PENDAHULUAN
Abses adalah peradangan purulenta yang juga melebur ke dalam suatu rongga
(rongga abses) yang sebelumnya tidak ada, berbatas tegas (Rassner et al, 1995).
Menurut Smeltzer, S.C et al (2001), abses adalah infeksi bakteri setempat yang
ditandai dengan pengumpulan pus (bakteri, jaringan nekrotik dan SDP). Sedangkan
menurut EGC (1995), abses adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang
terbentuk akibat kerusakan jatingan. Daerah inguinal adalah daerah dinding perut
bagian bawah atau pangkal paha. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa abses inguinal merupakan kumpulan nanah pada inguinal akibat infeksi
bakteri setempat.
Salah satu penyebab abses inguinal adalah pasca operasi hernia. Beberapa
faktor yang mempengaruhi adanya infeksi yaitu sifat struktural mesh, seperti
diameter pori (kurang dari 10 µm, jumlah jahitan, karakteristik filamen dan
biologis. Selain itu, laju adhesi dan pembentukan seroma juga berperan dalam
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. F
Umur : 19 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Suku : Jawa
Agama : Islam
No register : 481222
B. ANAMNESIS
benjolan pada pangkal paha dalam bagian kanan. Benjolan muncul sejak
semakin parah ketika beraktivitas berat dan akan mereda jika berbaring.
- Demam berdarah
- Hipertensi (-)
- Asma (-)
- DM (-)
- Alergi obat/makanan (-)
5. Riwayat Kebiasaan
- Minum kopi :-
- Jamu :-
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
kesan cukup.
2. Tanda Vital
Pernafasan : 20 x /menit
Suhu : 36,6 oC
3. Kulit
Turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider
4. Kepala
Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-),
atrofi m. temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan
6. Hidung
7. Mulut
8. Telinga
9. Tenggorokan
10. Leher
11. Thoraks
Cor :
axilar line
Pulmo :
12. Abdomen
lien
Palpasi : Nyeri tekan (+) Right Upper Quadran dan Right
13. Ektremitas
- - - -
- - - -
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil
Hb : 15.2 g/dl
Hematokrit : 45.2 %
MCV : 90.3
MCH : 30.4
MCHC : 33.7
Eosinofil : 2.4 %
Limfosit : 11.8 %
PT : 10.4 detik
GDS : 96 mg/dL
Ureum : 25 mg/dl
E. RESUME
pada pangkal paha dalam bagian kanan. Benjolan muncul sejak 2 minggu
yang lalu, awalnya kecil kemudian semakin besar hingga sebesar bola
beraktivitas berat dan akan mereda jika berbaring. Nyeri menjalar hingga
benjolan, demam muncul hanya setiap malam hari. Muntah satu kali.
36,60 C RR: 20x/menit. Ditemukan luka bekas operasi abses inguinal pada
daerah pangkal dalam paha bagian kanan dengan masih sedikit rasa nyeri
E. DIAGNOSIS
Abses inguinal
F. PLANNING
a. Penatalaksanaan
- Medikamentosa
b) Tirah baring
c) Pembatasan aktivitas
3.1 Inguinal
3.1.1 Anatomi Inguinal
yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulo-
tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh
terdapat 10 ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan
hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah
lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis
ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga
terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia
3.2 Hernia
3.2.1 Pengertian Hernia
Pengertian hernia adalah suatu protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
protusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara
normal berisi bagian lemah (Black, 2006). Hernia inguinalis lateral merupakan
penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus
yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk
kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
melalui anulus inguinalis eksternus ( Mansjoer, 2002 ). Hernia ditinjau dari letaknya
dari luar yaitu hernia inguinalis lateralis (indirek), hernia inguinalis medialis
2. Hernia interna Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab
yang didapat. Pada bayi dan anak, hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh
peninggian tekanan di dalam rongga perut, kelemahan otot dinding perut karena
defekasi, dan mengejan pada saat miksi, misalnya hipertrofi prostat dapat pula
2002).
Aktivitas mengangkat benda berat, batuk kronis, dan mengejan pada saat
defek pada dinding otot ligament inguinal akan melemah sehingga akan terjadi
penonjolan isi perut pada daerah lateral pembuluh epigastrika inferior fenikulus
spermatikus. Hal ini yang menyebabkan terjadinya hernia. Mengangkat berat juga
menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cedera traumatik karena
tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada disertai dengan kelemahan otot, maka
individu akan mengalami hernia. Bila isi kantung hernia dapat dipindahkan ke
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungandengan rongga perut.
menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu
perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat
Beberapa pasien mengatakan hernia adalah turun berok, burut, atau klingsir,
mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan jika menangis sambil mengejan,
atau mengangkat beban yang berat dan bila posisi pasien berdiri dapat timbul
kembali. Bila telah terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri. Keadaan umum
pasien biasanya terlihat baik, saat benjolan tidak Nampak dan saat pasien disuruh
mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada hernia maka akan
tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus diperiksa apakah
benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali atau tidak. Pasien diminta berbaring
bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal, lalu skrotum
ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang teliti. Keadaan cincin hernia juga perlu
diperiksa. Melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum
keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan
merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila massa tersebut
menyentuh ujung jari maka itu dinamakan hernia inguinalis lateralis, sedangkan
bila menyentuh sisi jari maka diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis
(Mansjoer, 2002).
3.1.5 Penatalaksanaan
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit, ikat
insisi kecil secara langsung di atas area yang lemah. Usus ini kemudian
dikembalikan ke rongga perineal, kantung hernia dibuang dan otot ditutup dengan
meminimalisasi kekambuhan, nyeri, dan periode recovery post operasi lebih pendek
(Black, 2006).
3.1.6 Komplikasi
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan isi kantung hernia sehingga
isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia
inguinalis lateralis ireponibilis. Pada keadaan ini belum gangguan penyaluran isi
usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponibilis, adalah omentum,
karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar
karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis daripada
usus halus.
masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti dengan
3.3 Abses
3.3.1 Definisi Abses
Abses adalah peradangan purulenta yang juga melebur ke dalam suatu rongga
(rongga abses) yang sebelumnya tidak ada, berbatas tegas (Rassner et al, 1995).
Menurut Smeltzer, S.C et al (2001), abses adalah infeksi bakteri setempat yang
ditandai dengan pengumpulan pus (bakteri, jaringan nekrotik dan SDP). Sedangkan
menurut EGC (1995), abses adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang
1. Abses septik
hasil dari infeksi. Septik abses bisa terjadi dimana saja dalam tubuh.
yang mengandung bakteri mati, dicerna jaringan, sel-sel darah putih, dan
enzim.
Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali
lainnya
Berwarna merah
kimia
berubah menjadi cair dan berbentuk abses. Isi abses juga dapat bocor ke
2. Abses steril
penisilin dan tidak diserap, daerah bekas suntik dapat iritasi dan menjadi
abses steril. Karena pada abses steril tidak ada keterlibatan infeksi, maka
benjolan yang dihasilkan cenderung keras dan padat karena benjolan yang
1. Infeksi Mikrobial
Salah satu penyebab paling sering ditemukan pada proses radang ialah
2. Reaksi Hipersensitivitas
merusak jaringan.
3. Agen Fisik
Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui trauma
fisik, ultraviolet atau radang ion, terbakar atau dingin yang berlebih
(frosbite)
Bahan kimiari yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa) akan
5. Nekrosis Jaringan
merupakan stimulus yang kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi daerah
pada abses terjadi nyeri tekan yang meliputi nyeri lokal, bengkak, dan kenaikan
suhu tubuh. Kemdian, pada abses juga terjadi leukositosis dan tanda-tanda infeksi
yang meliputi kemerahan, bengkak, terlihat jelas, nyeri tekan, teraba hangat, dan
penurunan fungsi. Beberapa disertai bau yang menusuk, menggigil atau demam
3.3.4 Patofisiologi
daerah yang mengalami radang akibat dilatasi arteriol yang mensuplai daerah
tersebut akan meningkatkan aliran darah ke mikrosirkulasi lokal. Kalor atau panas
akan terjadi bersamaan dengan kemerahan. Peningkatan suhu bersifat lokal, namun
juga daapat sistemik (Underwood, J.C.E, 1999) akibat endogen pirogen yang
kemudian aliran darah mulai perlahan lagi, sel-sel darah mulai mengalir mendekato
leukosit menempel pada epitel sebagai langkah awal terjadinya migrasi leukosit ke
dalam ruang ekstravaskuler. Lambatnya aliran darah yang mengikuti fase hiperemia
merupakan bagian dari cairan eksudat yaitu edema. Regangan dan distorsi jaringan
akibat edema dan tekanan pus dalam rongga abses menyebabkan rasa sakit/
dan serotonin akan merangsang dan merusakkan ujung saraf nyeri sehingga
masih ada pengrusakan jaringan. Bila kerusakan jaringan bisa diberantas maka
debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan
kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reaksi sel fagosit kadang berlebihan sehingga
debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses atau
bertumpuk di sel jaringan tubuh yang lain membentuk flegmon. Trauma yang hebat,
vaskuler untuk mengganti jaringan yang rusak. Fase ini disebut fase organisasi. Bila
dalam fase ini pengrusakan jaringan berhenti akan terjadi fase penyembuhan
berlangsung terus akan terjadi fase inflamasi kronik yang akan sembuh bila
rangsang yang merusak hilang. Abses yang tidak diobati akan pecah dan
mengeluarkan pus kekuningan sehingga terjadi kerusakan integritas kulit.
Pathway abses
3.3.5 Manifestasi Klinis Abses
manifestasi lain yang mengikuti abses dapat merupakan tanda dan gejaka
2. Timbul atau teraba benjolan pada tahap awal berupa benjolan kecil, pada
3. Leukositosis
30.000)
dalam metabolisme
kompensasi
10. Sinar X: film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindikasikan
bedah, debridemen atau kuretase. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk
sehingga benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda
asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersama dengan
biasanya diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peadangan serasa yang
keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak. Karena seringkali abses disebabkan
aureus resisten methicillin (MRSA), maka antibiotik biasa tersebut menjadi tidak
4.1 Kesimpulan
infeksi bakteri setempat. Abses memiliki gejala nyeri tekan yang meliputi nyeri
lokal, bengkak, dan kenaikan suhu tubuh. Kemudian, pada abses juga terjadi
terlihat jelas, nyeri tekan, teraba hangat, dan penurunan fungsi. Beberapa
disertai bau yang menusuk, menggigil atau demam lebih dari 37,70C.
lengkap dan kultur bakteri. Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
serta penunjang, Tn.F dapat di diagnosa abses inguinal karena memiliki gejala
darah lengkap.
4.2 Saran
Sebagai dokter muda, sebaiknya memperdalam pemahaman dan
pengetahuan tentang abses inguinal agar dapat mengetahui secara tepat
tatalaksananya.
DAFTAR PUSTAKA
EGC: Jakarta
Soeparman dan Waspadji. 1990. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2. BP FKUI. Jakarta.
Jakarta.