Makalah-Jantung-Koroner Neneng Fiks
Makalah-Jantung-Koroner Neneng Fiks
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya lah kami dapat
menyusun serta dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa juga kami haturkan
untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta pengikut beliau dari dahulu, sekarang, hingga hari akhir.
Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada dosen pengasuh mata kuliah Gizi Kerja,
Ibu Dwi Santy, yang telah memberikan bimbingan serta pengajaran kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya
dalam menyelesaikan makalah ini, tetapi, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Karena itu, mohon kritik serta saran, yang kiranya dapat membangun, sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang lebih baik lagi. kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi seluruh pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar isi ii
BAB I Pendahuluan 1
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 3
C. Tujuan 3
BAB II Pembahasan 4
A. Pengertian Penyakit Jantung Koroner 4
B. Etiologi Penyakit Jantung Koroner 3
C. Penyebab Penyakit Jantung Koroner 6
D. Gejala Penyakit Jantung Koroner 14
E. Penanggulangan Penyakit Jantung Koroner 18
F. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner 27
G. Penyakit Jantung Koroner Pada Pekerja 30
BAB III Penutup 41
A. Kesimpulan 41
B. Saran 41
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian dan kesakitan pada
manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti pengaturan makanan (diet),
menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan, diabetes dan hipertensi, penyakit jantung
koroner ini tetap menjadi masalah utama kesehatan. Masalah utama pada penyakit jantung koroner
adalah aterosklerosis koroner. Merupakan penyakit progresif yang terjadi secara bertahap yaitu
penebalan dinding arteri koroner. Aterosklerosis koroner dianggap sebagai proses pasif karena
sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada dinding arteri (Yuet Wai Kan, 2010).
Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara maju dan dapat
juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan duina (WHO) telah mengemukakan
fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari
oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden PJK mencapai nol maka dapat meningkatkan
harapan hidup 3 sampai 9% (Shivaramakrishna. 2000).
Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang belum mendapat perhatian
mengenai besarnya resiko seseorang, ketidakmampuan, hilangnya pekerjaan, dan pada saat masuk
rumah sakit. Pada dekade sekarang sejak konferensi klinis terakhir oleh New York Heart Association
atau asosiasi kesehatan New York menyatakan subjek ini, dari sejumlah loka karya telah mengeluarkan
informasi baru yang penting mengenai penyakit ini, cara pencegahan dan kontrol. Hal ini dinyatakan
dalam besarnya perubahan yang jelas secara klinis dari PJK dan banyaknya faktor yang mungkin
relevan, besarnya jumlah pasien yang ikut, kelompok yang akan termasuk dalam semua kasus PJK yang
timbul pada populasi umum dengan karakteristik jelas.
Penyakit jantung yang dipengaruhi oleh tingginya kadar kolesterol, banyak terjadi pada individu
dengan kelas ekonomi menengah ke atas. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan makanan yang
menjadi faktor penting penentu kadar kolesterol individu. Gaya hidup masyarakat kerja, dewasa ini
lebih cenderung mengejar halhal yang bersifat praktis, termasuk di dalamnya jenis makanan yang
dikonsumsi. Makanan cepat saji (fast food) atau yang juga dikenal sebagai makanan sampah (junk
food) menjadi pilihan bagi individu yang mengutamakan kecepatan pelayanan karena waktu menjadi
sangat berharga di dunia kerja. Namun di sisi lain, makanan ini sebenarnya tidak memiliki kandungan
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan yang tinggi. Nystrom (2008) dalam penelitiannya di
Perancis mengatakan, responden yang makan dua kali sehari di McDonalds, Burger King atau restoran
cepat saji lain selama 4 minggu, 2 kali sehari, mengalami peningkatan berat badan hingga 15% dan
peningkatan kadar enzim alanine aminotrasnferase (ALT) hingga 10 kali.
Aktivitas fisik yang sedikit dan makanan cepat saji menjadi bagian dari kehidupan pekerja kantor
dewasa ini. Hal ini disebabkan oleh beratnya tuntutan pekerjaan sehingga tidak ada kesempatan untuk
berolah raga dan merujuk kepada perilaku hidup yang instan, misalnya makanan. Gaya hidup yang
demikian akan menyebabkan terjadinya penumpukan karbohidrat dan kolesterol di dalam tubuh, yang
kemudian dapat menyebabkan dislipidemia yang merupakan faktor risiko terjadinya PJK.
Di sisi lain, pekerja kasar umumnya memiliki aktivitas fisik yang berat namun tidak diimbangi
dengan makanan dengan kandungan gizi yang cukup. Keterbatasan ekonomi pada pekerja kasar
membuat mereka jarang memakan makanan hewani seperti daging dan ikan, makanan cepat saji, atau
makananmakanan lain yang cenderung berkolesterol tinggi. Walaupun demikian, dewasa ini PJK
bukan hanya menjadi penyakit bagi golongan ekonomi menengah ke atas, namun juga sering terjadi
pada masyarakat ekonomi bawah.
Diduga hal ini terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung minyak tak
jenuh dan trans yang bisa terdapat pada minyak goreng kualitas rendah atau minyak goreng bekas
(American Heart Association, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit jantung koroner
2. Untuk mengetahui Etiologipenyakit jantung koroner
3. Untuk mengetahui penyebab penyakit jantung koroner
4. Untuk mengetahui gejala penyakit jantung koroner
5. Untuk mengetahui penanggulangan penyakit jantung koroner
6. Untuk mengetahui pencegahan penyakit jantung koroner
7. Untuk mengetahui penyakit jantung koroner pada pekerja
C. Tujuan
Untuk mengetahui penyakit jantung koroner pada pekerja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh
koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darahke aorta ke jaringan yang melindungi rongga-
rongga jantung (Yenrina, Krisnatuti, 1999).
Penyakit jantung koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan
atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini dapat menghentikan
aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina, Krisnatuti, 1999).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada pembuluh
koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darahke aorta ke jaringan yang melindungi rongga-
rongga jantung (Kartohoesodo, 1982).
jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang ruang terletak rongga dada, di
bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri stemum (Elizabeth J.Corwin, 2009, 441).
2. Infark miokardium
Terlepasnya plak arteriosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian tersangkut di bagian hilir
sehingga menyumbat aliran darah ke seluruh miokardium yang di perdarahi oleh pembuluh tersebut.
Infark miokardium juga dapat terjadi jika lesi trombosit yang melekat di arteri menjadi cukup besar
untuk menyumbat total aliran ke bagian hilir, atau jika suatu ruang jantung mengalami hipertrofi berat
sehingga kebutuhan oksigen tidak dapat terpenuhi. (Elizabet J. Corwin, 2009,
Faktor risiko
Sebagaimana orang berbadan tinggi lebih mudah terantuk ambang pintu daripada orang
pendek, begitupun orang dengan satu atau lebih faktor risiko lebih mudah terkena serangan
jantung, meski kemungkinannya lebih besar.
Faktor risiko untuk penyakit jantung dapat dibagi dalam dua bagian, yang kami
sebut “dapat diubah” dan “yang tak dapat diubah” (lihat tabel hlm.29). Kemungkinan terkena
PJK akan semakin besar jika faktor risikonya lebih banyak.
Tidak semua faktor risiko sama beratnya. Beberapa faktor, seperti
merokok, bisa memiliki efek yang lebih besar untuk menimbulkan PJK.
Jadi, misalnya, seorang perokok dengan tingkat kolesterol tinggi
dan tekanan darah tinggi mempunyai risiko lebih tinggi daripada orang yang tidak mempunya
i faktor – faktor tersebut.
Jadi, tingkat kolestrol yangtinggi pada seseorang tanpa faktor risiko lain berarti
bahwa risiko itu akan meningkat hanya sedikit di atas rata-rata.
Hal ini mungkin tak perlu terlalu dikhawatirkan, dokter Anda bisa memberi nasehat
yang diperlukan.
1. Usia dan Gender
Penyakit jantung, sebagaimana penyakit lain, semakin meningkat seiring pertambahan usia.
Di Inggris, misalnya, separuh dari jumlah serangan jantung terjadi pada mereka yang berusia di
atas 65 tahun, dan jumlahnya bertambah sesuai rata – rata pertambahan usia.
Hal yang mencolok pada PJK adalah dibawah usia 55 tahun, jumlah pria yang
terkena PJK lebih banyak daripada wanita. Penyebabnya, sebelum menopause (berhenti haid
pada
wanita), sangat jarang wanita yang terkena serangan jantung. Setelah menopause, jumlah wan
ita yang terkena PJK meningkat, dan diatas 75 tahun , jumlah wanita dan
pria yang terkena penyakit ini kira – kira sebanding.
Penyebab yang tepat wanita jarang terkena PJK sebelum menopause belum
diketahui secara pasti, namun tampaknya berhubungan dengan hormon yang tidak produksi l
agi setelah haid berhenti. Terapi pengganti hormon (TPH) yang
banyak dilakukan kaum wanita ternyata dapat mencegah terjadinya serangan jantung.
Karena itu, beberapa dokter merekomendasikan TPH ini.
2. Riwayat Keluarga
Dokter biasanya akan menanyakan tentang riwayat keluarga Anda jika ada
anggota keluarga dekat(orang tua, kakak, adik, atau anak) terkena
PJK. Jika ayah Anda kena serangan jantung sebelum usia 60 tahun atau ibu terkena sebelum 65
tahun, Anda berisiko tinggi terkena PJK.
Namun, jika orang tua Anda hidup sampai usia ketika serangan jantung biasanya terjadi,
hal ini tidak mengkhawtirkan. Hal sama juga berlaku untuk kakak dan adik.
Walaupun dalam suatu keluarga besar, ternyata ada salah seorang terkena serangan jantung,
mungkin hanya suatu kebetulan saja.
Namun jika orang tua anda hidup sampai usia ketika serangan jantung biasanya terjadi,
hal ini tidak mengkhawtirkan. Hal sama juga berlaku untuk kakak dan adik.
Walaupun dalam suatu keluarga besar, ternyata ada salah seorang terkena serangan jantung,
mungkin hanya suatu kebetulan saja.
Bagaimana PJk bisa menurun dalam
keluarga? Sebagian jawabnya bergantung pada gen yang diwarisi dari orang
tua yang membuat kita mudah terkena kolestrol tinggi, tekanan darah tinggi atau diabetes.
Selain itu kesamaan gaya hidup keluarga juga menentukan, misalnya makan makanan yang
sama dank jika orang tua merokok, anak biasanya juga merokok.
Jika keluarga Anda cenderung terkena penyakit jantung, sebaiknya lakukan pemeriksaan
ke dokter untuk memastikan bahwa Anda tidak mengidap kolestrol tinggi, tekanan darah
tinggi, atau gangguan kesehatan lain yang harus segera diobati untuk menghindari risiko tinggi.
a. Mengemudi
Biasanya anda tidak dianjurkan untuk mengemudikan mobil satu bulan setelah terkena serangan
jantung. Hal ini terutama berlaku bagi para pengemudi. Oleh karena itu bicarakanlah hal ini dengan
dokter anda.
b. Kegiatan seks
Setelah terkena serangan jantung, biasanya orang takut melakukan kegiatan seks. Mula-mula anda
mungkin kurang berminat, namun wajar untuk melakukannya kembali setelah 3-4 minggu jika anda
menginginkannya. Hindari sikap terlalu menggebu sampai anda benar-benar pulih, yang biasanya
makan waktu sekitar 6-8 minggu. Beberapa jenis obat yang anda makan mungkin akan mengurangi
nafsu seks, dan jika anda merasa hal ini menjadi masalah, bicarakanlah dengan dokter anda.
c. Bekerja
Orang yang terkena serangan jantung biasanya dapat kembali bekerja setelah 2-3 bulan . bagi mereka
yang bekerja tanpa mengeluarkan banyak tenaga, delapan minggu cuti sudah cukup. Untuk pekerja
yang memerlukan banyak tenaga diperlukan waktu lebih lama, serta tambahan kegiatan fisik dalam
program pelatihan untuk memulihkan tenaga kembali.
d. Berlibur
Selama 2-3 bulan pertama setelah terkena serangan jantung, dianjurkan tidak bepergian ke luar negeri
dulu. Anda bolrh pergi kemana pun bila telah pulih kembali. Jika anda ragu, bicarakanlah dengan
dokter. Bila anda masih dalam pengobatan, usahan untuk membawa obat-obatan yang cukup sampai
anda kembali, dan bawalah selalu bersama anda.
e. Cemas dan depresi
Setiap orang pasti merasa cemas setelah terkena serangan jantung, meskipun dokter, perawat, dan
keluarga telah member nasihat positif, banyak penderita masih tetap merasa cemas. Anda cemas jika
terkena serangan jantung lagi, dan semua itu berlanjut. Perasaan ini memang wajar dan dapat
dipahami. Serangan jantung bias merupakan tamparan kuat bagi kepercayaan diri anda, terutama jika
anda belum pernah mengalami keluhan sakit apa pun sebelumnya sehingga mudah menjadi depresi.
Mengenali masalahnya
Depresi boleh dikatakan penyakit yang sama parahnya dengan sakit jantung, yang juga dapat
disembuhkan. Anda terkena depresi bila ada gejala-gejala seperti berikut:
1. Merasa sedih dan mudah menangis.
2. Hilang semangat atau minat dalam bekerja dan hobi.
3. Kehilangat minat dalam seks.
4. Rasa percaya diri rendah.
5. Terlalu memperhatikan kesehatan diri.
6. Konsentrasi lemah.
7. Tidur sering terganggu, sulit tidur, atau bangun terlalu pagi.
8. Selalu merasa lelah.
Pada keadaan depresi, tingkat kimiawi yang meneruskan sinyal ke otak biasanya rendah dan
pengobatan dengan obat-obatan antidepresi bias membuatnya normal kembali. Obat-obatan ini tidak
menyebabkan ketagihan, berbeda dengan obat penenang, dan anda bias menghentikannya bila sudah
merasa tidak tertekan lagi. Umunya obat ini dimunum selama 3-6 bulan.
Dalam minggu-minggu pertama setelah serangan jantung, begitu banyak hal yang terjadi dan
perlu dipikirkan sehingga depresi tidak begitu kentara. Namun, bila semuanya telah normal kembali,
anda mungkin punya banyak waktu untuk mencemaskan masa depan, dan inilah saat berbagi masalah
bias timbul.
Reaksi yang paling umum adalah mudah marah meskipun pada orang yang biasanya tenang.
Pasangan mereka sering mengeluh “ dimarahi habis-habisan” karena kesalahan kecil saja . Masalah ini
biasanya akan reda jika orang itu mulai bekerja kembali, meskipun ada juga orang yang “mudah marah
“ untuk waktu yang lebih lama.
Hal yang penting dalam mengatasi rasa cemas dan depresi adalah menyadari bahwa hal ini
adalah wajar dan dapat diatasi. Berbagi rasa dengan orang yang pernah mangalami hal ini, atau
berkonsultasi dengan kelompok yang biasanya ada dibagian rehab jantung, akan banyak membantu.
Jika anda mengalami masalah dengan berbagai gejala depresi, jangan biarkan hal itu berlarut-larut,
tetapi bicarakanlah dengan dokter anda.
3. Menjaga Kesehatan Jantung
Ada dua jenis factor yang beresiko, yakni factor yang tak dapat dikontrol, dan yang bisa anda
pengaruhi. Penyakit lain, khususnya diabetes dan hipertensi (tekanan darah tinggi), bisa meningkatkan
resiko terjadinya PJK, namun resiko ini akan berkurang jika kondisinya terkontrol baik disertai
pengobatan yang cocok.
1. Menurunkan Kolesterol
Lipid adalah istilah umum yang digunakan dokter untuk menyebut bahan menyerupai lemak
dalam darah. Kolesterol merupakan penyebab utama, namun ada jenis lain yang disebut trigliserid
yang juga berperan dalam PJK.
Kolesterol mempunyai reputasi buruk sebagai penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah
meskipun juga mempunyai beberapa fungsi penting bagi tubuh, dan setiap orang membutuhkannya.
Zat ini di produksi dalam hati dan digunakan dalam selaput sel tubuh untuk membuat empedu dan
hormone. Jadi, meskipun anda telah menghindari kolesterol dalam makanan, zat ini akan selalu ada
dalam darah.
Jika Anda memeriksakan kolesterol dalam darah, laboratorium biasanya juga akan mengukur
jenis lemak lainnya. Tingkat kolesterol dijumlahkan dari dua macam unsur, yakni LDL ( low-density
lipoprotein) dan HDL (high-density lipoprotein). LDL adalah kolesterol “jahat”, yang bila tingkatnya
tinggi akan memnempel pada dinding pembuluh nadi dan menimbulkan ateroma. Seitar dua per tiga
dari kolesterol dalam darah adalah LDL, dan inilah yang dimaksudkan dokter bila dikatakan tingkat
kolesterol Anda tinggi.
Sebaliknya, HDL adalah kolesterol “baik” dan semakin tinggi tingkatnya, semakin kecil
kemungkinan Anda terkena serangan jantung. Kaum wanita biasanya mempunyai tingkat HDL yang
lebih tinggi daripada laik-laki, namun perbedaan ini biasanya menghilang setelah menopause.
Trigliserid adalah jenis lemak ketiga dalam pemeriksaan darah. Trigliserid kebanyakan dibuat dari
lemak yang ada dalam sel-sel lemak tubuh. Bila zat ini dilepaskan, tubuh akan mendapatkan energi
yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari. Meski trigliserid tidak terdapat dalam timbunan lemak
pada dinding pembuluh nadi, namun jika tingkatnya tinggi, yang merupakan akibat dari apa yang
mereka makan, dan sebagian karena faktor genetik. Dengan diet yang cermat, tingkat lipid atau
kolesterol bisa turun hingga 10-20 persen, namun jika ingin menurunkan lebih dari itu, biasanya
diperlukan obat-obatan.
Dokter Anda mungkin memberikan lebih dari satu jenis obat untuk menurunkan tingkat lipid
karena cara kejanya memang berlainan. Bisanya Anda juga diberi petunjuk cara menurunkan
kolesterol dengan makanan agar pengobatan Anda benar-benar berhasil.
4. Statin
Perubahan besar dalam pengobatan terhadap kolesterol dalam lima tahun terakhir ini adalah
berkat jenis obat-obatan ini yang mampu menghambat produksi kolesteorl di hati. Statin mampu
menurunkan kolesterol hingga 20-30 persen dengan hanya sedikit efek samping.
Beberapa penyelidikan penting telah dilakukan terhadap ribuan pasien di Eropa, Australia, dan
Amerika. Hailnya menunjukkan bahwa penurunana kolesrterol diikuti oleh menurunnya 20-30 persen
resiko terkena serangan jantung. Jenis obat-obatan statin yang paling banyak digunakan adalah
amvastatin dan pravastatin, namun masih banyak lagi yang diproduksi.
Obat-obatan ini biasanya diminum sekali sehari setelah makan hanya dengan sedikit efek
samping. Kadang-kadang timbul radang pada otot tangan dan kaki, serta nyeri yang rasnya seperti flu.
Hal ini terjadi pada minggu-minggu pertama setelah memulai pengobatan dan harus segera
dilaporkan ke dokter. Keluhan itu segera akan hilang setelah Anda berhenti makan obat.
Jika Anda tdak ada keluhan terhadap obat-obatan ini dalam minggu-minggu pertama setelah
meminimnya, biasanya Anda tidak akan mendapat masalah untuk selanjutnya.
5. Fibrat
Bagi beberapa orang, khususnya penderita diabetes, masalah lipid mungkin tidak sebanyak
dengan kolesterol serta trigliserid karena mereka bisa menggunakan kelompok obat lain yang disebut
fibrat. Sebagaimana statin, obat-obatan ini hanya sedikit efek sampingnya dan diminum makan. Dalam
minggu-minggu pertama setelah ada keluhan nyeri pada otot, namun selain itu hampir tidak ada
keluhan lain. Fibrat dapat menurunkan tingkat kolesterol hingga 10-15 persen dan mengurangi resiko
terkena PJK.
6. Resin
Resin menurunkan tingkat kolesterol dengan cara mengikat kolesterol dalam usus dan
mempengaruhi penyerapannya dalam tubuh. Obat ini berupa bubuk, biasanya dicampurkan dalam
sari buah, diminun satu atau dua kali sehari. Karena tidak diserap oleh tubuh, tidak ada efek samping
bagi jaringan tubuh, namun bisa menyebabkan perut kembung dan sendawa, atau sembelit pada
beberapa orang.
Resin juga dapat mencegah terulangnya serangan jantung, meskipun kurang ampuh
dibandingkan dengan statin dan hanya mengurangi resiko 10-15 persen.
7. Memperbaiki Makanan
Mengubah jenis makanan yang biasa Anda makan tidaklah mudah, namun penting untuk
mengurangi resiko terulangnya serangan jantung. Caranya sangat sederhana.
Makan makanan sehat bukan berarti Anda harus berpantang semua makanan yang Anda
sukai hanya makan sayuran mentah. Kebanyakan orang makan terlalu banyak lemak, khususnya yang
berasal dari hewan atau susu. Menguranginya adalah bonus yang sehat untuk seluruh keluarga Anda.
Kurangilah makan daging, keju keras, mentega, krim, susu full-cream, dan yoghurt, serta makanan lain
yang kaya lemak. Makanlah sedik saja, atau hanya pada acara khusus.
Selain mengurangi jumlah lemak dalam makanan Anda, gunakan lemak tak jenuh ganda
(polyunsatu-rated fat), biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan, atau lemak tak jenuh tunggal
(monounsaturated fat), seperti minyak zaitun. Jika Anda tidak yakin menentukan minyak yang baik
untuk kesehatan, periksalah labelnya atau tanyakan pada ahli gizi karena berapa jenis minyak tidak
baik untuk jantung. Minyak kelapa sama buruknya untuk jantung, seperti lemak dari hewan.
Mengurangi lemak adalah juga cara yang baik untuk menurunkan berat badan dan banyak
orang merasa bahwa setelah mengubah makanan, gangguan pencernaan mereka akan berkurang. Bila
Anda cemas akan tingkat kolesterol Anda, hindari makanan yang berkolesterol tinggi, seperti telUR,
hati, dan kerang. Namun makanan ini masih lebih baik daripada makanan yang mengandung lemak
hewan. Ingatlah juga banyak makanan yang diproses dan makanan jadi, seperti pai, biscuit, cake yang
banyak mengandung lemak hewan, demikian juga buger! Mulailah dengan program hidup lebih sehat
dan perhatikan label makanan ditoko yang menginformaikan kandungan lemak.
Perubahan penting lain untukmemulai program diet yang sehat adalah dengan mengonsumsi
sebanyak mungkin buah dan sayuran, paling sedikit lima porsen setiap hari.
Bila anda dapat meningkatkan makanan yang kaya serat, seperti roti gandum, beras merah,
pasta, dan sereal untuk sarapa, terutama havermut, makanan anda sangat baikuntuk kesehatan dan
jantung anda.
Untung lah banyak pabrik makanan mulai menyadari pentingnya makanan sehat dan banyak
buku resep makanan sehat yang dapat membantu. Kendala untuk mengikuti pola makanan sehat
mungkin adalah masalah biaya. Jika demikian, bicarakan hal ini dengan dokter atau ahli gizi yang akan
membantu memecahkan masalah anda.
8. Berhenti Merokok
Manfaat menghentikan kebiasaan merokok sungguh besar dan mulai saat anda
menghentikannya, dan dalam lim tahun ke depan, resiko terulangnya serangan jantung berkurang
hingga setengahnya.
Namun, anda harus berhenti merokok sama sekali. Bila anda hanya mengurangi jumlahnya atau
mengubahnya dari sigaret ke cerutu atau pipa, risikonya hampir tidak berkurang.
Para dokter menyadari hal ini 30 tahun yang lalu ketika hubungan Antara merokok dan penyakit
jantung mulai diberitakan. Hingga waktu itu, para dokter termasuk perokok paling berat, kini hanya
sedikit saja yang suka merokok.
Banyakorang merasa lebihmudah berhenti merokok di rumah sakit,namun agak sulit memper
tahanya bila anda pulang. Bila anda telah merokok sejak remaja, hal ini bias menjadi masalah. Inilah
kesempatan seluruh keluarga untuk membantu, sebap sulit menghilakan kebiasaan merokok apa bila
anggota keluaga anda merokok. Rumah sakit kini adalah wilayah ‘’dilarang merokok’’ dan begituh lah
sehausnya rumah anda.
Bagaimana caranya berhenti merokok? Hal ini berbeda pada setiap orang.ada yang dengan
mudah tiba-tiba berhenti merokok. Anda yang secara perlahan-lahan mulai menguranginya, hingga
perlu waktu beberapa minggu. Masalah sebenarnya adalah kecanduan pada nikotin sehingga
beberapa orang perlu mengunyah permen karet yang mengandung zat ini. Kadang-kadang berbagi
rasa dengan orang lain dapat juga membantu.
Beberapa sebab mengapa orng enggan berhenti merokok-terutama wanita- adalah karena ada
kalanya berat badan akan bertambah setelah berhenti merokok. Belum di ketahui secara jelas
mengapa hal ini bias terjadi. Nafsu maka jelas akan bertambah dan beberapa orang suka mengudap
untuk menghilangkan kebiasaan merokok. Rata-rata berat badan memang akan naiksetengah sampai
satu kilogram dalam enam bulan pertama setelah berhenti merokok. Namun, jika anda telah
mengubah makanan anda menjadi lebih sehat dan rendah lemak, biasanya kelebihan berat badan itu
akan menurun lagi dalam waktu 6-12 bulan.
9. Mengurangi Stres
Jika anda terkena angina untuk serangan jantung, ini lah kesempatn untuk mempertimbang kan
prioritas dalam hidup anda. Anda mungkin merasa bahwa pekerjaan selama ini menyita waktu dan
energi anda begitu banyak di bandinkan waktu untuk keluerga, teman-teman, maupun minat
andayang lain. Meski belum ada bukti secara ilmiah bahwa mengubah gaya hidup akan mengurangi
risiko, hal ini jelas akan meningkat kan kualitas hidup anda
F. Faktor-faktor Pencegah
Beberapa faktor yang di yakini dapat melindungi anda terhadap PJK adalah mengurangi jumlah
minuman baralkohol dan melakukan pelatihan fisik secara teratur
a. Alkohol
Banyak di beritakan tentang manfaat alkohol bila di minum dan jumlah cukup , namun alkohol
dalam jumah tinggi yang di minum secara teratur dapat menjadiracun bagi jantung ,otak,dan hati.
Jadi, berapakah ukuran yang cukup? Jumlah yang cukup adalah kira-kira 2-3 unit sehari bagi
pria,dan jumlahnya agak kurang bagi wnita.satu unit adalah ukuran minuman keras, gelas anggur, atau
setengah pint bir atau cider (sari buah apel). Pernah ada anggapan bahwa anggur merah baik untuk
mencegah serangan jantung, namun ternya ta setiap jenis alkohol punya efek yang sama.
b. Pelatihan Fisik
Pelatihan fisik secara teratur baik bagi anda dan dapat mencegah terjadinya PJK. Banyak
penyelidikan di amerika dan eropa menunjukan bahwa pelatihan secara teratur (20 menit, 2-3 kali
seminggu) berhasil menurun kan risiko PJK.
Jika anda pernah terkena serangan jantung, anda akan di ajarkan pelatihan fisik di bagian
rehabilitasi jantung rumah sakit, dan mereka yng terkena PJK jenis apapun di anjurkan melakukan
lebih banyak latihan. Jika anda belum pernah mengikuti pelatihan fisik sebelumnya dan tidak tahu
cara memulainya, mintalah nasihat dokter. Jenis pelatihan yang anda lakukan mungkin
idak begitupenting, asal cukup merangsang jantung dan aliran darah dengan cukup lakukanlah apa
yang paling anda sukai, seperti berjalan, berenang, jogging, senam lantai atau berdansa. Banyak orang
mulai dengan perlahan-lahan dan akahirnya menambah waktu dan jumlah pelatihan, dalam pelatihan
atau senam terpimpin, anda akan diajarkan cara melakukan pemnasan terlebih dahulu, dan hal ini
sebaiknya dilakukan dalam setiap pelatihan.
Pelatihan untuk “membakar kalori sebanyak-banyaknya” hingga badan Anda terasa sakit dan
pegal sangat tidak dianjurkan. Jika Anda merasa nyeri, pusing, atau sesak napas, beristrahat dan
berhentilah dulu sampai Anda mersa sehat kembali.
c. Kerja sama dengan dokter
Meskipun merokok dan tingkat lipid merupakan faktor utama yang sepenuhnya berada dalam
kontrol Anda , ada hal-hal lain ketika Anda dan Dokter Anda bisa bekrja sama untuk meminimalkan
risiko lebih lanjut. Mereka yang cenderung mudah terkena PJK, seperti para penderita diabetes dan
hipertensi , harus berusaha untuk ttap mengontrol kesehatannya.
d. Hipertensi
Berusahalah untuk minum obat secara teratur meski tidak ada gejala apapun. Periksakan tekanan
darah Anda secara teratur ke dokter.
e. Diabetes
Cobalah mempertahankan berat badan Anda sedekat mungkin dnga yang seharusnya. Usahakan
agar tingkat gula darah Anda normal dengan menjga diet Anda secara ketat dan minum obat yang
diberikan dokter secara teratur. Pelatihan fisik penting karena dapat menurunkan berat badan dan
juga menurunkan kebutuhan insulin Anda.
f. Tingkat Lipid Naik
Usahan untuk tetap menjalankan diet yang ketat dan makanlah obat yang diberikan dokter secara
teratur.
g. Mengatasi Keadaan Darurat
Serangan jantung bisa terjadi di mana saja dan setiap orang harus tahu apa yang perlu dilakukan
untuk menolong orang yang pingsan dan jantungnya berhenti berdenyut. Basic Life Support (BLS) atau
bantuan dasar untuk mempertahankan hidup tidak sulit dipelajari dan sangat bermanfaat untuk
menolang mempertahankan hidup seseorang. Banyak istruktur bisa didapatkan di berbagai kota, baik
yang bekerja secara sukarela maupun dari rumah sakit terdekat.
Jika Anda atau seseorang secara tiba-tiba merasa nyeri dada yang menjurus ke serangan jantung,
inilah langkah-langkah yang perlu dilakukan:
1. Istirahatlah sambil duduk atau berbaring
2. Minumlah obat GTN dan tunggu lima menit
3. Jika rasa nyeri masih sama atau bertambah buruk setelah 5-10 menit, minum dosis kedua
4. Jika tidak berhasil juga, telepon ambulans
5. Kunyah sebutir aspirin (kecuali Anda atau orang itu alergi pada aspirin) karena ini akan mengencerkan
darah dan mencegah pembekuan.
Hasil penelitian pada menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner lebih banyak terjadi
pada responden dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori Davidson, (2003) risiko PJK
lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. Hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian oleh Supriyono (2008) yang melakukan olahraga teratur bisa mengurangi risiko penyakit
jantung koroner.
Tabel 2.1 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (kelompok kasus) Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur PJK
F %
30-40 tahun 2 3,3
41-50 tahun 11 18,3
51-60 tahun 11 18,3
61-70 tahun 6 10
Jumlah 30 50
Sumber : Annisa Yuliana Salim, 2013
Hasil penelitian pada table 2.2 menunjukkan sebagian besar responden yang mengalami
penyakit jantung koroner dengan usia lebih dari 40 tahun, hal ini menunjukkan prevalensi penyakit
jantung koroner akan meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini sesuai dengan teori Davidson,
(2003) bertambahnya umur akan meningkatkan risiko kejadian penyakit jantung koroner. Hal ini juga
sesuai dengan hasil penelitian Djohan (2004) ada hubungan antara umur dengan kejadian PJK. Kasus
PJK akan meningkat dengan bertambahnya
umur.
Tabel 2.2 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (kelompok kasus) Menurut Jenis Pekerjaan
Jenis PJK
Pekerjaan F %
Tidak Bekerja 12 20,0
PNS 7 11,7
Swasta 4 6,7
Wiraswasta 7 11,7
Petani 0 0
Jumlah 30 50
Sumber : Annisa Yuliana Salim, 2013
Hasil penelitian pada tabel 2.2 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner sebagian
besar terjadi pada yang tidak bekerja, PNS dan wiraswasta. Hasil penelitian oleh Supriyono (2008) yang
melakukan studi kasus di RSUP Dr. Kariyadi dan RS Telogorejo Semarang pekerjaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner.
Hasil penelitian juga menunjukkan, tidak ada hubungan yang bermakna antara gangguan
kesehatan mental dengan kejadian PJK. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0,082
Tidak ada hubungan antara gangguan kesehatan mental dengan kejadian PJK(p=0,082).Hal ini
didukung oleh teori dari Anthonovsky ( dalam Notosoedirdjo, 2007) yang menyatakan bahwa stres
dapat bersifat netral, yaitu tidak memberikan efek buruk maupun baik. Ini terjadi bila intensitas atau
durasi stresor sangat kecil atau kemampuan adaptasi individu sangat baik sehingga stressor dapat
dikendalikan. Penelitian yang dilakukan di Framingham dan juga di negara-negara barat tidak terlalu
menonjolkan stres sebagai faktor risiko PJK. Seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental
akan dapat mengatasinya dengan melakukan aktifitas fisik seperti olahraga secara rutin. Sejalan
dengan penelitian di British Journal of Sports Medicine, yang menyimpulkan bahwa melakukan
aktifitas fisik selama 20 menit per minggu cukup untuk meningkatkan kesehatan mental dan
memperkecil kemungkinan stress.
Prevalensi penyakit jantung koroner menurut status IMT pada table 2.6.menunjukkan pasien
dengan status IMT normal (18 – 24,9 kg/m2) terdapat 21,8 % menderita PJK , Status IMT kurus (< 18
kg/m2) terdapat 83,3 % menderita PJK, sedangkan pada obesitas (> 25 kg/m2 terdapat 35,6 % yang
menderita PJK.
Analisis Hubungan Obesitas dengan Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di
Laboratorium Klinik Prodia Makassar Tahun 2005
Sumber: Medical report Laboratorium Klinik Prodia Makassar tahun 2005
Hasil analisis berdasarkan pada menunjukkan bahwa dari 26 penderita obesitas disertai
diabetes melitus ditemukan 14 (53,8 %) yang menderita penyakit jantung koroner, lebih banyak
dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit jantung koroner yaitu 12 (46,2 %). Berdasarkan
hasil analisis diperoleh nilai (p=0,018) lebih kecil a (0,05) dengan demikian dapat dinterpretasikan
bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan diabetes mellitus terhadap kejadian penyakit
jantung koroner. Hasil penelitian terhadap 270 sampel menunjukkan bahwa dari 26 penderita obesitas
disertai diabetes melitus ditemukan 14 (53,8 %) yang menderita penyakit jantung koroner, lebih
banyak dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit jantung koroner yaitu 12 (46,2 %).
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai (p=0,018) lebih kecil a (0,05) dengan demikian dapat
dinterpretasikan bahwa terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan diabetes melitus
terhadap kejadian penyakit jantung koroner.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hisayama Hearth Study di Jepang, yang
menunjukkan angka kematian kardivaskuler meningkat pada kelompok obesitas yang disertai dengan
diabetes melitus. Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini adalah Henry RR, Mudaliar
dimana didapatkan sekitar 60 % dari mereka yang obes menderita diabetes melitus tipe 2. Semakin
besar indeks massa tubuh (IMT) semakin besar risiko menderita diabetes meltus tipe 2 yang disertai
dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner.
Diabetes melitus tipe 2 terjadi oleh dua kelainan utama yaitu adanya defek Sel b pankreas
sehingga pelepasan insulin berkurang, dan adanya resistensi insulin. Pada umumnya para ahli sepakat
bahwa diabetes melitus dimulai dengan adanya resistensi insulin, kemudian menyusul berkurangnya
pelepasan insulin. Pada penderita obes juga ditemukan adanya resistensi insulin. Peningkatan risiko
penyakit kardivaskuler sebesar 50-70 % salah satunya berkaitan dengan resistensi insulin.
Tabel 2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Merokok pada Pekerja Kantoran dan Pekerja
Kasar
No Status Merokok Pekerja Kantoran Pekerja Kasar
1 Ya 4 30
2 Tidak 26 0
Jumlah 30 30
Sumber : Christian Sandi 2008
Berdasarkan Tabel 2.3 dapat diketahui bahwa pada pekerja kasar seluruhnya merokok,
sedangkan pada pekerja kantoran hanya sebagian kecil yang merokok yaitu 4 responden (13,3%).
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Pada
penelitian ini menunjukkan bahwa pada pekerja kantoran yang mempunyai kebiasaan merokok
mempunyai kadar kolesterol yang tinggi. Sedangkan pada pekerja kasar, meskipun mempunyai
kebiasaan merokok, namun karena disertai aktivitas yang tinggi maka pembakaran kolesterol tinggi
pula, sehingga kadarnya di dalam darah menjadi rendah.
Tabel 2.4 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (kelompok kasus) Menurut aktivitas olahraga
Olahraga PJK
F %
Tidak Rutin 18 30,0
Rutin 12 20,0
Jumlah 30 50,0
Sumber : Annisa Yuliana Salim, 2013
Hasil penelitian pada tabel 2.4 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner sebagian
besar terjadi pada responden yang tidak rutin berolahraga. Hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian Febriani (2011) bahwa orang yang tidak mempunyai kebiasaan olahraga beresiko lebih
besar terkena PJK daripada orang yang mempunyai kebiasaan olahraga. Hal ini sesuai dengan
penelitian Hariadi & Ali (2005) yang menyatakan bahwa olahraga teratur bisa mengurangi
risiko penyakit jantung koroner.
Tabel 2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Kadar Kolesterol pada Pekerja Kantoran dan Pekerja
Kasar
No Kadar Kolesterol Pekerja Pekerja Uji t P
Kantoran Kasar
1 Norma/kurang 26 30 -2.511 0,016
2 Tinggi 4 0
Jumlah 30 30
Sumber : Christian Sandi 2008
Berdasarkan Tabel 2.5 dapat dilihat bahwa kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi
pada pekerja kantoran dibandingkan dengan pekerja kasar. Pekerja kasar mempunyai aktivitas yang
berat, sehingga memungkinkan terjadi pembakaran kolesterol yang tersisa di dalam pembuluh darah.
Aktivitas yang rendah pada pekerja kantoran diduga berperan dalam tingginya kadar kolesterol
tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiyono dkk., (2004) yang menyatakan
bahwa aktivitas yang berat memerlukan energi yang banyak dan energi ini diperoleh dari glukosa dan
kemudian lipid sebagai alternatif
berikutnya. Pada pekerja kasar umumnya berasal dari sosial ekonomi yang rendah, sehingga asupan
nutrisinya terbatas. Hal ini akan berpengaruh terhadap rendahnya simpanan energi dan produk sisa
termasuk kolesterol.
Berdasarkan uji T diperoleh t = -2.511 (p=0,016), hasil ini menunjukan ada perbedaan kadar
kolesterol darah yang bermakna antara pekerja kantoran dan pekerja kasar di desa Majasari,
Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga. Individu yang bekerja sebagai pegawai kantoran
biasanya memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik di bidang finansial bila dibandingkan dengan
seorang tukang becak. Dengan penghasilan yang tertentu setiap bulan, pekerja kantoran dapat
merencanakan kehidupannya dengan baik. Namun, pekerjaan yang monoton dalam ruangan, terlebih
lagi di belakang meja kerja, membuat individu itu tidak banyak melakukan aktivitas fisik. Keadaan ini
membuat metabolisme tubuh berjalan lambat. Di sisi lain, tuntutan pekerjaan yang selalu mendesak,
membuat karyawan kantoran pada umumnya memilih gaya hidup praktis, antara lain masalah
makanan.
Makanan cepat saji (fast food) telah menjadi pilihan untuk memudahkan dalam beraktivitas
bagi karyawan kantoran dewasa ini. Selain praktis dan cepat, makanan ini juga meningkatkan gengsi
dan prestise individu yang mengkonsumsinya. Di sisi lain, kandungan gizi pada makanan ini
sebenarnya tidak mencukupi kebutuhan gizi harian. Bahkan kandungan kolesterol tinggi yang ada,
dapat mejadi sumber berbagai macam penyakit. Antara lain penyakit atherosclerosis, diabetes
mellitus, dan sebagainya (Nystrom, 2008). Bila sering dikonsumsi dan tidak diimbangi dengan kegiatan
fisik yang cukup, dapat terjadi dislipidemia yang merupakan factor risiko terjadinya berbagai penyakit.
Inilah yang menjadi penyebab penyakit-penyakit di atas cenderung terjadi pada masyarakat golongan
ekonomi menengah ke atas (Lee, 2008).
Berbeda dengan pekerja kasar, tukang becak tidak bermotor, pendapatan yang sedikit dan tidak
menentu, membuatpara pekerja kasar tidak mempunyai banyak pilihan berbagai jenis makanan.
Umumnya para pekerja kasar hanya mengkonsumsi tahu, tempe, dan sayur, ikan asin. Tentunya jarang
sekali pekerja kasar dapat mengkonsumsi makanan cepat saji, atau bahkan makanan dengan tinggi
lemak yang dapat meningkatkan kadar kolesterol. Aktifitas fisik yang berat sebenarnya perlu
diimbangi dengan asupan makanan yang bergizi tinggi, namun jarang tercukupi.
Walaupun demikian, bukan berarti berbagai jenis penyakit seperti atherosclerosis tidak terjadi
pada masyarakat golongan ekonomi bawah. Hal ini dapat terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang
salah. Untuk mendapatkan kemudahan dalam memasak, umumnya masyarakat menggoreng
makanan tersebut. Namun karena kesulitan ekonomi, sering kali digunakan minyak goreng berkualitas
rendah atau bahkan minyak goreng bekas. Padahal telah terjadi perubahan rantai karbon pada minyak
goreng tersebut menjadi minyak jenuh dan ikatan trans, sehingga mengandung kolesterol tinggi dan
dapat memicu dislipidemia (American Heart Association, 2008).
Kolesterol diperoleh dari makanan dan juga disintesis di dalam tubuh. Kolesterol yang disintesis
yaitu sekitar 500 mg/hari dan dari makanan yang hanya
sekitar 20% dari seluruh kolesterol yang ada di dalam tubuh. Pembentukan kolesterol di dalam tubuh
terutama di hati (50% total sintesis), sisanya disintesis di usus, kulit dan semua jaringan yang memiliki
sel-sel berinti (Siburian, 2005). Fessenden dan Joan (1989) mengatakan bahwa hati dan kuning telur
merupakan bahan makanan yang kaya akan senyawa kolesterol. Kadar kolesterol yang tinggi dalam
darah dapat menyebabkan pengerasan dinding pembuluh darah (atherosclerosis), yang disebabkan
oleh endapan kolesterol dan lipid-lipid lain pada dinding sel pembuluh darah.
Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan memicu penimbunan kolesterol di sel, yang menyebabkan
munculnya atherosclerosis (pengerasan dinding pembuluh darah arteri) dan penimbunan plak di
dinding pembuluh darah (Murray, 2003). Hal ini dihubungkan dengan peningkatan risiko penyakit
akibat gangguan pembuluh darah (misalnya: penyakit jantung koroner, stroke, gangguan pembuluh
darah tepi) (Anwar, 2004).
Makanan kaya lemak jenuh dianggap sebagai salah satu penyebab atherosclerosis. Bila terjadi
sumbatan pada pembuluh darah jantung, maka dapat terjadi kematian tiba-tiba. Pada tahun 1992,
penyakit jantung koroner menempati urutan pertama dan merupakan 15,5% dari seluruh penyebab
kematian (Darmojo,
1993).
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor
penyebab kadar kolesterol yang tinggi adalah genetik, diet tinggi lemak, kelebihan berat badan,
kurangnya aktivitas fisik, dan merokok. Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan
menurunkan kadar kolesterol HDL. Kadar kolesterol LDL yang tinggi dapat pula disebabkan oleh
konsumsi alkohol atau obat-obatan (misalnya: steroid atau pil kontrasepsi).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tingginya kadar lemak, antara lain riwayat keluarga
dengan hiperlipidemia, obesitas, diet kaya lemak, kurang melakukan olah raga, penggunaan alkohol,
merokok sigaret, diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, kelenjar tiroid yang kurang aktif, dan
lainnya (Anwar, 2004).
Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang berbeda. Seseorang
bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total lebih dari
200 mg/dL, sedangkan yang lainnya menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki
kadar kolesterol total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan secara luas
berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya lipoprotein dari aliran darah.
Lemak yang masuk ke dalam tubuh, terutama dipengaruhi oleh jenis asupan makanan.
Membatasi pemasukan beberapa lemak juga penting. Dari berbagai jenis lemak, lemak jenuh dan
trans menjadi faktor utama risiko penyakit jantung koroner. Lemak jenuh berbahaya bagi tubuh
karena merangsang hati untuk memproduksi banyak kolesterol sehingga menaikkan kadar kolesterol
darah. Kemudian kolesterol yang mengendap lama-kelamaan akan menghambat aliran darah dan
oksigen sehingga menggangu metabolisme sel otot jantung.
Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran dibandingkan dengan
pekerja kasar. Terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol pada pekerja kantoran dan pekerja
kasar. Pada pekerja dengan aktivitas rendah perlu kiranya melakukan control terhadap kadar
kolesterol darah dan menjaga jenis makanan yang dikonsumsi rendah kolesterol. Berolahraga secara
rutin perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran peredaran darah dan keseimbangan metabolisme.
Risiko penyakit jantung koroner terkait dengankombinasi antara tekanan kerja dan gaya
hidup individu,disesuaikan dengan usia, jenis kelamin dan kohort. memilikisalah satu faktor
risiko gaya hidup merokok, aktivitas fisik atauobesitas tetapi tidak ada tekanan pekerjaan dikaitkan
denganpeningkatan risiko penyakit arteri koroner. Selain itu tekanan kerja
pada obesitas meningkatkan risiko penyakit jantungkoroner, tetapi risiko tidak meningkat cukup
besar ketikatekanan kerja ditambah dengan merokok, peminum beratataupun aktivitas fisik (Mika
Kivimaki, 2013).
Hubungan antara jam kerja yang panjang dan rumah sakitmasuk karena AMI dilaporkan oleh
Russek dan Zohman sedini tahun 1958, untuk 100 kasus laki-laki dan mereka 100 kontrol .
Menggunakan sampel yang sama tapi lebih tua usia , Theorelldan Rahe, Falger dan Schouten, dan
Sokejima Kagamimori , Liu dan Tanaka, dan Fukuoka et al . juga menemukan hubungan yang signifikan
antara kerja yang panjang jam dan PJK(Marianna Virtanen, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat pengaruh antara kerja lembur dengan peningkatan risiko
kejadian PJK. Adapun faktor yang berperan penting dalam penelitian ini seperti jenis kelamin, usia,
kelas kerja, beberapa hal yang berkaitan dengan biologis, perilaku, psikososial dan psikologis terhadap
faktor risiko terjadinya PJK, termasuk karakteristik pekerjaan dan jenis pola perilaku.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa peserta yang bekerja lembur lebih muda
umurnya dibandingkan peserta yang tidak bekerja lembur. Peserta laki-laki, peserta yang sudah
menikah dan orang-orang yang bekerja di kelas kerja yang lebih tinggi lebih sering bekerja lembur
dibandingkan dengan peserta wanita, peserta yang belum menikah dan orang-orang yang bekerja di
kelas bawah. Riwayat penyakit seperti diabetes, kebiasaan merokok dan penggunaan alkohol yang
melebihi batas juga dikaitkan dengan kerja lembur.
Peserta yang bekerja lembur dilaporkan mengonsumsi buah dan sayuran setiap hari dan sering
berolah raga akan tetapi kurang tidur dan sedikit yang absen karena sakit. Peserta yang kerja lembur
juga dilaporkan bahwa mempunyai prevalensi tekanan psikologis dan tuntutan pekerjaan yang lebih
tinggi dibandingkan yang tidak bekerja lembur. Kerja lembur juga mempunyai kadar kolestrol HDL
yang lebih tinggi dibandingkan peserta yang tidak bekerja lembur. Berdasarkan hasil
penelitian, menunjukkanbahwa sebanyak 67.543,9 orang terdapat 369 kasus baru yang terjadi dalam
periode tersebut sehingga apabila dirata-ratakan terdapat 546 kejadian per 1.000 orang per
tahunnya.Dari penelitian ini, merokok dan indeks massa tubuh juga terkait dalam
terjadinya PJK (Marianna Virtanen, 2010).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ jantung. Gejala dan
keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit jantung secara umum.
Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena
adanya faktor resiko yang antara lain adalah tekanan darah tinggi (hipertensi), tingginya kolesterol,
gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga), diabetes, riwayat PJK pada keluarga, merokok,
konsumsi alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah
dengan melakukan pola hidup sehat dan menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola makan yang
sehat, menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, menghindari
stress kerja.
Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran dibandingkan dengan
pekerja kasar. Terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol pada pekerja kantoran dan pekerja
kasar. Pada pekerja dengan aktivitas rendah perlu kiranya melakukan control terhadap kadar
kolesterol darah dan menjaga jenis makanan yang dikonsumsi rendah kolesterol. Berolahraga secara
rutin perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran peredaran darah dan keseimbangan metabolisme.
B. Saran
1. Gaya hidup seimbang dan menghindari risiko stres.
2. Mengonsumsi makanan berserat, jangan makan berlebihan serta kontrol kolesterol, kontrol tekanan
darah dan gula darah, serta kontrollah kesehatan secara rutin.
3. Hentikan kebiasaan merokok, karena merokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang
sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri yang memicu stroke.
4. Berolahraga yang teratur, istirahat cukup.
PUSTAKA
Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and Cardiovascular Risk in Physical Workers and
Managers.
Anwar, B. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. www.library.usu.ac.id [diakses
18 Mei 2014].
Christian Sandi, Saryono, Dian Ramawati. (2013). Penelitian Tentang Perbedaan Kadar Kolesterol Darah Pada
Pekerja Kantoran dan Pekerja Kasar.
Corwin J. Elizabeth, ( 2009 ), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3, Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi : Sistem kardiovaskular. Edisi 1. Jakarta : EGC, 2009.
Darmojo, dkk, 1993, Pengelolaan Pengajaran Sains, Rineka Cipta, Jakarta.
Davidson Christopher. (2003), Penyakit Jantung Koroner. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina. (1999). Panduan Mencegah & Mengobati
Penyakit Jantung. Jakarta: Pustaka Swara
Hendriantika, H. (2012), Penelitian Tentang Studi Komparatif Aktivitas Fisik dengan Faktor Resiko Terjadinya
Penyakit jantung Koroner.
Hermansyah, Citrakesumasari, Aminuddin. (2009). Aktifitas Fisik dan Kesehatan Mental Terhadap Kejadian
Penyakit Jantung Koroner.
Hariadi, Ali Arsad Rahim, (2005). Hubungan Obesitas dengan Beberapa Faktor Risiko Penyakit Jantung
Koroner.
Marianna Virtanen, (2012). Long Working Hours and Coronary Heart Disease: A Systematic Review and
Meta-Analysis.
Marianna Virtanen, (2010). Overtime Work and Incident Coronary Heart Disease:The Whitehall II
Prospective Cohort Study.
Mika Kivimäki, (2013). Associations of job strain and lifestyle risk factors with risk of coronary artery disease:
a meta-analysis of individual participant data.
Tracey C. C. W. Rompas, A. Lucia Panda, Starry H. Rampengan. (2012), Hubungan Obesitas Umum dan
Obesitas Sentral dengan Penyakit Jantung Koroner
Sallim Annisa Yuliana, (2013), Hubungan Olahraga dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner.
Sivaramakrishna, R., Nancy A., William, A., Gilda, C., dan Kimerly, A. 2000. Powell American Journal of
Roentgenology, 175, 45-51
Sulistiani, W. (2005). Analisis factor Resiko Yang Berkaitan Dengan Penyakit Jantung. Universitas Diponegoro.
Kuswadji, S. 2009. Kadar Lemak Darah pada Pekerja Bergilir di Suatu Instalasi Pengeboran Minyak dan Gas
Bumi.www.cerminduniakedokteran.com [diakses 18 Mei 2014].