Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman/RSJD Atma Husada Mahakam
PSIKOTIK AKUT
Oleh
Elzanita Devi Erdika
NIM. 1810029040
Pembimbing
dr. Yenny, Sp.KJ
L. Genogram
: Perempuan : Meninggal
N. Diagnosis
Axis I : Psikotik Akut
Axis II : Tidak ada diagnosis
Axis III : Tidak ada diagnosis
Axis IV : Masalah keluarga
Axis V : GAF Scale 50-41
O. Prognosis
Prognosisnya pada pasien ini umumnya buruk. Gambaran klinis pasien
mengarah ke prognosis yang buruk,dengan adanya gejala positif dan negatif.
P. Formulasi Diagnostik
Seorang perempuan usia 40 tahun, anak ketiga dari 4 bersaudara, beragama
Islam, suku Bugis, sudah menikah, tidak bekerja, datang diantar oleh ibu dan
kakaknya ke RSJD AHM Samarinda pada tanggal 04 Juli 2019 pukul 13.50
WITA dengan keluhan gelisah.
Onset awal usia 40 tahun
Pasien gelisah, tidak bisa diam, sering marah-marah dan menghambur barang,
keluyuran, dan bicara sendiri.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan Darah 110/70 mmHg,
konjungtiva anemis (-/-)
Pada pemeriksaan psikiatri awal didapatkan kesadaran composmentis,
penampilan cukup rapi, kurang kooperatif, kontak visual (+) dan kontak
verbal (+), disorientasi waktu, tempat, dan orang, emosi labil, afek tidak
serasi, proses fikir flight of ideas, halusinasi auditorik (+), visual (-), kemauan
ADL diarahkan, dan psikomotor meningkat.
Q. Rencana Terapi
1. Non-farmakoterapi
Terapi kognitif-perilaku
Psikoterapi individual
Terapi berorientasi keluarga
2. Farmakoterapi
Clozapine 2 x 25 mg PO
Risperidone 2 x 2 mg PO
THD 2 x 2 mg PO
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku
kacau/aneh. Gangguan psikotik sementara merupakan sindrom psikotik akut dan
transien. Berdasarkan revisi pada teks edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders (DSM IV-TR) gangguan ini berlangsung dari 1 hari sampai 1 bulan
dengan gejala yang dapat menyerupai dengan skizofrenia (cth waham dan halusinasi).
Gangguan juga dapat berkembang sebagai respons terhadap stressor berat atau
sekelompok stressor. Karena sifat dari gangguan berbeda-beda kadang sulit untuk
menegakkan diagnosis dalam praktek klinis1
2.2 Epidemiologi
Pada umumnya gangguan ini dianggap jarang terjadi, seperti yang dinyatakan oleh
suatu penelitian tentang perekrutan militer dimana insidensi psikosis reaktif adalah 1,4
per 100.000 yang direkrut.1 Gangguan lebih sering terjadi pada pasien muda (usia 20-
30an) daripada pada pasien usia tua. Data yang dapat diandalkan berdasarkan determinan
jenis kelamin dan sosiakultural terbatas, meskipun beberapa gejala menunjukkan insiden
lebih tinggi terjadi pada perempuan dan pada penduduk negara berkembang. Pola ini
sangat berbeda dengan pola pada skizofrenia. 1
Beberapa klinisi menunjukkan bahwa gangguan paling sering terjadi pada pasien
golongan sosioekonomi rendah dan mereka yang mengalami musibah atau perubahan
budaya yang nyata. Orang yang mengalami stressor psikososial yang berat dapat
beresiko lebih tinggi mengalami gangguan psikotik sementara. 1,2
2.3 Etiologi
Penyebab pasti gangguan ini masih belum diketahui. Pasien yang menderita
gangguan kepribadian (paling sering gangguan histrionik, paranoid, skizoid, skizotipal,
dan kepribadian borderline) mungkin mempunyai kerentanan biologis atau psikologis
1
untuk mengalami gejala psikotik. Beberapa pasien juga memiliki riwayat keluarga
dengan skizofrenia atau gangguan mood tetapi tidak bersifat konklusif. Formulasi
psikodinamik menekankan adanya koping mekanisme yang tidak adekuat dan
kemungkinan adanya tujuan sekunder pada pasien dengan gejala psikotik. Teori
psikodinamik tambahan menunjukkan bahwa gejala psikotik merupakan suatu petahanan
melawan fantasi yang dilarang, pemenuhan harapan yang tidak diperoleh, atau pelarian
dari psikosial yang menekan. 2
2.4 Patofisiologi
2.5 Diagnosis
Pada DSM V menguraikan jika kelanjutan dari diagnosis psikotik sementara
terutama didasarkan pada durasi gejala. Untuk gejala psikotik yang berlangsung
sekurang-kurangnya 1 hari tetapi kurang dari 1 bulan dan bukan merupakan gangguan
mood, gangguan terkait zat, atau gangguan psikotik akibat kondisi medis umum. DSM V
juga menjelaskan adanya 3 subtipe yaitu (1) ada stressor;(2) tidak ada stressor; (3)
awaitan pasca partus. 1,2
Seperti pada pasien psikiatri akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat
diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun gejala psikotik
mungkin jelas, informasi mengenai gejala prodormal, episode suatu gangguan mood
sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak
diperoleh dari wawancara klinis saja. Di samping itu, klinisi mungkin tidak mampu
memperoleh informasi yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus. 1,2
Kriteria diagnosis DSM V dari gangguan psikotik sementara :
1. Adanya satu atau lebih gejala berikut :
a. Waham
b. Halusinasi
c. Bicara kacau
d. Perilaku katatonik atau kacau secara keseluruhan
Catatan : jangan memassukan gejala jika merupakan pola respons yang
diterima secara kultural.
2. Durasi episode gangguan skeurang-kurangnya 1 hari tetapi kurang dari 1
bulan dan akhirnya kembali ke tingkat fungsi sebelum sakit
3. Gangguan tidak disebabkan oleh gangguan mood dengan gambaran
psikotik, gangguan skizoefektif, atau skizofrenia dan tidak disebabkan oleh
efek fisiologi langsung suatu zat (contoh penyakahgunaan obat atau
pengobatan) atau kondisi medis umum
Tentukan pula apakah :
1. Dengan stressor nyata (psikosis relatif singkat) : jika gejala terjadi segera
setelah dan tampak sebagai respons terhadap peristiwa yang secara sendiri-
sendiri atau bersamaan menekan hampir setiap orang dengan situasi yang
sama
2. Tanpa stressor nyata : jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah atau
tidak tampak sebagai respons terhadap peristiwa yang secara sendiri-sendiri
atau bersamaan menekan hampir setiap orang dengan situasi yang sama
3. Dengan awitan pascapartus : jika awitan terjadi 4 minggu pasca partus
Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminka urutan prioritas yang diberikan
untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai ialah:
a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala
psikotik menjadinyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan
dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya
sering tidak jelas) sebagai cirri khas yang menentukan seluruh kelompok
b. Adanya sindrom yang khas (berupa “polimormif” = beraneka ragam dan
berubah cepat, atau “schizophrenia-like” = gejala yang khas)
c. Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikan
dengan karakter ke 5;0 .x0=Tanpa penyerta stress akut; .xi=Dengan penyerta
stress akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh
dimasukkan sebagai sumber stress dalam konteks ini
d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung;
Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode manic
(F.30) atau episode depresif (F32), walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala
afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.
Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium, atau dimensia. Tidak
merupakan intoksikasi akibat penggunaan alcohol atau obat-obatan.
Psikoterapi
Meskipun rawat inap dan farmakoterapi cenderung mengendalikan situasi jangka
pendek, bagian pengobatan yang sulit adalah integrasi psikologis pengalaman (dan
kemungkinan trauma pemicu, jika ada) ke dalam kehidupan pasien dan keluarganya.
Psikoterapi digunakan untuk memberikan kesempatan membahas stressor dan episode
psikotik. Eksplorasi dan perkembangan strategi koping adalah topik utama pada
psikoterapi. Keterlibatan keluarga dalam proses penyembuhan mungkin penting untuk
mendapatkan keberhasilan. Tujuan dari psikoterapi adalah : 1,2,5
Mengatasi stresor dan episode psikotik
Mengembalikan harga diri dan kepercayaan
Rawat Inap
Seorang pasien psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap yang singkat baik
untuk evaluasi ataupun proteksi. Evaluasi memerlukan pemantauan gejala yang ketat dan
penilaian tingkat bahaya pasien terhadap diri sendiri dan orang lain. Selain itu, rawat
inap yang tenang dan terstruktur dapat membantu pasien mendapatkan kembali
kesadarannya terhadap realita. Sementara klinisi menunggu efek perawatan atau obat-
obatan mungkin diperlukan pengasingan, pengendalian fisik atau pemantauan satu
pasien oleh satu pemeriksa. 1,2
2.8 Prognosis
Sekitar 50% pasien yang pertama kali digolongkan sebagai psikotik sementara
kemudian menunjukkan sindrom psikiatri kronis seperti skizofrenia maupun gangguan
mood. Namun, pasien dengan gangguan psikotik sementara biassanya mempunyai
prognosis baik. Dari hasil studi di Eropa menujukkan bahwa 50-80% pasien tidak
mempunyai gangguan psikosis berat dikemudian hari. Lamanya gejala akut dan residual
sering hanya terjadi beberapa hari. Kadang-kadang, gejala depresif terjadi setelah
resolusi gejala psikotik dan bunuh diri menjadi masalah yang harus diperhatikan selama
fase psikotik dan fase depresif pascapsikotik. Beberapa gambaran prognosis baik untuk
gangguan psikotik sementara1,2,3 :
1. Penyesuaian yang baik sebelum sakit
2. Sedikit ciri skizoid sebelum sakit
3. Stressor pemicu berat
4. Awitan gejala mendadak
5. Gejala afektif
6. Bingung dan limbung selama psikosis
7. Sedikit penumpukan afektif
8. Durasi gejala singkat
9. Tidak ada keluarga dengan skizofrenia
DAFTAR PUSTAKA