Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seperti kesehatan fisik, kesehatan mental merupakan aspek yang sangat penting bagi
setiap fase kehidupan manusia. Kesehatan mental terkadang mengalami siklus baik dan
buruk. Setiap orang, dalam hidupnya mengalami keduasisi tersebut. Kadang mentalnya sehat,
terkadang sebaliknya. Pada saat mengalami masalah kesehatan mental, seseorang
membutuhkan pertolongan orang lain untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Kesalahan
mental dapat memberikan dampak terhadap kehidupan sehari-hari atau masa depan
seseorang, termasuk anak-anak dan remaja. Merawat dan melindungi keshatan mental anak-
anak merupakan aspek yang sangat penting, yang dapat membantu perkembangan anak yang
lebih baik di masa depan.
Seperti disiplin ilmu-ilmu yang telah ada,”Kesehatan Mental” berawal dari fenomena
atau realita yang terjadi pada diri manusia sejak zaman Yunani Kuno.
individu-individu telah tertata dengan rapi dan didukung dari segala aspek lingkungan
yang memungkinkan. Oleh karena itu, manusia dapat menghasilkan kebudayaan untuk
pertama kalinya sebagai penanda adanya era baru (sejarah). Hal tu berarti tanpa kesehatan
mental yang tertata dengan rapi, maka tidak akan ada kebudayaan yang lahir. Tanpa
kebudayaan tersebut, maka manusia pun tidak akan pernah memasuki era ini. Kesehatan
mental adalah kunci dari mobilitas personal dan sosial manusia.
Klasifikasi, sebaran, dan banyaknya versi tentang sejarah perkembangan kesehatan
mental membuat makalah ini dibatasi atas garis besar haluan sejarahnya saja, yaitu dari
Zaman Yunani Kuno, abad pertengahan, abad ke-19, dan zaman modern.

B. BATASAN MASALAH

Sejarah perkembangan psikologi dari Zaman Yunani Kuno, abad pertengahan, abad ke-
19, dan zaman modern.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, rumusan masalah yang
ingin dikaji dalam makalah ini adalah :
1. Apa definisi psikologi?
2. Bagaimana sejarah perkembangan psikologi dari waktu ke waktu?

1
D. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

1. Mengetahui dan memahami pengertian psikologi, dan sejarah perkembangan psikologi.


2. Untuk menyelesaikan tugas pembuatan makalah.

E. MANFAAT PENULISAN MAKALAH

Dapat menambah pengetahuan tentang pengertian psikologi dan sejarah


perkembangan psikologi dari waktu ke waktu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu Psikologi

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia


dalamhubungan dengan lingkungannya.Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari
bahasa Yunani Kuno: “Psychē” yang berarti jiwa dan “logos” yang artinya ilmu. Sehingga
secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Psikologi tidak mempelajari jjiwa dan mental secara langsung. Karena sifatnya yang abstrak,
tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa dan mental tersebut yakni
berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Definisi ini membuat psikologi bergeser dari yang mempelajari jiwa ke penelitian
tingkah laku. Hal ini dapat dilihat dari sejarah psikologi dari masa Yunani Kuno sampai masa
sekarang. Sehingga memengaruhi metodologi perkembangannya disetiap waktu dan tempat.
Bahkan perbedaan ini yang memunculkan aliran psikologi yang beragam.

a) Definisi Menurut Beberapa Tokoh:

1. Wilhelm Wundt
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari kesaradan Manusia.

2. Woodworth dan Marquis


Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yang terlihat
maupun yang tidak telihat meliputi aktivitas fisik, emosional, dan berpikir.

3. Fieldman
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku dan proses
mental.

4. Clifford T. Morgan
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang memeplajari perilaku manusia dan
hewan.

3
B. Sejarah Psikologi

Dilihat dari sejarah, psikologi sudah berkembang sejak berabad-abad yang lalu bahkan
sebelum masehi (Zaman Yunani) sampai sekarang. Ini dilihat dari sejarah bahwa psikologi
yang dimaksud adalah pembahasan tentang jiwa manusia. Bahkan di dalam kitab setiap
agama kita akan mendapati istilah psikologi (jiwa). Sehingga sejarah psikologi bisa dilihat
dari sudut ini pula. Tetapi sekarang, kita akan membahas sejarah psikologi dengan membahas
pembabakan sejarahnya sesuai dengan perkembangan ilmu zaman itu. Sebagai catatan bahwa
ilmu psikologi modern tidak bisa dipisahkan dengan sejarahnya di Filsafat. Sebagian ahli
berpendapat bahwa psikologi berkembang dari ilmu filsafat yang memisahkan diri sebagai
ilmu mandiri.

1. Sejarah Perkembangan Psikologi Pada Zaman Yunani Kuno

Pendekatan dan orientasi filsafat masa Yunani yang terarah pada eksplorasi alam,
empirical observations, ditandai dengan kemajuan di bidang astronomi dan matematika,
meletakkan dasar ciri natural science pada psikologi, yaitu objektif, eksperimen dan
observasi, aktivitas makhluk hidup, dan pertanyaan lain yang selalu berulang seperti,
mengapa kita berperilaku seperti yang kita lakukan? mengapa kita mampu menghasilkan
penjelasan yang masuk akal dari beberapa tindakan, tetapi bukan dari orang lain?
mengapa kita memiliki suasana hati? mengapa kita tampaknya tahu bahwa kita tahu?
Dalam perjalanan pengalaman manusia, orang telah datang dengan jawaban atas
pertanyaanya tersebut, dan biasanya telah menjelaskan beberapa kasus. Sebagai contoh,
kita berlari karena kita merasa takut. Atau kita menangis karena kita merasa sedih. Sifat
kausal dari penjelasan ini telah berubah dari waktu ke waktu.
Pada masa ini, tahap intelektual manusia pun masih primitive, yaitu
theological/animism : menekankan semuanya kepada dewa-dewa atau spiritual power.
Contohnya adalah Mesir.
Manusia adalah pihak yang lemah. Perilaku ditentukan oleh kekuatan para spirit,
maka tugas utama manusia adalah menjaga hubungan baik dengan mereka dengan cara
menjunjung tinggi otoritas para spirit.
Sejak zaman filsuf-filsuf besar seperti Socrates (469-399 SM) telah berkembang,
filsafat mental telah membahas secara jelas persoalan “jiwa raga”.
Kejayaan masa Yunani ditandai oleh pemikiran dari tiga filsuf besar: Socrates, Plato,
Aristoteles; walau masih dipengaruhi pemikiran-pemikiran masa sebelumnya (masa
Yunani Kuno).
Banyak sejarawan menganggap kelahiran sains dalam peradaban barat terjadi ketika
orang-orang Yunani menjadi pemikir pertama untuk menggeser fokus penjelasan kausal
dari dewa ke alam, atau lingkungan. Penjelasan awal tentang masalah psikologi orang

4
Yunani kuno dijelaskan melalui beberapa orientasi, yaitu naturalistik, biologis,
matematis, ekletis, dan humanistik.

Orientasi pendekatan psikologi Yunani :

a) Naturalistik
Aliran ini memandang lingkungan fisik, lingkungan sekitar orang-orang,
yang menjadi penyebab terjadinya kehidupan. Paling awal, dan mungkin jelas,
ekspresi orientasi naturalistik ditemukan dalam kelompok yang disebut psysicists
Ionia, yang hidup pada abad keenam SM. Federasi Ionia Yunani kuno merupakan
awal kemajuan dalam filsafat dan ilmu pengetahuan, yang mulai dominan di kota
Miletus
Para filsuf mengajarkan bahwa kehidupan dan materi fisik tidak dapat
dipisahkan, sehingga manusia sangat erat terlibat dalam alam semesta. Oleh
karena itu, prinsip fisik yang menentukan dari semua kehidupan mengalir harus
ditemukan di alam semesta.

b) Biologis
Filsuf dengan orientasi biologis menekankan keadaan internal dan
fisiologi manusia sebagai memegang petunjuk untuk hidup. Alcmaeon disebut
sebagai bapak pengobatan Yunani dan dicatat sebagai orang pertama yang
menggunakan hewan untuk bahan percobaan pembedahan untuk membahas saraf
optik serta tabung estachius. ia mengakui pentingnya otak dan jelas dibedakan
antara pemikiran yang memahami indra. Dia menulis bahwa penyebab aktivitas
manusia terletak dalam mekanisme tubuh. Tubuh mencari sebuah mekanisme dan
proses ini menjelaskan dinamika aktivitas manusia.
Orientasi biologis ini memeiliki kecenderungan untuk memposisikan
manusia sebagai makhluk hidup yang lebih tinggi daripada makhluk lain di alam
ini, dengan menekankan pada formulasi dari kebutuhan-kebutuhan pokok dalam
aktivitas mereka sehari-hari. Manusia dianggap memiliki keunikan (dalam
aktivitas mereka) yang berbeda dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang
lain meskipun aktivitas tersebut tetap dimanifestasikan sebagai hal yang alamiah.

c) Matematis
Orientasi matematis ini berusaha untuk mengeksplorasi level-level
material tersebut menjadi prinsip umum yang bisa diaplikasikan pada seluruh
aspek kehidupan. Namun tentu saja adanya ide tentang suatu generalisasi dari
materi-materi tersebut (baik dari alam maupaun tubuh) tidak begitu saja
diterapkan dalam kehidupan, namun setidaknya bisa digunakan utuk menjelaskan
fenomena yang terjadi dalam kehidupan..

5
Pandekatan matematis ini cenderung menyimpulkan bahwa dunia dan
pengetahuan kita tentangnya tidak dapat dipercaya. Pendekatan ini menawarkan
suatu kajian yang berbeda dalam hubungan matematika yang tidak bisa kita
ketahui begitu saja melalui intuisi. Bagaimanapun dengan kemampuan penalaran
yang kita miliki kita bisa sampai pada pengetahuan tentang dunia.

d) Ekletik
Mengingat bahwa Phytagoras membangun sebuah sistem untuk
menerangkan kehidupan melalui hubungan matematika, muncul sebuah reaksi
terhadap hal tersebut yang terlihat bertentnagan meskipun pada dasarnya memiliki
tujuan yang sama. Sekelompok orang yang disebut Sophist mengenalkan
pendekatan tersebut, yang disebut dengan pendekatan akletis karena
kesederhanaan dan kepraktisan tujuannya. Kaum Sophist adalah orang-orang
yang memberikan pengajaran dan menyebarkan kebijakan dari satu tempat ke
tempat lain. Dalam hal ini mereka mendirikan semacam institusi namun terus
berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang singkat untuk
memperoleh kelompok yang luas daripada institusi tradisional (dimana hanya da
satu muris untuk satu guru). Namun bagaimanapun juga beberapa Sophist
akhirnya menjadi tamak dan bersifat komersial melalui institusi ini dengan
menetapkan biaya pada murid-muridnya. Hal tersebut membuat Plato menjuluki
(mengolok) mereka dengan sebutan Pseudointelektual. Kritik yang disampaikan
Plato menjadikan image mereka negatif yang mengaburkan tujuan awal mereka
yangsebenarnya mulia dari gerakan ini.
Kaum Sophist muncul pada pertengahan abad ke-5 SM. Kaum Sophist
mengajarkan ilmu-ilmu seperti matematika, astronomi, dan tata bahasa, di
samping ilmu retorika yang merupakan ilmu terutama. Selain memiliki murid-
murid yang berasal dari kalangan atas, para Sophist juga memberi ceramah-
ceramah untuk rakyat.
Protagoras (481-411 SM) dikenal sebagai pengembara ilmu, mengakui
kehebatan dari informasi penginderaan atau sensori sebagai salah satu cara
menuju ilmu pengetahuan. Pengenalan terhadap sesuatu bergantung pada individu
yang merasakan sesuatu itu dengan panca indranya (Bertens, 1990). Contohnya
bagi orang yang merasa demam, angin dapat terasa amat dingin. Sedangkan bagi
orang yang sehat, angin itu terasa panas. Tidak ada yang salah dengan pendapat
kedua orang itu, sebab pengenalan terhadap angin berdasarkan keadaan fisik dan
psikis orang-orang tersebut.
Gorgias (485-380 SM) membawa ajaran Protagoras untuk selanjutnya.
Gorgias menulis sebuah buku berjudul "Tentang yang Tidak Ada atau Tentang
Alam" (On Not Being or On Nature) yang dengan amat jelas menyatakan dengan
keras bahwa tidak ada hal sesuatu yang benar-benar ada kecuali bagaimana
penginderaan terjadi dan bagaimana kita tidak bisa merasakannya apakah itu

6
terjadi pada seseorang atau tidak. Sungguh menurutnya, informasi penginderaan
dan pengetahuan adalah hal yang sulit dijelaskan dalam kehidupan kita.
Kemudian pengetahuan ini diteruskan Antiphon of Athens (480-411 SM) dan
menambahkan bidang sensori data dan adanya pembatasan dalam ilmu.
Menurut kaum Sophists, pengetahuan seseorang berdasar pada latar
belakang pengalamannya, dengan demikian hal yang bersifat obyektif disingkar
terlebih dahulu. Jika seseorang ingin mendalami kehidupan, seorang lainnya harus
mempelajari kehidupan seperti apa yang tampak.

e) Humanistik
Gol dalam aliran ini ialah saat kita bisa melihat seseorang unik
berdasarkan apa yang ada dalam dirinya, misalnya sudut pandangnya, bahasa, dan
reflleksi diri.
Socrates (470-399 SM) menjelaskan tentang orientasi humanistik dan
mengembangkan aliran yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Plato dan
Aristoteles. Socrates memperoleh inspirasi dari konflik-konflik yang terjadi dalam
kehidupan. Dalam kehidupannya, Socrates menentang keberadaan kaum Sophist.
Sama dengan orang Sophist, Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak dari
pengalaman sehari-hari. Akan tetapi, ada perbedaan yang amat penting antara
orang Sophist dan Socrates. Socrates tidak menyetujui kaum Sophist. Kaum
Sophist beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya,
tidak ada pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat
membuktikan kepada orang Sophist bahwa pengatahuan yang umum ada, yaitu
definisi itu. Jadi, orang Sophist tidak seluruhnya benar, yang benar ialah sebagian
pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus, yang khusus itulah
pengetahuan yang kebenaranya relatif. Misalnya contoh ini :
Apakah kursi itu? Kita periksa seluruhnya, kalau bisa seluruh kursi yang
ada didunia ini. Kita menemukan kursi kelas ada tempat duduk dan sandaran,
kakinya empat, dari bahan kayu. Lihat kursi malas untuk orang tua, ada tempat
duduk dan sandaran, kakinya dua, dari alumunium, begitulah seterusnya. Jadi kita
ambil kesimpulan bahwa setiap kursi itu selalu ada tempat duduk dan sandaran.
Kedua ciri ini terdapat pada semua kursi. Sedangkan ciri yang lain tidak dimilki
semua kursi. Maka, semua orang akan sepakat bahwa kursi adalah tempat duduk
yang bersandaran. Berarti ini merupakan kebenaran obyektif umum, tidak
subyektif relative. Tentang jumlah kaki, bahan, dsb. Merupakan kebenaran yang
relatif. Jadi, memang ada pengetahuan yang umum, itulah definisi.
Tujuan filosofis Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk
selama-lamanya. Di sini berlainan pendapatnya dengan guru-guru sofis, yang
mengajarkan bahwa semuanya relatif dan subyektif dan harus dihadapi dengan
pendirian yang skeptis. Socrates berpendapat, bahwa kebenaran itu tetap dan
harus dicari.

7
Puncak Psikologi Yunani

Socrates yang mencapai puncak perkembangan ini dengan pandangan yang


asing atau baru, menempatkan kemanusiaan sebagai pusat sistem yang
mempertahankan dan kebenaran umum dan absolut sebagai tujuan. Interpretasi
humanistik tentang kehidupan memiliki implikasi yang mendalam untuk studi tentang
masyarakat, dan itu adalah pandangan psikologis Plato dan Aristoteles yang kini kita
akan memeriksa elaborasi atas konsep jiwa.
Plato dan Aristoteles melanjutkan kerangka kerja yang dikembangkan oleh
Socrates. Pada dasarnya mereka mencoba untuk mencapai kerangka kerja yang
komprehensif atas pengetahuan kemanusiaan yang dirancang untuk menjelaskan atau
menerangkan semua ciri atau sifat yang melekat pada kepribadian manusia
Ajaran dari Plato dan Aristoteles mendapatkan pengaruh yang panjang selama
dunia kuno. Melalui penaklukan Alexander The Great, budaya dan filsafat Yunani
menjadi bagian dari banyak peradaban dan membentuk dasar intelektual untuk
perkembangan filsafat yang berikutnya.

2. Sejarah Perkembangan Psikologi Pada Zaman Pertengahan

Pada abad pertengahan filsafat barat mengalami kegelapan. Namun Islam justru
mengalami kebangkitan. Dengan berkembanganya pengaruh Islam, maka semakin
banyak pula tokoh-tokoh ilmuwan Islam yang berperan dalam perkembangan ilmu.
Zaman abad pertengahan sering kita kenal dengan nama Middle Age. Zaman ini
terjadi pada abad 6 Masehi sampai sekitar abad 14 Masehi. Zaman abad pertengahan
ditandai dengan tampilnya para teolog di bidang ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan
aktivitas ilmiah terkait erat dengan aktivitas keagamaan.

Pembabakan psikologi pada abad pertengahan :

a) Akhir Hellenistic
Pendekatan natural science dari Aristoteles disebarkan oleh muridnya,
Alexander the Great melalui ekspansi militer sampai ke daerah Timur. Bersamaan
dengan itu mulai juga masuk pandangan belahan dunia Timur ke Barat, terutama
Persia, India, dan Mesir. Dengan runtuhnya kekuasaan Alexander the Great, pengaruh
timur ini semakin kuat, ditandai dengan menguatnya pandangan spiritualitas
menggantikan naturalisme.

b) Masa Romawi
a. Konteks sosial :

8
- Pemerintahan kekaisaran romawi yang mendunia dengan tertib administrasi
kependudukan yang kuat serta jaminan akan ketentraman sosial.
- Pemikiran tentang manusia dan alam menjadi lebih pragmatis, spesifik dan
spesialis. Bangsa Romawi lebih tertarik pada ilmu pengetahuan yang teknikal
dan aplikatif, seluruhnya diarahkan untuk memperkuat dominasi kekaisaran
Romawi.
- Ide-ide dan pemikiran tentang manusia berkembang subur, bahkan juga ide-
ide ketuhanan
b. Pengaruh bagi perkembangan pemikiran tentang manusia:
- Filsafat yang berkembang memiliki konteks yang lebih terbatas dan spesifik,
serta tampak dalam bentuk yang nyata, misalnya ritual religi masyarakat
Romawi.
- Fokus yang dibicarakan:
a) dikotomi aktif-pasif, apakah jiwa (yang menggambarkan manusia) adalah
unsur yang aktif dan mandiri terhadap lingkungan ataukah unsur yang pasif
dan hanya bisa memberi reaksi.
b) dikotomi passion – reason
c) manusia dipandang sebagai makhluk yang kehidupannya didorong oleh
usaha untuk mencari cara ‘menguasai’ keinginan fisik melalui penolakan
dunia materiil dan mencari kebenaran dalam alam dan Tuhan (Neoplatonism)
• Pengaruh pada pemikiran tentang. nilai moral.
• Pemikiran pada masa Romawi memberi jalan bagi berkembangnya
kekristenan.

Tokoh ilmuwan terkenal pada masa abad pertengahan

a) Al Farabi (870 M-950 M).


Beliau adalah seorang komentator filsafat Yunani yang berkontribusi dalam
bidang matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Beliau telah membuat
berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik yaitu
kitab Al-musiqa. Selain itu, karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-
fadhilah (kota atau Negara utama) yang membahas tentang pencapaian kebahagian
melalui kehidupan politik dan hubungan antara razim yang paling baik menurut
pemahaman dengan hukum ilahian Islam.

b) Al-Khawarizmi (780 M – 850 M),


Hasil pemikirannya berdampak besar dalam bidang matematika yang
terangkum dalam buku pertamanyanya yaitu Al-jabar. Selain itu karyanya adalah Al-
kitab Al-mukhtasar fi hisab Al-jabr wa’al-muqalaba (buku rangkuman untuk
kulturasi dengan melengkapkan dan menyeimbangkan), kitab surat Al-ard
(Pemandanganan Bumi)

9
c) Al-Kindi (801 M – 873 M)
Al-Kindi bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan
Islam. Al-kindi menuliskan banyak karya dalam bidang goemetri , astronomi,
aritmatika, musik (yang dibangunya dari berbagai prinsip aritmatis), fisika, medis,
psikologi, meteorologi, dan politik.

d) Al-Ghazali (1058 M – 111 M)


Beliau adalah seorang filsuf dan teolog muslim dari Persia. Karya beliau
berupa kitab-kitab, antara lain kitab Al-munqidih min adh-dalal, Al-risalah al-
quadsiyyah, dan mizan al-Amal.

e) Ibnu Sina ( 980 M – 1037 M ).


Beliau adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter. Bagi banyak orang
beliau adalah bapak pengobatan. Karyanya merupakan rujukan di bidang kedokteran
selama berabad-abad.

3. Sejarah Perkembangan Psikologi Pada Zaman Abad Ke-19

Pada akhir abad ke-19 terjadilah babak baru dalam sejarah Psikologi. Pada tahun
1879, Wilhem Wundt (Jerman, 1832-1920) mendirikan laboratorium Psikologi pertama
di Leipzig yang menandai titik awal Psikologi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri.
Sebagai tokoh Psikologi Eksperimental, Wundt memperkenalkan metode Introspeksi
yang digunakan dalam eksperimen-eksperimennya. Ia dikenal sebagai tokoh penganut
Strukturalisme karena ia mengemukakan suatu teori yang menguraikan struktur dari jiwa.
Wundt percaya bahwa jiwa terdiri dari elemen-elemen (Elementisme) dan ada
mekanisme terpenting dalam jiwa yang menghubungkan elemen-elemen kejiwaan satu
sama lainnya sehingga membentuk suatu struktur kejiwaan yang utuh yang disebut
asosiasi. Oleh karena itu, Wundt juga dianggap sebagai tokoh Asosianisme.
Edward Bradford Titchener (1867-1927) mencoba menyebarluaskan ajaran-ajaran
Wundt ke Amerika. Akan tetapi, orang Amerika yang terkenal praktis dan pragmatis
kurang suka pada teori Wundt yang dianggap terlalu abstrak dan kurang dapat diterapkan
secara langsung dalam kenyataan. Mereka kemudian membentuk aliran sendiri yang
disebut Fungsionalisme dengan tokoh-tokohnya antara lain: William James (1842-1910)
dan James Mc Keen Cattel (1866-1944). Aliran ini lebih mengutamakan fungsi-fungsi
jiwa dari pada mempelajari strukturnya. Ditemukannya teknik evaluasi psikologi
(sekarang psikotest) oleh Cattel merupakan bukti betapa pragmatisnya orang-orang
Amerika.
Meskipun sudah menekankan pragmatisme, namun aliran Fungsionalisme masih
dianggap terlalu abstrak bagi segolongan sarjana Amerika. Mereka menghendaki agar
Psikologi hanya mempelajari hal-hal yang benar-benar objektif saja. Mereka hanya mau

10
mengakui tingkah laku yang nyata (dapat dilihat dan diukur) sebagai objek Psikologi
(Behaviorisme). Pelopornya adalah John Broades Watson (1878-1958) yang kemudian
dikembangkan oleh Edward Chase Tolman (1886-1959) dan B.F. Skinner (1904).
Selain di Amerika, di Jerman sendiri ajaran Wundt mulai mendapat kritik dan
koreksi-koreksi. Salah satunya dari Oswald Kulpe (1862-1915), salah seorang muridnya
yang kurang puas dengan ajaran Wundt dan kemudian mendirikan alirannya sendiri di
Wurzburg. Aliran Wurzburg menolak anggapan Wundt bahwa berpikir itu selalu berupa
image (bayangan dalam alam pikiran). Kulpe berpendapat, pada tingkat berpikir yang
lebih tinggi apa yang dipikirkan itu tidak lagi berupa image, tapi ada pikiran yang tak
terbayangkan (imageless thought).
Di Eropa muncul juga reaksi terhadap Wundt dari aliran Gestalt. Aliran Gestalt
menolak ajaran elementisme Wundt dan berpendapat bahwa gejala kejiwaan (khususnya
persepsi, yang banyak diteliti aliran ini) haruslah dilihat sebagai suatu keseluruhan yang
utuh (suatu gestalt) yang tidak terpecah dalam bagian-bagian. Diantara tokohnya adalah
Max Wertheimer (1880-1943), Kurt Koffka (1886-1941), Wolfgang Kohler (1887-1967)
.Di Leipzig, pada tahun 1924 Krueger memperkenalkan istilah Ganzheit (berasal dari
kata da Ganze yang berarti keseluruhan). Meskipun istilah Ganzheit masih dianggap
sama dengan istilah Gestalt dan aliran ini sering tidak dianggap sebagai aliran tersendiri,
namun menurut tokohnya, Krueger, Ganzheit tidak sama dengan Gestalt dan merupakan
perkembangan dari psikologi Gestalt. Ia berpendapat bahwa psikologi Gestalt terlalu
menitikberatkan kepada masalah persepsi objek, padahal yang terpenting adalah
penghayatan secara menyeluruh terhadap ruang dan waktu, bukan persepsi saja atau
totalitas objek-objek saja.
Perkembangan lebih lanjut dari psikologi Gestalt adalah munculnya “Teori Medan
(Field Theory)” dari Kurt Lewin (1890-1947). Mulanya Lewin tertarik pada faham
Gestalt, tetapi kemudian ia mengeritiknya karena dianggap tidak adekuat. Namun
demikian, berkat Lerwin, sebagai perkembangan lebih lanjut di Amerika Serikat lahir
aliran “Psikologi Kognitif” yang merupakan perpaduan antara aliran Behaviorisme yang
tahun 1940-an sudah ada di Amerika dengan aliran Gestalt yang dibawa oleh Lewin.
Aliran psikologi Kognitif sangat menitikberatkan proses-proses sentral (seperti sikap, ide,
dan harapan) dalam mewujudkan tingkah laku. Secara khusus, hal-hal yang terjadi dalam
alam kesadaran (kognisi) dipelajari oleh aliran ini sehingga besar pengaruhnya terutama
dalam mempelajari hubungan antar manusia (Psikologi Sosial). Diantara tokohnya adalah
F. Heider dan L. Fertinger.Akhirnya, lahirnya aliran Psikoanalisa yang besar
pengaruhnya dalam perkembangan psikologi hingga sekarang, perlu mendapat perhatian
khusus. Meskipun peranan beberapa dokter ahli jiwa (psikiater), seperti Jean Martin
Charcot (1825-1893) dan Pierre Janet 1859-1947) tidak kurang pentingnya dalam
menumbuhkan aliran ini, namun Sigmund Freud-lah (1856-1939) yang dianggap sebagai
tokoh utama yang melahirkan Psikoanalisa. Karena Psikoanalisa tidak hanya berusaha
menjelaskan segala sesuatu yang tampak dari luar saja, tetapi secara khusus berusaha

11
menerangkan apa yang terjadi di dalam atau di bawah kesadaran manusia, maka
Psikoanalisa dikenal juga sebagai “Psikologi Dalam (Depth Pshology)”.

4. Sejarah Perkembangan Psikologi Pada Zaman Modern

Sigmund Freud yang dianggap sebagai bapak psikologi modern, alirannya disebut
Psikoanalisis Freudian. Freud adalah seorang penulis yang sangat produktif, menerbitkan
lebih dari 320 buku, artikel dan esai. Dari sekian banyak karyanya, Freud menjelaskan
“The Interpretation of Dreams”, yang terbit tahun 1899 merupakan buku yang berisi
dasar-dasar teori dan ide yang membentuk psikoanalisis. Pada tahun 1902, Freud
membuat diskusi mingguan di rumahnya di Wina. Pertemuan-pertemuan informal yang
akhirnya tumbuh menjadi Vienna Psychoanalytic Society.
Freud berpendapat bahwa pikiran terdiri dari tiga bagian, yaitu : pikiran sadar, pra-
sadar dan bawah sadar. Ia menilai bahwa 90% dari pikiran adalah pikiran bawah sadar
dimana Id (pikiran bawah sadar) adalah tempat represi dan naluri. Freud lebih lanjut
menganggap bahwa energy libido berada di balik setiap perilaku. Ia membagi
kepribadian manusia menjadi tiga – id, ego, superego. Dari ketiga hal tersebut, Id
bersifat mengejar kesenangan sehingga dapat dikatakan dia diatur oleh prinsip
kesenangan. Ego yang merupakan bagian terorganisir dari Id yang didorong oleh prinsip
Realitas. Superego menghubungkan id ke dunia luar ke lingkungan sosial dan disebut
sebagai hati nurani.
Alfred Adler berpikir bahwa karena kita ini adalah makhluk sosial maka kita
seharusnya memberikan penekanan pada faktor-faktor sosial. Dia berargumen bahwa
kehendak untuk memperoleh kekuasaan dan keunggulan lebih penting daripada seks atau
keinginan untuk kesenangan lainnya. Jadi, individu akan mencoba untuk mengatasi
kekurangannya. Mereka akan mencoba untuk menunjukkan superioritas atau ambisi.
Inferiority complex adalah konsep Adler yang paling penting disumbangkannya ke ilmu
psikologi.
Carl Gustav Jung, seperti halnya Adler, pada awalnya berada di kelompok
psikoanalitis tetapi kemudian berpisah dari Freud. Dia menolak teori Freud bahwa satu-
satunya motif yang mendorong alam bawah sadar adalah seks. Jung memperluas konsep
ketidaksadaran diluar individu. Dia berpendapat bahwa ada ketidaksadaran kolektif
disamping ketidaksadaran individu. Dia mendalilkan bahwa ingatan rasial selama
berabad-abad diendapkan di bawah sadar masing-masing individu. Menurut dia, bahan
utama / isi terbanyak dari ketidaksadaran kolektif adalah arketipe. Arketip adalah
kecenderungan untuk mengalami kejadian atau keadaan dengan cara tertentu. Arketip
merupakan hasil atau kumpulan dari sekian banyak pengalaman hidup yang berulang.
Aliran psikoanalisis ini sangat dominan di bagian awal abad ke-20, tetapi kemudian
memberikan jalan untuk aliran kedua dalam psikologi yang disebut behaviorisme. John
B. Watson, mengusulkan bahwa psikolog sebagai ilmuwan harus mempelajari sifat-sifat
manusia yang bisa diamati dan bukan konsep seperti pikiran, kesadaran dll. Dia dan

12
pengikutnya mencoba untuk menjelaskan perilaku berdasarkan stimulus (rangsangan) dan
respon. Mereka disebut behavioris dan alirannya disebut behaviorisme. Saat ini,
behaviorisme secara perlahan-lahan mencapai titik akhir.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah kami ini, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
psikologi yaitu ilmu yang mempelajari segala aktivitas jiwa. Mencakup segala sesuatu yang
diperkuat oleh manusia yang terwujud dalama kegiatan manusia (7 human activities).
Ilmu psikologi juga sudah berkembang sejak berabad-abad yang lalu, bahkan sebelum
masehi, yaitu pada Zaman Yunani Kuno. Pada zaman tersebut, tahap intelektual manusia
masih primitive. Namun di akhir Zaman Yunani Kuno, ilmu psikologi mengalami kemajuan
yang sangat pesat berkat beberapa ilmuwan terkenal seperti, Aristoteles, Socrates, dan Plato.
Dilanjutkan pada zaman abad pertengahan. Pada abad pertengahan, filsafat Barat mengalami
kegelapan. Disusul oleh ilmuwan Islam yang mengalami kejayaan, seperti Ibnu Sina, Al-
Kindi, Al-Khawarizmi, Al-Ghazali, dan Al-Farabi. Selanjutnya pada akhir abad ke-19
terjadilah babak baru dalam sejarah Psikologi. Pada tahun 1879, Wilhem Wundt (Jerman,
1832-1920) mendirikan laboratorium Psikologi pertama di Leipzig yang menandai titik awal
Psikologi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Dan sampailah di zaman modern, ditandai
oleh hasil eksperimen dari Sigmund Freud. Saat ini, ilmu psikologi tidak hanya mempelajari
manusia saja, namun semua makhluk hidup dan segala tingkah lakunya. behaviorisme secara
perlahan-lahan mencapai titik akhir.

B. Kritik dan Saran

Demikian makalah ini penulis susun. Kesempurnaan hanya milik Allah dan penulis
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Apabila makalah ini belum sesuai
harapan pembaca, penulis berharap agar para pembaca memberi kritik dan saran kepada
penulis.Sehingga makalah ini dapat lebih baik lagi kedepannya. Terimakasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Aditiyawarman, Indra. Sejarah Perkembangan Gerakan Kesehatan Mental. Purwokerto :


Prodi Bimbingan Konseling (BK), Jurusan Dakwah (Komunikasi) Stain.
2. Saifullah. Renaissance dan Humanisme Sebagai Jembatan Lahirnya Psikologi Modern.
3. https://www.academia.edu/22773175/Sejarah_Psikologi
4. https://www.academia.edu/9885799/Sejarah_dan_Aliran_Psikologi_Modern_Tinjauan_Teori
tik_Aliran-Aliran_Psikologi_dan_Refleksinya_dalam_Kehidupan_Sehari-Hari_

15

Anda mungkin juga menyukai