Anda di halaman 1dari 14

JOURNAL READING

Apakah Penggunaan Mesh Hernia Inguinal Aman ?


Sebuah Studi Prospektif

Pembimbing :
dr. Enrico Saut, Sp. B

Disusun oleh :
Giano Florian Rumbay
406182049

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI BOGOR
PERIODE 18 NOVEMBER – 26 JANUARI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN

Journal Reading :
Apakah Penggunaan Mesh Hernia Inguinal Aman ? Sebuah Studi
Prospektif

Disusun oleh :
Giano Florian Rumbay / 406182049
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ciawi, 6 Januari 2020

dr. Enrico Saut, Sp. B


LEMBAR PENGESAHAN

Journal Reading :
Apakah Penggunaan Mesh Hernia Inguinal Aman ? Sebuah Studi
Prospektif

Disusun oleh :
Giano Florian Rumbay / 406182049
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ciawi, 6 Januari 2020

Kepala SMF Ilmu Bedah


dr. Sjaiful Bachri, Sp. B (K) BD
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang dilimpahkanNya,
sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan journal reading dengan topik “Apakah
Penggunaan Mesh Hernia Inguinal Aman ? Sebuah Studi Prospektif”
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. dr. Enrico Saut, Sp.B
2. dr. Sjaiful Bachri, Sp. B (K)
3. dr. Yulfitra Soni, Sp. U
4. dr. Johan Lucas, Sp. B
5. dr. Agus Johan, Sp.B
6. dr. Husdal Badri, Sp. BS
7. dr. Rosadi Putra, Sp. U
8. dr. Ooki Nico Junior, Sp. B (K)
9. dr. Dhevariza Pradhani, Sp. OT

yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingannya selama siklus kepaniteraan ilmu
anestesi RSUD Ciawi sejak tanggal 18 November 2019 – 26 Januari 2020.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga laporan kasus ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Ciawi, 6 Januari 2020


ABSTRAK

Latar Belakang: Operasi perbaikan hernia menggunakan mesh sintetik merupakan standar
perawatan dalam operasi saat ini. Komplikasi terkait uroginekologis telah dilaporkan di New
Zealand dan timbul kekhawatiran publik mengenai penggunaan mesh dengan alasan apapun.
Studi ini melaporkan hasil jangka panjang dari penggunaan mesh dalam operasi hernia
inguinalis dalam kelompok yang besar saat operasi elektif.
Metode: Database prospektif pasien yang menjalani operasi hernia inguinal menggunakan
mesh didapatkan dalam praktik dua dokter bedah swasta dari tahun 2002 hingga 2016.
Demografi pasien, metode perbaikan, dan skor nyeri sebelum operasi dan pasca operasi serta
komplikasi setelah operasi dicatat.
Hasil: Sebanyak 1711 hernia pada 1366 pasien diperbaiki dengan operasi dari tahun 2002
hingga 2016. Seribu empat puluh tujuh operasi adalah laparoskopi total extraperitoneal
(LTEP), dan 333 secara open repair. Skor nyeri pasca oeprasi secara signifikan lebih rendah
daripada skor sebelum operasi dengan metode apapun. Hanya 22% pasien yang tidak
mengalami nyeri sebleum operasi dan meningkat menjadi 76% pasca operasi; sebaliknya 7.9%
pasien mengeluhkan nyeri hebat sebelum operasi dan berkurang menjadi 1% pasca operasi.
Tingkat kekambuhan untuk hernia inguinalis secara terbuka adalah nol dan untuk perbaikan
LTEP adalah 0.81%.
Kesimpulan: Perbaikan hernia inguinalis menggunakan mesh tampaknya tidak menghasilkan
nyeri kronik yang signifikan. Secara keseluruhan, komplikasi dari perbaikan hernia inguinalis
secara terbuka atau LTEP dengan mesh rendah.

LATAR BELAKANG
Perbaikan hernia adalah salah satu operasi yang paling umum dilakukan dalam pembedahan
umum.1 Penggunaan mesh telah terbukti mengurangi tingkat kekambuhan hernia inguinal.2,3
Tinjauan Cochrane pada tahun 2012 oleh Amato et al menyimpulkan bahwa perbaikan non-
mesh (Shouldice) hernia inguinalis memiliki tingkat kekambuhan yang lebih tinggi sebesar
3,6% bila dibandingkan dengan perbaikan mesh (teknik Lichtenstein) tingkat kekambuhan
0,6% pada 1 tahun pertama.3 Tingkat kekambuhan dengan teknik perbaikan non-mesh lainnya
bahkan lebih tinggi.3 Sementara beberapa orang percaya bahwa perbaikan non-mesh
menghindari penggunaan 'bahan asing', penting untuk dicatat bahwa semua perbaikan
memerlukan penggunaan bahan permanen - misalnya perbaikan Shouldice dilakukan
menggunakan kawat stainless steel atau polypropylene.4
Hasil yang merugikan dari penggunaan mesh terutama untuk colposuspension, telah
banyak dilaporkan dalam literatur bedah dan media.5 Pada 2016, uro-gynaecologic mesh
direklasifikasi oleh Food and Drug Administration sebagai perangkat yang berrisiko tinggi
yang menuntut tingkat evaluasi yang lebih tinggi untuk produk baru.6 Pada 2017 Therapeutic
Goods Administration7 di Australia menarik persetujuan untuk penggunaan mesh uro-
ginekologis dan kemudian diikuti oleh Medsafe8 di New Zealand pada Desember 2017. Di
New Zealand telah menyebabkan pasien khawatir tentang penempatan mesh dalam perbaikan
hernia. Penelitian kami secara prospektif mencatat skor nyeri pra-operasi dan
membandingkannya dengan nyeri yang dilaporkan pada satu tahun hingga 15 bulan pasca
operasi. Komplikasi operasi juga telah dicatat.
Dengan penurunan angka kekambuhan, nyeri kronis setelah operasi hernia sekarang
menjadi yang paling memprihatinkan dari komplikasi pasca operasi.9,10 Terdapat fokus baru
dalam mendefinisikan, menilai dan mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berkaitan
dengan nyeri kronis.11 Nyeri kronis atau inguinodynia yang bertahan lebih dari 3 bulan pasca
operasi hernia inguinalis merupakan masalah penting bagi banyak pasien.12
Beberapa faktor risiko yang diidentifikasi terhadap nyeri pasca operasi termasuk usia
yang lebih muda,12 wanita,13 hernia berulang,14 komplikasi operatif, dan tingkat rasa sakit yang
tinggi pada periode awal pasca operasi. Salcedo-Wasick dan Thirlby melaporkan studi case-
control terhadap cedera dengan hernia inguinalis bertahap.16 Kelompok cedera menunjukkan
skor nyeri pasca operasi yang lebih tinggi, dengan rata-rata 33,5 hari dibandingkan 12,5 hari
untuk kembali bekerja.16
Nyeri kronis atau persisten telah ditemukan pada pasien yang mengikuti sejumlah
operasi termasuk mastektomi di mana tidak ada bahan yang ditanamkan.17 Mekanisme yang
menyebabkan nyeri kronis setelah perbaikan hernia inguinalis tidak sepenuhnya dipahami.
Namun, penyebab yang dihipotesiskan adalah cedera atau iritasi pada ketiga saraf yang
memasuki daerah operasi.9 Tingkat keparahan nyeri tampaknya berkurang dari waktu ke
waktu.9
European Hernia Society guidelines melaporkan bahwa mesh dibandingkan dengan
non-mesh dalam memperbaiki hernia inguinal telah dikaitkan dengan nyeri post-operatif yang
lebih rendah dalam dua meta-analisis.2,3 Teknik fiksasi dan berat mesh dapat memengaruhi
nyeri postoperatif18-20 tetapi beberapa penelitian menemukan tidak ada perbedaan .15,21
Ada metode yang diusulkan untuk mencegah terjadinya nyeri kronis seperti neurektomi
atau pendekatan operasi untuk perbaikan hernia. Tingkat nyeri kronis setelah perbaikan hernia
inguinal dilaporkan berkisar antara 5% hingga 53% .11,23 Metode penilaian tingkat nyeri pasca
operasi dan dampak pada kualitas hidup pasien sedang dikembangkan tetapi ada heterogenitas
pada alat saat ini. 13,23,24

METODE
Ini adalah penelitian observasional prospektif terhadap post operasi perbaikan hernia inguinalis
menggunakan mesh. Pasien – pasien dari dua konsultan ahli bedah yang dirawat dari Maret
2002 hingga Juni 2016 dipelajari sebelum dan setelah perbaikan hernia. Pasien telah
menyelesaikan kuesioner standar yang mencatat tingkat nyeri mereka saat ini (tidak ada,
ringan, sedang atau berat). Skor nyeri pasca operasi (dari 2002) dan pra operasi (dari 2013)
dianalisis menggunakan uji χ2 untuk mendeteksi perubahan dalam skor nyeri. Pasien secara
rutin diobservasi pada 1 minggu pasca operasi oleh ahli bedah mereka. Dua belas bulan pasca
operasi, kuesioner skor nyeri yang sama dikirim ke setiap pasien bersama dengan pertanyaan
tentang komplikasi setelah operasi mereka secara bebas. Contoh dimasukkan untuk meminta
pasien ‘mis. masalah luka, seroma, perdarahan, infeksi '. Jika mereka tidak merespons dalam
waktu 3 bulan, kuesioner lebih lanjut dikirim pada 15 bulan pasca operasi.
Database pasien dan hasil dijaga secara prospektif oleh perawat klinik dalam
praktiknya. Data yang dikumpulkan meliputi demografi pasien, jenis hernia (langsung / tidak
langsung), hernia unilateral / bilateral, hernia spontan atau pasca-trauma, perbaikan hernia
primer atau primer, pendekatan (LTEP / terbuka) dan produk mesh dan fiksasi yang digunakan.
Data dianalisis menggunakan program Statview dan Excel. Analisis skor nyeri dikelompokkan
berdasarkan pendekatan (terbuka / LTEP), penyebab hernia (Accidental Compensation
Corporation (ACC)) yang didanai - yaitu traumatis versus non-ACC yang spontan), usia dan
jenis kelamin. Data komplikasi dicatat dari penilaian bedah atau perawatan yang sedang
berlangsung dan melalui laporan pasien dalam kuesioner pada 12-15 bulan pasca operasi.
Pendekatan operasi menggunakan teknik Lichtenstein yang dimodifikasi untuk
perbaikan hernia inguinalis terbuka menggunakan polypropylene (Ultrapro; Ethicon,
Somerville, NJ, USA) yang diamankan dengan jahitan Prolene (Ethicon). Tiga saraf dilindungi
jika teridentifikasi tetapi tidak secara eksplisit dicari. Perbaikan hernia inguinalis menggunakan
laparoskopi dengan mesh dilakukan dengan pendekatan ekstraperitoneal yang sepenuhnya
menggunakan mesh Parietex (Medtronic, Minneapolis, MN, USA) dan perangkat pengamanan
ProTack (Medtronic) atau AbsorbaTack (Medtronic).

HASIL
Ada 1.680 hernia yang diperbaiki pada 1366 pasien dari Maret 2002 hingga Juni 2016 yang
telah mengisi kuesioner pasca operasi. Usia rata-rata adalah 57,6 tahun (range 14,5-98,9).
Hernia diperbaiki pada 1570 pria dan 110 wanita. Skor nyeri pra-operasi telah diselesaikan
oleh 532 dari 1366 pasien dalam penelitian (31% dari kohort) karena ini hanya dikumpulkan
dari 2013 dan seterusnya. Tingkat respons dalam periode 5 tahun yang diaudit dengan
kuesioner pasca operasi adalah 80%. Perbaikan hernia inguinalis dengan metode apa pun
memiliki skor nyeri yang lebih rendah secara signifikan pasca-operasi, P-value = 0,0000,
relative risk tidak ada rasa sakit pasca-operasi 10,61 (95% CI 8,42-13,37).

Dibandingkan dengan skor nyeri pra operasi menunjukan semua pendekatan telah
secara signifikan meningkatkan tingkat nyeri (χ2 P-value = 0,0002). Untuk pasien dengan
LTEP menghasilkan χ2 P-value = 0,0014 dan untuk perbaikan hernia terbuka menghasilkan P-
value = 0,0009, lihat Tabel 1. Pasien yang menjalani operasi yang dikonversi dari LTEP ke
operasi terbuka tampaknya memiliki lebih banyak rasa sakit pasca operasi, tetapi dalam jumlah
yang kecil. Delapan belas dari 1329 hernia dikonversi dari operasi LTEP menjadi terbuka
(1,3%). Ada kecenderungan yang signifikan untuk mengurangi skor nyeri pasca operasi dengan
bertambahnya usia (χ2 P-value = 0,001), lihat Tabel 2. Tidak ada perbedaan yang signifikan
berdasarkan jenis kelamin dalam skor nyeri pra-operasi secara keseluruhan. Skor nyeri pasca
operasi secara signifikan lebih rendah pada pria dan wanita pasca operasi, χ2 P-value untuk
pria = 0,038 dan wanita = 0,0027. Nyeri yang parah dilaporkan pada lebih tinggi pada wanita
(14,7% pra operasi + 2,7% pasca operasi) dibandingkan pria (7,4% pra operasi + 0,9% pasca
operasi) tetapi ini tidak signifikan secara statistik.

Membandingkan sumber pendanaan untuk pembedahan (baik dengan hernia traumatis


ACC atau hernia non-ACC - spontan) menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dalam skor
nyeri pra-operasi dengan pendanaan hernia (Tabel 3). Baik skor nyeri ACC dan non-ACC
membaik secara signifikan setelah operasi. Skor post-operasi yang membandingkan ACC
dengan non-ACC hernia tidak berbeda secara signifikan setelah LTEP χ2 P-value = 0,063.
Komplikasi dianalisis dari LTEP dan perbaikan terbuka. Ini dikumpulkan dari catatan
ahli bedah dari perawatan yang sedang berlangsung dan ingatan pasien secara retrospektif pada
12-15 bulan pasca operasi. Untuk perbaikan terbuka, 76 komplikasi dicatat (Tabel 4).
Mayoritas (74) komplikasi adalah ClavienDindo klasifikasi kelas 1-2, misalnya pengobatan
antibiotik oral infeksi, aspirasi seroma atau hematoma dalam beberapa kasus. Dua pasien
kembali ke ruang operasi, satu untuk mengeluarkan mesh yang terinfeksi dan satu untuk
evakuasi hematoma. Tidak ada pasien yang mengalami hernia berulang selama periode
penelitian. Dalam kelompok perbaikan LTEP ada 204 komplikasi yang dicatat (Tabel 4).
Sebelas hernia rekuren terjadi pada kelompok ini (0,81%). Sebagian besar komplikasi adalah
Clavien-Dindo kelas 1–2. Dua pasien kembali ke ruang operasi, satu dengan mesh yang
terinfeksi dan sudah dibuang, yang kedua menjalani operas idi tempat lain dan tidak dapat
dicatat secara detail.
DISKUSI
Nyeri kronis atau persisten setelah perbaikan hernia inguinalis dengan mesh adalah salah satu
komplikasi yang paling dikhawatirkan bagi pasien dan ahli bedah. Studi ini menegaskan bahwa
pembedahan secara signifikan meningkatkan skor nyeri pasien meskipun terdapat persepsi
bahwa penempatan mesh adalah penyebab umum nyeri post-operatif yang signifikan. 5 Insiden
nyeri post-operatif yang parah terdeteksi dalam kohort ini. Tingkat nyeri kronis yang parah
lebih rendah daripada yang ditemukan dalam beberapa seri lain yang diterbitkan, Callesen
menemukan nyeri parah pada 8% pasien pada 1 tahun.25 Namun, mirip dengan yang lain, 26

pada 5 tahun Eklund et al. ditemukan 1,9% dalam laparoskopi dan 3,5% dalam perbaikan
terbuka.1 Khususnya, Bright et al. berdasarkan rujukan dan hasil di klinik nyeri kronis, 27

menunjukkan hasil yang sama pada 1 tahun. Ini mungkin karena masa tindak lanjut yang lebih
lama dalam penelitian kami dibandingkan beberapa publikasi yang lain.10,27
Penelitian ini menggunakan kuesioner sederhana untuk penilaian terhadap rasa sakit
pasien pada 12-15 bulan pasca operasi. Format ini kurang detail daripada beberapa kuesioner
nyeri yang lain8 tetapi tingkat respons 80% menunjukkan bahwa kuesioner sederhana mendapat
lebih banyak pasien. Tidak seperti kekambuhan hernia, skor nyeri pasca operasi cenderung
membaik dari waktu ke waktu. Sesuai dengan penelitian lain yang menyelidiki nyeri pasca
operasi, kami menemukan bahwa skor nyeri setelah 1 tahun lebih tinggi di antara pasien yang
lebih muda dan mereka yang menjalani perbaikan hernia terbuka. Pasien hernia traumatis (yang
didanai ACC) memiliki lebih banyak rasa sakit sebelum operasi tetapi kedua kelompok
memiliki peningkatan yang signifikan dalam skor nyeri pasca operasi.
Kelemahan potensial dari penelitian ini adalah bahwa skor nyeri pra-operasi telah
dicatat hanya dalam 31% dari penelitian kohort. Karena ini adalah studi prospektif yang sedang
berlangsung, proporsi ini akan meningkat seiring waktu. Tindak lanjut dan pengelolaan
komplikasi dini mungkin juga di luar sumber daya yang terbatas dari rumah sakit umum.
Beberapa kelebihan dari penelitian ini termasuk ukuran besar kelompok, konsistensi
teknik bedah dengan manajemen pasca operasi yang berfokus pada deteksi dini dan pengobatan
komplikasi. Kelebihan lain adalah skor nyeri yang ditangkap secara prospektif yang memberi
tahu kami bahwa sebagian besar pasien dengan ketidaknyamanan setelah operasi juga
mengalami rasa sakit sebelum operasi. Banyak penelitian lain mengandalkan ingatan pasien
mengenai rasa sakit pra operasi mereka. Ini rentan terhadap bias. Dengan metode ganda (pasien
dan ahli bedah) untuk mengumpulkan komplikasi pasca operasi juga mungkin lebih akurat
dalam mengumpulkan komplikasi.

KESIMPULAN
Penelitian observasional prospektif ini mendukung bukti saat ini28 bahwa perbaikan hernia
dengan mesh tidak terkait dengan tingkat nyeri kronis yang parah. Tingkat komplikasi rendah
untuk operasi terbuka dan laparoskopi dan dalam banyak kasus tidak terkait dengan mesh itu
sendiri. Kami telah menunjukkan bahwa skor nyeri umumnya membaik setelah 1 tahun setelah
perbaikan hernia inguinalis. Studi populasi di New Zealand ini mengkonfirmasi keamanan dan
kemanjuran penggunaan mesh dalam operasi hernia.

ACKNOWLEDGEMENTS
Kami berterima kasih kepada Ms Debbie Osborn, RN dan Ms Alexandra Gordon, FRACS atas
bantuan mereka dalam mempersiapkan data untuk penelitian ini dan meninjau dokumen.

Conflict of interest
Tidak dinyatakan
DAFTAR PUSTAKA

1. Eklund A, Montgomery A, Bergkvist L, Rudberg C. Chronic pain 5 years after


randomized comparison of laparoscopic and Lichtenstein inguinal hernia repair. Br. J.
Surg. 2010; 97: 600–8.
2. Simons MP, Aufenacker T, Bay-Nielsen M et al. European Hernia Society guidelines
on the treatment of inguinal hernia in adult patients. Hernia 2009; 13: 343–403.
3. Amato B, Moja L, Panico S et al. Shouldice technique versus other open techniques for
inguinal hernia repair. Cochrane Database Syst. Rev. 2009; 4: CD001543.
4. Chan CK, Chan G. The Shouldice technique for the treatment of inguinal hernia. J.
Minim. Access Surg. 2006; 2: 124.
5. Kelly S. Mesh abdominal wall hernia surgery is safe and effective-the harm New
Zealand media has done. N. Z. Med. J. 2017; 130:54–7.
6. Federal Register. Obstetrical and gynecological devices; reclassification of surgical
instrumentation for use with urogynecologic surgical mesh. 2017. Available from URL:
https://www.federalregister.gov/documents/2017/ 01/06/2016-31862/obstetrical-and-
gynecological-devices-reclassificationof-surgical-instrumentation-for-use-with
7. Therapeutic Goods Administration. TGA actions after review into urogynaecological
surgical mesh implants. 2019. Available from URL: https://www.tga.gov.au/alert/tga-
actions-after-reviewurogynaecological-surgical-mesh-implants
8. New Zealand Medicines and Medical Devices Safety Authority. Regulatory action on
surgical mesh products. 2018. Available from URL: http://www.
medsafe.govt.nz/hot/alerts/UrogynaecologicaSurgicalMeshImplants.asp
9. Barazanchi AW, Fagan PV, Smith BB, Hill AG. Routine neurectomy of inguinal nerves
during open onlay mesh hernia repair: a meta-analysis of randomized trials. Ann. Surg.
2016; 264:64–72.
10. Lundström KJ, Holmberg H, Montgomery A, Nordin P. Patient-reported rates of
chronic pain and recurrence after groin hernia repair. Br. J. Surg. 2018; 105: 106–12.
11. Nikkolo C, Kirsimägi Ü, Vaasna T et al. Prospective study evaluating the impact of
severity of chronic pain on quality of life after inguinal hernioplasty. Hernia 2017; 21:
199–205.
12. Inguinodynia. A SAGES Wiki article. Available from URL: https://
www.sages.org/wiki/inguinodynia/
13. Poobalan AS, Bruce J, King PM, Chambers WA, Krukowski ZH, Smith WC. Chronic
pain and quality of life following open inguinal hernia repair. Br. J. Surg. 2001; 88:
1122–6.
14. Köckerling F, Koch A, Lorenz R, Reinpold W, Hukauf M, SchugPass C. Open repair
of primary versus recurrent male unilateral inguinal hernias: perioperative
complications and 1-year follow-up. World J. Surg. 2016; 40: 813–25.
15. Gutlic N, Rogmark P, Nordin P, Petersson U, Montgomery A. Impact of mesh fixation
on chronic pain in total extraperitoneal inguinal hernia repair (TEP): a nationwide
register-based study. Ann. Surg. 2016; 263: 1199–206.
16. Salcedo-Wasicek MC, Thirlby RC. Postoperative course after inguinal herniorrhaphy:
a case-controlled comparison of patients receiving workers’ compensation vs patients
with commercial insurance. Arch. Surg. 1995; 130:29–32.
17. Joshi GP, Rawal N, Kehlet H. Evidence based management of postoperative pain in
adults undergoing open inguinal hernia surgery. Br. J. Surg. 2012; 99: 168–85.
18. Agarwal BB, Agarwal KA, Mahajan KC. Prospective double-blind randomized
controlled study comparing heavy-and lightweight polypropylene mesh in totally
extraperitoneal repair of inguinal hernia: early results. Surg. Endosc. 2009; 23: 242–7.
19. Smietanski M, Bury K, Smietanska IA, Owczuk R, Paradowski T, Polish Hernia Study
Group. Five-year results of a randomised controlled multi-centre study comparing
heavy-weight knitted versus low-weight, non-woven polypropylene implants in
Lichtenstein hernioplasty. Hernia 2011; 15: 495–501.
20. Smietanski M, Bigda J, Zaborowski K, Worek M, Sledzinski Z. Threeyear follow-up
of modified Lichtenstein inguinal hernioplasty using lightweight
poliglecaprone/polypropylene mesh. Hernia 2009; 13: 239–42.
21. Hoyuela C, Juvany M, Carvajal F et al. Randomized clinical trial of mesh fixation with
glue or sutures for Lichtenstein hernia repair. Br. J. Surg. 2017; 104: 688–94.
22. Takata H, Matsutani T, Hagiwara N et al. Assessment of the incidence of chronic pain
and discomfort after primary inguinal hernia repair. J. Surg. Res. 2016; 206: 391–7.
23. de Jonge PV, Lloyd A, Horsfall L, Tan R, O’Dwyer PJ. The measurement of chronic
pain and health-related quality of life following inguinal hernia repair: a review of the
literature. Hernia 2008; 12: 561–9.
24. Jalil O, Rowlands C, Ruddle A, Hassn A, Morcous P. Medium-term recurrence and
quality of life assessment using the hernia-specific Carolinas comfort scale following
laparoscopic inguinal hernia repair. J. Laparoendosc. Adv. Surg. Tech. 2015; 25: 477–
80.
25. Callesen T, Bech K, Kehlet H. Prospective study of chronic pain after groin hernia
repair. Br. J. Surg. 1999; 86: 1528–31.
26. Manangi M, Shivashankar S, Vijayakumar A. Chronic pain after inguinal hernia repair.
Int. Scholar. Res. Notices 2014; 15: 2014.
27. Bright E, Reddy VM, Wallace D, Garcea G, Dennison AR. The incidence and success
of treatment for severe chronic groin pain after open, transabdominal preperitoneal, and
totally extraperitoneal hernia repair. World J. Surg. 2010; 34: 692–6.
28. Öberg S, Andresen K, Kalusen TW, Rosenberg J. Chronic pain after mesh versus
nonmesh repair of inguinal hernias: a systematic review and a network meta-analysis
of randomized controlled trials. Surgery 2018; 163: 1151–9.

Anda mungkin juga menyukai