Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

KASUS MEDIK
TENSION TYPE HEADACHE (TTH)

Oleh :
dr. Silka Reslia Riswanto

Pendamping :
dr. Dhian Prasetyo Adhiputro

RSU MAGUAN HUSADA


PRACIMANTORO
2021
No. ID dan Nama Peserta : Silka Reslia Riswanto
Topik : Tension Type headache
Tanggal (kasus) : 23 Juli
2021
Nama Pasien : Nn. F No. RM : 06.xx.xx
(24 th)
Pendamping : dr. Dhian Prasetyo Adhiputro
Obyek Presentasi :
√  Keterampil  Penyegar  Tinjauan
Keilmuan an an Pustaka
√ √  Istimewa
Diagnostik Manajemen √ Masalah
 Neonatu  Ba  Remaj
s yi  Anak a √ Dewasa √ Lansia Bumil
Deskripsi : Nn F 24 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala menyeluruh,
nyeri seperti di ikat, mual +, muntah +, leher kaku + fotophobia -, fonofhobia -,
berdenyut -, nyeri kepala mulai timbul saat pasien menghadapi ujian skripsi,
keluhan dirasakan sejak 1 bulan ini. Nyeri kepala dirasakan biasanya sehari
kurang dari 30 menit, dan satu minggu kambuh sekitar 7 kali.
Tujuan : Mengetahui tanda dan gejala, serta kriteria diagnosis dan
penatalaksanaan dan pemeliharaan terhadap pasien Tension Type Headache
Bahan √ Tinjauan  Riset √ Kasus  Audit
bahasan : Pustaka
Cara √ Diskusi  Presentasi  Email  Pos
membahas : dan
diskusi
Data utama
1. Diagnosis / gambaran klinis :
Anamnesis
Nn F 24 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala menyeluruh, nyeri
seperti di ikat, mual +, muntah +, leher kaku +, fotophobia -, fonofhobia -,
berdenyut -, nyeri kepala mulai timbul saat pasien menghadapi ujian skripsi,
keluhan dirasakan sejak 1 bulan ini. Nyeri kepala dirasakan biasanya sehari
kurang dari 30 menit, dan 1 minggu kambuh sekitar 7 kali.
1.Riwayat Pengobatan : ke klinik dokter namun belum membaik

ii
2.Riwayat Kesehatan/Penyakit : HT disangkal, DM disangkal
3.Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal
4.Lain-lain : Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
KU  cukup HR: 88 X/M
T: 36,6
GCS E4 V5 M6 (15)  Compos
Mentis RR: 20 X/M
TD 118/80 mmhg SpO2: 98%
Kepala : mesosefal. Sklera ikterik (-). Conjunctiva Anemis (-/-)
Thorax :
Jantung :
Inspeksi  Ictus Cordis Palpasi Ictus Cordis kuat angkat di SIC VI
tak Tampak linea mid clavicularis sinistra
Auskultasi  BJ I/II Perkusi Pekak
regular
Paru Paru :
Inspeksi  Simetris ka/ki Palpasi Fremitus kanan = kiri
Auskultasi  SDV (+), RH(-/-), WH(-/-) Perkusi Sonor
Abdomen : Supel, Peristaltik (+) Normal, Nyeri Tekan (+) regio
epicondriac. H/L: Tidak Teraba.
Ekstremitas: akral hangat (+), oedem ext Inferior (-/-)
Daftar Pusaka :
1. RM RSU MAGUAN HUSADA
Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui Gambaran klinis Tension Type Headache
2. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk pasien Tension Type
Headache
3. Mengetahui kriteria Diagnosis Tension Type Headache
4. Manajemen Penatalaksanaan Tension Type Headache di IGD
5. Prognosis pada Tension Type Headache

Rangkuman hasil pembelajaran :


1. Subyektif
 Nyeri kepala Terikat

iii
2. Obyektif
KU  cukup HR: 88 X/M
T: 36,6
GCS E4 V5 M6 (15)  Compos
mentis RR: 20 X/M
TD: 118/80 mmhg SpO2 : 98%
Kepala : mesosefal. Sklera ikterik (-). Conjunctiva Anemis (+/+)
Thorax :
Jantung :
Inspeksi  Ictus Cordis tak Palpasi Ictus Cordis kuat angkat di SIC VI
Tampak linea mid clavicularis sinistra
Auskultasi  BJ I/II regular Perkusi sonor
Paru Paru :
Inspeksi  Simetris ka/ki Palpasi Fremitus kanan = kiri
Auskultasi  SDV (+), RH(-/-), WH(-/-) Perkusi Sonor
Abdomen : Supel, Bising Usus (+) Normal, Nyeri Tekan (+) regio epicondriac. H/L:
Tidak Teraba.
Ekstremitas: akral hangat (+), oedem extremitas (-/-)
3. Assesment
Tension Type Headache
4. Plan
a. Obati sesuai keluhan
b. Training relaksasi.
c. EMG-Biofeeback
d. Cognitive behavioural therapy

Diagnosis Kerja :
 Tension Type Headache
 Migraine
 Cluster headache
Penatalaksanaan
R/ inj. Ketorolac

iv
R/ Ibuprofen 400mg 2x1
Amitriptilin 25mg 2x1
omeprazole 2x1
vitamin caviplex 2x1
non farmako : edukasi makan tidur teratur, kurangi stress emosional.
5. Prognosis
Ad Vitam  Dubia ad Bonam
Ad Fungsionam  Dubia ad Bonam
Ad Sanationam  Dubia ad Bonam

Pracimantoro, 10 Juni 2021

Peserta Pendamping

dr. Silka Reslia Riswanto dr. Dhian Prasetyo Adhiputro

Bagian Komite Medis


RSU Maguan Husada

dr Sutarso Kamajaya Sp,PD


HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN KASUS ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 2

2.1 Definisi............................................................................................ 2

v
2.2 Epidemiologi................................................................................... 2

2.3 Etiologi............................................................................................ 2

2.4 Klasifikasi....................................................................................... 3

2.5 Patofisiologi.................................................................................... 3

2.6 Manifestasi Klinis .......................................................................... 5

2.7 Diagnosis......................................................................................... 5

2.8 Penatalaksanaan.............................................................................. 7

2.9 Prognosis......................................................................................... 9

BAB III KESIMPULAN.................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 11

vi
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri kepala merupakan nyeri alih pada permukaan kepalayang berasal
dari struktur bagian dalam. Sebagian besar nyeri kepala disebabkan oleh stimulus
nyeri yang berasal dari intrakranial maupun ekstrakranial.1
Klasifikasi the International Headache Society (IHS) pada tahun 1988
membagi nyeri kepala menjadi 2 kategori utama : primer dan sekunder. Nyeri
kepala migren mencakup migren, nyeri kepala karena ketegangan, dan nyeri
kepala cluster. Nyeri kepala sekunder terjadi karena gangguan organik lain seperti
infeksi, trombosis, penyakit metabolisme, tumor atau penyakit sistemik lain.!
Nyeri kepala tipe tegang atau Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri
kepala berulang yang berhubungan dengan gangguan pada otot (muscular). Dapat
berhubungan dengan stress atau yang berhubungan dengan masalah
muskuloskeletal pada regio leher. Tension type headache perlu mendapatkan
perhatian khusus karena keluhan yang ada pada penyakit ini dapat mengganggu
aktivitas keseharian dari penderita.1,2
Tension-Type Headache (TTH) memiliki angka prevalensi yang tinggi dari
semua jenis sakit kepala. Penyakit ini sangat kompleks dimana banyak mekanisme
yang mendasari terjadinya penyakit ini. Pengobatan episode akut pada pasien
dengan infrequent TTH selalu mendapatkan pengobatan langsung, tetapi pada
pasien dengan frequent headache, mekanisme biologi, pada beberapa kasus
meningkatkan sensitivitas SSP, sama seperti mekanisme fisik yang sering
memberikan komplikasi pada pengobatannya.
Nyeri kepala yang paling sering ditemukan di masyarakat adalah nyeri
kepala migren dan nyeri kepala tegang otot (nyeri kepala tipe tegang). Dalam
pembahasan ini, kami akan membahas tentang salah satu jenis nyeri kepala yakni
nyeri kepala tegang otot (tension headache).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Nyeri kepala tipe tegang atau Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri
kepala berulang yang berhubungan dengan gangguan pada otot (muscular). Dapat
berhubungan dengan stress atau yang berhubungan dengan masalah
muskuloskeletal pada regio leher.Tension-type Headache adalah nyeri kepala
bilateral yang menekan (pressing squeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak
dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan hingga
sedang, tidak disertai (atau minimal) mual dan atau muntah, serta disertai
fotofobia atau fonofobia.1
2.2 Epidemiologi
Tension-type Headache mewakili 70% dari seluruh nyeri kepala.
Kebanyakan pasien merupakan dewasa muda. Sekitar 60% nyeri kepala muncul
pada pasien berusia >20 tahun. Tension-type Headache lebih banyak dialami
wanita dibanding pria dengan perbandingan 3:1. 2
2.3 Etiologi
Secara umum diklasifikasikan sebagai berikut:3
 Organik, seperti, tumor serebral, meningitis, hidrosefalus, dan sifilis
 Gangguan fungsional, misalnya: lelah, bekerja tak kenal waktu, anemia,
gout, endokrin yang abnormal, obesitas, intoksikasi, dan nyeri yang
direfleksikan.
Buruknya upaya kesehatan diri sendiri (poor self-related health), tidak
mampu relaks setelah bekerja, gangguan tidur, tidur beberapa jam setiap malam,
dan usia muda adalah faktor risiko TTH.4
Pencetus TTH antara lain: kelaparan, dehidrasi, pekerjaan/beban yang
terlalu berat (overexertion), perubahan pola tidur, caffeine withdrawal, dan
fluktuasi hormonal wanita.5 Stress dan konflik emosional adalah pemicu tersering
TTH.6

2
Gangguan emosional berimplikasi sebagai faktor risiko TTH, sedangkan
ketegangan mental dan stres adalah faktor-faktor tersering penyebab TTH.
Asosiasi positif antara nyeri kepala dan stres terbukti nyata pada penderita TTH.5,6
2.4 Klasifikasi
a. Tension Type Headache Episodik (ETTH) 7
Tension Type Headache Episodik diklasifikasikan menjadi 2 yaitu
1) Tension Type Headache Episodik yang infrequent
Nyeri kepala episodik yang infrequent berlangsung beberapa menit sampai
beberapa hari, nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan intensitas
ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak
didapatkan mual, tetapi bisa terdapat fotofobia atau fonofobia.
2) Tension Type Headache Episodik yang frequent
Nyeri kepala episodik yang frequent berlangsung beberapa menit sampai
beberapa hari, nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat (tidak berdenyut),
intensitas ringan sampai sedang, nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik
rutin, tidak didapatkan mual / muntah, tetapi mungkin terdapat fotofobia atau
fonofobia.
b. Tension Type Headache Kronik (CTTH) 7
Nyeri kepala yang berasal dari Tension Type Headache Episodik (ETTH)
dengan serangan tiap hari atau serangan episodik nyeri kepala lebih sering
yang berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari, nyeri kepala bersifat
bilateral, menekan atau mengikat (tidak berdenyut) dengan intensitas ringan
sampai sedang, dan nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin,
kemungkinan terdapat mual fotofobia atau fonofobia ringan.
2.5 Patofisiologi
Menurut teori dijelaskan bahwa  nyeri yang muncul disebabkan malfungsi
dari penyaringan rasa nyeri yang dimana asalnya berasal dari batang otak. Dimana
otak mengalami kesalahan dalam menginterprestasikan informasi yang
diterima,sebagai contoh dari signal yang harusnya untuk menggerakkan otot
temporal atau otot lain, dimana ini  malah diinterprestasikan untuk memunculkan
signal rasa nyeri.9

3
Gambar 1. Tension Headache

o Adanya stress fisik (kelelahan) akan menyebabkan pernafasan


hiperventilasi sehingga kadar CO2 dalam darah menurun yang
akan mengganggu keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya alkalosis yang selanjutnya akan
mengakibatkan ion kalsium masuk ke dalam sel dan menimbulkan
kontraksi otot yang berlebihan sehingga terjadilah nyeri kepala.
o Stress mengaktifasi saraf simpatis sehingga terjadi dilatasi
pembuluh darah otak selanjutnya akan mengaktifasi nosiseptor lalu
aktifasi aferen gamma trigeminus yang akan menghasilkan
neuropeptida (substansi P). Neuropeptida ini akan merangsang
ganglion trigeminus (pons).
o Stress dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu alarm reaction, stage of
resistance, dan stage of exhausted.
 Alarm reaction dimana stress menyebabkan vasokontriksi
perifer yang akan mengakibatkan kekurangan asupan
oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob. Metabolisme
anaerob akan mengakibatkan penumpukan asam laktat
sehingga merangsang pengeluaran bradikinin dan enzim
proteolitik yang selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri.
 Stage of resistance dimana sumber energi yang digunakan
berasal dari glikogen yang akan merangsang peningkatan
aldosteron, dimana aldosteron akan menjaga simpanan ion
kalium.

4
 Stage of exhausted dimana sumber energi yang digunakan
berasal dari protein dan aldosteron pun menurun sehingga
terjadi deplesi K+. Deplesi ion ini akan menyebabkan
disfungsi saraf.
2.6 Manifestasi Klinis
Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan, sedang, berat, tumpul seperti
ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah
kulitkepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,
insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan
rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.

Gambar 2. Area of pain


2.7 Diagnosis
Tension Type Headache Episodik yang infrequent
Kriteria Diagnosis : 7
1) Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata < 1
hari/bulan (< 12 hari/tahun).
2) Nyeri Kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
3) Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu :
- Lokasi bilateral
- Menekan atau mengikat (tidak berdenyut)
- Intensitasnya ringan sampai sedang
- Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik
tangga.

5
4) Tidak didapatkan :
- Keluhan mual atau muntah (bisa anoreksia)
- Lebih dari satu keluhan : fotofobia atau fonofobia.
Tension Type Headache Episodik yang frequent
Kriteria Diagnosis : 7
1) Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15 hari/bulan
selama paling tidak 3 bulan.
2) Nyeri Kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
3) Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu :
- Lokasi bilateral
- Menekan atau mengikat (tidak berdenyut)
- Intensitasnya ringan sampai sedang
- Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik
tangga.
4) Tidak didapatkan :
- Keluhan mual atau muntah (bisa anoreksia)
Lebih dari satu keluhan (fotofobia atau fonofobia)
Tension Type Headache Kronik (CTTH)
Kriteria diagnostik : 7,8
1) Nyeri kepala timbul ≥ 15 hari/bulan, berlangsung > 6 bulan.
2) Nyeri Kepala berlangsung beberapa jam atau terus menerus.
3) Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu :
- Lokasi bilateral
- Menekan atau mengikat (tidak berdenyut)
- Intensitasnya ringan sampai sedang
- Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik
tangga.
4) Tidak didapatkan :
- keluhan mual sedang atau berat, maupun muntah
lebih dari satu keluhan : fotofobia, fonofobia, mual yang ringan.
2.8 Penatalaksanaan

6
Tujuan penatalaksanaan adalah reduksi frekuensi dan intensitas nyeri
kepala (terutamaTTH) dan menyempurnakan respon terhadap terapi abortive.
Terapi dapat dimulai lagi bila nyeri kepala berulang. Masyarakat sering mengobati
sendiri TTH dengan obat analgesik yang dijual bebas, produk berkafein, pijat,
atau terapi chiropractic.10
Beberapa obat yang terbukti efektif: ibuprofen(400 mg), parasetamol
(1000 mg), ketoprofen(25 mg). Ibuprofen lebih efektif daripada parasetamol.
Kafein dapat meningkatkan efek analgesik. Analgesik sederhana,
nonsteroidalanti-infl ammatory drugs (NSAIDs), dan agen kombinasi adalah yang
paling umum direkomendasikan.1

Tabel 1. Terapi Akut TTH11


Terapi Farmakologis 7,8
Terapi farmakologis dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Terapi abortif
Terapi ini ini bersifat abortif yang digunakan untuk menghentikan
atau mengurangi intensitas serangan. Terapi tersebut antara lain :
aspirin 1000 mg/hari, acetaminophen 1000 mg/hari, NSAID
(Naproxen 660-750 mg/hari, ketoprofen 25-50 mg/hari, tolfenamic
200-400 mg/hari, ibu profen 800 mg/hari, diclofenac 50-100 mg/hari).
2) Terapi preventif
Terapi pencegahan ini antara lain: Amitriptilin (dosis 10-50 mg
sebelum tidur) dan nortriptilin (dosis 25-75 mg sebelum tidur) yang
merupakan antidepresan golongan trisiklik yang paling sering dipakai.
selain itu juga, selective serotonin uptake inhibitor (SSRI) juga sering
digunakan seperti fluoksetin, paroksetin, sertralin.

7
Tabel 2. Terapi preventif TTH
Terapi Nonfarmakologis
Disamping mengkonsumsi obat, terapi non farmakologis yang dapat
dilakukan untuk meringankan nyeri tension type headache antara lain :
A. Training relaksasi.
Tujuan dari relaksasi ini adalah untuk membantu pasien mengenali
dan mengontrol tekanan yang muncul dalam kegiatan sehari-hari.Selama
pelatihan, pasien mengalami tegangan dan kemudian merelaksasikan otot-
otot tertentu secara bertahap. Pada langkah terakhir, relaksasi di ulangi dan
menjaga agar otot tidak melakukan aktivitas yang berat.
B. EMG-Biofeeback
Tujuan dari EMG-Biofeedback untuk mengenali dan mengontrol
tegangan otot dengan memberikan umpan balik terus menerus tentang
aktivitas otot. Sesi biasanya meliputi fase adaptasi, fase dasar, fase
pelatihan dimana umpan balik diberikan dan fase control diri dimana
pasien mampu mempraktekkan untuk mengontrol tegangan otot tanpa
bantuan.
C. Cognitive behavioural therapy
Tujuan dari terapi kognitif-perilaku adalah mengajar pasien untuk
mengidentifikasikan pikiran dan keyakinan yang menghasilkan
stress/memperburuk sakit kepala.Pikiran ini kemudian ditantang dan
dianggap sebagai alternatif adaptasi pengontrolan diri.Berbagai jenis
latihan boleh digunakan untuk menantang pikiran dan keyakinan,
termasuk meneliti dengan situasi dari pandangan orang lain, situasi dari
kemungkinan aktif menghasilkan lainnya yang mungkin dilihat dari

8
situasi, dan merancang suatu perilaku percobaan untuk menguji validitas
tertentu.
Meskipun terapi psikologis tampaknya memiliki khasiat yang sama
dalam uji coba terkontrol, ini tidak mungkin menjadi masalah hanya untuk
individu pasien. Perawatan psikologis relatif memakan waktu.terapi
kognitif-perilaku akan sangat bermanfaat bagi pasien masalah psikologis
atau tekanan afektif memainkan peran utama, sementara biofeedback atau
relaksasi pelatihan mungkin lebih baik untuk pasien tegang.

Tabel 3. Terapi preventif nonfarmakologis TTH

2.9 Prognosis
Pada penderita tension type headache dewasa berobat jalan yang
diikuti selama lebih dari 10 tahun, 44% tth kronis mengalami perbaikan
signifikan sedangkan 29% TTH episodik berubah menjadi tension type
headache kronis. Rata-rata remisi 45% diantara penderita tension type
headche episodik frekuen atau tension type headache kronis, 39% berlanjut
menjadi tension type headche episodik dan 16% tension type headche
kronis.12

9
BAB III

KESIMPULAN
HIS(International Headache society) mengklasifikasikan ada tiga jenis TTH
yang dibagi atas frekuensi nyeri kepala yang muncul: (1) infrequent episodic TTH
(berlangsung kurang dari 12 hari nyeri kepala per tahun), (2) frequent episodic
TTH (berlangsung antara 12-180 hari per tahun), dan (3) chronic TTH (lebih dari
180 hari per tahun).
Faktor pencetus yang paling banyak dijumpai adalah stress, kelelahan,
kurang tidur, cuaca dan hormone.
Patogenesis TTH sangat kompleks dan multifaktorial, dengan kontribusi
dari faktor sentral dan perifer. Pada pasien nyeri kepala tipe tegang, faktor
psikologi biasanya berhubungan dengan kontraksi yang berlebihan dari otot
leher, dahi dan otot dagu.
Penanganan nyeri kepala tipe tegang dapat dengan medikasi dan non
medikasi.penanganan farmakologi, ada dua yaitu akut dan profilaksis.Sedangkan
non farmakologi, dapat dengan terapi psikologi yaitu training relaksasi, EMG-
biofeedback, terapi kognitif perilaku.

10
DAFTAR PUSTAKA
1. Harsono. 2005. Buku ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta: Gajah Mada University Press
2. Mansjoer Arief, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II: Tension
Type Headache. Jakarta ; Media Aesculapius.
3. Millea PJ, Brodie JJ. 2002. Tension-Type Headache. Am Fam
Physician
4. Lyngberg AC, Rasmussen BK, Jørgensen T, Jensen R. 2005. Incidence
of primary headache: a Danish epidemiologic follow-up study. Am J
Epidemiol;161:1066–73
5. Rasmussen BK. 2003. Migraine and tension-type headache in a
general population Precipitating factors, female hormones, sleep
pattern and relation to lifestyle. Pain 2003;53(1):65-72
6. Spierings EL, Ranke AH, Honkoop PC. 2001. Precipitating and
aggravating factors of migraine versus tension-type headache.
Headache 2001;41:554–8
7. Sjahrir, Hasan. 2013. Konsensus Nasional IV Diagnostik dan
Penatalaksanaan Nyeri Kepala. PERDOSSI
8. Dewanto, George; W.J.Suwono; B.Riyanto; Y.Turana. 2009. Panduan
Praktis Diagnosis Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC
9. PENAS CFDL, Nielsen, LA, Gerwin, RD. 2010. Tension-type and
Cervicogenic Headache: Pathophysiology, Diagnosis and
Management. Canada: Jones and Bartlett Publishers; 2010: 3,7-13
10. Bendtsen L, Jensen R. Tension-Type Headache. Neurol Clin
2009;27:525–35.
11. Schachtel BP, Furey SA, Thoden WR. Nonprescription ibuprofen and
acetaminophen in the treatment of tension-type headache. J Clin
Pharmacol 1996;36:1120-5.

12. Lyngberg A, Rasmussen B, Jorgensen T, Jensen R. Prognosis of


migraine and tension- type headache: a population-based follow-up
study. Neurology 2005;65(4):580-5.

Anda mungkin juga menyukai