 2He4 + Qfis
Seterusnya nuklida Th-234 meluruh membentuk
nuklida U-234 disertai dengan radiasi beta yang memiliki
waktu paruh t1/2 = 241 hari, dan persamaan reaksinya dapat
dituliskan sebagai berikut:
90Th →92U
234 234
+ 2 -1e0 + Qfis
Nuklida U-234 meluruh membentuk nuklida Th-230
disertai dengan radiasi partikel He-4 yang memakai waktu
paruh t1/2 = 8,0 x 104 tahun, dan seterusnya sampai diperoleh
nuklida yang benar-benar stabil.
73 Fisika Modern
b. Reaksi Fisi Thorium
Nuklida thorium yang ditemukan di alam adalah Th-
232 dengan kelimpahan 100%. Nuklida Th-232 ini dapat
meluruh membentuk nuklida Ra-228 yang disertai dengan
radiasi partikel He-4 yang menggunakan waktu paruh t1/2 = 1,4
x 1010 tahun. Nuklida Ra-228 dengan mudah meluruh
membentuk nuklida Ac-228 yang disertai radiasi beta dengan
waktu paruh 5,76 tahun, selanjutnya nuklida Ac-228 meluruh
menghasilkan nuklida Th-228 yang disertai dengan radiasi beta
dalam waktu paruh 6,13 tahun, dan seterusnya sampai
dihasilkan nuklida yang stabil.
2. Reaksi Fusi
Reaksi fusi adalah reaksi penggabungandua nuklida atau
lebih yang menghasilkan nuklida yang sama dengan struktur
nukleus yang baru atau nuklida yang benar-benar baru di
samping sejumlah energi dan radiasi radioaktif. Agar dua
nuklida atau lebih dapat saling berinteraksi, maka nuklida
tersebut harus mampu mengatasi energi coulomb penghalang
yang ada. Energi coulomb yang ada merupakan bentuk energi
tolak menolak yang ditimbulkan oleh nukleon-nukleon yang
bermuatan listrik positif yaitu proton yang ada di dalam dua
nuklida atau lebih yang akan melakukan reaksi fusi.
74 Fisika Modern
Untuk mengatasi energi tolak menolak coulomb, maka
nuklida-nuklida harus menyediakan energi awal yang besar
yang antara lain dalam bentuk energi kinetik. Energi kinetik ini
dapat diperoleh dari hasil pengubahan nergi potensial yang
sebelumnya telah dimiliki, atau dari hasil menyerap sejumlah
energi dari lingkungan. Besarnya energi kinetik yang dapat
digunakan untuk mengatasi energi tolak menolak coulomb
tersebut minimal 0,1 MeV. Apabila energi yang dilepaskan
atau dibebaskan sewaktu reaksi fusi nuklir besarnya jauh lebih
besar dari energi kinetiknya, maka secara akumulatif hasil
reaksi fusi masih disertai dengan pembebasan energi sebesar
Qfus.
Teknik yang digunakan untuk membantu terjadinya reaksi
fusi antara dua nuklida atau lebih adalah dengan memberikan
energi kinetik dengan cara menembakkan partikel nuklida satu
ke nuklida yang lainnya. Misalnya, apabila dua nuklida H-2
saling bertabrakan akan terbentuk nuklida He-4 yang disertai
dengan pembebasan sejumlah energi Qfus. Persamaan reaksi
fusinya dapat dituliskan sebagai berikut:
1H
2
+ 1H2→2He4 + Qfus
Contoh lain adalah reaksi fusi nuklida Be-9 dan He-4 yang
menghasilkan nuklida C-12 yang diikuti oleh radiasi partikel
75 Fisika Modern
netron serta pembebasan sejumlah energi reaksi fusi nuklir
Qfus. Persamaan reaksinya:
4Be
9
+ 2He4→6C12 + 0n1 + Qfus
3. Reaksi Nuklir dengan Ion Berat
Ion berat adalah ion yang bermassa lebih besar dari ion
helium, contohnya ion-ion 3Li7(+3), 4Be9(+4), dan 6C12(+6).
Sebutan ion dalam kimia dimaksudkan untuk menyatakan
keberadaan partikel proton dalam sebuah nukleus.
Ion-ion berat seperti 6C12(+6) seterlah dipercepat lajunya
sampai berenergi 100 MeV bila menembak nuklida yang
sangat berat pun dapat menyebabkan terjadinya reaksi nuklir.
Contoh, apabila yang ditembak dengan ion nukleus C(+6) itu
adalah nuklida Cu-65, maka akan terbentuklah nuklida Br-74
yang disertai pemancaran 3 buah partikel netron dan sejumlah
energi reaksi nuklir, dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
6C
12
+ 29Cu65→35Br74 + 30n1 + Qf
Dengan menggunakan nuklida yang memiliki massa lebih
tinggi dari ion nukleus C(+6) dan setelah diberi energi kinetik
yang cukup besar maka dapat digunakan untuk merubah sifat
nuklida-nuklida yang menjadi sasaran tembak dari non
radioaktif menjadi radioaktif. Pada contoh di atas, nuklida yang
74
bersifat radioaktif adalah nuklida 35Br dan dapat melakukan
proses penangkapan elektron yang berenergi terendah yaitu
76 Fisika Modern
elektron dari orbital K sehingga menurunkan jumlah muatan
nukleusnya sebesar jumlah partikel elektron yang diserap
dalam waktu paruh sekitar 25,3 menit. Persamaan reaksi
penangkapan elektronnya sebagai berikut:
35Br
74
+ -1e0→34Se74 + 2gamma + Qf
4. Reaksi Aktivasi Netron
Radiasi netron dapat dihasilkan melalui proses fisi nuklida
radioaktif yang dilakukan dalam reaktor atom atau generator
Van de Graaf. Radiasi partikel netron tidak bermuatan listrik
dan memiliki daya tembus besar. Radiasi netron yang
dihasilkan dapat dibagi menjadi dua yaitu radiasi netron lambat
dan radiasi netron cepat. Radiasi netron lambat yang juga
disebut dengan netron termal sifatnya mudah ditangkap oleh
nukleus suatu atom dan menghasilkan nukleus atom baru yang
tidak stabil dan radioaktif. Sebaliknya, radiasi netron cepat
lebih sulit ditangkap oleh suatu nuklida. Berdasarkan dari sifat
radiasi netron lambat ini maka radiasi netron lambat dapat
digunakan untuk membuat nuklida radioaktif dari nuklida yang
tidak radioaktif.
5. Peluruhan Partikel Alfa dan Partikel Beta
Peluruhan Partikel Alfa
Nuklida-nuklida radioaktif yang memiliki jumlah massa
yang terlalu besar dan hasil perbandingan antara jumlah netron
77 Fisika Modern
dan protonnya jauh lebih besar dari angka satu, mempunyai
kecenderungan menurunkan jumlah massa dan nilai hasil
komparasi antara jumlah netron dan protonnya dengan cara
memancarkan partikel alfa atau 2He4. Akibat teradiasikannya
partikel alfa maka nuklida radioaktif tersebut dapat
menurunkan jumlah massanya sebesar empat nukleon dalam
satu kali radiasi. Hal ini terjadi karena energi yang diperlukan
untuk memancarkan partikel alfa lebih rendah dibandingkan
dengan memancarkan empat partikel nukleon secara bertahap.
Partikel nukleon berat tersebut dapat berwujud proton dan
netron. Energi peluruhan partikel alfa akan turun dengan
bertambahnya jumlah massa nukleon (A) dan akan naik dengan
bertambahnya jumlah muatan proton (Z).
Pada tahun 1906, Rutherford menunjukkan secara
kualitatif hubungan antara energi radiasi partikel alfa dan
waktu paruh nuklida radioaktif yang memancarkan partikel alfa
tersebut. Bentuk hubungannya adalah semakin besar energi
radiasi partikel alfanya maka semakin pendek waktu paruhnya.
Bila energi radiasi partikel alfa semakin besar maka jarak
tempuh radiasi partikel alfa yang disingkat R tersebut juga
semakin jauh. Hubungan tidak langsung antara waktu paruh
dan jarak tempuh radiasi partikel alfa dinyatakan dengan
persamaan matematis berikut:
78 Fisika Modern
Rounded Rectangle : Log L = a + b Log R
Dimana:
L = tetapan peluruhan nuklida radioaktif peluruh partikel alfa
R = jarak tempuh radiasi partikel alfa
a dan b = tetapan yang harganya tergantung pada jenis deret
radioaktif
Waktu paruh (t1/2) peluruhan partikel alfa dapat ditentukan
dengan penggunaan persamaan berikut:
Partikel alfa yang berenergi rendah dan bermuatan
listrik dapat menembus penghalang potensial Coulomb yang
ukurannya lebih tinggi yang besarnya sekitar 9 MeV. Menurut
teori mekanika kuantum bahwa partikel alfa yang berenergi
lebih rendah masih dapat menerobos potensial penghalang
Coulomb yang ukurannya lebih tinggi dan keluar dari nukleus.
Peristiwa ini dikenal sebagai “Tunneling Effect”.
Kemungkinan terjadinya penembusan energi potensial
penghalang ini menjadi kecil bila jumlah muatan proton (Z)
bertambah, tetapi akan menjadi besar bila jumlah nukleon (A)
bertambah. Dengan kata lain bila hasil komparasi antara
jumlah netron dan proton sangat besar maka kecenderungan
nuklida radioaktif berat meluruhkan partikel alfa sangat besar.
Peluruhan partikel α selalu disertai pemancaran radiasi.
79 Fisika Modern
Peluruhan Partikel Beta
Nuklida-nuklida berat yang mempunyai nomor massa
(A) ganjil dalam menuju ke keadaan stabil cenderung
meluruhkan satu partikel beta, tetapi untuk nomor massa (A)
genap lebih cenderung meluruhkan dua atau tiga partikel
betanya. Untuk menuju ke keadaan nuklida yang stabil dapat
dilakukan satu dari tiga tipe peluruhan partikel beta, yaitu
peluruhan partikel beta yang bermuatan negatif, peluruhan beta
yang bermuatan positif, dan penangkapan elektron. Suatu
nuklida mempunyai nomor massa (A) yang netronnya lebih
banyak daripada protonnya, sehingga ada kecenderungan
mengubah netronnya. Misalnya, satu netron (0n1) diubah
menjadi satu proton (+1p1), satu partikel beta (-1e0) dan satu anti
neutrino (-1v). Akibat dari contoh proses ini, nomor nuklida (Z)
akan bertambah dengan satu angka dan jumlah netron akan
berkurang satu angka, dan nomor massa nuklida (A) tetap.
Proses ini disebut proses peluruhan beta.
Apabila suatu nuklida berat yang bernomor massa (A)
memiliki jumlah proton yang tidak jauh berbeda dengan
netronnya, akan ada kecenderungan untuk mengubah
protonnya. Sebagai contoh, bila yang diubah adalah satu proton
menjadi netron dan satu partikel beta yang bermuatan positif
(+1e0), satu massa neutrino yang bermuatan positif (+1v) dan
80 Fisika Modern
satu netron. Akibat dari peristiwa ini yaitu nomor nuklidanya
akan turun satu angka, jumlah netronnya bertambah satu angka,
dan nomor massanya tetap. Proses peluruhan partikel beta yang
bermuatan positif disebut proses peluruhan positron. Dampak
dari peluruhan partikel positron atau beta positif ini akan
diikuti oleh proses anhilasi atau penghilangan energi sebesar
1,02 MeV yang ekuivalen dengan dua kuanta radiasi gama. Ini
terjadi karena partikel positron yang meluruh dari nuklida akan
berinteraksi dan saling menetralkan dengan elektron yang
mengorbit di luar nukleus.
Arah meluruhnya partikel beta yang bermuatan negatif
dapat menuju ke nukleus dan berinteraksi dengan nukleon yang
bermuatan positif atau proton. Dampak terjadinya interaksi
antara satu proton dengan satu elektron adalah jumlah netron
akan bertambah satu, jumlah proton berkurang satu, dan
disertai pembebasan energi sebesar Eo. Besarnya energi Eo
dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
Rounded Rectangle : Eo = E netron - E proton – e
yang mana E = mc2. Elektron yang mudah memasuki nukleus
adalah elektron yang menempati orbital terdekat dengan
nukleus yaitu elektron dari orbital K. Kekosongan elektron dari
orbital K akan segera diisi oleh elektron yang berasal dari
orbital diatasnya, misalnya oleh elektron dari orbital L.
81 Fisika Modern
Perpindahan elektron dari orbital yang berenergi tinggi ke
orbital yang berenergi rendah akan disertai dengan pembebasan
sejumlah energi yang berwujud radiasi X.
Suatu nuklida berat lebih cenderung meluruhkan
partikel beta daripada partikel proton dan netronnya. Ini
disebabkan karena energi yang diperlukan untuk meluruhkan
satu proton atau satu netron jauh lebih besar dibandingkan
dengan meluruhkan satu partikel beta. Apabila nuklida berat
meluruhkan satu partikel proton atau netron diperlukan energi
sekitar 5 MeV s.d 8 MeV, dan bila meluruhkan satu partikel
beta hanya diperlukan energi sebesar 0,51 MeV.
6. Transisi Radiasi Gama
Dalam peluruhan partikel alfa dan beta oleh nuklida
radioaktif banyak menghasilkan nuklida-nuklida jenis baru
yang ternyata masih dalam keadaan tereksitasi. Pengembalian
keadaan tereksitasi ke keadaan tak tereksitasi atau ke keadaan
tereksitasi dengan energi yang lebih rendah dapatdilakukan
dengan tanpa mengubah jumlah proton (Z) dan nomor massa
nuklida (A), dengan cara memancarkan radiasi gelombang
elektromagnet. Radiasi gelombang elektromagnet ini
merupakan radiasi gamma. Peristiwa radiasi gamma ini tidak
saja menyertai peristiwa peluruhan partikel alfa dan beta, tetapi
82 Fisika Modern
hampir selalu menyertai semua bentuk peluruhan yang terjadi
pada nuklida-nuklida radioaktif.
83 Fisika Modern
Daftar Pustaka
84 Fisika Modern