Oleh:
Kelompok 4
0
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya serta
memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Tonsilofaringitis”. Shalawat beriringkan salam kepada
Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa umat
manusia yang penuh ilmu pengetahuan.
Terimakasih kami ucapkan kepada fasilitator yang telah membimbing dan
telah mengarahkan tujuan diskusi sehingga kami dapat mencapai tujuan
pembelajaran dan menyelesaikan makalah hasil diskusi ini. Kami menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah hasil diskusi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan masukan dari tutor ataupun dari rekan mahasiswa/i
untuk kesempurnaan pembuatan makalah hasil diskusi ini.
Pekanbaru, 26 November
2018
Pekanbaru
Kelompok 4
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................3
1.2 Tujuan Penulisan...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
2.1 DefInisi Tonsillitis, Faringitis dan Tonsilofaringitis.....................................................6
2.1.1 Tonsilitis...............................................................................................................6
2.1.2 Faringitis..............................................................................................................6
2.1.3 Tonsilofaringitis...................................................................................................6
2.2 Anatomi dan histologi Tonsil dan Faring......................................................................6
2.3 Klasifikasi dan Etilogi Tonsillitis, Faringitis................................................................7
2.4 Faktor Risiko...............................................................................................................11
2.5 Patofisiologi-manifestasi klinis...................................................................................11
2.6 Penegakan diagnosis...................................................................................................14
2.7 Penatalaksanaan Tonsilitis dan Faringitis...................................................................15
2.8 Komplikasi Tonsillitis dan Faringitis..........................................................................18
2.9 Diagnosis banding Tonsillitis dan Faringitis...............................................................19
2.10 Prognosis Tonsillitis dan Faringitis.............................................................................20
2.11 Pencegahan Tonsilofaringitis......................................................................................20
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................22
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Hasil Diskusi Kemlompok
Nyeri menelan
Anak usia 11 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan demam tinggi sejak 1 hari
yang lalu. Dua hari yang lalu anak mengeluh nyeri menelan dan meriang. Pemeriksaan TTV
ditemukan : nadi 100x/mnt, RR: 20x/mnt, T: 39 oC. pemeriksaan mulut ditemukan faring
hiperemis, tonsillar membesr T2/T3, kripta melebar, detritus (+). Dokter memberikan obat
demam dan antibiotic. Dokter memberikan nasehat agar antibiotic nya dihabiskan untuk 10 hari
karena jika tidak diobati dengan benar penyakit ini bias merusak ginjal dan jantung.
Keyword
1. Anak, 11 tahun, demam 1 hari yang lalu
2. 2 hari yang lalu nyeri menelan
3. TTV : Nadi; 100x/mnt, T;39oC, R;20x/mnt
4. Faring hiperemis, tonsillar membesar T2/T3, kripta melebar, detritus (+)
5. Obat antibiotic dan obat demam
6. Antibiotic harus dihabiskan dalam 10 hari
7. Dampak antibiotic tidak dihabiskan
4
10. Mengapa pada pemeriksaan mulut ditemukan faring hiperemis, tonsillar
membesar T2/T3, kripta melebar, dan detritus (+)?
11. Apa faktor risiko penyakit pada kasus?
12. Apakah ada perbedaan penatalaksanaan penyakit pada anak dan dewasa?
13. Apakah ada perbedaan penyebab penyakit ini pada anak dan dewasa?
14. Apakah pada tonsil membesar T2/T3 harus dilakukan tonsilektomi?
15. Bagaimana cara membedakan penyebab pada kasus?
16. Apakah penyakit pada kasus dapat menyebabkan komplikasi?
17. Bagaimana pathogenesis penyakit pada kasus?
18. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus?
19. Bagaimana prognosis pada kasus?
20. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus?
21. Bagaimana pencegahan penyakit pada kasus?
22. Apakah penyakit ini bias menular?
STEP IV
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 Faringitis
Faringitis adalah infeksi atau iritasi pada dinding faring(1)
2.1.3 Tonsilofaringitis
Tonsilofaringitis adalah infeksi pada tenggorokan dan atau tonsil dan lebih
sering mengenai anak-anak daripada dewasa.(2)
2.2 Anatomi dan histologi Tonsil dan Faring
Tonsil adalah jaringan lymphoid yang berada di rongga mulut. Ada 3 jenis tonsil:
1. Tonsilla pharyngea berada pada selaput lender paries superior dan dinding
posterior nasopharynx
2. Tonsilla tubaria berada di dalam submucosa pharynx dekat ostium pharyngea
tuba pharyngotimpanica
3. Tonsilla palatina berada di setiap sisi oropharynx dengan interval di antara
arcus palatinus. Tonsila palatina mempunyai struktur histologi yaitu epitel
berlapis gepeng. Epitel masuk ke dalam membentuk kripta.
Tonsilitis bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus β
hemolitikus yang dikenal sebagai strept throat, pneumokokus,
Streptokokus viridan dan Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada
lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa
keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus
merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang
terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak
sebgai bercak kuning.
Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis
folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk
alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini juga
dapat melebar sehingga terbentuk semacam membran semu
(pseudomembrane) yang menutupi tonsil.
b. Tonsilitis membranosa
Penyakit yang termasuk dalam golongan tonsilitis membranosa ialah (a)
Tonsilitis difteri, (b) Tonsilitis septik (septic sore throat), (c) Angina Plaut
Vincent, (d) Penyakit kelainan darah seperti leukimia akut, anemia
pernisiosa, neutropenia maligna serta infeksi mono-nukleosis, (e) Proses
7
spesifik lues dan tuber-kulosis, (f) Infeksi jamur moniliasis, aktinomikosis
dan blastomikosis, (g) Infeksi virus morbili, pertusis daan skarlatina.
Tonsilitis difteri
Frekuensi penyakit ini sudah menurun berkat keberhasilan imunisasi
pada bayi dan anak. Penyebab tonsilitis difteri ialah kuman Coryne
bacterium diphteriae, kuman yang termasuk Gram positif dan hidung di
saluran napas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring. Tidak semua
orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan menjadi sakit. Keadaan ini
tergantung pada titer anti toksin dalam darah seseorang. Titer anti toksin
sebesar 0,03 satuan per cc darah dapat dianggap cukup memberikan dasar
imunitas. Hal inilah yang dipakai pada tes Schick. Tonsilitis difteri sering
ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan frekuensi tertinggi
pada usia 2-5 tahun walaupun pada orang dewasa masih mungkin
menderita penyakit ini.
Tonsilitis septik
Penyebab dari tonsilitis septik ialah Streptokokus hemolitikus yang
terdapat dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemi. Oleh karena di
Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum
diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.
8
dan regioinguinal. Gambaran darah khas yaitu terdapat leukosit
mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain ialah
kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merh
domba (reaksi Paul Bunnel).
c. Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik ialah rangsangan yang
menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk,
pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-
kadang kuman berubah menjadi kuman golongan Gram negatif.(1)
2.3.2 Faringitis
Klasifikasi-Etiologi Faringitis
a. Faringitis akut
Faringitis viral (40-60%)
Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian
akan menimbulkan faringitis.
Faringitis bakterial (5-40%)
Infeksi grub A Streptokokus B hemolitikus merupakan penyebab
faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).
Faringitis fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.
Faringitis gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital.
b. Faringitis kronik
Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis
kronik atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah
rinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik, rokok, alkohol, inhalasi uap yang
meransang mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya
faringitis kronik adalah pasien yang biasa bernafas melalui mulut karena
hidungnya tersumbat.
c. Faringitis spesifik
Faringitis luetika
9
Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi didaerah faring
seperti juga penyakit di organ lain. Gambaran kliniknya tergantung pada
stadium penyakit primer, sekunder atau tertier.
- Stadium primer
Kelainan pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole,
tonsil dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila
infeksi terus berlangsung maka timbul ulkus pada daerah faring seperti
ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran
kelenjar mandubula yang tidak nyeri tekan.
- Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Terdapat eritema pada dinding
faring yang menjalar ke arah laring.
- Stadium tertier
Pada stadium ini terdapat guma. Predileksinya pada tonsil dan
palatum. Jarang pada dinding posterior faring. Guma pada dinding
posterior faring dapat meluas ke vertebra sevikal dan bila pecah dapat
menyebabkan kematian. Guma pada palatum mole, bila sembuh akan
terbentuk jaringan parut yang dapat menimbulkan gangguan fungsi
palatum secara permanen.
d. Faringitis tuberkulosis
Faringitis tuberkulosis merupakan proses sekunder dari tuberkulosis
paru. Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul
tuberkulosis faring primer. Carainfeksi eksogen yaitu kontak dengan sputum
yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara. Cara infeksi
endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberkulosis miliaris. Bila
infeksi timbul secara hematogen maka tonsil dapat tekena pada kedua sisi
dan lesi sering ditemukan pada dinding posterior faring, arkus faring
anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole dan palatum durum.
Kelenjar ragional leher membengkak. Saat ini juga penyebaran secara
limfogen.(1)
Pada saat pathogen seperti virus ataupun baketri memasuki nasofaring atau
orofaring kemudian berkolonisasi akan mengakibatkan pelepasan sitokin inflamasi
lalu mengaibatkan hal-hal berikut :
1. Peningkatan permeabilitas vascular menyebabkan kebocoran protein dan cairan
ke jaringan sekitar sehingga jaringan tonsillar membengkak dan iritasi
mengakibatkan edema tonsillar.
2. Peningkatan permeabilitas vascular menyebabkan kebocoran protein dan cairan
ke jaringan sekitar sehingga jaringan jaringan nasal membengkak
mengakibatkan congesti nasal -> coryza. Kemudian cairan hidung mengiritasi
tenggorokan -> batuk.
3. Peningkatan permeabilitas vascular menyebabkan kebocoran protein dan cairan
ke jaringan sekitar yang mengakibatkan meningkatnya drainase limfe ke nodus
regional sehingga nodus anterior cervical membengkak.
4. Pelepasan sitokin inflamasi akibat kolonisasi pathogen menyebabkan cedera
pada sel dan hemolysis sehingga tonsillar menjadi peteki dan edema.
5. Pelepasan sitokin inflamasi akibat kolonisasi pathogen menyebabkan sitokin
inflamasi sistemik mengganggu regulasi hipotalamus sehingga timbul demam.
6. Kolonisasi pathogen di orofaring mengaktifkan sel darah putih lalu memfagosit
pathogen kemudian terjadi akumulasi dan deposisi debris sel dan hasil dari
respon inflamasi mengakibatkan exudate pada tonsillar.(6)
11
2.5.2 Faringitis
a. Patogenesis Faringitis
2. Pemeriksaan fisik(8)
Inspeksi Palpasi
13
3. Pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua tonsil,
maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :
T0 : tonsil masuk didalam fossa atau sudah diangkat
T1 : <25% volume tonsil dibandingkan sampai volume orofaring atau
batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar
anterior uvula.
T2 : 25%-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
atau batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai
½ jarak anterior-uvula
T3 : 50%-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
atau batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai
¾ jarak pilar anterior-uvula
T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring atau
batas medial tonsil melewati ¾ jarak anterior-uvula sampai uvula atau
lebih.
2.6.2 Faringitis
1. Anamnesis(8)
Demam >38oC
Pembesaran kelenjar servikal anterior
Exudat pada tonsil
Batuk
Berdasarkan Centor Score
2. Pemeriksaan Fisik(8)
Penilaian patensi saluran napas
Suhu
Status hidrasi
Kepala, telinga, mata, hidung, dan tenggorokan ,Konjungtivitis,
ikterus skleral, rhinorrhea, tonsillopharyngeal / palatal petechiae,
eksudat tonsilofaring, lesi vesikuler orofaring
Limfadenopati (cervical atau generalisata)
Evaluasi kardiovaskular
Penilaian paru
Pemeriksaan perut
Pemeriksaan kulit
3. Pemeriksaan Penunjang(8)
Kultur Tenggorokan
Laboratorium :
- Tes deteksi antigen cepat Streptococcus B-hemolitikus grup A
(digunakan dalam keadaan darurat)
- Mono spot (95% sensitive pada anak-anak, <60% sensitive pada
bayi)
- Smear Peripheral
- Kultur Gonococcal
14
2.7 Penatalaksanaan Tonsilitis dan Faringitis
2.7.1 Tonsillitis
a. Terapi empiris regimen(9)
Obat Dosis
Dewasa Pencillin V 500 mg PO 3x1 untuk
10 hari
Benzathine penicillin 1.200.000 U/kg IM
G dosis tunggal
Amoxicillin 500-875 mg PO 2x1
atau 250-500 mg PO
3x1 untuk 10 hari
Cefdinir 600 mg PO dosisi
tunggal untuk 10 hari
atau 300 mg PO 2x1
untuk 2-10 hari
Cefuroxime axetil 250 mg PO dosis
tunggal untuk 4 hari
Anak Pencillin V 25-50 mg/kg/6 jam
untuk 10 hari
Benzathine penicillin 25.000 U/kg IM sosis
G tunggal (maks.
1.200.000 U)
Amoxicillin 50 mg/kg/hari PO
dibagi 2-3 dosis untuk
Amoxicillin- 10 hari
clavulanate 500-875 mg PO 2x1
untuk 10 hari
Cefdinir 14 mg/kg PO dosis
tunggal untuk 10 hari
Cefuroxime axetil 10 mg/kg PO 3x1
untuk 4-10 hari
Obat Dosis
Azithromycin 500 mg PO dosis tunggal untuk 5 hari
Clarithromycin 250 mg PO 2x1 untuk 10 hari
Erythromycin 500 mg PO 5x1 untuk 10 hari
Clindamycin 7 mg/kg/hari dibagi 3 dosis untuk 10 hari
Levofloxacin 500 mg PO dosis tunggal untuk 7 hari
Obat Dosis
Azithromycin 12 mg/kg PO dosis tunggal untuk 5 hari
Clarithromycin 250 mg PO 2x1 untuk 10 hari
Erythromycin 20 mg/kg PO 3x1 untuk 10 hari
Clindamycin 7 mg/kg/hari PO dibagi 3 dosis (maks. 1,8
15
g/hari) untuk 10 hari
c. Indikasi Tonsilektomi
The American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery
Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan:
16
1. Serangan tonsillitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah
mendapatkan terapi yang adekuat.
2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan orofasial.
3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan
jalan napas,sleep apnea,gangguan menelan,gangguan berbicara,dan cor
pulmonale.
4. Rinitis dan sinusitis yang kronis,peritonsilitis,abses peritonsil yang
tidak berhasil hilang dengan pengobatan.
5. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptococcus B
hemoliticus.
7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
8. Otitis media efusa/otitis media supuratif.(1)
Demam skarlet(12)
2.10.2 Faringitis(9)
Di negara berkembang, diperkirakan 20 juta orang terkena demam rematik
akut dan penyakit jantung rematik, menjadikan ini penyebab utama kematian
jantung selama 5 dekade pertama kehidupan.
Sekuele lain dari faringitis streptokokus termasuk glomerulonefritis akut,
abses peritonsillar, dan sindrom syok toksik. Kematian akibat faringitis jarang
terjadi tetapi dapat terjadi akibat salah satu komplikasinya, terutama obstruksi jalan
nafas.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil, faringitis adalah peradangan pada
faring, tonsilofaringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring
3.1.2 Tonsil adalah jaringan lymphoid di rongga mulut, faring adalah bagian dari
saluran pencernaan yang berbentuk tabung
3.1.3 Tonsilitis dibagi menjadi tonsillitis akut, membranosa dan kronik,
sedangkan faringitis dibagi menjadi faringitis akut, kronik dan spesifik
3.1.4 Etiologi Tonsillitis meliputi viral dan bateri, sedangkan faringitis meliputi
viral, baketri, dan fungal
3.1.5 Penegakan diagnosis tonsillitis berdasarkan center skor dan penilaian derajat
pembesaran tonsil
3.1.6 Penegakan diagnosis faringitis berdasarkan etiologi
3.1.7 Penatalaksanaan Tonsillitis, Faringitis dan Tonsillofaringitis akibat bakteri
diberikan antibiotic, sedangkan akibat virus diberikan antiviral
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Efiati,Arsyad. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Ed 7. Jakarta:FKUI, hal:217-224
2. https://www.msdmanuals.com/professional/ear,-nose,-and-throat-disorders/oral-and-
pharyngeal-disorders/tonsillopharyngitis diakses 17 November 2018
3. Keith L.Moore.2013.Anatomi Berorientasi Klinis. Ed 5. Jakarta:EGC, hal 162 dan
218
4. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tonsillitis/symptoms-causes/syc
20378479 diakses 17 November 2018
5. http://annals.org/aim/article-abstract/1355701/pharyngitis diakses 17 November 2018
6. http://calgaryguide.ucalgary.ca/?s=tonsillitis diakses 17 November 2018
7. http://calgaryguide.ucalgary.ca/?s=pharyngitis diakses 17 November 2018
8. https://icd.codes/icd10cm/J0390 diakses 17 November 2018
9. https://emedicine.medscape.com/article/2011856-overview diakses 17 November
2018
10. Porth's. Pathophysiology - Concepts of Altered Health States. 9th Ed. P: 821-822
11. http://calgaryguide.ucalgary.ca/wp-content/uploads/image.php?img=2014/09/Acute-
Otitis-Media-Pathogenesis-and-Clinical-Findings-in-Children.jpg diakses 17
November 2018
12. http://calgaryguide.ucalgary.ca/?s=scarlet+fever diakses 17 November 2018
13. https://emedicine.medscape.com/article/782051-clinical diakses 17 November 2018
14. http://www.who.int/immunization/diseases/diphtheria/en/ diakses 17 November 2018
15. Buku Ajar Respirologi Anak,Ed:1,IDAI,2008,P:316-317
16. Immunopaedia.org PSGN
21
22