Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TEORI TEORI PEMERINTAHAN

“Analisa Tentang Sistem Pemerintahan Indonesia Dengan Menggunkan Analisis


SWOT”

Oleh:
Nama : Crisanta Palendeng
Nim : 17603051
Sem/Kelas : V/B

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI ILM ADMINISTRASI NEGARA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena
berkat karunia-nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisi
mengenai “ANALISA TENTANG SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA ”.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen mata kuliah Teori Teori
Pemerintahan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun
makalah ini.

Penulis sadar makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
penyusunan makalah selanjutnya.

Tondano, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................ 2
1.3 TUJUAN ......................................................................................................... 2
1.4 MANFAAT ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
ANALISA TENTANG SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA DENGAN
MENGGUNAKAN ANALISIS SWO .................................................................. 3
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 8
KESIMPULAN ..................................................................................................... 8
SUMBER RUJUKAN........................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk
dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan
Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah
kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik.
Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala
pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Dengan
demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensiil. Namun dalam prakteknya banyak bagian-bagian dari sistem pemerintahan
parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Sehingga secara
singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang berjalan di Indonesia adalah sistem
pemerintahan yang merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem pemerintahan
presidensiil dengan sistem pemerintahan parlementer. Pokok-pokok sistem pemerintahan
Indonesia adalah sebagai berikut. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah
yang luas. Wilayah negara terbagi dalam beberapa provinsi. Bentuk pemerintahan adalah
republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial. Presiden adalah kepala negara dan
sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh
rakyat dalam satu paket. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung
jawab kepada presiden. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan
anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya
pemerintahan. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya. Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem
pemerintahan parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-
kelemahan yang ada dalam sistem presidensial. Beberapa variasi dari sistem pemerintahan
presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut; Presiden sewaktu-waktu dapat
diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan
mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung. Presiden dalam mengangkat penjabat

1
negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR. Presiden dalam mengeluarkan
kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR.
Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-
undang dan hak price range (anggaran) Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru
dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem
presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan secara
langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks as well as sense of balance, dan pemberian
kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi
anggaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Uraian yang di kemukakan pada latar belakang di atas, maka penulis
merumuskan masalah : bagaimana analisa tentang sistem pemerintahan Indonesia dengan
analisis SWOT.

1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan makalah ini ialah untuk mengetahui analisa tentang
sistem pemerintahan di Indonesia dengan menggunkan analisis SWOT

1.4 Manfaat
Adapun yang menjadi manfaat pembuatan ini adalah mengetahui sistem
pemerintahan yang terjadi di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN
Analisa tentang Sistem Pemerintahan Indonesia dengan Menggunakan Analisis
SWOT

Analisis Sistem Pemerintahan Presidensial Sistem Pemerintahan Parlementer


SWOT
Kekuatan a. Adanya pemilihan langsung a. Sistem multi partai/ koalisi
(strengths) dan pemberian kekuasaan partai
yang lebih besar kepada b. Pemerintah memegang
parlemen untuk melakukan kekuasaan eksekutif dan
pengawasan dan fungsi legislative (Doubel Function)
anggaran yang sangat sangat
dibutuhkan saaat ini demi
kesuksesan berjalannya
demokrasi.
b. Bentuk negara Kesatuan
dengan prinsip otonomi daerah
yang luas. Wilayah negara
terbagi dalam beberapa
propinsi.
c. Bentuk Pemerintahan adalah
Republik, sedangkan Sistem
Pemerintahan Presidensial.
d. Presiden adalah kepala negara
dan sekaligus kepala
Pemerintahan. Presiden dan
wakil Presiden akan dipilih
secara langsung oleh rakyat
dalam satu paket.
e. Kabinet atau Menteri diangkat
oleh Presiden dan bertanggung
jawab kepada Presiden.
f. DPR memiliki kekuasaan
mengawasi jalannya
Pemerintahan.
g. DPR memiliki fungsi
pengawasan, legislasi dan
anggaran.
h. Parlemen terdiri atas dua
bagian (bikameral), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Daerah
(DPD). Para anggota dewan
merupakan anggota MPR. DPR
memiliki kekuasaan legislatif
dan kekuasaan mengawasi
jalannya Pemerintahan.
i. Kekuasaan yudikatif
dijalankan oleh Makamah

3
Agung dan badan peradilan
dibawahnya.

Kelemahan a. Reshuffle Kabinet Menjadi a. Ketidak ccokan sistem multi


(weakness) Sangat Politis Dalam sistem partai bias mengarah pada
pemerintahan presidensial, ketidaksatbilan pemerintahan
pembentukan dan perombakan yang dipilih secara demokratis.
(reshuffle) kabinet merupakan b. Kebuntuan saat pengambilan
hak prerogatif presiden. keputusan mengingat
Presiden dalam memilih banyaknya partai politik di
anggota kabinet biasanya lebih DPR
mengedepankan kompetensi c. Lemahnya koalisi partai
dan profesionalisme seorang pendukung pemerintah,
calon menteri daripada atas d. Besarnya struktur koalisi
dasar pertimbangan kompromi e. Ancaman pemakzulan
dan akomodasi politik. f. Hak prerogatif presiden
Biasanya yang terbentuk dilemahkan,
adalah sebuah kabinet g. Faktor politik sebagai
professional. Namun pada era pertimbangan dalam
reformasi ini presiden dalam pengambilan kebijakan,
membentuk dan merombak loyalitas ganda menteri dari
kabinet selalu dipengaruhi partai politik,
partai partai politik pendukung h. Ketidakharmonisan hubungan
pemerintah. Sehingga presiden dengan wakil
kompromi politik tidak dapat presiden, lemahnya karakter
dihindari. Munculnya kepemimpinan nasional
kompromi dalam pembentukan
dan perombakan kabinet, yaitu
adanya intervensi partai
politik, mitra koalisi
pemerintah, terhadap Presiden
Jokowi, dan sebaliknya
akomodasi presiden terhadap
kepentingan partai politik
dalam proses penyusunan atau
perombakan kabinet.
Presdensialisme mengalami
dilema dan terpaksa
berkompromi dengan realitas
politik yang telah melembaga
dan membudaya. Kompromi
yang ditempuh salah satunya
adalah presiden terpaksa perlu
mengakomodasi kepentingan
partai politik untuk
mendapatkan dukungan politik
di parlemen, dalam rangka
menjaga stabilitas dan
efektivitas pemerintahan.

4
b. Hak Prerogatif Presiden
Dilemahkan Pada dasarnya hak
prerogatif presiden adalah hak
yang melekat langsung hanya
kepada presiden baik dalam
kapasitas sebagai kepala
negara maupun kepala
pemerintahan. Hak itu mutlak
dan dimonopoli oleh presiden,
sehingga dalam mengeksekusi
hak tersebut, presiden tidak
boleh diganggu dan
diintervensi. Meskipun dalam
praktiknya selalu saja ada
berbagai upaya untuk
mempengaruhi presiden dalam
mengambil keputusan terkait
hak prerogatifnya. Sistem
pemerintahan presidensial
seharusnya kedudukan
presiden sangat kuat dan tidak
bisa diintervensi. Presiden
memiliki hak prerogative
untuk mengangkat
pembantunya, menteri,
panglima TNI, Kapolri dan
duta besar. Namun hak
prerogative presiden tersebut
tereduksi akibat kuatnya
intervensi partai politik yang
didukung dengan personality
dan gaya kepemimpinan
presiden yang cenderung
akomodatif dan kompromistik.
c. Pertimbangan Politis Dalam
Mengambil Kebijakan
Presiden tidak mudah dalam
mengambil kebijakan yang
diinginkan karena harus ada
persetujuan dari partai
pendukung pemerintah.
Sehingga pertimbangan untuk
mengambil kebijakan selalu
berlarut-larut apabila belum
mendapat persetujuan DPR
maupun partai koalisi. Sebagai
contoh pengangkatan menteri
atau pejabat publik cenderung
lebih dominan karena faktor
tawar-menawar dan kompromi
politik ketimbang faktor
kompetensi dan
profesionalisme. Presiden

5
seakan tersandra dengan partai
politik pendukung koalisi
karena setiap akan mengambil
kebijakan selalu terjadi tawar-
menawar politik, sehingga
seakan presiden tidak berdaya
menghadapi partai politik di
koalisi maupun di parlemen
Peluang a. Penguatan terhadap kekuasan a. Parpol diharapkan bisa
(opportunity) eksekutif yang lebih stabil mendorong demokrasi
b. Masa jabatan dan badan b. Kedudukan presiden relatif
eksekutif yakni presiden dan kuat dengan kekuasan
wakil presiden lebih jelas legislative dan eksekutif
c. Dalam pembuatan program c. Proses interaksi berlangsung
kerja cabinet lebih mudah dua arah. Dengan interaksi dua
disesuaikan, karena ada arah ini memungkinkan kedua
batasan jangka waktu serta pihak bisa saling
masa jabatanya mengantisipasi reaksi masing-
masing mulai dari tahap awal.
Tepat bila diduga bahwa kedua
pihak akan mengajukan
agenda-agenda yang
peluangnya lebih besar untuk
disetujui. Proses ini menjadi
semacam mekanisme saling
mengunci (interlocking
mechanism) antara kedua
lembaga.
Ancaman a. Presiden sewaktu-waktu dapat a. Presiden memiliki keinginan
(threath) diberhentikan oleh MPR atas mengeluarkan perppu
usul dari DPR. Jadi, DPR tetap terhalang oleh ancaman
memiliki kekuasaan megawasi impeachment oleh partai
Presiden meskipun secara tidak politik dan penolakan perppu
langsung. menjadi UU di parlemen
b. Presiden dalam mengangkat b. Menentukan kursi menteri
pejabat negara perlu yang seharusnya hak
pertimbangan atau persetujuan prerogative presiden penuh
dari DPR. Contohnya dalam dalam presidensial disandera
pengangkatan duta negara oleh nama-nama kiriman partai
asing, Gubernur Bank politik koalisi
Indonesia, Panglima TNI, dan c. sistem presidensialisme
Kepala Kepolisian. multipartai dimana terjadi
c. Presiden dalam mengeluarkan presiden mendapat dukungan
kebijakan tertentu perlu minoritas di lembaga legislatif
pertimbangan atau persetujuan (kekuatan partisan yang
dari DPR. Contohnya, rendah) bisa diatasi dengan
pembuatan perjanjian keberadaan koalisi.
Internasional, pemberian gelar, d. keberadaan sosok presiden
tanda jasa, tanda kehormatan, yang akomodatif terhadap
pembrian amnesti, dan abolisi. koalisi.
d. Parlemen diberi kekuasaan e. Perilaku elite politik yang
yang lebih besar dalam hal cenderung

6
membentuk undang-undang akomodatifpragmatis dan
dan hak budget (anggaran) mementingkan konsensus.
Ketiga, tersedianya banyak
sarana atau kotak perkakas
eksekutif yang dapat
digunakan oleh presiden dalam
memelihara koalisinya.

7
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensiil. Namun dalam prakteknya banyak bagian-bagian dari sistem pemerintahan
parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Sehingga secara
singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang berjalan di Indonesia adalah sistem
pemerintahan yang merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem pemerintahan
presidensiil dengan sistem pemerintahan parlementer. Pokok-pokok sistem pemerintahan
Indonesia adalah sebagai berikut. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah
yang luas. Wilayah negara terbagi dalam beberapa provinsi. Bentuk pemerintahan adalah
republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial. Presiden adalah kepala negara dan
sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh
rakyat dalam satu paket. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung
jawab kepada presiden. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan
anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya
pemerintahan. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya. Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem
pemerintahan parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-
kelemahan yang ada dalam sistem presidensial. Beberapa variasi dari sistem pemerintahan
presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut; Presiden sewaktu-waktu dapat
diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan
mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung. Presiden dalam mengangkat penjabat
negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR. Presiden dalam mengeluarkan
kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR.
Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-
undang dan hak price range (anggaran) Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru
dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem
presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan secara
langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks as well as sense of balance, dan pemberian
kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi
anggaran.

8
SUMBER RUJUKAN
https://id.scrid.com/Analiasis-Sistem-Pemerintahan-Indonesia
www.academia.edu
pukatkorupsi.ugm.ac.id
www.researchgate.net
m.detik.com
JURNAL Yusuf Wibisono :Anomali Praktik Sistem Pemerintahan Presidensial Dan
Multipartai Di Awal Pemerintahan Jokowi Tahun 2014
JURNAL Halimah Nur Izzati :Karakteristik Sistem Parlementer Dalam Sistem
Pemerintahan Di Indonesia Pasca Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
JURNAL Rosdalina1: Kajian Terhadap Sistem Pemerintahan Dan Prakteknya Menurut
Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Modul 1 Dra. Hj. Rabina Yunus, M.Si. Anto Hidayat, S.IP. :Dasar-dasar Sistem
Pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai