Anda di halaman 1dari 16

Mengenal Kaliandra Merah (Calliandra callothyrsus)- 01

Daru Asycarya
November 26, 2015
Oleh: Prijanto Pamoengkas dan Daru Asycarya

1. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan/King :Plantae
Divisi :Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :Mangnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
Ordo :Fabales
Famili :Fabaceae (Suku polong-polongan)
Genus :Calliandra
Spesies :Calliandra calothyrsus

2. Nama Daerah
Di tempat asalnya, jenis ini memiliki beberapa nama umum, yang paling sering digunakan
adalah “Cabello de Angel” (artinya rambut malaikat) dan “Barbe Sol” (artinya jenggot matahari).
Di Indonesia jenis ini disebut Kaliandra Merah. Kaliandra putih adalah jenis yang berkerabat
tetapi sekarang tidak lagi diklasifikasikan dalam Calliandra, tetapi spesiesnya adalah Zapoteca
tetragona.

3. Penyebaran
Kaliandra merupakan jenis yang unik dalam marganya karena penggunaannya yang luas
secara internasional sebagai pohon serbaguna untuk Wanatani. Jenis ini secara alami terdapat
di Meksiko dan Amerika Tengah, dari negara bagian Colima, Meksiko, turun ke pesisir utara
Panama bagian tengah. Pada tahun 1936 benih tanaman ini dikirimkan dari Guatemala Selatan
ke Pulau Jawa. Benih ini kemungkinan besar dikumpulkan dari provenans “Santa Maria de
Jesus” di Guatemala. Sampai tahun 1974, berbagai percobaan di tingkat desa telah dilakukan
untuk menilai kesesuaiannya sebagai jenis tanaman penghijauan pada lahan-lahan yang
tererosi di sekitar desa. Kaliandra terbukti sesuai untuk berbagai kegunaan sistem wanatani dan
dipromosikan oleh instansi Kehutanan di Indonesia untuk penyebaran penanamannya. Dari
Jawa jenis ini kemudian diperkenalkan ke berbagai pulau lainnya di Indonesia. Kepopuleran
jenis ini lalu membangkitkan minat di tempat lain dan benihnya dikirimkan ke negara-negara lain
di Afrika, Asia dan bahkan kembali ke Amerika Tengah. Sekarang jenis ini diyakini telah
tersebar di seluruh kawasan tropis.

4. Persyaratan Tumbuh
Kaliandra tumbuh alami di sepanjang bantaran sungai, tetapi dengan cepat menempati areal
yang lahannya terganggu. Jenis ini tidak tahan naungan dan cepat sekali kalah bersaing
dengan vegetasi sekunder lain. Di Meksiko dan Amerika Tengah tanaman ini tumbuh di
berbagai habitat sampai dengan ketinggian 1860 m dari permukaan laut. Jenis ini terutama
terdapat di daerah yang curah hujannya berkisar antara 1000 dan 4000 mm per tahun,
meskipun populasi tertentu terdapat di daerah yang curah hujan tahunannya hanya 800 mm.
Jenis ini terutama terdapat di daerah yang musim kemaraunya berlangsung selama 2-4 bulan
(dengan curah hujan kurang dari 50 mm per bulan). Namun pernah ada juga spesimen yang
ditemukan di daerah yang musim kemaraunya mencapai 6 bulan. Jenis ini tumbuh di daerah
dengan suhu minimum tahunan 18-22° C. Di tempat tumbuh aslinya, jenis ini hidup pada
berbagai tipe tanah dan tampaknya tahan terhadap tanah yang agak masam dengan pH sekitar
4,5. Jenis ini tidak tahan terhadap tanah yang drainasenya buruk dan yang tergenang secara
teratur.

http://greenmadura.com/mengenal-kaliandra-merah-calliandra-callothyrsus-01/

Ciri Morfologi dan Musim Buah Kaliandra – 02


Daru Asycarya Uncategorized
November 26, 2015 0 Comment
Oleh: Prijanto Pamoengkas dan Daru Asycarya

4113

Ciri Morfologi

Kaliandra adalah pohon kecil bercabang yang tumbuh mencapai tinggi maksimum 12 m dan
diameter batang maksimum 20 cm. Kulit batangnya berwarna merah atau abu-abu yang
tertutup oleh lentisel kecil, warnanya pucat berbentuk oval. Ke arah pucuk batang cenderung
bergerigi, dan pada pohon yang batangnya coklat-kemerahan, ujung batangnya bisa berulas
merah. Di bawah batang, sistem akarnya terdiri dari beberapa akar tunjang dengan akar yang
lebih halus yang jumlahnya sangat banyak dan memanjang sampai ke luar permukaan tanah.
Jika di dalam tanah terdapat rhizobia dan mikoriza, akan terbentuk asosiasi antara jamur
dengan bintil-bintil akar.

Persemaian-4

Dalam populasi jenis tertentu pertumbuhan akar tumbuh menyerupai akar penghisap sehingga
tanaman membentuk rumpun yang sebenarnya merupakan satu tanaman tunggal saja. Jenis ini
memiliki daun-daun yang lunak yang terbagi menjadi daun-daun kecil. Panjang daun utama
dapat mencapai 20 cm dan lebarnya mencapai 15 cm dan pada malam hari daun-daun ini
melipat ke arah batang. Tangkai daun bergerigi dengan semacam tulang di bagian permukaan
atasnya, tetapi tidak memiliki kelenjar-kelenjar pada tulang sekundernya. Bunganya
bergerombol di sekitar ujung batang. Bunga menjadi matang dari pangkal ke ujung selama
beberapa bulan. Bunga ini mekar selama satu malam saja dengan benang-benang mencolok
yang umumnya berwarna putih di pangkalnya dan merah di ujungnya (walaupun kadang ada
juga yang berwarna merah-jambu). Sehari kemudian benang-benang ini akan layu dan bunga
yang tidak mengalami pembuahan akan gugur. Polong terbentuk selama dua sampai empat
bulan dan ketika sudah masak, panjangnya dapat mencapai 14 cm dan lebarnya 2 cm. Polong
berbentuk lurus dan berwarna agak coklat, dan berisi 8-12 bakal biji yang akan berkembang
menjadi biji oval yang pipih.

Musim buah

Di Indonesia, Kalindra berbunga sepanjang tahun, tetapi produksi buahnya terbanyak pada
musim kemarau ( antara Juni-September). Dari hasil pengamatan di Sri Lanka, ternyata musim
bunga terbanyak berlangsung pada bulan April dan November. Secara umum, bunga mekar
pada malam hari mulai jam 16.00-18.00 dan masa reseptif pollen antara jam 19.00-21.00
malam . Bunga mekar sekitar 16-19 jam. Bunga mekar hanya satu malam dan akan layu pada
hari berikutnya. Setelah 3-4 bulan polongnya akan matang. Lamanya masa pembungaan
adalah 4 bulan dan berlangsung sepanjang tahun.

http://greenmadura.com/ciri-morfologi-dan-musim-buah-kaliandra/

Teknik Silvikultur Kaliandra – 03


Daru Asycarya Uncategorized
November 26, 2015 0 Comment
Oleh : Prijanto Pamoengkas dan Daru Asycarya

Persemaian-1

Persemaian/Pembuatan Bibit

Pengadaan Bibit
Pengadaan bibit dapat berasal dari biji atau pembiakan vegetatif melalui stump dan
tunas/coppice system.

Pengadaan benih

1. Pengumpulan benih
Buah berbentuk polong. Buah (polong) masak berwarna coklat. Jumlah benih dapat mencapai
14.000-19.000 setiap kg.

2. Ekstraksi benih
Buah (polong) yang masak setelah dijemur di bawah sinar matahari selama 1-2 hari akan
membuka dan menampakkan benih di dalamnya. Benih terlihat mengkilap, hitam, berbentuk
seperti tetesan air mata seperti benih Leucaena tetapi agak sedikit lebih besar.

3. Penyimpanan benih
Penyimpanan benih di dalam refrigerator pada suhu 4° C dapat mempertahankan viabilitasnya
setelah 2,5 tahun. Akan tetapi bila benih Kaliandra disimpan dalam kantong katun pada suhu
ruang maka vaibilitasnya akan turun dari 75% menjadi 60% dalam 1 tahun. Namun
penyimpanan benih Kaliandra untuk periode yang lama tidak selalu diperlukan karena Kaliandra
berbuah secara terus menerus sepanjang tahun.

4. Perkecambahan benih
Benih ditaburkan tanpa menggunakan perlakukan pendahuluan. Tetapi benih akan
berkecambah dengan cepat bila benih direndam air panas 1 menit kemudian direndam air
dingin selama 24 jam.

benih kaliandra

Pembiakan vegetatif

1. Stump/Stek
Pembiakan vegetatif dapat dilakukan dengan stump yang diambil dari pohon yang tingginya
kira-kira 1 meter dengan memotong batangnya sampai ketinggian 30 cm dan akarnya sampai
20 cm. Stump dapat pula dibuat dengan ukuran panjang batang 30-50 cm dan panjang bagian
akar 25 cm.

2. Coppice system/sistem trubusan


Perbanyakan tanaman Kaliandra dengan cara vegetatif dapat dilakukan dari semai muda yang
sukulen atau tunas akar, cara perbanyakan vegetatif ini tidak banyak dilakukan di Indonesia.
Perbanyakan secara vegetatif dari tunas muda atau akar perlu media tanam yang baik, yaitu
campuran pasir dan serbuk gergaji dalam keadaan basah dan kelembabannya harus
dipertahankan 80%. Pengambilan batang dari tunas muda atau akar sepanjang 5-7 cm, yang
masing-masing memiliki 2-3 helai daun kemudian tanaman ditanam pada poly-propagator
dengan jarak 5×5 cm. Potongan-potongan tersebut sebaiknya ditanam pada pagi hari, dan
segera dipindahkan ketempat perbanyakan, karena batang yang sukulen sangat rentan
terhadap kekeringan, oleh karena itu perlu penyiraman 2-3 hari sekali.

Persemaian

Setelah bibit berumur 4-6 bulan (diameter leher akar ± 1 cm ), atau dengan tinggi rata-rata
20-50 cm dan diameter leher akar 0,5 – 1 cm maka bibit siap ditanam di lapangan.

Penanaman

Penanaman dapat dilakukan dengan cara semai langsung biji yang telah diskarifikasi pada
kedalaman 1-3 cm atau dari bibit yang telah mencapai tinggi 20-50 cm yang telah ditumbuhkan
pada tempat pembibitan. Bibit dapat ditanam berbaris dengan jarak tanam 3-4m, atau pada
penggunaan sebagai sumber pakan ditanam dengan jarak 0,5-1 m secara menyebar.
Penggunaan inokulasi mungkin bermanfaat pada daerah baru ditanami. Pertumbuhan awal
lambat tetapi pertumbuhan selanjutnya sangat cepat dan pohon dapat mencapai tinggi 3,5 m
dalam 6 bulan. Tidak dapat tumbuh baik bila dipotong.

Semai dipindahkan ke dalam lubang tanam yang sudah disiapkan dua sampai empat minggu
sebelumnya. Buat lubang dengan lebar sedikitnya 30 cm dan kedalaman 30 cm, gemburkan
tanah, dan kemudian kembalikan ke dalam lubang. Sebelum menanam, sobeklah satu sisi
kantung plastik dan pindahkan semai dengan hati-hati tanpa mengganggu gumpalan tanah
pada akarnya. Jika akar mengelilingi gumpalan tanah potonglah di kedua sisi menggunakan
pisau yang bersih dan tajam. Dengan demikian akarnya tidak tumbuh menggumpal setelah
dipindahkan. Letakkan setiap semai di tengah lubang tanam. Bagian atas gumpalan tanahnya
harus sama tinggi dengan permukaan tanah. Padatkan tanah yang longgar di sekitar semai
dengan hatihati sehingga semai berdiri tegak. Jika penguapan air tanah merupakan masalah,
tutuplah permukaan tanah di sekitar semai dengan mulsa. Pastikan bahwa mulsa ini tidak
mengandung biji gulma.

Persemaian-2

Pemeliharaan

Semua tanaman muda Kaliandra menunjukkan pertumbuhan yang lambat pada awalnya, apa
pun cara tanam yang diterapkan. Selama periode ini, tanaman sangat rentan terhadap
persaingan dengan tumbuhan lain untuk mendapatkan sinar matahari, kelembaban dan hara
tanah. Jenis rumput yang cepat tumbuh seperti Bothriochloa petusa (rumput perak), Bracharia
mutica, dan Panicum maximum, memiliki perakaran yang sangat padat di permukaan tanah dan
merupakan pesaing kuat bagi semai yang masih muda. Persaingan seperti ini harus
dikendalikan supaya semai Kaliandra dapat tumbuh dengan baik. Secara umum semua
tumbuhan liar yang berada pada jarak

http://greenmadura.com/teknik-silvikultur-kaliandra-03/

Kaliandra dan Tumpangsari (4)


Daru Asycarya Uncategorized
November 28, 2015 1 Comment
Oleh: Prijanto Pamoengkas & Daru Asycarya

Sistem tumpang sari/Wanatani

DSCN0039Petani di Sulawesi telah menanam Kaliandra sebagai tanaman peneduh di


perkebunan kopi, demikian juga di Guatemala dan Costa Rica. Setelah kopi tua di Guatemala
dan Costa Rica, Kaliandra diganti dengan pohon peneduh yang lebih besar, seperti Inga,
Gliricidia (Gamal), dan Erythrina (Dadap). Di Sri Lanka, para petani sudah menunjukkan minat
mereka untuk menggunakan Kaliandra sebagai pohon pelindung berukuran sedang di
perkebunan teh. Di Jawa Barat, petani menanam Kaliandra sebagai pohon peneduh semai di
hutan tanaman kayu bernilai tinggi, seperti Agathis loranthifolia (Damar) dan Tectona (Jati),
Swietenia (Mahoni), dan Pinus. Kaliandra ditanam rapat di sepanjang garis kontur di antara
barisan jenis tanaman kayu utama. Barisan tanaman pohon peneduh biasanya berjarak 2,5-3 m
dari pohon penghasil kayu, bergantung pada kemiringan lahan. Kaliandra dipangkas secara
berkala, dan hasil pangkasan dikembalikan ke tanah sebagai pupuk hijau dan mulsa. Pohon
peneduh menghambat pertumbuhan gulma, mencegah erosi tanah, dan meningkatkan
kesuburan tanah.

Kaliandra juga berpotensi tinggi untuk tumpang sari dengan tanaman pangan seperti jagung,
padi atau kacang tanah. Hasil awal dari percobaan tumpang sari barisan menunjukkan bahwa
pohon ini sebaiknya ditanam dengan jarak tanam 2,5 m dalam barisan dan dipangkas setinggi
50 cm. Biomassa hasil patumpangsaringkasan kemudian dikembalikan ke tanah sebelum
penanaman tanaman pangan. Barisan Kaliandra mungkin juga perlu dipangkas sekali atau dua
kali lebih banyak selama musim tanam, untuk mengurangi persaingan mendapatkan cahaya
dan kelembaban tanah.

Petani di Indonesia juga melakukan tumpang sari antara Kaliandra dan jenis tumbuhan perdu
lainnya bersama dengan tanaman pangan di lereng bukit (tingkat kemiringan kurang dari 45
persen) dalam barisan mengikuti garis kontur yang berjarak 1,5 m sampai 2 m. Barisan
tanaman dipangkas untuk dijadikan mulsa selama musim kemarau dan pupuk hijau selama
musim hujan. (DA-28/11-15)

http://greenmadura.com/kaliandra-dan-tumpangsari-4/

greenmadura.com
Menu
Keunggulan Kaliandra Merah (5)
Daru Asycarya Uncategorized
November 29, 2015 1 Comment
Keunggulan Kaliandra Merah

Oleh: Prijanto Pamoengkas dan Daru asycarya

Alasan yg dipakai untuk menanam Kaliandra merah karena mempunyai beberapa keunggulan
sebagai berikut :
a. Mempunyai pertumbuhan yang cepat, sehingga mudah dan cepat untuk diproduksi sebagai
penghasil bahan baku chip.
b. Toleran pada tanah yang masam (pH rendah) dimana jenis tanaman lainnya menunjukkan
performa yang buruk pada kondisi lahan tersebut sehingga jenis ini dapat tumbuh pada areal
yang luas dan kondisinya beragam.
c. Tanaman Kaliandra merupakan tanaman pengikat nitrogen dan mampu memperbaiki struktur
dan kesuburan tanah karena tanaman ini mampu bersimbiose dengan bakteri Rhizobium untuk
pengikat unsur N dari udara yng kemudian disimpan dalam bintil-bintil akar sehingga digunakan
bawah pada perkebunan kelapa, kopi dan tehm serta tanaman inang pada tanaman hutan.
d. Memiliki kemamapuan bertunas kembali setelah berkali-kali dilakukan pemangkasan,
sehingga tanaman ini sering digunakan untuk pakan ternak.
e. Banyak digunakan sebagai kayu bakar oleh petani karena kayunya mudah dikeringkan serta
cukup baik untuk dibuat arang kayu. Dalam 1 Ha tanaman kaliandara dapat menghasilkan
15-40 ton kayu dan masa produksinya selama 10-20 tahun.
f. Digunakan untuk merehabilitasi lahan alang-alang.
g. Pohonnya sering digunakan untuk kutu lak, melakukan sekresi guna menghasilkan lak
(bahan untuk pembuatan vernis).
h. Dapat digunakan untuk memproduksi Chip yang digunakan bahan bakar industry.
i. Meningkatkan penyerapan air permukaan kedalam tanah karena perakarannya yang dalam
dapat menahan air permukaan sehingga banyak menyerap air ke dalam tanah.
j. Penahan erosi, karena memiliki perakaran yang relative dalam sehingga dapat tumbuh
dengan kokoh.

Karakteristik Pemanfaatan

Kayu Bakar/Arang (bioenergi konvensional)


Luas tanaman Kaliandra di Pulau Jawa dapat mencapai lebih dari 30,000 ha. Kayu dari
tanaman kaliandra teksturnya cukup padat, mudah kering dan sifatnya mudah terbakar,
sehingga kayu kaliandra sangat ideal untuk dijadikan kayu bakar atau kayu arang. Kayu
Kaliandra memiliki berat jenis antara 0.5 – 0.8, dan dapat menghasilkan panas sebesar 4600
kcal/kg, sedangkan untuk kayu arang menghasilkan panas sebesar 7200 kcal/kg (Roshetko,
J.M 2001). Untuk produksi kayu bakar penanaman kaliandra umumnya ditanam secara rapat
dengan ukuran 1×1 m atau 1×2 m.

Pemangkasan pada tanaman kaliandra akan membentuk tunas baru dengan cepat dan
merangsang pertumbuhan cabang-cabang lebih banyak dibanding tanaman jenis leguminosae
lainnya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa pada umur 1 tahun tanaman kaliandra dapat
menghasilkan kayu bakar sebanyak 5-20 m3/ha/tahun, dan yang sudah berumur 20 tahun
dapat menghasilkan kayu bakar sebanyak 30-65 m3/ha/tahun (Roshetko, J.M. 2001). Produksi
kayu Kaliandra umur 1 tahun (5-20 m3/ha/tahun), setara dengan Biomass sebesar 4.35-17.42
ton/ha/tahun [produksi kayu (m3) x wood density (0.67) x Biomass Efficient Factor (1.3)]. Masih
terkait dengan produksi kayu Kaliandra, data lain menunjukkan bahwa pada tahun pertama,
dihasilkan kayu bakar sebesar 100 sm (staple meter) per ha (Vademekum Kehutanan 1976).
Staple meter dapat diartikan sebagai tumpukan kayu, dengan ukuran panjang 1 m, lebar 1 m
dan tinggi 1 m. Dengan nilai konversi 1 sm = 0.7 m3, maka 100 sm setara dengan 70 m3, atau
setara dengan 70 m3 x 0.67 x 1.3 ton/ha atau sebesar 60.97 ton/ha. Data ini jauh lebih besar
dibandingkan dengan data Roshetko, JM (2001). Sementara itu, Ndayambaje J.D (2005)
menyatakan bahwa produksi biomassa tanaman Kaliandra dengan pola Agroforestry di
Rwanda, Afrika pada tahun pertama dapat mencapai 15-40 ton/ha.

Angka ini diperoleh dengan intensitas pengelolaan yang cukup baik. Mengacu kepada data
produksi kayu Kaliandra di atas, maka menurut saya, produksi sebesar 4-17 ton/ha termasuk
rendah dengan intensitas pengelolaan tergolong rendah (poor management), sedangkan
produksi sebesar 60.97 ton/ha cenderung over-estimate. Berpedoman kepada produksi kayu
energy secara umum dengan intensitas pengelolaan baik (good management) yaitu sebesar
20-30 ton/ha, maka tanaman Kaliandra di Bangkalan harus dikelola secara baik untuk mencapai
angka tersebut. Produktivitas sangat tergantung pada kondisi tempat tumbuh dan
pengelolaannya.

Kayu bakar dari tanaman kaliandra di Indonesia banyak digunakan masyarakat pedesaan untuk
keperluan rumah tangga dan industri kecil seperti produksi gula merah, karet, minyak kelapa,
bata merah, dan batu bata

http://greenmadura.com/keunggulan-kaliandra-merah-5/

greenmadura.com
Menu
Kaliandra dan Wood Pellet – 06
Daru Asycarya Uncategorized
November 29, 2015 3 Comments
Oleh: Prijanto Pamoengkas dan Daru asycarya

Produksi wood pellet

IMG_3666Salah satu sumber energi alternatif yang dikembangkan dari hasil hutan, yaitu Wood
pellet (Wood Biomass Energy). Bahan bakunya berasal dari limbah industri penggergajian,
limbah tebangan dan limbah industri kayu lainnya. Hasil olahan ini dikemas dalam bentuk pellet
yang berdiameter 6 – 10 mm dan panjang 10 – 30 mm. Kepadatan rata-rata 650 kg/m3 atau 1.5
m3/ton. Kadar abunya rendah 0.5%. Tinggi kandungan energinya 4.7kWh/kg atau 19.6GJ./od
Mg. Mempunyai rasio energi yang tinggi antara output dan inputnya yaitu 19:1 ~ 210:1. Wood
pellet cocok digunakan sebagai bahan bakar kebutuhan rumah tangga, pertanian, dan industri
besar, bahkan juga bisa untuk industri pembangkit tenaga. Dengan kandungan panasnya
mencapai 4.880 kilo kalori produk ini mampu menggantikan batu bara. Dengan kemampuannya
mengeluarkan panas yang setara dengan batu bara, `wood pellet’ akan diterima pasar karena
dunia kini sedang menuju mekanisme pembangunan bersih untuk membantu mengurangi efek
gas rumah kaca.

Kayu Kaliandra merupakan salah satu bahan yang sangat berpotensi dalam produksi wood
pellet. Jenis kayu tersebut memiliki rata-rata BJ 0.67 dengan kandungan tanin yang cukup tinggi
yaitu sekitar 8% dan mampu menghasilkan kalor mencapai 4.200 kkal/kg dalam bentuk kayu
mentah. Berikut ini merupakan perbandingan beberapa jenis kayu sebagai bahan baku
bioenergi.

Minat investor Korea Selatan untuk menanamkan modalnya di industri ini karena kebijakan
Presiden Korea Selatan, Lee Myung Bak, yang akan mengimplementasikan “Green Growth”
Korea terkait dengan agenda dunia mengatasi perubahan iklim (Climate Change. Melalui
“Green Growth”, Korsel berharap dapat mengganti lima persen dari penggunaan batu bara
untuk bahan bakar pembangkit listrik dengan biomass dari `wood pellet’ ini. Jika kebutuhan
batubara Korsel delapan juta ton per tahun, maka terdapat pasar potensial untuk produk
biomass ini sekitar 400.000 ton per tahun. Berikut ini ditampilkan gambar wood pellet dari jenis
soft wood dan hardwood
Konservasi dan Reklamasi Lahan Marginal

Kecepatan pertumbuhan dan kemampuan memfiksasi Nitrogen dari lingkungannya, Kaliandra


dapat digunakan dalam program rehabilitasi lahan kritis. Pada awal penyebarannya tanaman
Kaliandra ditanam sebagai pohon pelindung kopi dan teh atau pelindung di lokasi persemaian.
Sebagai salah satu komponen sistem pertanian lahan kering, Kaliandra digunakan untuk
meningkatkan kesuburan tanah, teras, mencegah erosi, pengendalian pertumbuhan gulma
seperti alang-alang, dan dapat mempertahankan kelembaban tanah. Tanaman Kaliandra dapat
dikombinasikan dengan tanaman semusim seperti jagung, padi, kacang tanah, dan sayur
sayuran pada sistem penanaman alley cropping, dan untuk mengurangi kerapatan naungan
dan kompetisi dengan tanaman semusim kaliandra dipangkas 3-4 kali dalam setaun. Tinggi
pangkasan umumnya antara 0.5 – 1 m, daun hasil pangkasannya dapat digunakan sebagai
pupuk hijau, pakan ternak, dan kayunya digunakan untuk kayu bakar atau pulp bahan kertas.

Produksi Madu

Kaliandra ditanam pada areal kawasan kehutanan selain untuk tanaman pelindung bagi
tanaman utama seperti Karet, Pinus, Akasia, dan Damar, juga dimanfaatkan sebagai sumber
pakan penting untuk lebah madu berupa residu nektar yang dihasilkan dari bungannya. Di
daerah Sukabumi Jawa Barat telah ditanam kaliandra seluas 601 ha khusus untuk
menyediakan pakan bagi ternak lebah, yang jumlahnya sebanyak 1800 sarang lebah. Dari
setiap koloni per tahun dihasilkan madu rata-rata sebanyak 15 kg madu, dan total produksi
secara keseluruhan sebanyak 27.000 kg/tahun madu.

Hijauan Pakan Ternak

Seperti kebanyakan hijauan ternak dari jenis pohon dan perdu lain, Kaliandra kaya protein,
tetapi kandungan energi yang dapat dicerna relatif rendah. Bagian yang dapat dimakan
mengandung 20-25% protein mentah sehingga sesuai sebagai tambahan protein bagi ternak
yang makanan utamanya rumput atau jenis makanan lain yang kualitas proteinnya rendah.
Namun pemberiannya sebaiknya dibatasi paling banyak 30-40% berat segar seluruh makanan,
sebab jika lebih banyak, tidak akan dimanfaatkan seluruhnya. Salah satu faktor yang
mempengaruhi nilai gizi adalah kecernaanya, dan sejauh mana hijauan ternak dapat dicerna
dan diserap oleh ternak. Kecernaan kaliandra sangat bervariasi, dari sekitar 30% sampai 60%.
Hijauan ternak C. calothyrsus segar dapat meningkatkan berat badan ternak pedaging dan
produksi susu pada sapi.

Pemilihan Jenis

Pemilihan jenis tanaman harus mempertimbangkan sifat hubungan antara jenis tanaman
dengan keadaan iklim, tinggi tempat di atas permukaan laut, letak permukaan air tanah dan
sebagainya. Hal ini sama seperti yang disampaikan oleh Soerianegara dan Indrawan (1998),
bahwa ada beberapa keadaan ekologis yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis pohon,
yaitu:

1) Iklim, tiap jenis pohon mempunyai persyaratan tumbuh yang berhubungan erat dengan iklim.
Faktor iklim-yang mempengaruhi pertumbuhan pohon adalah hujan.

2) Tanah, kesuburan dari tanah sangat penting untuk diperhatikan karena tiap jenis tanaman
membutuhkan kesuburan yang berbeda-beda untuk dapat mencapai hasil maksimal.

3) Tinggi tempat, tiap jenis tanaman mempunyai kisaran tumbuh terhadap tinggi tempat dari
permukaan laut.

4) Kebutuhan akan cahaya matahari, jenis pohon ada yang bersifat toleran, semi toleran dan in
toleran.

5) Keadaaan lapangan, penting dalam menentukan jenis pohon untuk tujuannya misalnya untuk
tujuan produksi, konservasi dan Iain-lain.

6) Kesarangan tanah, apakah jenis-jenis tertentu dapat tumbuh ditanah yang becek,
sewaktu-waktu tergenang atau tidak dapat tumbuh sama sekali.

Kesesuaian jenis dengan tempat tumbuhnya memungkinkan tegakan hutan tumbuh secara
optimal, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan, baik berkenaan
dengan perlindungan dan konservasi tanah maupun pengaturan tata air.

http://greenmadura.com/kaliandra-dan-wood-pellet/

HULU-HILIR: MODEL BISNIS KEBUN ENERGI DAN WOOD PELLET


Daru Asycarya Uncategorized
January 17, 2016 0 Comment
Penulis: Daru Asycarya (Pernah dimuat dalam majalah Rimba Indonesia)
Editor: Dr Wiratno

IMG_0237Mat Juri terlihat menenteng celurit setelah menebas beberapa tanaman kaliandra
yang tumbuh di belakang rumahnya. Batang-batang kaliandra yang telah dipanen ini disiapkan
untuk digiling menjadi wood pellet di pabrik wood pellet Gerbang Lestari yang lokasinya sekitar
dua kilometer dari rumahnya. Ada sekitar 1 hektar lahan milik Mat Juri yang ditanami kaliandra
dalam program penananaman Kebun Energi Kaliandra proyek ICCTF Kemenhut. Mat Juri tidak
sendirian, karena ada sekitar 200 anggota kelompok tani Gerbang Lestari (dulu Gunung Mereh)
aktif menanam di lahan-lahan milik di wilayah Kecamatan Geger, Bangkalan, Madura.

Sebetulnya mereka aktif menanam sudah sejak tahun 70 an, era dimulainya program
penghijauan oleh pemerintah. Lahan-lahan gundul pada saat itu terbentang dimana-mana
karena memang salah urus. Program penghijauan yang digagas oleh Haji Noeryanto bersama
para ulama di Geger, disambut oleh Transtoto Handadari yang saat itu menjabat sebagai
Kepala Balai RLKT di Kabupaten Bangkalan. Tantangan yang dihadapi pemerintah saat itu
memang berat, stigma politik masyarakat terhadap partai kekuasaan sungguh kejam.
Masyarakat Bangkalan pada era itu masih kental dengan partai politik tertentu yang
menganggap bahwa semua bantuan dan barang-barang milik pemerintah dianggap haram,
sehingga tanaman akasia, mahoni, dan buah-buahan bantuan pemerintah-pun disebut sebagai
“pohon kafir”. Oleh karena itu peran ulama karismatik seperti ayahnya Abah Irham sangat besar
untuk menstimulasi program penanaman melalui pendekatan akidah Islam. Masyarakat pun
pada akhirnya tidak menolak lagi.

Perjalanan para petani dan kelompok tani di Kecamatan Geger Bangkalan ini dari tingkatan
petani menuju pada level industrialisasi berbasis masyarakat, sangat menarik untuk dikaji. Bisa
jadi ini merupakan lompatan budaya yang terlalu jauh sehingga ada kekhawatiran sebagian
pihak bahwa mereka belum siap menghadapi dunia bisnis yang penuh tantangan. Forest
Management Unit (FMU) Gerbang Lestari sebetulnya telah melampaui harapan banyak orang.
Gapoktan ini telah berhasil mengantongi sertifikat ekolabel dari Lembaga Ekolabel Indonesia
(LEI) pada tahun 2010. Sertifikat yang prestisius ini merupakan bukti bahwa petani bisa
mengelola hutan rakyat secara lestari dengan memegang prinsip sustainability by the tripple
bottom line: planet, people, profit. Di era Orde Baru, Gapoktan di wilayah ini juga memperoleh
penghargaan “Kalpataru” pada tahun 1988 dari pemerintah atas upaya-upayanya menghijaukan
lahan kritis dan mitigasi banjir. Kondisi hutan rakyat yang hijau yang banyak ditumbuhi dengan
tanaman untuk kayu pertukangan, kelembagaan kelompok petani yang aktif, dan akses Madura
yang semakin terbuka sejak Jembatan Suramadu dioperasionalkan, merupakan faktor yang
mendorong pengembangan kelompok tani ini menuju tahap industrialisasi yang low carbon
economy.

Pada tahun 2013, dana bantuan dari ICCTF (Indonesia Climate Change Trust Fund) mengalir
ke Kementerian Kehutanan melalui sebuah proyek pengembangan kebun energi kaliandra dan
pabrik wood pellet skala inkubator. Dr. Yetti Rusli sebagai penggagas awal bersama dengan
IDEAS Consultant dan Ditjen BPDAS PS ikut memperjuangkan proyek yang “seksi” dimata
banyak pihak donor dan penggiat perubahan
iklim.3-serangkai-penjaga-hutan-geger-307129_200x200

Penerapan konsep hulu hilir

Proyek yang didanai oleh ICCTF ini menjalankan program utama yaitu: 1. Membangun kebun
energi kaliandra merah dengan pola Short Rotation Coppice System (SRC) atau 3T yaitu
Tanam, Tebang, Trubus; 2. Membangun industri pelet kayu berbasis masyarakat dalam skala
inkubator, dan 3. Mengembangkan kapasitas dan edukasi ke berbagai pihak seperti masyarakat
terutama petani dan kelompok tani, pemerintah lokal, pemerintah pusat dan para pemangku
kepentingan. Setelah dua tahun (21 bulan) proyek ini dijalankan, beberapa hasil utama yang
bisa dikembangkan adalah: 214 hektar kebun kaliandra merah yang siap menyuplai bahan baku
wood pellet dan karbon tersimpan dalam bentuk biomasa; satu unit bangunan pabrik seluas 200
m2 beserta mesin-mesin pengolah wood pellet dan sambungan listrik PLN 197 KW yang kini
telah menghasilkan produk wood pellets; kelembagaan masyarakat yang sudah tertata untuk
mengelola kebun energi dan industri wood pellet, proses penghitungan karbon tersimpan dan
monev, training dan bimbingan teknis petani, serta pengadaan barang dan jasa yang
mendukung operasional proyek.

Pembangunan Kebun energi yang terintegrasi dengan pabrik pengolahan energi biomasa
merupakan penerapan prinsip carbon neutral dan baru pertama kali diterapkan di Indonesia,
tepatnya di Bangkalan, Madura. Kebun Energi kaliandra merah dibangun oleh masyarakat atau
kelompok tani FMU Gerbang Lestari yang terdiri dari 10 kelompok tani sejak tahun 2013.
Mereka mengembangkan persemaian kaliandra di perwakilan kelompok dan menanam
kaliandra dan ditanam di kebun energi menggunakan teknik silvikultur yang sesuai dengan
kondisi setempat. Panen kaliandra baru bisa dimulai pada bulan Mei 2014 atau tepatnya
setelah tanaman kaliandra berumur 14 bulan. Panen ini menandai aktivitas pabrik CV gerbang
Lestari telah dimulai. Berdasarkan pengolahan data penghitungan karbon di Kebun Energi,
perkiraan penurunan emisi (Estimated Emission Reducation) pada areal kebun energi kaliandra
FMU sebesar 69,69 ton CO2eq/ha/tahun (emisi kebun energi kaliandra) – 22,02 ton
CO2eq/ha/tahun (emisi hutan rakyat FMU) = 47,67 ton CO2eq/ha/tahun.

Sampai dengan akhir proyek ini telah dihasilkan wood pellets oleh CV Gerbang Lestari dan
telah tersimpan di Gudang produksi sebanyak 15 ton. Pengembangan industri wood pellet
berbasis masyarakat berskala inkubator dibangun di atas tanah milik Haji Sahid salah satu
anggota kelompok tani dengan luas sekitar 200 m2. Walaupun berada ditengah-tengah
kampung, CV Gerbang Lestari telah mengantongi semua persyaratan legalitas pabrik seperti
SIUP, TDP, HO, dan Akta Pendirian. Petani dan karyawan pabrik telah memperoleh pendidikan
dan training manajemen pabrik dan pengolahan mesin-mesin pengolah wood pellet dan mereka
mampun mengembangkan pengetahuan mesin dan produksi wood pellet berdasarkan ujicoba
dan pengalaman empirik.
Proyek ini juga menjalankan aktivitas pengembangan kapasitas petani dan kelembagaan
melalui program training, Focus Group Discussion (FGD), dan bimbingan teknis. Kegiatan
training dan FGD ini meliputi pengembangan persemaian, penanaman, monev, dan
pemeliharaan kebun energi kaliandra. Dalam konteks pengembangan model bisnis, aturan
internal, policy, visi, misi, nilai-nilai, model produksi, model profit sharing, dan sebagainya
mengkaitkan antara proses produksi wood pellet dengan kemampuan kebun energi kaliandra
memasok bahan baku. Model bisnis ini menjadi modal utama pengelola pabrik CV gerbang
Lestari menjalankan aktivitas bisnis yang bercorak kerakyatan.

Model bisnis yang inspiratif

Model Bisnis ini adalah contoh yang menarik yang bisa dikembangkan di tempat lain melalui
scale up dan replikasi karena memberi dampak positif yang luas. Dari kebun energinya bisa
meningkatkan kesuburan tanah, menghasilkan kayu energi, lebah madu, dan pendapatan
ekonomi masyarakat. Sedangkan keberadaan pabrik wood pellet yang dikelola oleh masyarakat
adalah sebagai salah satu contoh penciptaan industri hilir yang akan menyerap produksi kebun
energi dan menghasilkan nilai tambah produk kayu energi dalam bentuk wood pellets. Upaya
penggiat industri wood pellet dan kebun energi di Bangkalan sangat dihargai karena
mendukung usaha pemerintah dalam program pro-job, pro-poor, pro-sustainability.
Salah satu hal penting yang perlu digarap adalah kesiapan masyarakat dan para petani terlibat
dalam kegiatan ini, sehingga pemahaman terhadap prinsip-prinsip bisnis, pengelolaan pabrik
yang efisien dan produktif, serta dukungan terus menerus dari masyarakat merupakan
keniscayaan. Tatakelola pabrik wood pellet harus menyepakati aturan-aturan tertentu terkait
dengan SOP pengolahan wood pellet, kolaborasi dengan para petani untuk memastikan
pasokan kayu energi yang kontinyu, serta model2 profit sharing.

Model bisnis hulu hilir ini juga pro lingkungan dan salah satu konsep yang diterima dalam
mitigasi perubahan iklim. Kebun energi kaliandra yang terintegrasi dengan industri pengolahan
energi biomasa merupakan penerapan konsep carbon neutral. Konsep ini juga telah diterima
oleh masyarakat ilmiah. Secara teoritis, CO2 yang terserap di dalam tanaman melalui proses
fotosintesis akan menjadi karbon padat, dan dilepaskan kembali ketika dibakar sehingga
hasilnya adalah kenaikan nol tingkat emisi karbondioksida (CO2) dalam atmosfir. Selain itu,
ketika bahan
bakar berbasis biomasa seperti wood pellet dibakar, maka bersamaan dengan proses itu kita
bisa mengerem laju pembakaran bahan bakar berbasis fosil seperti batu bara atau minyak bumi
ke udara setara dengan jumlah wood pellet yang dibakar tersebut. Dengan demikian, wood
pellets berfungsi sebagai barang substitusi terhadap bahan bakar fosil yang mengeluarkan
emisi tinggi. Tidak hanya membangun pabrik wood pellet, proyek ini dirancang untuk
menyediakan bahan baku secara lestari melalui penanaman kaliandra (calliandra callothyrsus)
di lahan tidak produktif atau lahan kosong milik masyarakat yang kita sebut sebagai kebun
energi (Biomass Energy Estate).
Kebun energi yang dibangun akan meningkatkan kualitas ekosistem dan memperbaiki struktur
tanah dan tata air. Petani yang menanam kaliandra akan memperoleh insentif ekonomi melalui
penjualan bahan baku kaliandra, pemanfaatan daun kaliandra sebagai makanan ternak, dan
kemungkinan mengembangkan usaha perlebahan dan madu sebagai usaha tambahan, dimana
akan berlangsung terus-menerus selama 15-20 tahun selama terubusan kaliandra tumbuh.

Carbon Neutral

Wood Pellet dan Pengembangan pabrik Gerbang Lestari

Pertumbuhan wood pellet telah melampaui harapan banyak orang, dan sedang dalam
perjalanan untuk menuju menjadi salah satu bahan bakar hijau dapat masa kini dan masa
depan. Pellet diproduksi dalam bentuk compressed saw dust dari hasil kayu-kayu bekas
(residu), terutama dari limbah produksi kayu. Di bawah temperatur tertentu, serbuk kayu
dipadatkan untuk dibentuk pellet. Pellet memiliki ukuran seragam, dengan profil fisik yang solid
membuat sangat ideal sebagai sumber bahan bakar. Sebagian besar produksi wood pellet
digunakan sebagai bahan bakar boiler untuk pembangkit listrik, pemanasan rumah tangga
(dimusim dingin), serta keperluan masak didapur. Hal ini untuk mengimbangi ketergantungan
kita pada bahan bakar fossil seperti minyak bumi, gas dan batubara, disamping untuk
mengurangi tingginya polusi udara dimana emisi gas buang karbon dapat mempengaruhi
naiknya pemanasan global.
Wood pellet merupakan bahan bakar “hijau” terbarukan padat, dalam arti mereka merupakan
sumber energi yang bersifat karbon netral. Oleh karena itu hasil pembakaran wood pellet juga
dapat membantu mengatasi perubahan iklim.

Penanganannya dalam proses pembakaran lebih mudah dan bersih dengan kadar abu yang
sangat sedikit, sehingga sangat menarik untuk digunakan. Bentuknya standar silinder dengan
diameter 6 hingga 8 milimeter dan panjang tidak lebih dari 38 milimeter. Wood pellet juga dapat
diproduksi dalam bentuk “briket”. Wood pellet pada dasarnya solid dan konsisten keras. Dengan
kadar air sangat rendah (kelembaban antara 7-10%), mengandung komponen energi yang lebih
tinggi yang mungkin dibandingkan dengan batubara kalori tinggi. Hal ini hanya akan berarti
bahwa konten kelembaban rendah sangat menghemat banyak energi yang dibutuhkan untuk
suatu pembakar. Kelembaban rendah dan kepadatan tinggi, memungkinkan wood pellet secara
otomatis sangat efektif sebagai bahan bakar yang mudah dibakar. Wood pellet menghasilkan
output panas yang sangat tinggi dengan kadar panasnya bisa mencapai 5.000 kilo kalori setara
dengan batubara muda dan tergantung pada jenis biomasanya.

Pengembangan pabrik wood pellet dirancang memiliki kapasitas 1 ton per jam yang disebut
sebagai inkubator industri wood pellet. Dengan kapasitas terpasang pabrik 1 ton per jam
dengan jam kerja 8 jam sehari akan dibutuhkan sekitar 12 ton bahan baku wood pellets setiap
harinya. Jika ingin melakukan peningkatan kapasitas produksi, penggunaan limbah kayu dari
jenis lain seperti ranting-ranting jati, akasia, lamtoro, gliriside, dan serbuk gergaji bisa menjadi
alternatif tanpa melakukan tekanan hutan yang ada. Ini adalah laboratorium alam yang sangat
menarik, sehingga istilah inkubator mengacu pada proses pembelajaran buat proyek dan buat
masyarakat. Pabrik wood pellet ini harus beroperasi setiap harinya untuk menopang kegiatan
ekonomi kelompok tani gerbang lestari di Geger Bangkalan. Untuk manajemen pabrik
diperkerjakan masyarakat lokal yang berpotensi baik, termasuk tehnisi mesin-mesin yang
berpengalaman. Ilustrasi di bawah ini menunjukkan siklus: Input-Proses-dan Output produksi
wood pellet.

Gambar di atas menunjukan proses perubahan raw material menjadi wood pellet melalui proses
pengolahan mesin wood pellet. Mengapa pengembangan pabrik wood pellet di Bangkalan
menggunakan bahan baku dari tanaman kaliandra yang ditanam oleh masyarakat atau petani
hutan? Beberapa pertimbangan penting yaitu:
a. Kebun energi biomasa (biomass energy estate) tanaman kaliandra didisain untuk menjamin
ketersediaan bahan baku secara terus-menerus melalui sistem pemanenan lestari (sistem SRC)
dengan pengaturan hasil berdasarkan luasan tertentu dan volume tertentu.
b. Jenis tanaman kaliandra memiliki nilai kalor yang tinggi, pertumbuhan cepat, mudah ditanam,
mampu menyuburkan tanah melalui fiksasi nitrogen, bersifat multi purposes karena daunnya
bisa dimanfaatkan utuk makanan ternak dan bunganya bisa dikembangkan untuk usaha bisnis
madu dengan usaha perlebahan.
c. Mendukung program mitigasi perubahan iklim melalui konsep carbon neutral dan substitusi
bahan bakar fosil seperti batubara
d. Meningkatkan kualitas lingkungan melalui konservasi tanah dan air

Analisis Ekonomi Sederhana


Berdasarkan analisis, BEP dicapai pada harga Rp 1000/kg atau 165 ton per bulannya

Analisis Ekonomi

Penutup

Kehadiran pabrik baru ini diharapkan bisa melahirkan berbagai unit usaha kecil yang
berkembang atas inisiatif masyarakat sendiri sehingga tercipta sebuah trickle down effect.
Artinya bahwa suatu bisnis besar yang berpengaruh dalam suatu wilayah akan memberi
pengaruh yang menguntungkan bagi bisnis-bisnis lain dan konsumen-konsumen lainnya. Bisnis
wood pellet dan kebun energi oleh masyarakat diharapkan bisa melahirkan usaha perlebahan
dan madu yang berkembang karena ada bunga-bungan dari kebun energi kaliandra, penjualan
sekam padi dan serbuk gergajian karena ada kebutuhan bahan bakar dryer bahan baku wood
pellet, usaha angkutan bahan baku, usaha pembuatan kompor biomasa wood pellet yang
diperjual belikan di tingkat lokal, serta kemungkinan tumbuhnya usaha wisata pendidikan:
lingkungan, wirausaha, dan industri berbasis masyarakat. Kebun enrgi ini juga mendorong
perbaikan lingkungan yang masif menjadi gerakan penghijauan massal.

Tuhan telah menjabarkan dengan gamblang pelajaran-pelajaran yang dilakukan di Bangkalan


ini melalui Firman Nya: “Dan suatu tanda ( kekuasaan Alloh yg besar ) bagi mereka adalah
bumi yg mati, kami hidupkan bumi itu dan kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka
daripadanya mereka makan.( QS. Yaasin : 33 )” serta di ayat lain “Dan kami jadikan padanya
kebun – kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air. ( QS.
Yaasin : 34 )”. Lalu, apa yang sudah kita perbuat?

Ucapan Terima kasih.

Sukses dan keberhasilan pelaksanaan program pengembangan kebun energi kaliandra dan
industri wood pellet skala inkubator di Geger, Bangkalan sampai saat ini merupakan hasil
dukungan dan jerih payah banyak pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bangkalan, Dr Yetti Rusli sebagai penggagas dan
pendorong terwujudnya keberhasilan proyek ini, Prof. Yanto Santosa dan ICCTF yang menjadi
pendukung dalam pendanaan dan bimbingan teknis, para Kyai dan alim ulama di Bangkalan,
Dinas Kehutanan Propinsi Jatim dan Dishutbun Kabupaten Bangkalan, Kepala BPDAS Brantas
Jatim, Trio Penggerak Green Madura Geger: KH Irham Rofii, H. Ghozali Anshori, dan H.
Noeryanto, Petani dan kelompok Tani, Staff BPDAS PS Kementerian Kehutanan, Staff Project
Management Unit di Bogor, serta semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Kami berharap bahwa apa yang dilakukan oleh masyarakat dan kelompok tani Gerbang Lestari
beserta masyarakat pesantren Darrul Ittihaad Kecamatan Geger, Bangkalan mendapat
apresiasi yang besar dari KLHK karena upaya-upaya mereka adalah upaya tanpa pamrih untuk
melestarikan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Aktor kunci keberhasilan di lapangan:


– KH Irham Rofii, Pimpinan Ponpes Darrul Ittihaad, Desa Campor, Geger, Bangkalan No. HP.
081330597107
– H. Noeryanto, Mantan penyuluh Dinas Kehutanan, Penggerak Kelompok Tani dan tokoh
penghijauan di Kecamatan Geger, No. HP. 081332217002
– H. Ghozali Anshori, Ketua Gapoktan Gerbang Lestari, No. HP. 081330553870

http://greenmadura.com/dari-hulu-hilir-model-bisnis-kebun-energi-dan-wood-pellet/

Anda mungkin juga menyukai