Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

Pendekatan Kedokteran Keluarga

Sebagai Diskusi Kasus Modul 7.3 Psikiatri, Geriatri dan Pelayanan Kesehatan Primer

Disusun oleh: Kelompok 2


Fifi Candita
Hayatun Nufus
Riski Ramadhan
Yohana Novelia

Program Studi PendidikanDokter


Fakulata Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Abdurrab
Pekanbaru
2020
2

Daftar Isi
Halaman Judul ................................................................................................................. 1
Daftar Isi .......................................................................................................................... 2
Status pasien ..................................................................................................................... 3
Pendekatan Kedokteran Keluarga .................................................................................... 5
A. Karakteristik Demografi Keluarga ....................................................................... 5
B. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga .................................................................... 6
C. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan ................................ 9
Analisis Masalah dan Pembahasan .................................................................................. 12
1. Masalah Aktif ....................................................................................................... 12
2. Masalah inaktif ..................................................................................................... 12
Pendekatan Mandala of Helath ........................................................................................ 13
Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah dengan Mandala of Health ....................... 14
Rencana Penatalaksanaan ................................................................................................ 15
Tinjauan Pustaka .............................................................................................................. 16
Definisi Stroke ................................................................................................................. 16
Etiologi Stroke ................................................................................................................. 16
Klasisfikasi Stroke ........................................................................................................... 16
Patogenesis Stroke ........................................................................................................... 17
Patofisiologi dan Manifestasi Klinis ................................................................................ 18
Penegakan Diagnosis ....................................................................................................... 19
Kriteria Diagnosis ............................................................................................................ 21
Penatalaksanaan ............................................................................................................... 21
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 27
3

Status Pasien

A. Identitas
Nama : Alimin
Umur : 60 tahun
Agama : Budha
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Sultan Syarif Karim
Pekerjaan : Satpam
Kegiatan sekarang : Penjaga Gudang
Nama orang terdekat : Bpk wiadianto
Jumlah anak : Laki – laki = 1 Perempuan = 2
Jumlah cucu : Laki – laki = 1 Perempuan = -
Jumlah cicit : Laki – laki = - Perempuan = -
Asesmen dibuat tanggal : 5 Januari 2020

B. Keluhan utama
Kaki kanan sulit bergerak

C. Riwayat penyakit sekarang


Pasien merasakan kaki kanan susah digerakkan sejak 8 tahun. Timbul nyeri kalau
cuaca dingin. Pasien juga merasakan kesemutan pada kaki kanan. Untuk mengurangi
keluhan pasien mengoleskan minyak kutus-kutus. Sebelumnya sudah pernah diobati
Sudah dilakukan fisioterapi sendiri dirumah tapi pinggul timbul nyeri.

D. Riwayat penyakit dahulu


Waktu muda sering pusing kepala dan kesemutan tapi dibiarkan saja.

E. Riwayat alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi

F. Riwayat penyakit keluarga


Tidak riwayat penyakit di keluarga
4

Kakak pasien meninggal sejak 1 tahun yang lalu tanpa disebabkan sakit dalam usia 83
tahun. Suami pasien juga sudah meninggal 20 tahun yang lalu tanpa disebabkan sakit.

G. Riwayat penyakit lingkungan


Lingkungan tempat tinggal pasien cukup bersih. Lantai rumah dan kamar mandi
cukup bersih dan tidak licin sehingga tidak ada hal yang membahayakan atau
menyebabkan pasien jatuh. Sarana MCK bersih dan sehat dimana jarak antara sumur
dan septic tank > 10 m. Namun ventilasi rumah pasien terutama kamar tidur sangat
kurang.

H. Kebiasaan
Pasien merokok 1 bungkus perhari sejak muda sampai sekarang. Setiap hari minum
kopi 3 gelas.

I. Riwayat nutrisi
Pasien makan tidak teratur. Tidak pernah makan ikan. Makananya berupa nasi dengan
tahu, tempe. Minum air putih yang cukup setiap hari.

J. Anamnesis sistem
- Sistem serebrospinal :
- Sistem kardiovaskular :
- Sistem respirasi :
- Sistem gastrointestinal:
- Sistem urogenital :
- Sistem integumentum :
- Sistem muskuloskeletal:

K. Resume anamnesis
Pasien dengan keluhan utama berupa kaki kanan sulit digerakkan. Sejak 8 tahun yang
lalu. Terdapat riwayat stroke. Timbul nyeri jika udara dingin. Sudah diobati ke dokter
dan diberi fisioterapi tapi keluhan tidak berkurang.

L. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : baik, compos mentis
5

Antropometri : TB: 170 cm BB: 69 kg


Tanda vital : TD secara berdiri :
TD secara duduk : 120/60 mmHg
TD secara berbaring :
Nadi : 64 x/menit
Nafas : 12 x/menit
Suhu : 36,5C
Kulit : warna kulit sawo matang, tidak tampak kelainan
Mata : Tidak dilakukan
Telinga : Tidak dilakukan
Leher : Tidak dilakukan
Hidung : Tidak dilakukan
Rongga mulut : Tidak dilakukan
Tenggorokan : Tidak dilakukan
Thoraks : Tidak dilakukan
Abdomen : Tidak dilakukan
Muskuloskeletal : Fungsi sensoris kaki kanan menurun.
Fungsi Motoris kaki kanan menurun, Terdapat kelemahan tapi
masih bisa melawan gravitasi

M. Pemeriksaan tambahan
Laboratorium darah : Tidak dilakukan
Laboratorium urin : Tidak dilakukan
Profil lipid : Tidak dilakukan
Fungsi hepar : Tidak dilakukan
Fungsi ginjal : Tidak dilakukan
Fungsi jantung : Tidak dilakukan
Radiologi : Tidak dilakukan

1. Pendekatan Kedokteran Keluarga


A. Karakteristik Demografi Keluarga

Nama Kepala Keluarga : Alimin

Alamat Lengkap : Jl. Sultan Syarif Qasim


6

Bentuk Keluarga : Keluarga Inti

Kedudu
NO Nama L/P Usia Pendidikan Pekerjaan Ket
kan
Kaki kanan
Kepala
1. Tn. A L 60 Th SMP Satpam sulit
keluarga
digerakkan
2. Ny. K Istri P 52 Th SMA Penjahit -
Karyawan
3. Nn. S Anak P 36 Th S1 -
Swasta
4. Nn. T Anak P 34 Th S1 IRT -
Karyawan
5. Tn. C Anak L 31 Th S1
Swasta

B. Identifikasi Fungsi- Fungsi Keluarga


1. Fungsi Holistik
a. Fungsi Biologis :
Keluarga terdiri atas Penderita (Ayah usia 60 tahun) sebagai kepala keluarga,
bersama dengan istrinya yaitu Ny. K.
b. Fungsi Psikologis :
Hubungan keluarga di antara mereka terjalin baik, terbukti dengan adanya
komunikasi antar anggota keluarga, dan hubungan antara anak dan anggota keluarga
yang lain baik dan saling menyayangi.
c. Fungsi Sosial :
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat,
hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Hubungan keluarga pasien dengan tetangga
baik, jika ada kegiatan selalu berusaha untuk berpartisipasi.
Kesimpulan:
Hubungan kelurga pasien berjalan baik semua komunikasi antar anggota keluraga
baik dengan lingkungan rumah (tetangga) juga baik.

2. Penilaian Fungsi Fisiologis Keluarga dengan APGAR Score


Komponen Deskripsi Skor Skor Tn
7

Ny. (Kepala
(pasien) keluarga)
Adaptation Kemampuan adaptasi antar anggota keluarga 2 2

Partnership Komunikasi, sharing antar anggota keluarga 1 1

Growth Dukungan keluarga terhadap hal baru yang 2 2


dilakukan anggota keluarga
Affection Kasih sayang dalam keluarga 2 2

Resolve Kepuasan anggota keluarga tentang 2 2


kebersamaan dan waktu yang dihabiskan
Skor Total 9 9

Skoring
Tiap komponen diberi skor :
0 : Jarang/tidak sama sekali
1 : Kadang kadang
2 : Selalu
Interpretasi : Fungsi fisiologi keluarga baik

4. Pengukuran Fungsi Patologis Keluarga dengan SCREEM Score


Komponen Deskripsi Skor

Social Interaksi dengan tetangga/lingkungan sosial 2

Culture Kepuasan akan budaya, adat, nilai, norma 2


berlaku
Religious Ketaatan anggota keluarga dalam menjalankan 2
ibadah
Economy Kemampuan ekonomi 2

Educational Tingkat pendidikan anggota keluarga 2


8

Medical Kemampuan memperoleh pelayanan kesehatan 2

Interpretasi
Hubungan keluarga secara keseluruhan baik, tingkat ketercukupan ekonomi cukup
untuk kehidupan sehari-hari. Ketaatan dalam menjalankan ibadah baik.
Kemampuan memperoleh pelayanan kesehatan baik.

5. Pola Interaksi Keluarga


Tn. A
(Pasien)

Ny. K
Tn. C

Nn. S Nn. T

Keterangan :
Hubungan baik
Hubungan kurang baik

6. Genogram

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki Sakit
9

B. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan


1. Identifikasi fungsi perilaku keluarga
a. Pengetahuan
Keluarga mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang kesehatan. Menurut
pendapat semua keluarga anggota, yang dimaksud kondisi sehat adalah suatu kondisi
dimana seseorang tidak menderita penyakit sehingga bisa melakukan aktivitasnya
dengan baik. Anggota keluarga mengetahui penyakit apa yang diderita pasien.
b. Sikap
Keluarga ini peduli terhadap kesehatan penderita. Selama keluarga pasien sakit
anggota keluarga yang lain ikut menjaga dan memperhatikan kesehatan pasien.
c. Tindakan
Keluarga pasien mengantarkan Tn. A berobat ke rumah sakit dan ke dokter pada saat
pasien mengeluh kesakitan, karena keadaan Tn. A tidak membaik maka keluarga
pasien langsung membawa pasien ke rumah sakit terdekat untuk mendapat
pertolongan lebih lanjut.

2. Identifikasi faktor non perilaku


a. Lingkungan
Rumah yang dihuni keluarga ini cukup baik. Rumah pasien sudah merupakan
rumah yang sudah memenuhi standar kesehatan. Luas bangunan cukup besar, ada
halaman depan, pencahayaan cukup, ventilasi cukup dan selalu dibuka setiap pagi
sampai sore. Sumber air keluarga ini berasal dari sumur bor, kamar mandi dan
jamban sudah ada. Air minum yang digunakan memakai air gallon.
b. Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek, dokter, apotik, dan lain
sebagainya tergolong dekat dengan rumah keluarga, sehingga keluarga mudah
mendapatkan pelayanan medis yang baik dan tepat. Keluarga pasien
memperhatikan kesehatan antar keluarganya apabila ada yang sakit langsng
dibawa berobat.
c. Keturunan
Tidak ada faktor penyakit turunan yang terdapat dalam keluarga
10

Pengetahuan: Lingkungan : rumah


keluarga cukup cukup memenuhi syarat
memahami penyakit kesehatan
penderita

Keturunan : tidak ada


Sikap: keluarga cukup
penyakit keturunan
peduli terhadap Keluarga Ny.
Keluarga Ny. A
T pada keluarga
penyakit penderita

Tindakan: keluarga Pelayanan Kesehatan :


mengantarkan Jika sakit diantar
pasien untuk berobat dokter praktek

Faktor Perilaku

Faktor Non Perilaku

3. Identifikasi Lingkungan Rumah


a. Lingkungan Luar Rumah
Keluarga yang tinggal dirumah tersebut terdiri dari pasien dan istrinya. Rumah
tidak memiliki pagar, memiliki halaman depan, saluran pembuangan limbah sudah
tersalur ke got dan tidak tersumbat. Pembuangan sampah di angkut oleh
pengangkut sampah.

b. Lingkungan Dalam Rumah


Dinding rumah terbuat dair batu bata yang dicat, lantai rumah menggunakan
keramik. Rumah terdiri dari ruang keluarga, 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, satu
dapur, dan gudang. Rumah ini mempunyai satu pintu untuk keluar masuk dibagian
depan. Keluarga ini mempunyai fasilitas MCK keluarga dan fasilitas air dari
sumur bor. Ventilasi udara baik terdapat 9 jendela dengan lubang pertukaran
udara.
11

Denah Rumah

Kamar
Dapur
mandi

Ruang Keluarga
12

Analisis Masalah dan Pembahasan


1. Masalah aktif.
a. Monoparesis kaki kanan
b. Paresthesia pasca stroke

2. Masalah inaktif.
13

4. Pendekatan Mandala of Health

Gaya hidup

Pasien aktif secara fisik


mengerjakan pekerjaan rumah
Perilaku kesehatan tangga sehari hari. Lingkungan psikososioekonomi
Hygiene pribadi cukup baik Ekonomi pasien tergolong cukup
Pasien berobat ke dokter Kehidupan sosial pasien cukup
baik

Pasien
Pelayanan kesehatan Keluhan utama : Kaki kanan Lingkungan kerja
Pasien sering mengakses sulit bergerak Pasien memiliki pekerjaan tetap
pelayanan kesehatan

Faktor biologi Komunitas Lingkungan fisik


Tidak ada faktor Lingkungan sekitar tempat Ventilasi rumah
biologi terkait tinggal pasien tergolong bersih pasien baik baik
dengan sanitasi baik
14

5. Skoring kemampuan penyelesaian masalah dengan pendekatan Mandala of Health


No Masalah Skor Awal Upaya penyelesaian

Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah


Skor 1 Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor 2 Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya keinginan); penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya
oleh penyedia layanan kesehatan
Skor 3 Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian
besar oleh penyedia layanan kesehatan
Skor 4 Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada upaya penyedia layanan kesehatan
Skor 5 Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
99 Not Applicable
15

Rencana Penatalaksanaan.
1. Masalah aktif.
Non Farmakologi:
 Latihan keseimbangan dan koordinasi
 Latihan fungsional : latihan duduk ke berdiri dan latihan jalan
 Latihan gerak pasif pada ekstremitas bawah
 Latihan ini dilakukan secara rutin dengan waktu latihan 30-45 menit yang
terbagi dalam 3 sesi, dan tiap sesi diberikan istirahat 5 menit. Apabila
pasien telrihat lelah, ada perubahan wajah dan ada penigkatan menonjol
tiap latihan pada vital sign maka latihan segera dihentikan.

2. Masalah inaktif.
16

Tinjauan Pustaka
a. Definisi
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang
berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun global
yang berlangsung lebih dari 24 jam, yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain
penyebab vaskuler

b. Etiologi
1. Stroke Iskemik
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah storke iskemik, yang terjadi akibat
obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum (Edward
C, 2018)
2. Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik merupakan 15% sampai 20% dari semua stroke, yang
terjadi apababila lesi vascular intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subarachnoid atau langsung kedalam jaringan otak
(David S, 2017)

c. Klasifikasi Stroke
1. Stroke Iskemik
 Transcient Ischemic Attack (TIA): Serangan stroke sementara yang
berlangsung kurang dari 24 jam
 Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND): Gejala neurologis akan
menghilang antara >24 jam sampai 21 hari
 Progressing stroke atau Stroke In Evolution: Kelainan atau deficit
neurologis berlangsung secara bertahap dari ringan sampai menjadi buruk
 Completed Stroke: Kelainan neurologis sudah menetap atau tidak
bertambah lagi (Edward C, 2018)

2. Stroke Hemoragik
 Perdarahan Intraserebral (PIS)
17

Perdarahan terjadi langsung ke parenkim otak. Mekanisme yang biasa


dianggap kebocoran dari arteri intraserebral kecil yang rusak oleh hipertensi
kronis.
 Perdarahan Subarachnoid (PSA)
Mengacu pada ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid antara membrane
pial dan arachnoid (David S, 2017)

d. Patogenesis
1. Stroke Iskemik
18

2. Stroke Hemoragik

e. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis


19

f. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
a. Stroke Iskemik
 Onset: Gejala timbul mendadak, biasanya pada saat istirahat
 Gangguan global: penurunan kesadaran
 Gangguan fokal:
o Hemiparesis, monoparesis atau quadriparesis
o Gangguan pengelihatan : diplopia
o Gangguan bicara dan berbahasa: disartria, afasia
o Deficit hemisensorik: gangguan sensoris pada separuh badan
 Riwayat Penyakit dahulu/ keluarga yang berhubungan yaitu
arterioskelrosis dan cardiovascular seperti: hipertensi, diabetes mellitus,
hiperkolesterolemia, penyakit arteri koronaria, bypass arteri koronaria,
fibrilasi atrium (Edward C, 2018)
b. Stroke Hemoragik
 Onset: gejala timbul mendadak, biasanya pada saat aktivitas
 Gejala peningkatan TIK: sakit kepala, muntah-muntah sampai penurunan
kesadaran
 Kejang umumnya terjadi pada onset perdarahan intracerebral atau dalam 24
jam pertama
 Defisit neurologis fokal:
o Kelemahan atau paresis yang mempengaruhi salah satu ekstremitas
separuh tubuh atau keempat ekstremitas
o Deficit bidang visual: pengelihatan kabur
o Disartria atau afasia
o Vertigo atau ataksia
 Gejala subarachnoid hemoragik
o Tiba-tiba sakit kepala parah
o Tanda-tanda menigismus dengan kekakuan nuchal
o Fotofobia dan nyeri pada saat menggerakkan mata
o Mual dan muntah
o Sinkop yang berkepanjangan atau tidak khas
20

 Riwayat Penyakit dahulu/ keluarga yang berhubungan yaitu arterioskelrosis


dan cardiovascular seperti: hipertensi, diabetes mellitus,
hiperkolesterolemia, penyakit arteri koronaria, bypass arteri koronaria,
fibrilasi atrium (David S, 2017)
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik selalu meliputi pemeriksaan kepala dan leher untuk mengetahui
tanda- tanda trauma, infeksi atau adanya tanda-tanda meningeal sign. Pada riwayat
penyakit cardiovaskular memerlukan pemeriksaan sbb
 Funduskopi (retinopati, emboli atau perdarahan)
 Jantung (irama tidak teratur, bisikan atau seperti lari kencang.
 Vaskularisasi perifer ( palpasi denyut carotis, radial dan femoralis; auskultasi
bruit karotis)
Pemeriksaan dimulai dengan menilai status kesadaran pasien yaitu GCS,
selanjutnya tanda- tanda vital dan dilanjutkan dengan memeriksa saraf kranial
dengan cara:
 Apakah ditemukan disfungsi nervus VII tipe central dan n.XII

- Disfungsi nervus VII tipe central:

o Sulcus nasolabial sinistral lebih datar pada salah satu sisi


o Sewaktu penderita meringis tampak salah satu ujung bibir tertinggal
o Sewaktu bersiul tampak bibir mencong ke salah satu sisi
o Penderita dapat mengerut dahi dan menutup mata dengan baik (perbedaan
dengan Bell’s Palsy)

- Disfungsi nervus XII:

o Sewaktu lidah diam akan tampak ujung lidah mencong ke salah satu sisi
o sewaktu lidah dijulurkan akan tampak mencong ke salah satu sisi
 Penilaian Kelemahan motoric dengan cara menilai kekautan otot dengan skala
Lovett’s 0-5:
 Refleks Babinski: dengan menggores telapak kaki dari arah bawah ke atas.
Reflex Babinski positif maka ibu jari kaki akan mengalami dorsofleksi
sedangkan jari-jari lainnya menyebar atau membuka
3. Pemeriksaan Penunjang
21

 CT-Scan Kepala (Gold Standar)


Iskemik Hemoragik
Hasil CT-Scan Hypodense (Hitam atau Hyperdense (Berwarna
lebih gelap dari warna putih terang)
jaringan otak)

g. Kriteria Diagnosis
Kriteria Diagnosis berdasarkan algoritma gajah mada (Widiastuti et al, 2015)

h. Tatalaksana
1. Terapi Umum
a. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
 Pemantauan secara terus menerus terhadap status neurologis, nadi, tekanan
darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada
pasien dengan deficit neurologis yang nyata.
 Pemberian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen
<95%
22

 Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada pasien yang
tidak sadar
 Berikan bantuan ventilasi pada pasien yang mengalami penurunan
kesadaran atau disfungsi bulbar dengan gangguan jalan napas
 Terapi oksigen diberikan pada pasien hipoksia
 Pasien stroke iskemik akut yang nonhipoksia tidak memerlukan terapi
oksigen
 Intubasi ETT (Endo Tracheal Tube) atau LMA (Laryngeal Mask Airway)
dipelrukan pada pasien dengan hipoksia (pO2 <60 mmHg atau pCO2>50
mmhg), atau syok, atau pada pasien yang berisiko untuk terjadi aspirasi
 Pipa endotrakeal diusahakan terpasang tidak lebih dari 2 minggu. Jika pipa
terpasang lebih dari 2 minggu, maka dianjurkan dilakukan trakekostomi.
b. Stabilisasi Hemodinamik
 Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena
 Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter), dengan
tujuan untuk memantau kecukupan cairan dan sebagai sarana untuk
memasukkan cairan dan nutrisi
 Optimalisasi tekanan darah
 Bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan cairan sudah mencukupi,
maka obat vasopressor dapat diberikan secara titrasi seperti dopamin
dosis sedang/tinggi, norepinefrin atau epinefrin dengan target tekanan
darah sistolik berkisar 140 mmHg
 Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama setelah
serangan stroke iskemik
 Bila terdapat adanya penyakit jantung kongestig, segera atasi
 Hipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya.
Hypovolemia harus dikoreksi dengan larutan satin normal dan aritmia
jantung yang mengakibatkan penurunan curah jantung sekuncup harus
dikoreksi
c. Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK)
 Pemantauan ketat terhadap penderita dengan risiko edema serebral harus
dilakukan dengan memperhatikan perburukan gejala dan tanda neurologis
pada hari-hari pertama setelah serangan stroke
23

 Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS <9 dan penderita
yang mengalami penurunan kesadaran karena kenaikan TIK
 Sasaran terapi adalah TIK kurang dari 20 mmHg dan CPP >70 mmHg
 Penatalaksanaan penderita dengan peningkatan tekanan intrakranial
meliputi :
o Tinggikan posisi kepala 200 – 300
o Posisi pasien hendaklah menghindari tekanan vena jugular
o Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
o Hindari hipertermia
o Jaga normovolernia
o Osmoterapi atas indikasi:
Manitol 0.25 - 0.50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi setiap 4 - 6
jam dengan target ≤ 310 mOsrn/L. (AHA/ASA, Class III, Level of
evidence C). Osmolalitas sebaiknya diperiksa 2 kali dalam sehari
selama pemberian osmoterapi.
Kalau perlu, berikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB i.v.
o Intubasi untuk menjaga normoventilasi (pCO2 35 - 40 mmHg).
Hiperventilasi mungkin diperlukan bila akan dilakukan tindakan
operatif.
o Paralisis neuromuskular yang dikombinasi dengan sedasi yang adekuat
dapat mengurangi naiknya TIK dengan cara mengurangi naiknya
tekanan intratorakal dan tekanan vena akibat batuk, suction, bucking
ventilator
o Agen nondepolarized seperti vencuronium atau pancuronium yang
sedikit berefek pada histamine dan blok pada ganglion lebih baik
digunakan. Pasien dengan kenaikan krtitis TIK sebaiknya diberikan
relaksan otot sebelum suctioning atau lidokain sebagai alternative.3 ix.
Kortikosteroid tidak direkomendasikan untuk mengatasi edema otak
dan tekanan tinggi intracranial pada stroke iskemik, tetapi dapat
diberikan kalau diyakini tidak ada kontraindikasi.
o Drainase ventricular dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke
iskemik serebelar.
24

o Tindakan bedah dekompresif pada keadaan iskemik sereberal yang


menimbulkan efek masa, merupakan tindakan yang dapat
menyelamatkan nyawa dan memberikan hasil yang baik.
 Pengendalian Kejang
o Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20mg dan
diikuti oleh fenitoin, loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan
maksimum 50 mg/menit.
o Bila kejang belum teratasi, maka perlu dirawat di ICU.
o Pemberian antikonvulsan profilaksis pada penderita stroke iskemik
tanpa kejang tidak dianjurkan.
o Pada stroke perdarahan intraserebral, obat antikonvulsan profilaksis
dapat diberikan selama 1 bulan, kemudian diturunkan, dan dihentikan
bila tidak ada kejang selama pengobatan.
 Pengendalian Suhu Tubuh
o Setiap pederita stroke yang disertai demam harus diobati dengan
antipiretik dan diatasi penyebabnya
o Berikan Asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5 oC (AHA/ASA
Guideline)1 atau 37,5 oC (ESO Guideline).
o Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur
dan hapusan (trakea, darah dan urin) dan diberikan antibiotik. Jika
memakai kateter ventrikuler, analisa cairan serebrospinal harus
dilakukan untuk mendeteksi meningitis.
o Jika didapatkan meningitis, maka segera diikuti terapi antibiotic
(AHA/ASA Guideline) (Misbach et al, 2011).

2. Stroke Iskemik
a. Tatalaksana Umum
 Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
 Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
 Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika diperlukan)
 Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)
 Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan
 Gastroprotektor, jika diperlukan
25

 Manajemen nutrisi
 Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau LMWH

b. Tatalaksana Spesifik
 Trombolisis intravena : alteplase dosis 0.6-0.9 mg/kgBB, pada stroke iskemik
onset <6 jam.
 Terapi endovascular : trombektomi mekanik, pada stroke iskemik dengan
oklusi karotis interna atau pembuluh darah intrakranial, onset <8 jam
 Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor, Calcium
Antagonist, Beta blocker, Diuretik)
 Manajemen gula darah (insulin, anti diabetik oral)
 Pencegahan stroke sekunder (antiplatelet :aspirin, clopidogrel, cilostazol atau
antikoagulan : warfarin, dabigatran, rivaroxaban)

 Neroprotektor (citicholin, piracetam, pentoxyfiline, DLBS 1033)14


Agen neuron protektor digunakan dalam upaya untuk menyalamatkan neuron
iskemik (area penumbra) di otak dari cedera ireversibel, agen-agen
neuroprotektor ini memodulasi reseptor neuronal untuk mengurangi
pelepasan neurotransmitter rangsang, yang berkontribusi pada cedera
neuronal dini, tatalaksana ini terdapat beberapa efek samping yaitu agtitasi,
halusinasi, hipotensi contoh agen neuroprotektornya yaitu N-metil D-aspartat
(NMDA)
 Perawatan di Unit Stroke
 Neurorestorasi / Neurorehabilitasi

c. Tindakan Intervensi/Operatif
 Carotid Endartersctomy (CEA), sesuai indikasi
 Carotid Artery Stenting (CAS), sesuai indikasi
 Stenting pembuluh darah intracranial, sesuai indikasi (Misbach et al, 2011).

3. Stroke Hemoragik
a. Tatalakasana Umum
 Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
 Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
26

 Pengendalian tekanan intrakranial (manitol, furosemide, jika diperlukan)


 Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)
 Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan
 Gastroprotektor, jika diperlukan
 Manajemen nutrisi
 Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau LMWH

b. Tatalaksana Spesifik
 Koreksi koagulopati (PCC/Prothrombine Complex Concentrate, jika
perdarahan karena antikoagulan)
 Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor, Calcium Antagonist,
Beta blocker, Diuretik)
 Manajemen gula darah (insulin, anti diabetik oral)
 Pencegahan stroke hemoragik (manajemen factor risiko)
 Neuroprotektor
 Perawatan di Unit Stroke
 Neurorestorasi / Neurorehabilitasi

c. Tindakan Operatif
 Kraniotomi evakuasi hematom, sesuai indikasi
 Kraniotomi dekompresi, sesuai indikasi
 VP Shunt / external drainage, sesuai indikasi (Misbach et al, 2011).
27

DAFTAR PUSTAKA

David S Liebeskind, MD, FAAN, FAHA, FANA. (2017). Hemorrhagic Stroke. Diakses dari
https://emedicine.medscape.com/article/1916662-overview
Edward C Jauch, MD, MS, FAHA, FACEP. (2018). Ischemic Stroke. Diakses dari
https://emedicine.medscape.com/article/1916852-overview
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. (2011). Guideline Stroke. Jakarta
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. (2016). Paduan Praktik Klinis Neurologi.
Jakarta
Misbach, J., Lamsudin, R., Aliah, A., Basyiruddin A., Suroto., Alfa, A.Y. dkk. 2011.
Guideline Stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).
Jakarta
Widiastuti, Priska dkk. 2015. Sistem Skoring dan Diagnostik untuk Stroke. Di akses dari
http://www.kalbemed.com/Portals/6/25_233Analisissistem%20Skoring%20Diagnosti
k%20untuk%20Stroke-Skor%20Siriraji.pdf

Anda mungkin juga menyukai