Abstract : Risk factors, Low Back Pain, Prosthetics and Orthotics Students of Health
Polytechnic of Surakarta. Low Back Pain (LBP) or lower back pain is a common
health problem that found in many people, not only in older people but also in younger
nowadays. Low Back Pain associated with many kind of conditions and also risk
factors. The etiology of LBP is widely accepted to be multi-factorial. The objectives of
this study were to determine the risk factors causing LBP on Prosthetics and Orthotics
students of Health Polytechnic of Surakarta. The study is cross sectional design used a
questionnaire instrument to all Prosthetics and Orthotics students. Data analysis was
performed by Chi square. The results showed that the prevalence of LBP after being
Prosthetics and Orthotics students of Health Polytechnic of Surakarta is 32,2%. Risk
factors associated with Low Back Pain were exercise (p value 0,033), daily time spend
standing (p value 0,046), lifting (p value 0,027) and perceived stress (p value 0,008).
Gender, body mass index and daily time spend sitting were not associate with Low Back
Pain.
Keywords: Risk factors, Low Back Pain, Prosthetics and Orthotics Students of Health
Polytechnic of Surakarta
Abstrak : Faktor risiko, Low Back Pain, Mahasiswa Jurusan Ortotik Prostetik
Politeknik Kesehatan Surakarta. Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah
adalah masalah kesehatan yang dapat dialami oleh siapa saja, tidak hanya pada orang
berusia lanjut tetapi juga pada remaja saat ini. Low Back Pain berhubungan dengan
berbagai kondisi dan juga faktor risiko. Etiologi LBP telah diketahui secara luas terdiri
dari banyak faktor. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko
yang berhubungan dengan terjadinya Low Back Pain pada mahasiswa jurusan Ortotik
Prostetik Politeknik Kesehatan Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode cross sectional dengan instrumen kuesioner yang dibagikan kepada seluruh
mahasiswa jurusan Ortotik Prostetik Politeknik Kesehatan Surakarta. Analisis data
dilakukan dengan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi Low
Back Pain yang timbul setelah menjadi mahasiswa jurusan Ortotik Prostetik Politeknik
Kesehatan Surakarta adalah 32,2%. Faktor risiko yang berhubungan adalah kebiasaan
olahraga (p value 0,033), kebiasaan berdiri (p value 0,046), kebiasaan mengangkat (p
value 0,027) dan stress (p value 0,008). Sedangkan faktor risiko yang tidak
berhubungan secara signifikan yaitu jenis kelamin, indeks massa tubuh dan kebiasaan
duduk.
Kata Kunci: Faktor risiko, Low Back Pain, Mahasiswa Jurusan Ortotik Prostetik
Politeknik Kesehatan Surakarta
8
Martina Wulandari, Faktor Risiko Low Back Pain Pada Mahasiswa 9
Tidak adanya hubungan antara hal ini dilakukan hanya sesekali dan
obesitas dengan LBP kemungkinan dengan cara yang benar maka tidak akan
disebabkan karena sebaran data yang tidak terjadi regangan otot, namun bila
merata antara keluhan Low Back Pain mengangkat dilakukan dengan cara yang
dengan obesitas. Jelas terlihat bahwa salah maka risiko cedera otot menjadi
jumlah responden yang besar.
overweight/obesitas dan mengeluh Low Pada penelitian ini, salah satu
Back Pain lebih sedikit daripada faktor risiko yang secara statistika
responden yang normal dan mengeluh signifikan berkontribusi terhadap
Low Back Pain. timbulnya Low Back Pain pada
mahasiswa adalah kebiasaan olahraga
Tabel 2. dengan p value=0,033 (p>0,05).
Faktor Risiko Low Back Pain Kebugaran jasmani dan kemampuan fisik
Faktor Risiko
LBP Tidak
Nilai p dipengaruhi oleh kebiasaan olahraga
(n) LBP (n) karena olahraga melatih kerja fungsi-
Faktor individu
fungsi otot sehingga keluhan otot lebih
Jenis kelamin
Laki-laki 18 53 0,076 jarang terjadi. Kebiasaan berolahraga
Perempuan 40 69 dapat meningkatkan kemampuan
IMT kontraksi otot. Buruknya tingkat
Underweight 17 29 kelenturan (tonus) otot atau kurangnya
Normal 32 79 0,458
olahraga dapat menyebabkan nyeri tulang
Overweight 9 14
Olahraga punggung. Otot yang lemah terutama pada
Iya 12 43 0,033 daerah perut tidak mampu menyokong
Tidak 46 79 punggung secara maksimal.
Faktor okupasi Latihan teratur dapat
Duduk (jam/hari)
meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas
2-4
5-6 22 34 otot punggung, beban akan terdistribusi
>6 31 70 0,280 secara merata dan mengurangi beban
Berdiri (jam/hari) 5 18 hanya pada tulang belakang.
0-1 Pada penelitian ini diperoleh hasil
2-4 27 62
bahwa lama duduk tidak mempunyai
5-6 21 53 0,046
Mengangkat 10 7 hubungan yang signifikan terhadap LBP
Tidak pernah dengan p value 0,280. Penelitian ini sesuai
Kadang-kadang 12 18 dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sering 35 95 0,027 Lestari (2013) yaitu tidak ada hubungan
Stress 11 9
antara lama duduk dengan keluhan
Tidak pernah
Kadang-kadang 3 25 subjektif nyeri pinggang dengan p value
Sering 45 88 0,008 0,324.
10 9 Semakin lama seseorang duduk
IMT yang baik mungkin juga maka ketegangan otot dan keregangan
berkaitan dengan anggapan kekuatan otot ligamentum khususnya ligamentum
yang lebih baik. Responden yang longitudinalis posterior makin bertambah.
mempunyai badan besar, mungkin mampu Sebagaimana diketahui ligamentum
mengangkat barang yang lebih berat. Bila longitudinalis posterior memiliki lapisan
12 Jurnal Keterapian Fisik, Volume 2, No 1,Mei 2017, hlm 01-61
paling tipis setinggi L2- L5. Keadaan ini relaksasi agar aliran darah ke kaki tetap
mengakibatkan daerah tersebut lebih aktif.
sering terjadi gangguan. Namun demikian Pada penelitian ini menunjukkan
kaitan antara pekerjaan dan terjadinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan
NPB sangat kompleks karena melibatkan antara mengangkat dengan Low Back Pain
banyak struktur, elemen dari vertebra dengan p value 0,027. Mengangkat
lumbalis. Vertebra lumbalis memiliki merupakan salah satu pekerjaan
saraf sensoris sehingga mempunyai pengangkatan beban manual material
potensi untuk menimbulkan rasa nyeri. handling (MMH) selain aktivitas
Hasil penelitian ini menunjukkan memutar, membengkokkan, meraih,
bahwa terdapat hubungan yang signifikan menurunkan, mendorong, menarik,
antara berdiri dengan terjadinya Low Back membawa dan membalik yang dilakukan
Pain dengan p value 0,046 (p<0.05). oleh pekerja dengan tujuan untuk
Posisi berdiri merupakan sikap memindahkan beban tersebut dari suatu
kerja dengan posisi tulang belakang lokasi asal menuju suatu lokasi tujuan
vertikal dan berat badan tertumpu secara tertentu.
seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan Jika tubuh manusia mengangkat
posisi berdiri terus menerus sangat suatu beban, maka seluruh tubuh akan
mungkin akan terjadi penumpukan darah mengalami semacam ketegangan. Otot
dan berbagai cairan tubuh pada kaki. tubuh pada dasarnya berfungsi untuk
Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan menegakkan tubuh manusia dan jika otot
keluhan subjektif dan juga kelelahan bila ini diberi beban tambahan maka otot
sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian tubuh akan menegang dan pembuluh
dengan sikap kerja duduk. darah mengecil, akibatnya orang tersebut
Berat tubuh manusia akan akan merasa letih. Ketegangan yang
ditopang oleh satu ataupun kedua kaki diderita otot tubuh akan semakin berat jika
ketika melakukan posisi berdiri. Aliran beban yang diterima semakin berat dan
beban berat tubuh mengalir pada kedua terjadi berulang (repetitive) serta cara
kaki menuju tanah. Hal ini disebabkan pengangkatan yang tidak benar.
oleh faktor gaya gravitasi bumi. Dari hasil penelitian ini didapatkan
Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri stress merupakan salah satu faktor
dipengaruhi posisi kedua kaki. Kaki yang penentu Low Back Pain dengan tingkat
sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan kemaknaan p value=0,008. Stress atau
tulang pinggul akan menjaga tubuh dari cemas dapat menyebabkan nyeri. Otot
tergelincir. Selain itu perlu menjaga menjadi tegang sehingga mengakibatkan
kelurusan antara anggota bagian atas nyeri kuduk, kepala, atau punggung.
dengan anggota bagian bawah. Rahang yang dikencangkan atau gigi yang
Beban statis, penekanan pada digertakan dapat menyebabkan nyeri pada
jaringan lunak dan pembekuan pada vena muka. Kecemasan terlebih bila menahun
dapat menyebabkan fatique, oleh sebab itu dapat menurunkan nilai ambang nyeri,
perlu adanya pergerakan dalam postur sehingga orang itu mengalami rasa nyeri
berdiri seperti berjalan-jalan atau bergerak yang lebih hebat, seperti pada penyakit
dalam waktu yang singkat sebagai menahun dengan nyeri, umpamanya
kanker. Kecemasan dapat memperkuat
Martina Wulandari, Faktor Risiko Low Back Pain Pada Mahasiswa 13
rasa nyeri dan juga bila perhatian rutin untuk pencegahan terhadap keluhan
difokuskan pada sensasi-sensasi yang Low Back Pain, mengurangi intensitas
biasanya tidak dianggap nyeri seperti berdiri yang terlalu lama dengan cara
prestise, rasa gatal dan bahkan denyutan mengganti posisinya dengan duduk dan
jantung atau gerakan usus. atau pergerakan lain seperti berjalan-
Hasil penelitian ini ditunjang oleh jalan, menghindari mengangkat benda
Lincon, kepustakaan yang melaporkan kerja yang cukup berat yang mengerahkan
stress berkontribusi pada nyeri pinggang. tenaga yang berlebihan, menghindari
Lincon menyimpulkan dari hasil telaah perasaan cemas dan stress selama masa
sistematis bahwa faktor psikologi kerja perkuliahan dengan cara selalu positive
mempunyai peran yang bermakna dalam thinking dan terbuka dalam menerima
masalah nyeri pinggang di masa pembelajaran, dan memperbanyak
mendatang. Faktor psikologi kerja yang istirahat atau melakukan peregangan otot,
berperan antara lain adalah kepuasan terutama pada saat pembelajaran praktik.
kerja, tugas yang monoton, dan stres. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
Gangguan psikologi pada pasien nyeri melakukan penelitian lebih lanjut dengan
pinggang sukar diketahui dengan pasti desain penelitian yang lebih kuat dengan
kapan terjadinya. Gangguan ini dapat analisis multivariat agar hasil yang
timbul sebelum terjadi nyeri pinggang didapatkan lebih signifikan dan
atau sesudahnya. Gangguan psikologi meminimalisasi hasil yang bias.
yang terjadi setelah timbul nyeri pinggang
dapat merupakan respons akibat kelainan DAFTAR RUJUKAN
fisik yang ada. Dachlan, Leo Muchamad, 2009; Pengaruh
Back Exercise pada Nyeri
KESIMPULAN DAN SARAN Punggung Bawah. Universitas
Berdasarkan analisis yang telah Sebelas Maret, Surakarta, hal 1-2
dilakukan, kesimpulan dari penelitian ini dan 47.
adalah prevalensi Low Back Pain pada Huldani, 2012; Nyeri Punggung.
mahasiswa jurusan Ortotik Prostetik Universitas Lambung Mangkurat,
Politeknik Kesehatan Surakarta adalah Banjarmasin.
32,2%. Faktor risiko yang ditemukan Septiawan, Heru, 2013; Faktor yang
dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, Berhubungan dengan Keluhan
indeks massat tubuh (IMT), kebiasaan Nyeri Punggung Bawah pada
olahraga, lama duduk, lama berdiri, Pekerja Bangunan di PT
kebiasaan mengangkat, dan stress. Faktor Mikroland Property Development
risiko yang paling berperan secara Semarang Tahun 2012. Universitas
signifikan untuk terjadinya Low Back Negeri Semarang, Semarang, hal.
Pain pada mahasiswa jurusan Ortotik 2.
Prostetik Politeknik Kesehatan Surakarta Tana, L., et al, 2011; Determinan Nyeri
adalah kebiasaan olahraga, lama berdiri, Pinggang pada Tenaga Paramedis
kebiasaan mengangkat dan stress. Dari di Beberapa Rumah Sakit di
hasil penelitian ini direkomendasikan bagi Jakarta. Pusat Teknologi Terapan
mahasiswa jurusan Ortotik Prostetik untuk Kesehatan dan Epidemiologi
mengadakan kegiatan olahraga secara Klinik Badan Penelitian dan
14 Jurnal Keterapian Fisik, Volume 2, No 1,Mei 2017, hlm 01-61