Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Fishing ground yang jauh berdampak pada semakin bertambahnya waktu
melaut, fenomena kegiatan penangkapan ini selanjutnya membawa dampak negatif
bagi tingkat pendapatan nelayan (Tenny, dkk., 2004). Laut Kabupaten Cilacap yang
berhadapan dengan Nusa Kambangan merupakan perairan laut dalam yang terbentang
luas sehingga perairan di kabupaten Pemalang menjadi nutrien yang amat subur.
Kapal ikan merupakan komponen terpenting dalam kegiatan usaha penangkapan ikan
karena modal yang ditanamkan sebagian besar digunakan untuk pembuatan kapal dan
secara faktual kapal sangat mempengaruhi teknis operasional penangkapan (Zaenal,
dkk., 2010). Jaring insang hanyut sudah lama digunakan nelayan, namun kontruksi
jaring yang dirancang belum menunjukan kaedah yang sesuai. Aspek pendapatan
sebagai kunci strategis keberhasilan suatu usaha penangkapan ikan melalui hasil
pemasaran, diharapkan dapat diperoleh indikasi kegiatan usaha penangkapan ikan
dapat dilakukan dengan efisien, efektif dan rasional (Mulyanto, dkk., 2010)

1.2 Perumusan Masalah


Gill Net merupakan alat tangkap yang bervariasi secara konstruksi, namun
dalam penggunaannya sama. Gill Net digunakan untuk menangkap ikan ikan pelagis
dan demersal sesuai dengan kontruksi dan penggunaannya. Berdasarkan hal tersebut
perlu adanya penelitian mengenai alat tangkap tersebut. Dianalisa teknis dan
ekonomis usaha perikanan tangkap Gill Net supaya lebih menguntungkan
berdasarkan perbandingan Drift Gill Net antara jenis bahan Multifilament dan
Monofilament, mengingat Gill Net merupakan alat tangkap yang paling bervariasi di
Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap yang dibangun untuk mensejahterahkan
masyarakat perikanan di kabupaten Pemalang kecamatan Watukumpul.
Pelayanan yang diberikan menjadi prioritas utama dalam pemenuhan
kebutuhan barang dan jasa sesuai fungsi pelabuhan perikanan sebagai aktivitas
perikanan. Pelayanan di dalam pelabuhan dirasa masih kurang optimal, hal itu dapat
dilihat dari nelayan yang akan mengisi perbekalan seperti es, air, garam harus
menunggu lebih lama untuk melakukan operasi penangkapan ikan, hal ini menganggu

1
kapal lain yang memasuki pelabuhan karena terjadi penumpukan kapal (Nendah,
2005). Aktivitas pelelangan yang juga masih kurang tertib, karena banyaknya orang
tidak terlibat proses pelelangan akan tetapi memasuki proses pelelangan, serta
pelayanan tambat labuh kapal yang kurang maksimal seperti dermaga yang sudah
tidak mencukupi pelayanan tambat labuh sehingga dapat menyebabkan kapal-kapal
yang mendarat mengalami kerusakan pada kapalnya karena kondisi kapal yang saling
bersinggungan
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor yang
mempengaruhi usaha perikanan tangkap Drift Gill Net; menganalisis aspek teknis
usaha perikanan tangkap Drift Gill Net di Pelabuhan Perikanan Samudera Pemalang;
dan menganalisis aspek ekonomis usaha perikanan tangkap Drift Gill Net Pelabuhan
Perikanan Samudera Pemalang kecamatan Watukumpul.

2
II. Tinjauan Pustaka

2.1 Alat Tangkap Gilnett


Unit Penangkapan Ikan Jaring insang Menurut martasuganda (2004), jaring
insang (gillnet) adalah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang
dibentuk menjadi empat persegi panjang, kemudian pada bagian atasnya dilengkapi
dengan beberapa pelampung (floats) dan pada bagian bawahnya dilengakapi dengan
beberapa pemberat (singkers), dimana ukuran mata jaring (mesh size) sama, jumlah
mata jaring ke arah horizontal atau ke arah mesh length (ML) jauh lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah mata jaring ke arah vertikal atau ke arah mesh depth
(MD). Berdasarkan metode pengoperasiannya, jaring insang diklasifikasikan ke
dalam lima jenis yaitu; jaring insang menetap (set gillnet / fixed gillnet), jaring insang
hanyut (drift gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet), jaring insang giring
(frightening gillnet / drive gillnet) dan jaring insang sapu (rowed gillnet). Menurut
Haryanto (1984) dalam Haryanto dan Purwatiningsih (1991), gillnet atau jaring
insang, yang disebut juga jaring rahang, adalah lembaran jaring yang berbentuk
empat persegi panjang, yang dipergunakan sebagai alat penangkapan ikan pada
umumnya setiap lembar jaring (piece) mempunyai ukuran mata jaring yang sama.
Menurut Widodo dan Suadi (2008), pada jaring insang faktor kekuatan menangkap
yang paling penting ialah ukuran jaring, bahan jaring, cara alat tersebut dirakit, serta
rata-rata durasi jaring tersebut dioperasikan. Pemasangan jaring insang biasanya
dilakukan di daerah penangkapan yang diperkirakan akan dilewati oleh biota perairan
yang menjadi target tangkapan
Walau terdapat perbedaan pokok pada tiap-tiap jenis gillnet sesuai dengan
klasifikasinya, namun secara umum gillnet mempunyai persamaan bentuk pokok.
Bentuk umum gillnet adalah empat persegi panjang, dan bentuk ini merupakan
bentuk alat penangkapan ikan yang paling sederhana (Sadhori, 1985). Konstruksi
jaring insang terdiri atas :
1. Jaring utama
Jaring utama adalah sebuah lembaran jaring yang tergantung pada tali ris atas.
Martasuganda (2002) mengatakan bahwa diameter dan ukuran benang dari mata

3
jaring umumnya disesuaikan dengan ikan atau habitat perairan lainnya yang dijadikan
target penangkapan. Menurut Sparre dan Venema (1992) ada empat cara
tertangkapnya ikan oleh gillnet, yaitu tertangkap secara terjerat tepat di belakang
mata (snagged), terjerat di belakang tutup insang (gilled) dan terjerat di depan sirip
punggung (wedged), dan ikan terbelit akibat bagian tubuh yang menonjol (gigi,
rahang, sirip) tanpa harus menerobos mata jaring (entangled).
2. Tali ris atas
Tali ris atas adalah tempat untuk menggantungkan jaring utama dan tali
pelampung. Untuk menghindari agar gillnet tidak terbelit sewaktu dioperasikan
(terutama pada bagian tali ris atasnya) biasanya tali ris atas dibuat rangkap dua
dengan arah pintalan yang berlawanan (S – Z).
a) Tali ris bawah
Tali ris bawah ini berfungsi sebagai tempat melekatnya pemberat.
Martasuganda (2002) mengatakan bahwa panjang tali ris bawah lebih panjang dari
tali ris atas dengan tujuan supaya kedudukan jaring insang di perairan dapat
terentang dengan baik
b) Tali pelampung
Tali pelampung adalah tali yang dipakai untuk memasang pelampung yang
terbuat dari bahan sintetis seperti haizek, vinylon, polyvinyl chloride, saran atau
bahan lainnya yang bisa dijadikan tali pelampung. Untuk menyambungkan antara
piece yang satu dengan piece lainnya bagian tali pelampung dari tiap ujung jaring
utama biasanya dilebihkan 30-50 cm (Martasuganda, 2002)
c) Pelampung
Pada gillnet dasar, pelampung hanya berfungsi untuk mengangkat tali ris
atas saja agar gillnet dapat berdiri tegak (vertikal) di dalam air. Untuk gillnet
pertengahan dan gillnet permukaan, disamping pelampung yang melekat pada tali
ris atas diperlukan juga pelampung tambahan yang berfungsi sebagai tanda di
permukaan perairan. Pelampung yang dipakai biasanya terbuat dari bahan
styrofoam, polyvinyl chloride, plastik, karet atau benda lainnya yang mempunyai
daya apung. Jumlah, berat, jenis dan volume pelampung yang dipasang dalam

4
satu piece menentukan besar kecilnya daya apung (buoyancy). Besar kecilnya
daya apung yang terpasang pada satu piece sangat berpengaruh terhadap baik
buruknya hasil tangkapan
d) Pemberat
Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan badan jaring. Pemberat pada
jaring insang umumnya terbuat dari timah, besi dan semen cor.
e) Tali selambar
Tali selambar adalah tali yang dipasang pada kedua ujung alat tangkap untuk
mengikat ujung gillnet pada pelampung tanda, serta ujung lainnya diikatkan pada
kapal. Panjang tali selambar yang digunakan umumnya 25-50 meter tergantung
ukuran alat tangkap dan kapal yang digunakan
2.3 Profil Pendidikan Nelayan
Dilihat pada kelompok umur, pendidikan, status sosial, dan kepercayaan. Untuk
menggambarkan kelompok nelayan, seperti nelayan penuh untuk mereka yang
menggantungkan keseluruhan hidupnya dari menangkap ikan; nelayan sambilan
untuk mereka yang hanya sebagian dari hidupnya tergantung dari menangkap ikan
(lainnya dari aktivitas seperti pertanian, buruh dan tukang); juragan untuk mereka
yang memiliki sumberdaya ekonomi unntuk usaha perikanan seperti kapal dan alat
tangkap; dan anak buah kapal (ABK/pandega) untuk mereka yang mengalokasikan
waktunya dan memperoleh pendapatan dari hasil mengoperasikan alat tangkap ikan,
seperti kapal milik juragan. Gillnet dan Trammel net Gillnet (Jaring insang satu
lembar) Jaring insang satu lembar (Gambar 2) adalah jaring insang yang badan
jaringnya hanya terdiri dari satu lembar jaring, jumlah mata jaring ke arah mesh
length dan ke arah mesh depth disesuaikan dengan ikan yang dijadikan target
tangkapan, daerah penangkapan, metode pengoperasiaan dan kebiasaan nelayan yang
mengoperasikannya. Pengoperasian dari jenis jaring ini ada yang dioperasikan di
permukaan, kolom perairan dan dasar perairan dengan cara di set atau dihanyutkan
(Martasuganda, 2004). Gambar 2. Gillnet (Martasuganda, 2004)

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

5
Tujuan nelayan dalam melakukan penangkapan ikan adalah mendapatkan hasil
tangkapan yang banyak dan pendapatan yang tinggi.Dalam mencapainya nelayan
menemukan berbagai macam kendala yang dihadapi, untuk itulah perlu
mengidentifikasikan faktor-faktor yang mepengaruhi produksi dan efisiensi alat
tangkap perikanan yang digunakan sehingga diharapkan dapat meminimalkan
kendala tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal. Faktor-faktor produksi (input)
yang ada pada tahun terakhir mengalami kenaikan harga sehingga dengan hasil
tangkapan yang cenderung tidak pasti, menyebabkan pendapatan para nelayan di
kabupaten Pemalang juga menurun. Faktor-faktor produksi tersebut antara lain
Tenaga kerja, Bahan bakar, Boat(perahu), Gear (alat tangkap), dan Pengalaman
nelayan.Alokasi kombinasi faktor-faktor produksi tersebut dengan baik dapat
meningkatkan efisiensi yang pada gilirannya dapat meningkatkan penghasilan
nelayan. Nelayan tradisional pada umumnya belum menggunakan kombinasi input,
yang sesuai dengan perhitungan teknisnya sehingga mengakibatkan pendapatan nelayan
kurang maksimal. Profile usaha perikanan tangkap di Kabupaten Pemalang kebanyakan
berjalan secara konvensional sehingga perolehan keuntungan belum bisa mencapai
optimal (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2003). Kebanyakan nelayan ketika mendapatkan
uang akan dibelanjakan untuk konsumsi pada hari itu juga sehingga pada saat
mendapatkan hasil sedikit atau tidak melaut mereka terjebak hutang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Hal ini mengakibatkan kemiskinan nelayan tidak akan pernah
selesai. Jumlah armada pengangkapan ikan dikabupaten Pemalang kecamatan
Watukumpul sangat banyak dan bervariasi, untuk melindungi nelayan maka Pemerintah
Daerah perlu untuk merasionalisasikan ijin penggunaan alat tangkap serta pengaturan
daerah penangkapan sehingga kelestarian stok ikan akan terjaga. Kombinasi faktor-faktor
produksi tersebut mempengaruhi produksi perikanan tangkap, dengan efisiensi alat
tangkap perikanan maka diharapkan dapat meningkatkan produksi perikanan. Efisiensi
alat tangkap perikanan diukur dengan analisa fungsi produksi frontier, yang dilihat dari
efisiensi teknis dan efisiensi harga (alokatif).Tercapainya efisiensi teknis dan efisiensi
harga berarti tercapai juga efisiensi ekonomi. Adanya efisiensi alat tangkap perikanan
dapat

6
meningkatkan produksi alat tangkap yang pada gilirannya pendapatan nelayan
juga akan meningkat. Selanjutnya dapat digambarkan sebagai berikut:
2.4 Hipotesis
Menurut Santoso (1999), tingkat produksi yang tinggi akan dicapai apabila
semua faktor produksi telah dialokasikan secara optimal dan efisien, pada saat itu
nilai produktivitas marjinal dari faktor produksi sama dengan biaya korbanan
marginal atau harga input yang bersangkutan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut
1. Diduga Penggunaan alat tangkap Gillnet dan di Kabupaten Pemalang kecamatan
Watukumpul belum efisien.
2. Diduga penerimaan nelayan di Kabupaten Pemalang kecamatan Watukumpul
dalam melaksanakan penangkapan ikan di laut lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan.

7
III. METODE PENILITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2007 dan Maret 2008
bertempat di perairan Pemalang, kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang,
Provinsi Jawa Tengah
3.2.1 Alat dan Bahan
Penulis menggunakan sarana untuk melengkapi data sebagai berikut :
1. Alat tangkap Gillnet
2. Kapal nelayan
3.Alat tulis ( Pulpen,Kertas dan Penggaris )
4. Kamera (Handpone)
3.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam proses pengambilan data untuk keperluan penyusunan laporan, penulis
menggunakan metode pengambilan data sebagai berikut :
3.2.1 Alat dan Bahan
Penulis menggunakan sarana untuk melengkapi data sebagai berikut :
1. Alat tangkap Gillnet
2. Kapal nelayan
3.Alat tulis ( Pulpen,Kertas dan Penggaris )
4. Kamera (Handpone)

3.2.2 Pengumpulan data primer


Pengumpulan data primer adalah pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap alat tangkap Gillnet yang diamati. Dalam
pengumpulan data primer penulis menggunakan cara sebagai berikut :
a. Pengamatan (Observasi ) langsung Yaitu pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan langsung di atas kapal nelayan terhadap objek yang akan
diamati dan mengadakan pencatatan secara sistimatik terhadap objek pengamatan.
Pengamatan langsung dilakukan untuk mendapatkan data mengenai pengoperasian

8
alat tangkap Gillnet pada penurunan alat tangkap (setting) dan menaikan alat tangkap
(hauling).
b. Wawancara ( interview ) Yaitu metode pengumpulan data dengan cara
mengadakan tanya jawab secara lisan atau mewawancarai secara perorangan dengan
pihak – pihak yang terlibat langsung, dalam hal ini nelayan bagan tersebut, untuk
memperoleh data mengenai bagian – bagian alat tangkap, pengoperasian alat tangkap
dan hasil tangkapan Gillnet, dan lainnya.

3.2.3 Pengumpulan Data Sekunder


Data sekunder yaitu metode pengumpulan data dengan mencari dari literatur
atau buku – buku yang sesuai dengan permasalahan yang diamati.

4.3 Teknik Pengoperasian


Yaitu mengolah data – data yang diperoleh ketika melakukan pengamatan
dilapangan.Pada penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan, penulis mengambil
data yang berhubungan dengan alat tangkap Gillnet. Kemudian penulis tuangkan
sesuai dengan tujuan pengamatan dan batasan masalah, yang pada akhirnya diperoleh
suatu kesimpulan dan saran – saran yang sifatnya membangun

3.3.2 Lama penebaran Jaring


Bila kapal telah mencapai di daerah penangkapan, segera persiapan penebaran
jaring dimulai.
a) Mula–mula posisi kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin datangnya
dari tempat penurunan jaring.
b) Setelah kedudukan atau posisi kapal sesuai dengan yang dikehendaki, jaring dapat
diturunkan. Penurunan jaring dimulai dari penurunan pelampung tanda ujung
jaring atau lampu kemudian tali selambar depan, lalu jaring dan yang terakhir kali
selambar pada ujung akhir jaring atau selambar belakang yang biasanya terus di
ikatkan pada kapal.
c) Pada waktu penurunan jaring yang harus diperhatikan adalah arah arus laut,
karena kedudukan jaring yang paling baik adalah memotong arus antara 450-900.

9
3.3.3 Lama penebaran Jaring
Proses menunggu (drifting) dilakukan setelah penurunan alat tangkap selesai
dilakukan. Proses ini dilakukan ± 9 jam. Selama proses menununggu salah satu
anggota diberi tugas untuk mengawasi dan menjaga kapal dan alat tangkap yang
sedang dioperasikan agar terhindar dari gerak atau laju kapal alat tangkap yang
sedang berangkat dan akan beroperasi disekitar lokasi operasi penangkapan.

3.3.4 Lama penarikan jaring


Setelah jaring dibiarkan di dalam perairan selama ± 3–5 jam, jaring dapat di
angkat (dinaikkan) ke atas kapal untuk diambil ikannya.Urutan penarikan jaring ini
merupakan kebalikan dari urutan penebaran jaring, yaitu dimulai dari tali selambar
belakang, baru jaring, tali selambar muka, dan terakhir pelampung
tanda.Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap gill net umumnya
dilakukan pada waktu malam hari (Martasuganda, 2002).
Pada penarikan jaring kapal bergerak maju perlahan sampai pada posisi yang
benar sesuai dengan arah arah angin, arah arus, dan posisi jaring kemudian mesin
kapal dimatikan. Kemudian jaring mulai ditarik di samping kanan kapal dengan
tangan tanpa menggunakan alat bantu penarik. Masing masing menarik bagian atas
jaring, tengah jaring, dan bagian bawah jaring.
Penarikan dimulai dari bagian jaring yang diturunkan paling akhir atau pada
tali selambar bagian jaring terakhir diturunkan yang diikatkan ke kapal.
Apabila pada saat penarikan Alat tangkap Ikanterdapat ikan yang terjerat maka tim
langsung melepaskan ikan tersebut dari jeratan jaring dan meletakkannya pada bagian
samping kiri kapal, setelah itu melanjutkan penarikan jaring kembali.

Waktu yang dibutuhkan untuk sekali penarikan jaring (hauling) berkisar


antara 60 - 70 menit.Bergantung kepada banyaknya ikan yang tertangkap dan
sampah-sampah yang tersangkut pada jaring.

10

Anda mungkin juga menyukai