2559 - Arifah SGD 2. LBM 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

1. Bagaimana anatomi, fisiologi, histologi dari sistem reproduksi wanita ?

a. Eksterna

b. Interna
2. Bagaimana siklus menstruasi ?
Hipotalamus

GnRH

+ Hipofisis Anterior

FSH LH

OVARIUM
Folikel Korpus Luteum
primordial

Estrogen Progesteron

Estrogen Follikel de
Graaf pecah

Ovum
terlepas

Sperm Ovum di Sperm


a Ampula Tuba a(+)

Tdk Fertilitas
terjadi

ENDOMETRIU Penebalan
Deskuamasi M Endometrium
Endometrium

Implantasi di
Menstruas
Endometrium
i

a. Fase proliferasi
Kelenjar uterina = lurus
a.Spiralis = banyak di stratum basalis
sel epitel& lamina propia = baik dan tidak edem
b. Fase sekresi

Kelenjar uterina = mulai berkelok-kelok


a.Spiralis = banyak di stratum fungsional
sel epitel& lamina propia = baik dan edem

c. Fase menstruasi

Kelenjar uterina = penuh dengan darah


a.Spiralis = banyak di superficial
sel epitel& lamina propia = nekrosisi dan terlepas dari lapisannya, menyisakan
lamina propia

3. Mengapa pasien mengeluh terlambat haid


Hipotalamus

GnRH

+ Hipofisis Anterior

FSH LH

OVARIUM
Folikel Korpus Luteum
primordial

Estrogen Progesteron

Estrogen Follikel de
Graaf pecah

Ovum
terlepas

Sperm Ovum di Sperm


a Ampula Tuba a(+)

Tdk Fertilitas
terjadi

ENDOMETRIU Penebalan
Deskuamasi M Endometrium
Endometrium

Implantasi di
Menstruas
Endometrium
i

Amenorea dapat terjadi secara :


a. Fisiologis, yaitu pada pra pubertas, hamil, laktasi, pasca menopause
b. Patologis, yaitu amenorea primer dan sekunder
- Amenorea primer  didefinisikan sebagai kondisi tidak terjadinya haid ketika
pasien berumur 14 tahun dengan pertumbuhan seks sekunder tidak adekuat,
atau kondisi tidak terjadinya haid ketika pasien berumur 16 tahun dengan
pertumbuhan seks sekunder adekuat.
- Amenorea sekunder  adalah kondisi tidak terjadinya haid selama 3 siklus haid
berturut-turut atau dalam jangka waktu 6 bukan pada perempuan yang
sebelumnya memiliki siklus haid normal.

PATOGENESIS AMENOREA

4. Mengapa pasien sering mengeluh berkunang” ,muntah, dan sering BAK ?


Penyebab Mual dan Muntah Saat Hamil Muda adalah
 Meningkatnya hormon Esterogen. Meningkatnya hormon ini membuat kadar asam
lambung meningkat, hingga muncullah keluhan rasa mual. Jika frekuensi mual muntah
lebih sering di pagi hari, itu karena jarak antara waktu makan malam dengan makan pagi
cukup panjang. Akibatnya, perut kosong mengeluarkan asam lambung yang membuat ibu
merasa lebih mual.

 Faktor HCG. HCG adalah Human Chorionic Gonodotrophin yang dihasilkan plasenta di
awal kehamilan diduga merupakan penyebab timbulnya rasa mual. Ketika wanita hamil
maka akan terjadi peningkatan kadar Homor chorionic gonadotropin (HCG) yang berasal
dari plasenta (ari -ari). Hormon ini berfungsi untuk menjaga kecukupan produksi hormon
estrogen dan progesteron dari indung telur, yang berdampak pada kehamilan agar sehat
dan lancar.
Perubahan dalam tubuh ibu yang dipicu hormon ini kemudian menimbulkan rasa mual.
Fungsi plasenta sebagai sirkulasi dan pemberi makanan pada janin akan tumbuh maksimal
ketika kehamilan menginjak usia 12-14 minggu. Pada saat ini biasanya mual-muntah akan
berhenti.

1. cardiac 0utput meningkat (pada kehamilan minggu ke 5) Renal Bloood Flow
meningkat Glomerulus Filtration Rate meningkatproduksi urin meningkat.
2. kandung kemih tertekan oleh uterus yg mulai membesar shg menimbulkan sering
BAK. (Ilmu Kebidanan,Ed.4, PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,hal-185)
Karena VU pada bulan – bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yg mulai
membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yg
membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan gejala bisa timbun karena
janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kembali VU.

5. Jelaskan makna hcg (+) kualitatif dan hb normal pada skenario?

Ketika wanita hamil maka akan terjadi peningkatan kadar Homor chorionic
gonadotropin (HCG) yang berasal dari plasenta (ari -ari) maka akan di temukan (+)
pada ibbu yang hamil. Hormon ini berfungsi untuk menjaga kecukupan produksi
hormon estrogen dan progesteron dari indung telur, yang berdampak pada kehamilan
agar sehat dan lancar.
Perubahan dalam tubuh ibu yang dipicu hormon ini kemudian menimbulkan rasa mual.
Fungsi plasenta sebagai sirkulasi dan pemberi makanan pada janin akan tumbuh maksimal
ketika kehamilan menginjak usia 12-14 minggu. Pada saat ini biasanya mual-muntah akan
berhenti.

6. Mengapa dokter menyarankan rutin bimbingan antenatal, dan pemeriksaan


penunjang?

Pengertian
Pemeriksaan kehamilan adalah ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya pada dokter,
obgin, dokter umum, bidan, perawat atau dukun terlatih dalam suatu komunikasi seperti di
Indonesia da pusat-pusat kesehatan seperti Puskesmas dan BKIA di mana seorang ibu hamil
dapat memeriksakan kehamilannya(Mochtar, Rustam, 1998 : 470)
Pengertian ANC (Antenatal Care)
ANC adalah pengawasan sebelum peralinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dan rahim(Manuaba, Ida Bagus, 1998 : 129)
Tujuan ANC
1. Memantau kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
janin
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat, penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Persiapan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifasnya berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal
Kebijakan program ANC
Kunjungan sebaiknya dilakukan paling sedikitnya 4 kali selama kehamilan
1. 1x pada triwulan I
2. 1x pada triwulan II
3. 2x pada triwulan III
Pelayangan / Asuhan Standar Minimal “7T”
1. Timbang BB
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid) lengkap
5. Pemberian tablet FE minimum 90 tablet selama kehamilan
6. Tes terhadap PMS
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Cara pemeriksaan kehamilan
Anamnesa meliputi :
a. Identitas diri dan keluarga
b. Riwayat kehamilan yang sekarang
c. Riwayat obstetri yang lalu
d. Riwaya penyakit yang pernah diderita ibu dan keluarga
e. Riwayat sosial ekonomi
Pemeriksaan kehamilan meliputi :
1. Pemeriksaan umum
2. Pemeriksaan fisik
- Palpasi
- Auskultasi
- Perkusi
3. Pemeriksaan dalam
- Pemeriksaan vulva
- Pemeriksaan dengan spekulum
4. Pemeriksaan labolatorium
- Darah
- Urine
Diagnosa atau ikhtisar pemeriksaan meliputi :
1. Hamil atau tidak hamil
2. Primi atau multi
3. Tuanya kehamilan
4. Anak hidup atau mati
5. Anak tunggal atau kembar
6. Letak atau posisi janin
7. Intra uterin atau ekstra uterin
8. Keadaan jalan lahir
9. Keadaan umum penderita
Prognosa atau ramalan meliputi :
- Setelah pemeriksaan selesai maka atas dasar pemeriksaan kita harus bisa daoat
membuat prognosa kehamilan, artinya petugas berusaha meramalkan apakah persalinan
di perkirakan akan berjalan dengan biasa, sulit atau berbahaya
- Ramalan ini perlu untuk menentukan apakah penderita harus bersalin di RSUD
(persalinan ), rumah bersalin, atau dirumah saja apakah proses persalinan harus
dipimpin oleh dokter ahli atau oleh seoramg bidan dan apa saja yang harus disediakan
supaya persalinan dapat berlangsung dengan selamat bagi sang ibu /sang anak.

7. Kenapa pada pemeriksaan fisik terdapat hiperpigmentasi pada linea alba dan uterus ?

payudara dan putingnya menjadi lebih lembut sekitar tiga pekan setelah pembuahan (saat
haid terlambat sekitar seminggu). Mungkin payudara terasa bengkak, dan agak membesar
serupa dengan saat menjelang haid. Hal ini pengaruh dari meningkatnya hormone estrogen,
progesterone, dan somatomamotropin.Estrogen menimbulkan hipertropi system saluran
pada mamae, sedangkan progesterone menambah sel - sel asinus pada mamae sehingga
mamae lebih padat, dan somatomamotropin mempengaruhi sel – sel asinus dan
menimbulkan perubahan – perubahan dalam sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, dan
laktaglobulin, dan hal ini diduga mempengaruhi permukaan kulit mamae.
HIPERPIGMENTASI LINEA ALBA

Hal ini terjadi hampir 90% wanita. Hiperpigmentasi lebih mencolok pada mereka yang
berkulit gelap

Garis tengah kulit abdomen linea alba mengalami pigmentasi sehingga warnanya
berubah menjadi hitam kecoklatan (linea nigra). Kadang muncul bercak-bercak
kecoklatan irregular dengan berbagai ukuran di wajah dan leher, menimbulkan kloasma
atau melasma gravidarum (disebut sebagai mask of pregnancy). Pigmentasi areola dan
kulit genital juga dapat bertambah. Perubahan-perubahan pigmentasi ini biasanya
hilang atau paling sedikit berkurang nyata, setelah persalinan.

Estrogen dan progesterone memiliki efek merangsang melanosit  melanosit


stimulating hormone (MSH) yaitu suatu polipeptida dibuktikan meningkat secara
bermakna sejak akhir bulan kedua kehamilan hingga aterm  terjadi sifat perubahan
pigmentasi

8. Apa manfaat nya dibelikan suplemen asam folat + dampak jika kekurangan ?

9. Bagaimana kompensasi tubuh saat kehamilan (perubahan yang terjadi )


PERUBAHAN FISIOLOGIS IBU HAMIL
Pada masa kehamilan ada beberapa perubahan pada hampir semua sistem organ pada
maternal. Perubahan ini diawali dengan adanya sekresi hormon dari korpus luteum dan
plasenta. Efek mekanis pada pembesaran uterus dan kompresi dari struktur sekitar
uterus memegang peranan penting pada trimester kedua dan ketiga. Perubahan
fisiologis seperti ini memiliki implikasi yang relevan bagi dokter anestesi untuk
memberikan perawatan bagi pasien hamil. Perubahan yang relevan meliputi perubahan
fungsi hematologi, kardiovaskular, ventilasi, metabolik, dan gastrointestinal
(Santos,et.al., 2006).

1) Perubahan Metabolik
Sebagai akibat dari peningkatan sekresi dari berbagai macam hormon selama masa
kehamilan , termasuk tiroksin, adrenokortikal dan hormon seks, maka laju
metabolisme basal pada wanita hamil meningkat sekitar 15 % selama mendekati
masa akhir dari kehamilan. Sebagai hasil dari peningkatan laju metabolisme basal
tersebut, maka wanita hamil sering mengalami sensasi rasa panas yang berlebihan.
Selain itu,karena adanya beban tambahan, maka pengeluaran energi untuk aktivitas
otot lebih besar daripada normal (Guyton, 2006).

2) Perubahan Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular beradaptasi selama masa kehamilan terhadapa beberapa
perubahan yang terjadi. Meskipun perubahan sistem kardiovaskular terlihat pada
awal trimester pertama, perubahan pada sistem kardiovaskular berlanjut ke
trimester kedua dan ketiga, ketika cardiac output meningkat kurang lebih sebanyak
40 % daripada pada wanita yang tidak hamil. Cardiac output meningkat dari minggu
kelima kehamilan dan mencapai tingkat maksimum sekitar minggu ke-32 kehamilan,
setelah itu hanya mengalami sedikit peningkatan sampai masa persalinan, kelahiran,
dan masa post partum. Sekitar 50% peningkatan dari cardiac output telah terjadi
pada masa minggu kedelapan kehamilan. Meskipun, peningkatan dari cardiac output
dikarenakan adanya peningkatan dari volume sekuncup dan denyut jantung, faktor
paling penting adalah volume sekuncup, dimana meningkat sebanyak 20% sampai
50% lebih banyak daripada pada wanita tidak hamil. Perubahan denyut jantung
sangat sulit untuk dihitung, tetapi diperkirakan ada peningkatan sekitar 20% yang
terlihat pada minggu keempat kehamilan. Meskipun, angka normal dalam denyut
jantung tidak berubah dalam masa kehamilan, adanya terlihat penurunan komponen
simpatis (Birnbach,et.al., 2009).

Pada trimester kedua, kompresi aortocava oleh pembesaran uterus menjadi penting
secara progresif, mencapai titik maksimum pada minggu ke- 36 dan 38, setelah itu
dapat menurunkan perpindahan posisi kepala fetal menuju pelvis. Penelitian
mengenai cardiac output, diukur ketika pasien berada pada posisi supine selama
minggu terakhir kehamilan, menunjukkan bahwa ada penurunan dibandingkan pada
wanita yang tidak hamil, penurunan ini tidak diobservasi ketika pasien berada dalam
posisi lateral decubitus. Sindrom hipotensi supine, yang terjadi pada 10 % wanita
hamil dikarenakan adanya oklusi pada vena yang mengakibatkan terjadinya takikardi
maternal, hipotensi arterial, penurunan kesadaran, dan pucat. Kompresi pada aorta
yang dibawah dari posisi ini mengakibatkan penurunan perfusi uteroplasental dan
mengakibatkan terjadinya asfiksia pada fetus. Oleh karena itu, perpindahan posisi
uterus dan perpindahan posisi pelvis ke arah lateral harus dilakukan secara rutin
selama trimester kedua dan ketiga dari kehamilan (Santos, et. al., 2006).

Naiknya posisi diafragma mengakibatkan perpindahan posisi jantung dalam dada,


sehingga terlihat adanya pembesaran jantung pada gambaran radiologis dan deviasi
aksis kiri dan perubahan gelombang T pada elektrokardiogram (EKG). Pada
pemeriksaan fisik sering ditemukan adanya murmur sistrolik dan suara jantung satu
yang terbagi-bagi. Suara jantung tiga juga dapat terdengar. Beberapa pasien juga
terlihat mengalami efusi perikardial kecil dan asimptomatik (Morgan, 2006).

3) Perubahan Hematologi.
Volume darah maternal mulai meningkat pada awal masa kehamilan sebagai akibat
dari perubahan osmoregulasi dan sistem renin- angiotensin, menyebabkan
terjadinya retensi sodium dan peningkatan dari total body water menjadi 8,5 L. Pada
masanya, volume darah meningkat sampai 45 % dimana volume sel darah merah
hanya meningkat sampai 30%. Perbedaan peningkatan ini dapat menyebabkan
terjadinya ”anemia fisiologis” dalam kehamilan dengan hemoglobin rata rata 11.6
g/dl dan hematokrit 35.5%. Bagaimanapun, transpor oksigen tidak terganggu oleh
anemia relatif ini, karena tubuh sang ibu memberikan kompensasi dengan cara
meningkatkan curah jantung, peningkatan PaO2, dan pergeseran ke kanan dari kurva

disosiasi oxyhemoglobin (Birnbach,et.al., 2009).

Kehamilan sering diasosiasikan dengan keadaan hiperkoagulasi yang memberikan


keuntungan dalam membatasi terjadinya kehilangan darah saat proses persalinan.
Konsentrasi fibrinogen dan faktor VII,VIII, IX,X,XII, hanya faktor XI yang mungkin
mengalami penurunan. Fibrinolisis secara cepat dapat diobservasi kemudian pada
trimester ketiga. Sebagai efek dari anemia dilusi, leukositosis dan penurunan dari
jumlah platelet sebanyak 10 % mungkin saja terjadi selama trimester ketiga. Karena
kebutuhan fetus, anemia defisiensi folat dan zat besi mungkin saja terjadi jika
suplementasi dari zat gizi ini tidak terpenuhi. Imunitas sel ditandai mengalami
penurunan dan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi viral (Morgan, 2006).

4) Perubahan Sistem Respirasi


Adaptasi respirasi selama kehamilan dirancang untuk mengoptimalkan oksigenasi ibu
dan janin, serta memfasilitasi perpindahan produk sisa CO2 dari janin ke ibu

(Norwitz,et.al., 2008).

Konsumsi oksigen dan ventilasi semenit meningkat secara progresif selam masa
kehamilan. Volume tidal dan dalam angka yang lebih kecil, laju pernafasan
meningkat. Pada aterm konsumsi oksigen akan meningkat sekitar 20-50% dan
ventilasi semenit meningkat hingga 50%. PaCO2 menurun sekitar 28-32mm Hg.

Alkalosis respiratorik dihindari melalui mekanisme kompensasi yaitu penurunan


konsentrasi plasma bikarbonat. Hiperventilasi juga dapat meningkatkan PaO2 secara
perlahan. Peningkatan dari 2,3-difosfogliserat mengurangi efek hiperventilasi dalam
afinitas hemoglobin dengan oksigen. Tekanan parsial oksigen dimana hemoglobin
mencapai setengah saturasi ketika berikatan dengan oksigen meningkat dari 27 ke
30 mm Hg. hubungan antara masa akhir kehamilan dengan peningkatan curah
jantung memicu perfusi jaringan (Morgan, 2006).

Posisi dari diafragma terdorong ke atas akibat dari pembesaran uterus dan umumnya
diikuti pembesaran dari diameter anteroposterior dan transversal dari cavum thorax.
Mulai bulan ke lima, expiratory reserve volume, residuak volume,dan functional
residual capacity menurun, mendekati akhir masa kehamilan menurun sebanyak
20 % dibandingkan pada wanita yang tidak hamil. Secara umum, ditemukan
peningkatan dari inspiratory reserve volume sehingga kapasitas paru total tidak
mengalami perubahan. Pada sebagian ibu hamil, penurunan functional residual
capacity tidak menyebabkan masalah, tetapi bagi mereka yang mengalami
perubahan pada closing volume lebih awal sebagai akibat dari merokok, obesitas,
atau skoliosis dapat mengalami hambatan jalan nafas awal dengan kehamilan lanjut
yang menyebabkan hipoksemia. Manuver tredelenburg dan posisi supin juga dapat
mengurangi hubungan abnormal antara closing volume dan functional residual
capacity. Volume residual dan functional residual capacity kembali normal setelah
proses persalinan (Santos,et.al., 2006).

5) Perubahan Sistem Renal


Vasodilatasi renal mengakibatkan peningkatan aliran darah renal pada awal masa
kehamilan tetapi autoregulasi tetap terjaga. Ginjal umumnya membesar.
Peningkatan dari renin dan aldosterone mengakibatkan terjadinya retensi sodium.
Aliran plasma renal dan laju filtrasi glomerulus meningkat sebanyak 50% selama
trimester pertama dan laju filtrasi glomerulus menurun menuju ke batas normal pada
trimester ketiga. Serum kreatinin dan Blood Urea Nitrogen (BUN) mungkin menurun
menjadi 0.5-0.6 mg/dL dan 8-9mg/dL. Penurunan threshold dari tubulus renal untuk
glukosa dan asam amino umum dan sering mengakibatkan glukosuria ringan(1-
10g/dL) atau proteinuria (<300 mg/dL). Osmolalitas plasma menurun sekitar 8-10
mOsm/kg (Morgan, 2006).
6) Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal dalam masa kehamilan dan selama persalinan menjadi topik
yang kontroversial. Namun, dapat dipastikan bahwa traktus gastrointestinal
mengalami perubahan anatomis dan fisiologis yang meningkatkan resiko terjadinya
aspirasi yang berhubungan dengan anestesi general (Birnbach, et.al., 2009).

Refluks gastroesofagus dan esofagitis adalah umum selama masa kehamilan.


Disposisi dari abdomen ke arah atas dan anterior memicu ketidakmampuan dari
sfingter gastroesofagus. Peningkatan kadar progestron menurunkan tonus dari
sfingter gastroesofagus, dimana sekresi gastrin dari plasenta menyebabkan
hipersekresi asam lambung. Faktor tersebut menempatkan wanita yang akan
melahirkan pada resiko tinggi terjadinya regurgitasi dan aspirasi pulmonal. Tekanan
intragaster tetap tidak mengalami perubahan. Banyak pendapat yang menyatakan
mengenai pengosongan lambung. Beberapa penelitian melaporkan bahwa
pengosongan lambung normal bertahan sampai masa persalinan. Di samping
itu,hampir semua ibu hamil memiliki pH lambung di bawah 2.5 dan lebih dari 60%
dari mereka memiliki volume lambung lebih dari 25mL. kedua faktor tersbut telah
dihubungkan memiliki resiko terhadap terjadinya aspirasi pneumonitis berat. Opioid
dan antikolinergik menurunkan tekanan sfingter esofagus bawah, dapat
memfasilitasi terjadinya refluks gastroesofagus dan penundaan pengosongan
lambung. Efek fisiologis ini bersamaan dengan ingesti makanan terakhir sebelum
proses persalinan dan penundaan pengosongan lambung mengakibatkan nyeri
persalinan dan merupakan faktor predisposisi pada ibu hamil akan terjadinya muntah
dan mual (Morgan, 2006).

7) Perubahan Sistem Saraf Pusat dan Perifer


Konsentrasi alveolar minimum menurun secara progresif selama masa kehamilan.
Pada masa aterm menurun sekitar 40% untuk semua anestesi general. Namun,
konsentrasi alveolar minimum kembali normal pada hari ketiga pasca kelahiran.
Perubahan kadar hormon maternal dan opioid endogen telah dibuktikan. Progestron
yang memiliki efek sedasi ketika diberikan dalam dosis farmakologis, meningkat
sekitar 20 kali lebih tinggi daripada normal pada masa aterm dan kemungkinan
berefek kecil dalam observasi. Peningkatan secara signifikan kadar endorfin juga
memegang peranan penting dalam masa persalinan dan kelahiran (Morgan, 2006).

Wanita hamil menunjukkan peningkatan sensitivitas terhadap kedua jenis anestesi


baik regional maupun general. Dari awal periode pemasukan anestesi secara
neuraxial, wanita hamil membutuhkan lebih sedikit anestesi lokal daripada wanita
yang tidak hamil untuk mencapai level dermatom sensorik yang diberikan (Birnbach,
2009).

Minimum local analgesic concentration (MLAC) digunakan dalam anestesi obstetrik


untuk membandingkan potensi relatif dari anestesi lokal dan MLAC didefinisikan
sebagai median dari konsentrasi analgesik efektif dalam 20 ml volume untuk analgesi
epidural dalam periode awal persalinan. Obstruksi dari vena cava inferior karena
pembesaran uterus mengakibatkan distensi dari vena pleksus epidural dan
meningkatkan volume darah epidural. Yang mendekati masa akhir kehamilan
menghasilkan tiga efek mayor :

(1) penurunan volume cairan serebrospinal

(2) penurunan volume potensial dari ruang epidural

(3) peningkatan tekanan ruang epidural.

Dua efek awal memicu penyebaran sefalad dari cairan anestesi lokal selama anestesi
spinal dan epidural, dimana efek yang terakhir mungkin menjadi predisposisi dalam
insidensi lebih tinggi dari punksi dural dengan anestesi epidural (Morgan, 2006).

8) Perubahan Sistem Muskoloskeletal


Kenaikan kadar relaksin selama masa kehamilan membantu persiapan kelahiran
dengan melemaskan serviks, menghambat kontraksi uterus, dan relaksasi dari
simfisis pubis dan sendi pelvik. Relaksasi ligamen menyebabkan peningkatan risiko
terjadinya cedera punggung. Kemudian dapat berkontribusi dalam insidensi nyeri
punggung dalam kehamilan (Morgan, 2006).
9) Sirkulasi Uteroplasental
Sirkulasi uteroplasental normal sangat dibutuhkan dalam perkembangan dan
perawatan untuk fetus yang sehat. Insufiensi sirkulasi uteroplasental dapat menjadi
penyebab utama dalam retardasi pertumbuhan fetal intrauterin dan ketika menjadi
parah dapat mengakibatkan kematian fetus. Integrasi dari sirkulasi bergantung pada
aliran darah uterus yang adekuat dan fungsi normal plasenta (Morgan, 2006).

Aliran darah uterin meningkat secara progresif selama kehamilan dan mencapai nilai
rata rata antara 500ml sampai 700ml di masa aterm. Aliran darah melalui pembuluh
darah uterus sangat tinggi dan memiliki resistensi rendah. Perubahan dalam
resistensi terjadi setelah 20 minggu masa gestasi. Aliran darah uterus kurang memiliki
mekanisme autoregulasi (pembuluh darah dilatasi maksimal selama masa kehamilan)
dan aliran arteri uterin sangat bergantung pada tekanan darah maternal dan curah
jantung. Hasilnya, faktor yang mempengaruhi perubahan aliran darah melalui uterus
dapat memberikan efek berbahaya pada suplai darah fetus.

Aliran darah uterin menurun selama periode hipotensi maternal, dimana hal tersebut
terjadi dikarenakan hipovolemia, perdarahan, dan kompresi aortocaval, dan blokade
simpatis. Hal serupa, kontraksi uterus (kondisi yang meningkatkan frekuensi atau
durasi kontraksi uterus) dan perubahan tonus vaskular uterus yang dapat terlihat
dalam status hipertensi mengakibatkan gangguan pada aliran darah (Birnbach,et.al.,
2009).

10. Perubahan ukuran uterus pada kehamilan ?


11. Tanda kehamilan (pasti dan tidak pasti)?

12. Usia kehamilan dan hari perkiraan lahir pad askenario?


13. Pemeriksaan penunjang saat kehamilan ?
INDIKASI USG PADA IBU HAMIL TRIMESTER PERTAMA :
- Mengonfirmasi kehamilan intrauterus
- Evaluasi kecurigaan kehamilan ektopik
- Menentukan penyebab perdarahan vagina
- Evaluasi nyeri pelvis
- Memperkirakan usia gestasi
- Diagnosis atau evaluasi gestasi multijanin
- Mengonfirmasi aktivitas jantung
- Membantu pengambilan sampel vilus korionik, transfer mudigah dan lokalisasi serta
pengangkatan IUD
- Menilai anomaly janin tertentu, seperti anensefali pd pasien-pasien beresiko tinggi
- Evaluasi massa pelvis maternal dan/atau abnormalitas uterus
- Mengukur translusensi nukal/sebagai bagian dari program penapisan untuk
aneuploidi janin
- Evaluasi kecurigaan penyakit trofoblastik gestasional

Diadaptasi dari National Institute of Health (1984) oleh the American Institute of
Ultrasound in Medicine (2007)

INDIKASI USG PADA IBU HAMIL TRIMESTER KEDUA :


- Perkiraan gestasi
- Evaluasi perkembangan janin
- Perdarahan vagina
- Nyeri abdomen/pelvis
- Insufisiensi serviks
- Penentuan presentasi janin
- Dugaan gestasi multijanin
- Membantu amniosentesis atau prosedur lain
- Ukuran uterus yang besar/ketidaksesuaian usia klinis
- Massa pelvis
- Dugaan kehamilan molar
- Membantu cervical cerclage
- Dugaan kehamilan ektopik
- Dugaan kematian janin
- Dugaan abnormalitas uterus
- Evaluasi kesejahteraan janin
- Dugaan hidramnion atau oligohidramnion
- Dugaan abruptio plasentae
- Membantu versi sefalik eksterna
- Preterm prematurely ruptured membranes
- Penanda biokimiawi abnormal
- Evaluasi lanjutan anomaly janin
- Evaluasi lanjutan lokasi plasenta pada kecurigaan plasenta previa
- Riwayat anomaly kongenital pada kehamilan sebelumnya
- Evaluasi kondisi janin pada perawatan prenatal fase akhir
- Temuan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya aneuploidi
- Penapisan anomaly janin

Diadaptasi dari National Institute of Health (1984) oleh the American Institute of
Ultrasound in Medicine (2007)

Sumber : F. Gary Cunningham, et al. 2009. Obstetri Williams Ed 23 Vol 1 dan Vol 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Halaman 367 dan
14. Terapi yang diberikan untuk kehamilan ?
- Intervensi diet
Direkomendasikan untuk makan makanan bergizi dan tetap melakukan aktivitas
fisik/ olahraga rutin selama kehamilan. Hal ini dilakukan untuk mencegah kenaikan
berat badan berlebih selama kehamilan. Selain itu juga dianjurkan untuk dilakukan
edukasi terkait upaya peningkatan energi dan asupan protein tiap harinya pada
ibu hamil agar mengurangi kejadian bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR).

- Pemberian suplemen besi dan asam folat


Direkomendasikan untuk mengkonsumsi suplemen besi sebanyak 30-60 mg/hari
dan 0,4mg asam dolat tiap harinya. Hal ini untuk mencegah anemia, peurperal
sepsis, BBLR, dan kelahiran preterm.

- Pemberian suplemen kalsium


Dosis harian kalsium yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah 1,5-2,0 gr peroral
untuk mengurangi risiko pre-eklampsia

- Pemberian suplemen vit.A


Suplemen vit A hanya diberikan kepada ibu hamil yang tinggal di daerah dengan
kasus defisiensi vit A yang tinggi untuk mencegah rabun senja

- Pemberian suplemen zinc


Hanya diberikan pada ibu hamil untuk kepentingan penelitian saja

- Pemberian suplemen mikronutrien, vitamin B6, vit E, vit C, vit D


Pemberian suplemen ini tidak direkomendasikan untuk ibu hamil dalam tujuan
meningkatkan outcome dari ibu maupun janin

- Pembatasan asupan kafein


Konsumsi kafein pada ibu hamil dianjurkan tidak lebih dari 300 mg/ hari. Hal ini
dilakukan untuk mencegah risiko abortus dan BBLR.

15. Riwayat medis ibu hamil ?

16. Suplementasi dan pencegahan penyakit pada ibu hamil?


- Intervensi diet
Direkomendasikan untuk makan makanan bergizi dan tetap melakukan aktivitas
fisik/ olahraga rutin selama kehamilan. Hal ini dilakukan untuk mencegah kenaikan
berat badan berlebih selama kehamilan. Selain itu juga dianjurkan untuk dilakukan
edukasi terkait upaya peningkatan energi dan asupan protein tiap harinya pada
ibu hamil agar mengurangi kejadian bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR).

- Pemberian suplemen besi dan asam folat


Direkomendasikan untuk mengkonsumsi suplemen besi sebanyak 30-60 mg/hari
dan 0,4mg asam dolat tiap harinya. Hal ini untuk mencegah anemia, peurperal
sepsis, BBLR, dan kelahiran preterm.

- Pemberian suplemen kalsium


Dosis harian kalsium yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah 1,5-2,0 gr peroral
untuk mengurangi risiko pre-eklampsia

- Pemberian suplemen vit.A


Suplemen vit A hanya diberikan kepada ibu hamil yang tinggal di daerah dengan
kasus defisiensi vit A yang tinggi untuk mencegah rabun senja

- Pemberian suplemen zinc


Hanya diberikan pada ibu hamil untuk kepentingan penelitian saja

- Pemberian suplemen mikronutrien, vitamin B6, vit E, vit C, vit D


Pemberian suplemen ini tidak direkomendasikan untuk ibu hamil dalam tujuan
meningkatkan outcome dari ibu maupun janin

- Pembatasan asupan kafein


Konsumsi kafein pada ibu hamil dianjurkan tidak lebih dari 300 mg/ hari. Hal ini
dilakukan untuk mencegah risiko abortus dan BBLR.

17. edukasi konseling pada ibu hamil ?


- Intervensi diet
Direkomendasikan untuk makan makanan bergizi dan tetap melakukan aktivitas
fisik/ olahraga rutin selama kehamilan. Hal ini dilakukan untuk mencegah kenaikan
berat badan berlebih selama kehamilan. Selain itu juga dianjurkan untuk dilakukan
edukasi terkait upaya peningkatan energi dan asupan protein tiap harinya pada
ibu hamil agar mengurangi kejadian bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR).

- Pemberian suplemen besi dan asam folat


Direkomendasikan untuk mengkonsumsi suplemen besi sebanyak 30-60 mg/hari
dan 0,4mg asam dolat tiap harinya. Hal ini untuk mencegah anemia, peurperal
sepsis, BBLR, dan kelahiran preterm.
- Pemberian suplemen kalsium
Dosis harian kalsium yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah 1,5-2,0 gr peroral
untuk mengurangi risiko pre-eklampsia

- Pemberian suplemen vit.A


Suplemen vit A hanya diberikan kepada ibu hamil yang tinggal di daerah dengan
kasus defisiensi vit A yang tinggi untuk mencegah rabun senja

- Pemberian suplemen zinc


Hanya diberikan pada ibu hamil untuk kepentingan penelitian saja

- Pemberian suplemen mikronutrien, vitamin B6, vit E, vit C, vit D


Pemberian suplemen ini tidak direkomendasikan untuk ibu hamil dalam tujuan
meningkatkan outcome dari ibu maupun janin

- Pembatasan asupan kafein


Konsumsi kafein pada ibu hamil dianjurkan tidak lebih dari 300 mg/ hari. Hal ini
dilakukan untuk mencegah risiko abortus dan BBLR.

PUSTAKA

- ILMU KANDUNGAN, Prof. Dr. Sarwono Prawiroharjo


- SINOPSIS OBSTETRI, Prof. Dr. Rustam Mochtar
- F. Gary Cunningham, et al. 2009. Obstetri Williams Ed 23 Vol 1 dan Vol 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Halaman 367

Anda mungkin juga menyukai