Anda di halaman 1dari 15

Bayi resiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk

menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain. Resiko tinggi menyatakan bahwa bayi harus
mendapat pengawasan ketat oleh dokter dan perawat yang telah berpengalaman. Lama masa
pengawasan biasanya beberapa hari tetapi dapat berkisar dari beberapa jam sampai beberapa
minggu. Pada umumnya resiko tinggi terjadi pada bayi sejak lahir sampai usia 28 hari
(neonatus).

NEONATUS RESIKO TINGGI DAN PENATALAKSANAAN-NYA

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan padamasa neonatus ini
sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaianfisiologik agar bayi di luar kandungan dapat
hidup sebaik-baiknya. Hal inidapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka
kematianneonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadipada masa
neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterinmemerlukan berbagai perubahan
biokimia dan faali. Dengan terpisahnyabayi dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik.

Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengangangguan atau kegagalan
penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkanoleh prematuritas, kelainan anatomik, dan
lingkungan yang kurang baikdalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.

Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifikterjadi pada masa
perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematiantetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul
sebagai akibat buruknyakesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai,
manajemenpersalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayibaru lahir.
Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akanmempunyai kesempatan hidup yang
kecil.

Yang termasuk neonatus resiko tinggi yaitu diantaranya sebagai berikut:

1. BBLR

2. asfiksia neonatorum
3. sindrom, gangguan pernafasan

4. ikterus

5. perdarahan tali pusat

6. kejang

7. hypotermi

8. hypertermi

9. hypoglikemi

10 tetanus neonatorum

BBLR

Definisi

WHO (World Health Organization) mendefinisikan BBLR sebagai bayi yang lahir dengan berat
≤ 2500 gr. WHO mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam, yaitu BBLR (1500–2499 gram),
BBLSR (1000- 1499 gram), BBLER (< 1000 gram)

Klasifikasi
Bayi berat lahir kuang dari 2500 gram diklasifikasikan menjadi:
a. BBLR yaitu, berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang dari 2500 gram.

b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW) adalah bayi yang
lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram.
c. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth weight (ELBW) adalah
bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram (Proverawati, 2010).

Etiologi

Faktor ibu
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum,
perdarahan antepartum, pre eklampsia, eklampsia, hipoksia ibu, trauma fisis dan psikologis.
Penyakit lainnya ialah nefritis akut, gagal ginjal kronik, diabetes mellitus, hemoglobinopati,
penyakit paru kronik,infeksi akut atau tindakan operatif (Suwoyo et al., 2011).
2) Gizi ibu hamil

Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh pada berat badan bayi yang
dilahirkan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan, anemia pada bayi, mati
dalam kandungan dan lahir dengan BBLR. Oleh karena itu, supaya dapat melahirkan bayi yang
normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup (Latief et al., 2007).
3) Anemia

Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari 12 gram
%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar 10
Hb dibawah 11 gram % pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gram % pada
trimester II (Latief et al., 2007).
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan
resiko kematian ibu, BBLR dan angka kematian bayi. Anemia dalam kehamilan disebabkan
kekurangan zat besi yang dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin
baik sel tubuh maupun sel otak. Hal ini dapat meningkatkan resiko morbiditas dan mortilitas ibu
dan bayi. Kemungkinan melahirkan BBLR juga lebih besar (Arista, 2012).
4) Keadaan sosial-ekonomi

Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada
golongan sosial-ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik
dan pengawasan antenatal yang kurang (Proverawati, 2010).

Faktor janin
1) Hidroamnion

Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml. Pada sebagian besar kasus, yang
terjadi adalah hidroamnion kronik yaitu peningkatan cairan berlebihan secara bertahap. Pada
hidroamnion akut, uterus mengalami 11
peregangan yang jelas dalam beberapa hari. Hidroamnion dapat menimbulkan persalinan
sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat
meningkatkan kejadian BBLR (Chandra, 2011).
2) Kehamilan ganda/kembar

Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih
embrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda dibagi menjadi dua yaitu, kehamilan dizigotik dan
monozigotik. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau
apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang
sama. Kehamilan ganda dapat memberikan resiko yang tinggi terhadap ibu dan janin. Oleh
karena itu, harus dilakukan perawatan antenatal yang intensif untuk menghadapi kehamilan
ganda (Mandriwati, 2008).
3) Infeksi dalam kandungan (toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes, sifillis, TORCH )
(Suwoyo et al., 2011)

DIAGNOSIS

Menegakkan diagnosa BBLR adalah dengan dilakukan pemeriksaan anamnesis untuk mengetahui
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR dan pemeriksaan penunjang.
a.1 Pemeriksaan anamnesis
Pada anamnesis dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, lahir mati, pembesaran uterus
tidak sesuai dengan usia kehamilan, pergerakan janin yang
pertama terjadi lebih lambat, pertambahan berat badan ibu sangat lambat, dijumpai kehamilan
dengan oligohidromnion, hipermesis gravidarum dan perdarahan antepartum.
a.2 Pemeriksaan penunjang
a.2.1 Pemeriksaan skor ballard untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuskular dan fisik.
a.2.2 Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan untuk melihat ada tidaknya sindrom
gawat napas.
a.2.3 Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan kehamilan kurang bulan dimulai pada
umur 8 jam atau didapat/diperkirakan terjadi sindrom gawat napas.
a.2.4 USG kepala terutama pada bayi dengan kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 2 hari
unutk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intracranial

PENATALAKSANAAN

Pengaturan suhu tubuh/Termoregulasi


Bayi BBLR akan cepat mengalami kehilangan panas badan atau suhu tubuh dan dapat menjadi
hipotermia atau hipertermia. Hal ini disebabkan oleh pusat pengaturan suhu tubuh belum berfungsi
dengan baik atau sistem metabolisme yang rendah. Hipotermia adalah penurunan suhu di bawah
36,50C sedangkan hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh > 37,50C. Suhu tubuh normal terjadi
jika ada keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas. Suhu tubuh dijaga pada suhu 36,5
– 37,50C.
Universitas Sumatera Utara
Diperlukannya penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya hipotermia atau hipertermia serta
menjaga suhu tubuh tetap berada dalam keadaan normal, yaitu dengan cara proteksi termal/warm
chain. Jika sudah terjadi perubahan suhu badan bayi, dilakukan penangan yang lebih khusus yakni
dengan cara penggunaan inkubator, radiant warmer atau dengan cara metode kangguru.
b.2 Pengaturan makanan/nutrisi
Pemberian makanan terbaik bagi bayi adalah ASI (Air Susu Ibu). Pemberian makanan secara dini
akan mengurangi risiko hipoglikemia, dehidrasi dan hiperbilirubinemia. Pada bayi dengan masa
gestasi 32 minggu atau kurang atau berat badan kurang dari 1500 gram terlalu lemah untuk bisa
mengisap secara efektif atau tidak mempunyai refleks menelan yang memadai, ASI dapat diberikan
dengan menggunakan sonde lambung.
b.3 Mencegah infeksi
Bayi BBLR mempunyai daya tahan tubuh yang rendah dan sistem imun yang belum matang
menyebabkan bayi BBLR sangat rentan dengan infeksi. Hal ini dapat dicegah dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi pada bayi seperti mencuci tangan sebelum
memegang bayi, membersihkan tempat tidur bayi, membersihkan kulit dan tali pusat bayi.

Hipotermi

BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan kemampuan
tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.

1. Penurunan produksi panas


Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal
metabolism tubuh, sehingga timbul proses penuran produksi panas, misalnya pada keadaan
disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria.
2. Peningkatan panas yang hilang
Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkngan sekitar, dan tubuh kehilangan panas.
Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara : Konduksi, konveksi,
Radiasi, Evaporasi.
3. Kegagalan termoregulasi
Kegagalan termoregulasi secara umum disebabkan kegagalan hipotalamus dalam
menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai penyebab. Keadaan hipoksia intrauterine/
saat persalinan/ post partum, defek neurologic dan paparan obat prenatal ( analgesik /
anastesi) dapat menekan respons neurologic bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya.
Bayi sepsis akan mengalami masalah dalam pengaturan suhu dapat menjadi hipotermi atau
hipertermi.
Hypertermi

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh > 37,5oC, hal ini akan menyebabkan terjadinya
vasodilatasi, peningkatan rata-rata metabolism tubuh dan peningkatan kehilangan cairan.

Meskipun secara klinis hipertermi relatif lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan hipotermia,
hipertermi dapat menimbulkan kegawatan pada BBL. Hipertermia dapat disebabkan oleh suhu
lingkungan yang berlebihan, infeksi, dehidrasi atau perubahan mekanisme pengaturan panas
sentral yang berhubungan dengan trauma lahir pada otak, malformasi dan obat-obatan.

Sepsis neonatal sebagai salah satu penyebab utama kematian pada BBL, ditandai antara lain dengan
demam tinggi (suhu lebih dari 38oC), meskipun tidak jarang juga ditandai dengan hipotermi.
Episode demam muncul pada hari pertama kehidupan, kadang-kadang muncul pada hari ketiga,
yang secara umum sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Hipertermi timbul sebagai akibat
kenaikan suhu lingkungan khususnya pada BKB, sebagai komplikasi dari pakaian yang inadekuat
serta pemanasan suhu lingkungan yang berlebihan.

Patofisiologi

Suhu tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas. Bila kehilangan
panas dalam tubuh lebih besar daripada laju pembentukan panas maka akan terjadi penurunan
suhu tubuh. Begitu juga sebaliknya bila pembentukan panas dalam tubuh lebih besar dari pada
kehilangan panas, timbul panas di dalam tubuh dan suhu tubuh akan meningkat.

Penurunan suhu tubuh

Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan mengakibatkan suhu tubuh
berubah, menjadi tidak normal. Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan
memberikan respon untuk menghasilkan panas berupa.

 Shivering thermoregulation
Merupakan mekanisme tubuh berupa mengigil atau gemetar secara involunter akibat dari
kontraksi otot untuk menghasilkan panas.
 Non-shivering thermoregulation
Merupakan mekanisme yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf simpatis untuk
menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak
coklat. Peningkatan metabolism jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi
panas dari dalam tubuh.
 Vasokontriksi perifer
Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistem saraf simpatis, kemudian sistem saraf perifer
akan memicu otot sekitar arteriol kulit untuk berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi.
Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah
hilangnya panas yang tidak berguna.

Peningkatan suhu tubuh


mekanisme terjadinya kenaikan suhu pada BBL masih belum jelas, tetapi secara umum
disebabkan oleh adanya dua hal yaitu kenaikan suhu lingkungan, serta adanya kenaikan
set point temperature di hipotalamus sebagai akibat adanya pirogen imunogenik
(Prostaglandin E) yang disebabkan karena infeksi.
Produksi panas tubuh meningkat melalui proses NST dan pembuangan panas tubuh
menurun karena adanya vasokontriksi, hal ini dapat disebabkan karena perawatan dalam
incubator atau dibawah pemancar panas yang tidak terkontrol suhunya dengan baik.
Hipertermi juga dapat terjadi karena kenaikan metabolism tubuh akibat adanya spasme
otot, ataupun suatu status epileptikus. Selain karena infeksi, kenaikan set-point di
hipotalamus juga dapat disebabkan oleh kelainan bawaan yang mengenai otak seperti
adanya hidrosefalus, ensefalokel, holoproensefali dan trisomi 13, ataupun suatu asfiksia
yang berat, yang pada umumnya mempunyai nilai prognostic yang jelek

DIAGNOSIS
Diagnosis hipotermi/hipertermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh
atau kulit bayi. Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk
penting untuk deteksi awal adanya suatu penyakit, dan pengukurannya dapat dilakukan
melalui aksila, rectal atau kulit.
Melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang dilanjutkan oleh karena
mudah, sederhana dan aman. Tetapi pengukuran melalui rectal sangat dianjurkan untuk
dilakukan pertama kali pada semua BBL, oleh karena sekaligus sebagai tes skrining
untuk kemungkinan adanya anus imperforatus. Pengukuran suhu rectal tidak dlakuka
sebagai prosedur pemeriksaan yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit.

Manajemen
Kesempatan untuk bertahan hidup pada BBL ditandai dengan keberhasilan usahanya
dalam mencegah hilangnya panas dari tubuh. Untuk itu, BBL haruslah dirawat dalam
lingkungan suhu netral.

Klasifikasi dan manajemen hiptermia/ hipertermia


temuan
anamnesis Pemeriksaan klasifikasi
 Bayi terpapar suhu  Suhu tubuh 32oC- Hipotermi sedang
lingkungan yang rendah 36,4oC
 Waktu timbulnya  Gangguan napas
kurang dari 2 hari  Denyut jantung kurang
dari 100x/menit
 Malas minum
 letargi
 bayi terpapar suhu  suhu tubuh < 32oC Hipotermia berat
lingkungan yang rendah  tanda hipotermia sedang
 waktu timbulnya kurang  kulit teraba keras
dari 2 hari  napas pelan dan dalam
 tidak terpapar dengan  suhu tubuh berfluktasi Suhu tubuh tidak stabil (
dingin atau panas yang antara 36oC-39oC pertimbangkan sepsis)
berlebihan meskipun berada disuhu
lingkungan yang stabil
 fluktuasi terjadi sesudah
periode suhu stabil
 bayi berada  Suhu tubuh > 37,5oC Hipertermia
dilingkungan yang  Tanda dehidrasi
sangat panas, terpapar (elastisitas kulit turun,
sinar matahari, berada mata dan ubun-ubun
didalam inkubator, atau besar cekung, lidah dan
dibawah pemancar membran mukosa
panas. kering)
 Malas minum
 Frekuensi napas > 60x /
menit
 Denyut jantung > 160
kali/ menit
 Letargi
 iritabel

Hipotermi Berat
 segera hangatkan bayi dibawah pemancar panas yang telah dinyalakan
sebelumnya, bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu.
 Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi
dan selimut dengan selimut hangat.
 Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah.
 Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang dari
30kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi), lakukan manajemen
gangguan napas.
 Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan infuse tetap
terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.
 Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45mg/dL
(2,6mmol/L), tangani hipoglikemia.
 Nilai tanda kegawatan pada bayi ( misalnya gangguan napas, kejang atau tidak
sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu
tubuh kembali dalam batas normal.
 Ambil sample darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam
penanganan kemungkinan besar sepsis.
 Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap :
 Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah
satu alternatif cara pemberian minum.
 Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri
ASI peras begitu suhu bayi mencapai 35oC.
 Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5oC/ jam, berarti
upaya menghangkatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu
bayi setiap 2 jam.
 Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan
setiap jam.
 Setelah suhu tubuh bayi normal :
 Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
 Pantai bayi selama 12jam kemudian, dan ukur suhu bayi setiap 3jam.
 Pantau bayi selama 24jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap
dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan dirumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu
bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama dirumah.

Hipotermi sedang

 Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi
dan selimuti dengan selimut hangat.
 Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan
kontak kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat. (PMK : Perawatan Metode
Kanguru)
 Bila ibu tidak ada :
 Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar panas, gunakan
inkubator hangat dan ruangan hangat, bila perlu
 Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan
pengatur suhu
 Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah.
 Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum.
 Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan napas,
kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.
 Periksa kadar glukosa darah, bila <45 mg/dL (2,6mmol/L), tangani hipoglikemia
 Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan napas, bila ada tangani gangguan
napasnya.
 Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan , kurang dari 0,5 oC/ jam, cari tanda
sepsis.
 Bila suhu tubuh normal :
 Lakukan perawatan lanjutan
 Pantau bayi selama 12jam berikutnya, periksa suhu setiap 3jam.
 Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak
ada masalah lain yang memerlukan perawatan dirumah sakit, bayi dapat
dipulangkan. Nasehati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.

Hipertermia

 Jangan memberi obat antipiretik kepada bayi yang suhu tubuhnya tinggi.
 Bila suhu diduga karena paparan panas yang berlebih :
 Bila bayi belum pernah diletakan dalam alat penghangat :
 Letakan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25-28oC)
 Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu
 Periksa suhu aksilar setiap jam sampai terapai suhu dalam batas
normal
 Bila suhu sangat tinggi (>39oC), bayi dikompres atau dimandikan
selama 10-15menit dalam air yang suhunya 4oC lebih rendah dari suhu
tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya
lebih rendah dari 4oC dibawah suhu tubuh bayi.
 Bila bayi pernah diletakkan dibawah pemancar panas atau inkubator:
 Turunkan suhu alat pehangat, bila bayi didalam inkubator, buka
inkubator sampai suhu dalam batas normal.
 Lepaskan sebagaian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit
kemudian beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang
digunakan.
 Periksa suhu bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
 Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan
pengatur suhu.
 Bila bukan karena paparan panas yang berlebihan :
 Terapi untuk kemungkinan besar sepsis
 Letakkan bayi diruangan dengan suhu lingkungan normal (25-28oC)
 Lepas pakaian bayi sebagian atau seluruhnya bila perlu
 Periksa suhu bayi setiap jam sampai dicapai suhu tubuh dalam batas
normal
 Bila suhu sangat tinggi (>39oC) bayi dikompres atau dimandikan selama 10-15
menit dalam air yang suhunya 4oC lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

Manajemen lanjutan suhu lebih 37,5oC

 Yakinkan bayi mendapat masukan cukup cairan


 Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak dapat menyusu,
beri ASI peras dengan salah satu alternatif cara pemberian minum.
 Bila terdapat tanda dehidrasi ( mata atau ubun-ubun besar cekung,
elastisitas kulit turun, lidah dan membran mukosa kering), tangani
dehidrasi.
 Periksa kadar glukosa darah, bila kurang dari 45 mg/dL (2,6 mmol/L), tangani
hipoglikemia.
 Cari tanda sepsi, sekarang dan ulangi lagi bila suhu tubuh telah mencapai batas
normal.
 Setelah suhu tubuh bayi normal
 Lakukan perawatan lanjutan
 Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu tubuh setiap 3 jam.
 Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak
ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat
dipulangkan. Nasehati ibu cara menghangatkan bayi di rumah dan melindungi dari
pancaran panas yang berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai