OLEH:
1. Evayana Febriyanti
2. Fifi Candita
3. M. Ilham Arfi
4. Riffinola Mepa Venesia
5. Rizki Ramadhan
6. Siti Safitri
7. Vanny Nurdelima Habsi
8. Zafitri Asrul
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya serta memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Stroke”. Shalawat beriringkan salam kepada Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan
sahabatnya yang telah membawa umat manusia ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Terimakasih kami ucapkan kepada fasilitator yang telah membimbing dan telah
mengarahkan tujuan diskusi sehingga kami dapat mencapai tujuan pembelajaran dan
menyelesaikan makalah hasil diskusi ini. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
hasil diskusi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan
dari tutor ataupun dari rekan mahasiswa/i untuk kesempurnaan pembuatan makalah hasil
diskusi ini.
Penulis,
Kelompok II
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
4
SKENARIO SUBMODUL II
Tiba-Tiba Lumpuh Sebelah Badan
Laki-laki 55 tahun datang ke UGD dengan keluhan kelemahan anggota gerak
sebelah kanan 2 jam yang lalu. Keluhan muncul tiba-tiba saat pasien sedang istirahat, tidak
ada penurunan kesadaran. Riwayat hipertensi (-), Riwayat DM (+), Merokok (+) sudah 20
tahun. Dari pemeriksaan ditemukan BB= 80kg, TB=163 cm, TTV, TD= 150/90 mmHg,
N= 80x/menit, RR= 16x/menit, T= 36,5 ֯ C. Pemeriksaan status neurologis ditemukan:
gangguan nervus VII tipe central dan gangguan nervus XII. Pemeriksaan motorik
ditemukan hemiplegia dextra, hipertonik, refleks fisiologis ↑, Klonus (+), Refleks patologis
(+). Pemeriksaan sensoris dalam bataas normal. Pasien dikonsulkan kespesialis saraf dan
dilakukan CT-Scan Kepala. Pasien dirawat inap dan diberikan obat trombolitik.
HASIL DK 1
A. STEP 1
Terminologi
Lumpuh : Kehilangan fungsi anggota gerak, baik satu atau lebih, baik
sementara atau permanen.
Hemiplegia : Kekuatan otot yang hilang sama sekali pada sebagian tubuh.
Klonus : Serangkaian kontraksi dan relaksasi otot involunter yang
bergantian secara cepat saat diregangkan secara pasif.
Hipertonik : Kelainan sistem saraf yang ditandai dengan terjadinya ↑ tahanan
terhadap peregangan pasif dan seringkali timbul refleks yang berlebihan hingga
adanya kontraksi otot yang terus menerus sehingga menjadi kaku.
Obat Trombolitik: Obat yang digunakan untuk menghancurkan trombus (gumpalan
darah).
Keyword
♂ , 55 tahun
KU = Kelemahan anggota gerak sebelah kanan 2 jam yang lalu
Onset = Muncul tiba-tiba saat sedang istirahat
Penurunan kesadaran (-)
RPD = Hipertensi (-) , DM (+), Merokok (+) 20 tahun
5
TTV = TD : 150/90 mmHg, N: 80x/menit, RR: 16x/menit, T: 36,5 ֯C
BB: 80kg, TB: 163 cm, Obesitas
Pemeriksaan status neurologis: Gangguan N.VII tipe sentral dan N.XII
Pemeriksaan motoris: Hemiplegia dextra (+), Hipertonik (+), Refleks Fisiologis ↑,
Klonus (+), Refleks Patologis (+)
Pemeriksaan sensoris normal
PP = CT-Scan Kepala
Pasien dirawat inap dan diberi obat trombolitik
B. STEP 2
1. Apakah ada hubungan usia dengan penyakit pada kasus?
2. Apakah ada hubungan RPD dengan keluhan pasien?
3. Mengapa pasien merasakan lumpuh pada sebelah kanan saja?
4. Apakah orang yang jarang menggunakan anggota gerak tubuhnya dapat menyebabkan
lumpuh?
5. Mengapa terjadi gangguan pada N.VII tipe central dan N.XII? Apa efek yang muncul
jika terjadi gangguan?
6. Mengapa keluhan datang tiba-tiba saat pasien sedang istirahat?
7. Mengapa pada pemeriksaan motorik ditemukan hipertonik (+), refleks fisiologis ↑,
Klonus (+) dan refleks patologis (+)?
8. Mengapa dokter memberikan obat trombolitik dan apa saja jenis-jenisnya?
9. Apa kemungkinan diagnosis pada kasus?
10. Apakah BB merupakan salah satu faktor terjadinya kelumpuhan?
11. Apakah pasien setelah mendapatkan pengobatan kemudian pulih dan bisa meninggalkan
gejala sisa?
12. Bagaimana penatalaksanaan awal pada kasus?
13. Mengapa dokter menganjurkan pasien melakukan CT-Scan Kepala?
14. Apa saja yang dilihat pada pemeriksaan CT-Scan Kepala?
15. Apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkan keluhan pada kasus?
C. STEP 3
6
D. STEP 4
E. STEP 5
2. Definisi stroke
5. Patogen-patofisiologi stroke
7
BAB I
PENDAHULUAN
8
1.2.9 Memberikan informasi tentang talaksanaan stroke
1.2.10 Memberikan informasi tentang prognosis stroke
1.2.11 Memberikan informasi tentang komplikasi stroke
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Anatomi2,3,6
Vaskularisasi Otak
10
Gambar 3. Vaskularisasi Otak
Otak divaskularisasi oleh 3 arteri utama yaitu a. cerebral anterior, a. cerebral media dan a.
cerebral posterior. a.cerebral anterior dan a.cerebri media membawa sirkulasi anterior dan timbul
daria.carotid internal supraklinoid.
- Arteri Cerebral Anterior (ACA) memasok bagian medial lobus frontal dan parietal dan
bagian anterior ganglia basalis dan kapsula anterior interna.
- Arteri Cerebral Media (MCA) memasok bagian lateral lobus frontal dan parietal, serta
bagian anterior dan lateral lobus temporal dan menimbulkan cabang – cabang perforate
ke globus pallidus, putamen dan kapsul interna.
- Arteri Cerebral Posterior (PCA) muncul dari arteri basilar dan membawa sirkulasi
posterior. PCA menimbulkancabang perforasi yang memasok thalamus dan batang otak
dan cabang kortikal ke lobus termporalis dan medial dan lobus oksipital media posterior
dan media.
11
-
12
2.2 Definisi Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala
klinis baik fokal maupun global, berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian,
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (WHO,1995).
2.3 Etiologi2,3
Etiologi stroke bervariasi, tetapi dapat dikategorikan secara luas ke dalam iskemik yang
atau hemoragik. Sekitar 80-87 % stroke berasal dari infark iskemik yang disebabkan oleh oklusi
serebrovaskular tronbolik atau embolik. Perdarahan intraserebral merupakan penyebab sebagian
besar sia stroke, dengan jumlah yang lebih kecil yang dihasilkan dari perdarahan subarachnoid
aneurisma.
Faktor resiko dari stroke yang paling penting adalah hipertensi, fibrilasi atrium, diabetes
melitus, merokok, dan hiperlipidemia. Lainnya, seperti penyakit sistemik yang terkait dengan
keadaan hiperkoagulasi dan penggunaan kontrasepsi, tetapi hanya dalam keadaan khusus.
Hipertensi juga merupakan faktor yang paling mudah dikenali dalam perdarahan intracerebral
primer. Gagal jantung kongestif dan atherosclerosis koroner juga meningkatkan kemungkinan
stroke.
Adapun stroke emboli, faktor risiko yang paling penting adalah penyakit jantung struktural
dan aritmia, kebanyakan fibrilasi atrium, yang meningkatkan kejadian stroke sekitar 6 kali lipat,
dan dengan 18 kali lipat jika terjadi di masa lalu, ada juga penyakit katup.
Diabetes mempercepat proses aterosklerotik pada pasien diabetes dua kali lebih rentan
terhadap stroke dibandingkan kelompok nondiabetes arteri besar dan kecil. Sejumlah uji klinis
juga menunjukkan penurunan yang mencolok pada insidensi stroke dengan penggunaan obat
penurun kolesterol. Seperti dalam kasus penyakit arteri koroner, tingkat kolesterol low-density
lipoprotein (LDL) memiliki dampak paling besar pada insidensi stroke tetapi trigliserida tinggi
juga dapat menimbulkan risiko.
Faktor resiko pada anak, seperti asupan kalium rendah dan penurunan kadar serum kalium.
Berhubungan dengan peningkatan laju stroke.
13
2.5 Klasifikasi Stroke
14
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan
pada katup mitral, fibrilasi atrium, infrak kordis akut dan embolus yang berasal
dari vena pulmonalis. Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung
berkurang biasanya muncul disaat penderita tengah beraktivitas fisik seperti
berolahraga.
15
2.6 Patogenesis Stroke4,5,
Terminologi
Embolisme : penyumbatan mendadak pembuluh arteri oleh bekuan atau benda asing
yang terbawa ke tempat tersangkutnya oleh aliran darah.
16
2.6.1 Patogenesis Stroke Hemorragik4
Terminologi
17
2.7 Manifestasi Klinis2,3
19
2.8 Penegakkan Diagnosis Stroke
20
b. Stroke hemoragik2,8
21
Tanda dan gejala Stroke Hemoragik Stroke Iskemik
Onset Mendadak, saat aktivitas Mendadak, saat istirahat
Nyeri Kepala +++ +/-
Kejang +/- -
Mual dan muntah + -
Penurunan kesadaran +++ +/-
22
Selanjutnya, menilai kelemahan motorik dengan cara menilai kekuatan otot dengan
menggunakan skala Lovett’s 0 – 5:
Refleks babinski juga dilakukan untuk memenuhi kriteria pada algoritma gajah
mada. Dilakukan dengan menggores telapak kaki dari dari bawah sampai ke atas
dengan menggunakan koin atau kunci. Reflek babinski positif maka ibu jari kaki
akan mengalami dorsofleksi sedangkan jari-jari lainnya menyebar atau membuka
(fanning)
23
2.8.3 Pemeriksaan penunjang2,3,8,9,13
CT-Scan Kepala (Gold Standar)2,3,9
Dilakukan dengan CT Scan polos atau tanpa kontras. Hasil CT-Scan akan
menunjukan gambaran radiologik:
Iskemik/Non-Hemoragik Hemoragik
Hasil Hypodense (hitam atau Hyperdense (berwarna putih
CT-Scan lebih gelap dari pada warna terang)
jaringan otak)
Hipodensitas insula serebri kiri pada infark arteri serebri media kiri (panah putih)
24
Gambar 5. CT-Scan Stroke Iskemik
Gambaran ini tampak akibat adanya edema difus di hemisfer serebri. Infark serebral
akut menyebabkan hipoperfusi dan edema sitotoksik. Berkurangnya kadar oksigen
dan glukosa seluler dengan cepat menyebabkan kegagalan pompa natrium-kalium,
yang menyebabkan berpindahnya cairan dari ekstraseluler ke intraseluler dan
edema sitotoksik yang lebih lanjut. Edema serebri dapat dideteksi dalam 1-2 jam
setelah gejala muncul. Pada CT scan terdeteksi sebagai pembengkakkan girus dan
pendangkalan sulcus serebri.
25
Hipodensitas nukleus lentiformis (panah putih panjang), hipodensitas kaput
nukleus kaudatus (kepala panah putih), hipodensitas insula serebri (panah putih
pendek), dan pendangkalan sulkus serebri regio temporoparietal (panah hitam)
Tanda hiperdensitas arteri serebri media, hiperdensitas linear pada segmen proksimal
arteri serebrimedia (tanda panah)
26
Gambar 8. CT-Scan Stroke Hemoragik
Tanda Sylvian dot menggambarkan adanya oklusi distal arteri serebri media (cabang
M2 atau M3) yang tampak sebagai titik hiperdens pada fissura Sylvii (tanda panah)
27
Penipisan sulcus dan ventrikel Sulcus melebar
Herniasi pada garis tengah Excavatio dilatasi pada ventrikel
ukuran infark menjadi lebih besar
lebih jelas
28
Gambar 12. (A) Adanya defek perfusi pada lobus fronto-temporalis sinistra. (B) Area penumbra
yang masih bisa diselamatkan (panah pada gambar B)
Elektrocardiogram (ECG)
Untuk memeriksa aktivitas listrik jantung, dapat mengidentifikasi atau
menyingkirkan masalah penyebab stroke.
Pemeriksaan laboratorium
Hanya dilakukan atas indikasi saja sesuai dengan manifestasi klinis yang timbul pada
pasien yang berguna untuk menyingkirkan atau memastikan masalah penyebab dari
stroke. Pemeriksaan dapat berupa: hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi
ginjal (ureum, kreatinin), Activated Partial Thrombin Time (APTT), waktu
prothrombin (PT), INR, gula darah puasa dan 2 jam PP, HbA1C, profil lipid, C-
reactive protein (CRP), laju endap darah, dan pemeriksaan atas indikasi seperti:
enzim jantung (troponin / CKMB), serum elektrolit, analisis hepatik
29
Angiografi
Untuk memperlihatkan stenosis dan pembuluh darah intrakaranial dan ekstrakranial
seperti aneurisma, malformasi pembuluh darah dan penyakit pembuluh darah lain
seperti arteritis dan vasospasme.
Stenosis pada arteri carotis interna sinistra, tepat diatas bufurcatio arteri carotis
communis (tanda panah)
30
2.8.4 Kriteria Diagnosis10
Dengan metode sistem skoring siriraj dan algoritma gajah mada yang berguna untuk
membedakan jenis stroke yang dialami pasien, yaitu:
Sistem Scoring Siriraj
Hasil:
< -1 = Stroke Iskemik / Non-Hemoragik
> 1 = Stroke Hemoragik
-1 s/d 1 = Membutuhkan Ct-Scan
Derajat kesadaran:
0 = Komposmentis
1 = somnolen
2 = Sopor/Koma
Nyeri Kepala:
0 = Tidak ada
1 = Ada
Vomitus / Muntah:
0 = Tidak ada
1 = Ada
Ateroma:
0 = Tidak ada
1 = Salah satu/lebih : DM, Angina, Penyakit Pembuluh darah (seperti Deep Vein
Trombosis/DVT yang merupakan manifestasi dari tromboemboli vena dengan
manifestasi berupa edem, nyeri pada tungkai, kelemahan, eritema pada kulit diatas
area trombosis) 12
31
Hasil scoring siriraj pada kasus:
Keterangan:
Ateroma : DM =1
32
Algoritma Gajah Mada
Tidak ada penurunan kesadaran, tidak ada nyeri kepala, refleks patologis (babinski) positif
33
2.9 Tatalaksana Stroke2,3,7
34
d. Optimalisasi tekanan darah (Iihat Bab V.A Penatalaksanaan Tekanan Darah pada
Stroke Akut)
e. Bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, maka obat-
obat vasopressor dapat diberikan secara titrasi seperti dopamin dosis sedang/
tinggi, norepinefrin atau epinefrin dengan target tekanan darah sistolik berkisar
140 mmHg.
f. Pemantauan jantung (cardiac monitoring) harus dilakukan selama 24 jam pertama
setelah serangan stroke iskernik (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B).
g. Bila terdapat adanya penyakit jantung kongestif, segera atasi (konsultasi
Kardiologi).
h. Hipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya. Hipovolemia harus
dikoreksi dengan larutan satin normal dan aritmia jantung yang mengakibatkan
penurunan curah jantung sekuncup harus dikoreksi (AHA/ASA, Class I, Level of
evidence C).
Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK)
a. Pemantauan ketat terhadap penderita dengan risiko edema serebral harus
dilakukan dengan memperhatikan perburukan gejala dan tanda neurologis pada
hari-hari pertama setelah serangan stroke (AHA/ASA, Class I, Level of evidence
B).
b. Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS <9 dan penderita yang
mengalami penurunan kesadaran karena kenaikan TIK (AHA/ASA, Class V,
Level of evidence C).
c. Sasaran terapi adalah TIK kurang dari 20 mmHg dan CPP >70 mmHg.
d. Penatalaksanaan penderita dengan peningkatan tekanan intrakranial meliputi :
- Tinggikan posisi kepala 200 - 300
- Posisi pasien hendaklah menghindari tekanan vena jugular
- Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
- Hindari hipertermia
- Jaga normovolernia
- Osmoterapi atas indikasi:
35
Manitol 0.25 - 0.50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi setiap 4 - 6 jam
dengan target ≤ 310 mOsrn/L. (AHA/ASA, Class III, Level of evidence C).
Osmolalitas sebaiknya diperiksa 2 kali dalam sehari selama pemberian
osmoterapi.
Kalau perlu, berikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB i.v.
- Intubasi untuk menjaga normoventilasi (pCO2 35 - 40 mmHg). Hiperventilasi
mungkin diperlukan bila akan dilakukan tindakan operatif.
- Paralisis neuromuskular yang dikombinasi dengan sedasi yang adekuat dapat
mengurangi naiknya TIK dengan cara mengurangi naiknya tekanan
intratorakal dan tekanan vena akibat batuk, suction, bucking ventilator
(AHA/ASA, Class III-IV, Level of evidence C).
- Agen nondepolarized seperti vencuronium atau pancuronium yang sedikit
berefek pada histamine dan blok pada ganglion lebih baik digunakan
(AHA/ASA, Class III-IV, Level of evidence C). Pasien dengan kenaikan krtitis
TIK sebaiknya diberikan relaksan otot sebelum suctioning atau lidokain
sebagai alternative.3 ix. Kortikosteroid tidak direkomendasikan untuk
mengatasi edema otak dan tekanan tinggi intracranial pada stroke iskemik,
tetapi dapat diberikan kalau diyakini tidak ada kontraindikasi. (AHA/ASA,
Class III, Level of evidence A).
- Drainase ventricular dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke iskemik
serebelar (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B).
- Tindakan bedah dekompresif pada keadaan iskemik sereberal yang
menimbulkan efek masa, merupakan tindakan yang dapat menyelamatkan
nyawa dan memberikan hasil yang baik. (AHA/ASA, Class I, Level of
evidence B).
Penanganan Transformasi Hemoragik
Tidak ada anjuran khusus tentang terapi transformasi perdarahan asimptomatik
(AHA/ASA, Class Ib, Level of evidence B).Terapi transformasi perdarahan simtomatik
sama dengan terapi stroke perdarahan, antara lain dengan memperbaiki perfusi serebral
dengan mengendalikan tekanan darah arterial secara hati-hati.
Pengendalian Kejang
36
- Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20mg dan diikuti oleh
fenitoin, loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit.
- Bila kejang belum teratasi, maka perlu dirawat di ICU.
- Pemberian antikonvulsan profilaksis pada penderita stroke iskemik tanpa kejang
tidak dianjurkan (AHA/ASA, Class III, Level of evidence C).
- Pada stroke perdarahan intraserebral, obat antikonvulsan profilaksis dapat diberikan
selama 1 bulan, kemudian diturunkan, dan dihentikan bila tidak ada kejang selama
pengobatan (AHA/ASA, Class V, Level of evidence C).
Pengendalian Suhu Tubuh
- Setiap pederita stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretika dan
diatasi penyebabnya (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C).
- Berikan Asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5 oC (AHA/ASA Guideline)1
atau 37,5 oC (ESO Guideline).
- Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur dan hapusan
(trakea, darah dan urin) dan diberikan antibiotik. Jika memakai kateter ventrikuler,
analisa cairan serebrospinal harus dilakukan untuk mendeteksi meningitis.
- Jika didapatkan meningitis, maka segera diikuti terapi antibiotic (AHA/ASA
Guideline).
37
2.9.2 Stroke Iskemik
Tatalaksana Umum :
a. Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
b. Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
c. Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika diperlukan)
d. Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)
e. Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan
f. Gastroprotektor, jika diperlukan
g. Manajemen nutrisi
h. Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau LMWH
Tatalaksana Spesifik
a. Trombolisis intravena : alteplase dosis 0.6-0.9 mg/kgBB, pada stroke iskemik onset
<6 jam.
b. Terapi endovascular : trombektomi mekanik, pada stroke iskemik dengan oklusi
karotis interna atau pembuluh darah intrakranial, onset <8 jam
c. Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor, Calcium Antagonist,
Beta blocker, Diuretik)
d. Manajemen gula darah (insulin, anti diabetik oral)
e. Pencegahan stroke sekunder (antiplatelet :aspirin, clopidogrel, cilostazol atau
antikoagulan : warfarin, dabigatran, rivaroxaban)
f. Neroprotektor (citicholin, piracetam, pentoxyfiline, DLBS 1033)14
Agen neuron protektor digunakan dalam upaya untuk menyalamatkan neuron
iskemik (area penumbra) di otak dari cedera ireversibel, agen-agen neuroprotektor
ini memodulasi reseptor neuronal untuk mengurangi pelepasan neurotransmitter
rangsang, yang berkontribusi pada cedera neuronal dini, tatalaksana ini terdapat
beberapa efek samping yaitu agtitasi, halusinasi, hipotensi contoh agen
neuroprotektornya yaitu N-metil D-aspartat (NMDA)
g. Perawatan di Unit Stroke
h. Neurorestorasi / Neurorehabilitasi
Tindakan Intervensi/Operatif
a. Carotid Endartersctomy (CEA), sesuai indikasi
38
b. Carotid Artery Stenting (CAS), sesuai indikasi
c. Stenting pembuluh darah intracranial, sesuai indikasi
39
2.10 Prognosis8
Periode emas penanggulangan stroke adalah 3-6 jam setelah gejala awal terjadi. Bila
sebelum tiga jam sudah ditangani dokter yang tepat di rumah sakit, kemungkinan besar
pasien bisa tertolong dan sembuh kembali. Namun, jika sudah lebih dari tiga jam tetapi
belum enam jam, pasien masih akan tertolong meskipun mengalami kecacatan ringan. Dan
setelah enam jam pasien bisa mengalami kecacatan yang berat atau kematian.
Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yakni: death, disease, disability,discomfort,
dissatisfaction, dan destitution. Keenam aspek prognosis tersebut terjadi pada stroke fase
awal atau pasca stroke. Untuk mencegah agar aspek tersebut tidak menjadi lebih buruk maka
semua penderita stroke akut harus dimonitor dengan hati hati terhadap keadaan umum,fungsi
otak,EKG,saturasi oksigen,tekanan darah dan suhu tubuh secara terus menerus selama 24
jam setelah serangan stroke.
Prognosis stroke iskemik
- Ad vitam :dubia adbonam
- Ad sanationam :dubia adbonam
- Ad fungsionam :dubia adbonam
Prognosis stroke hemoragik
- Ad vitam :dubia adbonam
- Ad sanationam :dubia adbonam
- Ad fungsionam :dubia adbonam
(catatan: perdarahan otak luas dan disertai gejala peningkatan tekanan
intracranial,prognosis dubia ad malam)
40
2.11 Komplikasi7,8
Komplikasi akut yang terjadi
- Kenaikan tekanan darah
Merupakan mekanisme kompensasi sebagai upaya mengendalikan kekurangan
pasokan darah di tempat lesi,kecuali bila tekanan darah sangat tinggi (sistolik > 220
mmHg,diastolik >130) tekanan darah tidak perlu diturunkan,karena akan turun sendiri
setelah 48 jam.pada hipertensi kronis tekanan darah juga tidak perlu diturunkan
segera.
- Kadar gula darah
Biasanya pada pasien Diabetes Melitus,kadar gula darah pasca stroke tinggi.Akan
tetapi seringkali terjadi kenaikan gula darah pasien sebagai reaksi kompensasi atau
akibat akibat mekanisme stress.
- Gangguan jantung
Seringkali memperburuk keadaan stroke bahkan sering merupakan penyebab
kematian.
- Gangguan respirasi
Baik akibat infeksi maupun akibat penekanan di pusat nafas.
- Infeksi dan sepsis
Komplikasi stroke yang serius gangguan ginjal dan hati.
- Cairan elektrolit,asam dan basa
- Uker stress,yang sering menyebabkan terjadinya hematemesis dan melena.
Komplikasi kronis
- Akibat tirah baring di tempat tidur bisa terjadi
pneumonia,dekubitus,inkontinensia,serta berbagai akibat imobilisasi lain.
- Rekurensi stroke.
- Gangguan sosial-ekonomi.
- Gangguan psikologis.
Menurut Junaidi (2011),komplikasi yang sering terjadi:
- Dekubitus
41
Tidur terlalu lama karena kelumpuhan terjadi luka/lecet pada bagian yang menjadi
tumpuan saat berbaring,seperti pinggul,sendi kaki,dan tumit.jika dibiarkan akan
infeksi .
- Bekuan darah
Merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada kaki yang lumpuh dan
penumpukan cairan.
- Kekuatan otot melemah
- Osteopenia dan osteoporesis
- Depresi dan efek psikologis
- Inkotinensia dan konstipasi pada umumnya disebabkan oleh imobilitas,kekurangan
cairan dan intake makanan serta pemberian obat.
- Spastisitas dan kontraktur pada umumnya sesuai pula hemiplegia dan nyeri bahu
pada bagian di sisi yang lemah.
42
43
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala
klinis baik fokal maupun global, berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian,
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (WHO,1995). Secara garis besar stroke
diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Stroke iskemik terjadi karena adanya sumbatan (thrombus/embolus) pada pembuluh darah
otak sedangkan stroke hemoragik terjadi karena adanya perdarahan langsung akibat pecahnya
pembuluh darah otak. Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan CT-Scan sebagai gold
standart. Pada CT-Scan akan terlihat apakah stroke iskemik atau stroke hemoragik.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah dengan kita telah memahami dengan baik
apa itu stroke , klasifikasi stroke, tanda dan gejala, cara mendiagnosis serta penanganan yang
tepat, kita dapat menanggani kasus stroke apabila kita bertemu kasus ini dalam praktik lapangan.
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam R.D., Victor M., Ropper A.H. (2005). Principles of Neurology. 10th ed. New York:
McGraw-Hill.
2. David S Liebeskind, MD, FAAN, FAHA, FANA. (2017). Hemorrhagic Stroke. Diakses
pada 20 September 2018 dari https://emedicine.medscape.com/article/1916662-overview
3. Edward C Jauch, MD, MS, FAHA, FACEP. (2018). Ischemic Stroke. Diakses pada 20
September 2018 dari https://emedicine.medscape.com/article/1916852-overview
4. Kuczynski Andrea.(2018). Hemorragic Stroke: Pathogenesis. Diakses pada 21 September
2018 dari http://calgaryguide.ucalgary.ca/hemorrhagic-stroke-pathogenesis/
5. Kuczynski Andrea . (2017). Ischemic Stroke: Pathogenesis. Diakses pada 21 September
2018 dari http://calgaryguide.ucalgary.ca/ischemic-stroke-pathogenesis/
6. Moore K. L. 2010. Clinically Oriented Anatomy. Philadelphia: Lippicott Williams &
Wilkins.
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. (2011). Guideline Stroke. Jakarta
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. (2016). Paduan Praktik Klinis Neurologi.
Jakarta
9. Johnson, Keith A, et.al. The Whole Brain Atlas. Di akses pada 23 September 2018 dari
http://www.med.harvard.edu/aanlib/home.html
10. Widiastuti, Priska dkk. 2015. Sistem Skoring dan Diagnostik untuk Strok. Di akses pada 20
September 2018 dari http://www.kalbemed.com/Portals/6/25_233Analisis-
Sistem%20Skoring%20Diagnostik%20untuk%20Stroke-Skor%20Siriraji.pdf
11. Hacking Dr Craig, Dixon Dr Andrew, et.al. 2005-2018. Acute vs chronic ischaemic stroke.
Di akses 25 September 2018 dari https://radiopaedia.org/articles/acute-vs-chronic-
ischaemic-stroke-2
12. Pathel, Kaushal, et.al. 2017. Deep Venous Thrombosis (DVT). Di akses pada 26 September
2018 dari https://emedicine.medscape.com/article/1911303-overview#a1
13. Alves,Jose,et.al. 2014. Reliability of CT Perfusion in the Evaluation of the Ischaemic
Penumbra. Di akses 25 September 2018 dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4202849/
45
14. Albers GW, Atkinson RP, Kelley RE, Rosenbaum DM. Safety, tolerability, and
pharmacokinetics of the N-methyl-D- Aspartat Antagonist dextrophan in patients with
acute stroke. Dextrophan Study Group. Stroke. 1995 Feb.26(2):254-8. Diakses pada
tanggal 27 September 2018 dari http://emedicine.madscape.com/article/1161422-overview
#al
15. Roberts,Mathew,et.al. 2013. Stroke:Non-Neural Complications. Di akses pada 25
September 2018 dari http://calgaryguide.ucalgary.ca/wp-content/uploads/2015/05/Non-
Neural-Complications-of-Stroke.jpg
16. Hausar,Stephen L, et.al. 2017. Harrison’s Neurology In Clinical Medicine 4th edition. San
Fransisco: Mc Graw Hill.
46