TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Stroke
II.1.1 Definisi
fokal serebral, spinal dan infark retinal. Dimana infark susunan saraf pusat
adalah kematian sel pada otak, medulla spinalis, atau sel retina akibat
iskemia, berdasarkan :
Patologi, imaging atau bukti objektif dari injury fokal iskemik pada serebral,
Atau bukti klinis dari injury fokal iskemik pada serebral, medulla spinalis atau
retina berdasarkan simptom yang bertahan ≥24 jam atau meninggal dan
dengan cepat yang disebabkan oleh perdarahan di parenkim otak atau sistem
terdapat 100–200 kasus stroke baru per 10.000 penduduk per tahun. Insiden
stroke pada pria lebih tinggi daripada wanita, pada usia muda, namun tidak
pada usia tua. Rasio insiden pria dan wanita adalah 1,25 pada kelompok usia
55–64 tahun, 1,50 pada kelompok usia 65–74 tahun, 1,07 pada kelompok usia
75–84 tahun dan 0,76 pada kelompok usia diatas 85 tahun. Negara Amerika
diperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden stroke per tahun, yang
menyebabkan lebih dari 160.000 kematian per tahun, dengan 4,8 juta
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Keturunan / genetik
Merokok
Unhealthy diet : lemak, garam berlebihan, asam urat, kolesterol, kurang buah
Alkoholik
kontrasepsi
Penyakit hipertensi
Penyakit jantung
Diabetes mellitus
Gangguan ginjal
Kegemukan (obesitas)
a. Stroke Iskemik
Thrombosis serebri
Emboli serebri
b. Stroke Hemoragik
Perdarahan intraserebral
Universitas Sumatera Utara
Perdarahan subarachnoid
b. Stroke in evolution
c. Completed stroke
a. Sistem Karotis
b. Sistem vetebrobasiler
(Sjahrir, 2003)
Gejala klinik dan penemuan imejing otak yang signifikan (>50%) stenosis atau
oklusi arteri besar di otak atau cabang arteri di korteks disebabkan oleh proses
subkortikal yang berdiameter lebih dari 1,5 mm dan potensinya berasal dari
b. Kardioembolisme
Oklusi arteri disebabkan oleh embolus dari jantung. Sumber embolus dari
Fibrilasi atrial
Kardiomiopati dilatasi
Atrial myxoma
Infeksi endokarditis
2. Resiko sedang
Atrial flutter
Sering disebut juga infark lakunar, dimana pasien harus mempunyai satu
gejala klinis sindrom lakunar dan tidak mempunyai gejala gangguan disfungsi
normal atau infark lakunar dengan diameter < 1,5 mm di daerah batang otak
atau subkortikal.
Non inflamasi
Infeksi
II.1.5 Patofisiologi
(Misbach, 2007).
disebabkan oleh berkurangnya aliran darah otak. Pada level seluler, setiap
Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti
(core) dengan tingkat iskemik terberat dan berlokasi di sentral. Daerah ini
akan menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Diluar
daerah core iskemik terdapat daerah penumbra iskemik. Sel – sel otak dan
oleh suatu daerah hiperemik akibat adanya aliran darah kolateral (luxury
perfusion area). Daerah penumbra iskemik inilah yang menjadi sasaran terapi
stroke iskemik akut supaya dapat direperfusi dan sel–sel otak berfungsi
kembali. Reversibilitas tergantung pada faktor waktu dan jika tidak terjadi
(Misbach, 2007).
Tahap 1 :
b. Pengurangan O2
c. Kegagalan energi
Tahap 2 :
Universitas Sumatera Utara
a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
b. Spreading depression
Tahap 3 : Inflamasi
Tahap 4 : Apoptosis
infark otak, yaitu 20 – 30% dari semua stroke di Jepang dan Cina. Sedangkan
9,0%, serebellar 1,0%, batang otak 2,0% dan subrakhnoid 4,0% (Misbach,
2011).
(Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di
pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan pembuluh
kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini
yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul
(Caplan, 2000).
dalam otak atau massa pada otak, sedangkan pada perdarahan subrakhnoid,
(Misbach, 2011).
Otak dialiri oleh arteri karotis dan arteri vertebralis yang dimulai arteri
ekstrakranial yaitu aorta atau pembuluh darah besar yang berjalan melalui
leher dan dasar tengkorak untuk mencapai rongga intrakranial. Sistem karotis
posterior. Sistem karotis kanan berasal dari bifurkasio arteri innominata dan
kiri berasal dari arkus aorta, batang arteri karotis internal dari sistem karotis
pada bagian atas kartilago tiroid, pada vertebra servical IV, tidak memberi
karotikus. Akhir karotis interna dibagi menjadi arteri serebri anterior dan
yang terbatas.
dan basis kranium melalui sirkulus Willisi dan sirkulasi koroid. Tunika
ekstrakranial dan mengandung jaringan elastik yang lebih sedikit, selain itu
dengan diameter yang sama pembuluh darah intrakranial ini lebih kaku dari
(Gofir, 2009).
karotis kommunis bercabang menjadi arteri karotis interna dan arteri karotis
eksterna dengan arteri karotis interna lebih posterior dibanding dengan arteri
Karotis eksterna. Percabangan dari kedua arteri ini sering disebut bifurcatio.
Universitas Sumatera Utara
Karotis mengandung carotid body yang berespon terhadap kenaikan tekanan
partial oksigen arterial (PAO2), aliran darah, PH, arterial dan penurunan
ascenden, oleh karena itu pada lesi arteri karotis kommunis misal. Akibat
trauma, diseksi arteri atau oklusi trombus dapat menyebabkan paralisis okulo
maksilari interna salah satu cabang arteri karotis eksterna (Gofir, 2009).
Anterior cerebral arteri berasal dari arteri karotid interna, dibagi atas 3
lateral hemisper serebri dan 4/5 korpus kallosum. Percabangan bagian dalam
berasal dekat sirkulus willisi yaitu proksimal atau distal pada arteri
anterior. Oleh karena itu arteri serebri anterior dibagi tiga cabang besar yaitu
basal memperdarahi bagian dorsal dan hipotalamus (Adam and victor’s 2009).
defisit motorik, dan sensorik kontralateral dimana bagian lengan lebih ringan
dibanding tungkai, deviasi mata dan kepala kearah lesi, afasia motorik
Dikutip dari :Ropper, AH, and Brown, R.H.2009. Adam and Victor’s. Principles
th
of Neurology 8 ed. McGraw – Hill.New York
lateral diantara atap lobus medial dan lantai lobus frontalis hingga mencapai
profunda yang merupakan cabang dari arteri serebri media, arteri ini
inferior akan mensuplai ke lobus temporalis dan pada akhir dari arteri serebri
(Gofir, 2009).
medialis, lateralis, arteri temporal anterior, arteri temporal polar dan arteri
uncal
3. M3 percabangan operkular
yaitu bagian superior lobus parietalis dan bagian inferior lobus temporalis dan
lobus oksipitalis, sebagai tambahan juga mensuplai kapsula interna dan basal
Victor’s,2005).
interpeduncularis sisterna.
2. P2 berawal dari artery communicating posterior dibagi atas dua segmen yaitu
4. P4 segmen korteks
Universitas Sumatera Utara
Segmen P1 dikenal sebagai percabangan interpeduncularis yang
Dikutip dari :Ropper, AH, and Brown, R.H.2009. Adam and Victor’s. Principles
th
of Neurology 8 ed. McGraw – Hill.New York
Dikutip dari :Ropper, AH, and Brown, R.H.2009. Adam and Victor’s. Principles
th
of Neurology 8 ed. McGraw – Hill.New York
II.2.2. Brainstem
Karakteristik klinis yang didapati pada stroke didaerah brainstem
adalah hemiparese, disartria, ataksia, diplopia, disfagia, ataksia. Banyak dari
gangguan ini diklasifikasikan beberapa sindroma seperti sindroma Wallenberg
(Adam and Victor’s,2009).
II.2.3. Serebellum
Serebelli disuplai oleh pembuluh darah arteri yaitu arteri serebelli
superior yaitu percabangan dari bagian distal arteri basilaris, arteri serebelli
inferior anterior yaitu percabangan proksimal arteri basilaris, arteri serebelli
inferior posterior yaitu percabangan distal arteri vertebralis. Karakteristik klinis
pasien dengan infark di serebelli terdiri dari penurunan kesadaran sampai
koma, vertigo, ataksia, disartria, disfagia, dan inkoordinasi (Adam and
Victor’s,2009).
II.3. Disfagia
yang sering. Disfagia yang dijumpai pada pasien stroke dihubungkan dengan
II.3.2. Epidemiologi
Insidensi tahunan: 5-11 kasus per 1.000 orang dewasa; 15,0% -45%
perlu di rawat dirumah sakit (1-4 kasus), dan 5,0%-10% diobati di ICU.
Insidensi paling tinggi pada pasien yang sangat muda dan usia lanjut.
Mortalitas 5,0% -12% pada pasien yang dirawat di rumah sakit; 25,0% - 50%
pada pasien ICU (Jeremy, 2007). Di United States, insidensi untuk penyakit ini
mencapai 12 kasus tiap 1.000 orang dewasa. Kematian untuk pasien rawat
jalan kurang dari 1,0%, tetapi kematian pada pasien yang dirawat di rumah
sakit cukup tinggi yaitu sekitar 14,0% (Alberta Medical Association, 2002).
perawatan di rumah sakit dan angka kematian diantara pasien tersebut lebih
dinamik yang kompleks, yang melibatkan 5 pasang saraf dan 26 pasang otot-
otot yang mengkordinasi dalam proses menelan. Kontrol menelan adalah multi
dimensional, terdiri dari tiga level yakni: pada level pertama adalah
Universitas Sumatera Utara
brainstem merupakan pusat generator untuk kontrol menelan, pada level
kedua adalah kontrol struktur dari subcortikal yaitu basal ganglia, hipotalamus,
amygdala, dan mid brain, pada level ketiga adalah kontrol pusat menelan di
kortikal suprabulbar.
penciuman. Saat makanan masuk ke mulut, bibir dan lidah dapat merasakan
2.Fase oral
Makanan yang dikunyah bersatu dengan air liur bergerak pada rahang
berkordinasi dengan pergerakan lidah dan pipi dan palatum, tulang hyoid,
atau kelemahan pada fase oral dapat terjadi akibat kelemahan otot atau
gangguan saraf, gangguan pada fase oral ini bisa juga disebabkan penyakit
gigi, penggunaan gigi palsu yang kurang tepat, gigi molar yang sudah copot,
dan bisa juga disebabkan kelemahan lidah atau rahang, yang berkontribusi
3.Fase faringeal
Faring terdiri dari nasofaring dan orofaring. Fase ini mempunyai dua tujuan
terdiri bagian superior, medial, dan anterior. Otot menelan faring didukung
oleh nervus trigeminalis (v), nervus fasialis (VII), nervus glossofaringeal (IX),
4.Fase esofagal
esofagus.(Langdon C,2010)
terhadap fungsi menelan, juga ada kerusakan pada saraf kranialis atau
anterior dan insula. Stroke yang melibatkan pusat menelan yang dominan
terhadap pergerakan dari fungsi menelan. Pada stroke dengan lesi yang luas
dengan cepat dapat menelan makanan kembali dengan normal. Pada pasien
yang lebih berat dan disfagia akan lebih lama terjadi. Stroke pada daerah
1. Kelemahan wajah
3. Disartria
4. Disfasia
5. Disfonia
Universitas Sumatera Utara
6.Gangguan kesadaran.
Central Pattern Generators (CPG) dari menelan, motor nuclei yang terlibat
bagian ini merupakan terdiri dari motor neuron yang menginervasi otot-otot
retikularis
Secara anatomi, neuron untuk menelan berada pada lokasi yang sama
hubungan yang erat antara respirasi dengan menelan, sehingga pada pasien
stroke didaerah brainstem sangat erat dengan terjadi aspirasi dan disfagia
(Langdon C ,2010).
berikut :
1. Disartria
occipital.
gangguan kesadaran, hemiparesis, pupil yang tidak normal, dan ada tanda
C,2012).
II.4 Pneumonia
yaitu bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Tabel 2.1 memuat daftar
(Jeremy, 2007).
II.4.1. Patogenesis
berbagai cara:
(Supandi, 1992)
dalam paru. Beberapa bentuk mekanisme ini antara lain bentuk anatomis
saluran napas, refleks batuk, sistem mukosilier, juga sistem fagositosis yang
mencapai permukaan alveoli. Bila fungsi ini berjalan baik, maka bahan infeksi
pada orang sehat tidak akan terjadi infeksi serius. Infeksi saluran napas
berulang terjadi akibat berbagai komponen sistem pertahanan paru yang tidak
Di dalam saluran napas atau cukup banyak bakteri. Bila jumlah mereka
semakin meningkat dan mencapai suatu konsentrasi yang cukup, kuman ini
kemudian masuk ke saluran napas bawah dan paru, dan akibat kegagalan
saluran napas akan ikut dengan sekresi saluran napas dan terbawa bersama
Saluran napas bawah dan paru berulang kali dimasuki oleh berbagai
mikroorganisme dari saluran napas atas, akan tetapi tidak menimbulkan sakit,
napas, juga dibantu oleh respon imunitas humoral. (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia,2003)
II.4.2 Klasifikasi
pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
b. Pneumonia atipikal,
c. Pneumonia virus
a. Pneumonia lobaris.
Universitas Sumatera Utara
Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang tua.
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau
proses keganasan
b. Bronkopneumonia.
disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua.
pneumonia antara lain usia > 65 tahun; dan usia < 5 tahun, penyakit kronik
II.4.4. Diagnosis
a. Anamnesis
tubuh meningkat dapat melebihi 40ºC, batuk dengan dahak mukoid atau
Universitas Sumatera Utara
purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada
b. Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada
inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa
ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
a. Gambaran radiologis
interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas
b. Pemeriksaan laboratorium
kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20,0% - 25%
penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan
pada penderita stroke dan sebagai penyebab demam yang paling sering
Kumar S, 2010 ).
pneumonia yaitu inflamasi dari parenkim paru yang disebabkan agen infeksius
dan tidak muncul pada saat masuk rumah sakit, dimana keadaan tersebut
didapat lebih dari 48 jam setelah masuk rumah sakit ( Rotstein C, dkk, 2008 ).
meliputi:
- Enterobacteriaceae
- S. Aureus
- S. Pneumoniae
dengan aspirasi pneumonia, oleh karena itu maka tes refleks batuk perlu
gangguan menelan
enteral.
dosisiklin.
(nilai 4), nilai NIHSS yang tinggi pada saat masuk (NHISS ≥ 2 nilai 3),
penurunan kesadaran (nilai 3) dan usia lebih dari 70 tahun (nilai 2). Kemudian
pneumonia pada fase akut (2,1%), nilai 1-3 memilki resiko sedang (4,2%) dan
Penelitian Sellars, dkk, 2007 menghasilkan bahwa faktor – faktor berikut : usia
> 65 tahun, disartria atau tidak dapat berbicara karena afasia, skor modified
Rankin Scale ≥ 4, skor Abbreviated Mental Test <8 dan ketidak mampuan
melakukan tes menelan air, jika ditemukan 2 atau lebih akan mendapatkan
2007)
Disfagia sering terjadi pada penderita stroke, yang akan meningkatkan resiko
SK, 2012 )
- Penderita stroke yang akan dilakukan tes screening menelan harus bisa
duduk tegak dan sadar setidaknya selama 15 menit. Jika tidak maka tes tidak
dapat dilakukan dan penderita tidak diperbolehkan makan / minum dari mulut.
- Periksa apakah rongga mulut penderita bersih atau tidak. Jika kotor, maka
segera bersihkan.
- Dudukkan penderita dan berikan satu sendok air sebanyak 3 kali. Letakkan
jari di garis tengah dibawah laring dan rasakan saat penderita menelan.
“aah” ). Jika ada tanda – tanda tersebut maka penderita tidak diperbolehkan
- Selanjutnya penderita disuruh minum segelas air dan diamati tanda – tanda
seperti sebelumnya. Jika ada tanda – tanda tersebut maka penderita tidak
- Jika hal tersebut dapat dilakukan penderita stroke maka makanan / minuman