Abortus Inkomplit
Abortus Inkomplit
ABORTUS INKOMPLIT
Oleh :
Yohanes Setyo Widodo
132011101044
Pembimbing:
dr. Zaki Afif, Sp.OG
ABORTUS INKOMPLIT
Oleh :
Yohanes Setyo Widodo
132011101044
Pembimbing:
dr. Zaki Afif, Sp.OG
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 2
2.1 Definisi ...................................................................................................... 2
2.2 Klasifikasi ................................................................................................. 2
2.3 Epidemiologi............................................................................................. 5
2.4 Etiologi ...................................................................................................... 6
2.5 Patofisiologi ............................................................................................ 12
2.6 Gejala dan Tanda .................................................................................. 12
2.7 Diagnosis ................................................................................................. 13
2.8 Diagnosis Banding ................................................................................. 14
2.9 Tatalaksana ............................................................................................ 14
2.10 Komplikasi ............................................................................................. 17
2.11 Prognosis................................................................................................. 19
BAB 3. LAPORAN KASUS ............................................................................... 20
BAB 4. PEMBAHASAN ..................................................................................... 27
BAB 5. KESIMPULAN ...................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31
BAB 1.PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Abortus adalah ancaman ataupengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan1.Sebagian batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janinkurang dari 500 gram (Williams Obstetric: beberapa negara Eropa
masih menggunakan definisi kurang dari 1000 gram).
Sedangkan pengertian dari abortus inkompletus sendiri adalah keluarnya
sebagian, tetapi tidak seluruh hasil konsepsi, sebelum umur kehamilan lengkap 20
minggu dan sebelum berat janin 500 gram2.Umumnya, abortus inkompletus
ditandai dengan adanya pembukaan serviks diikuti dengan perdarahan hebat.
Berdasarkan penggolongan jenisnya, abortus dapat dibagi dalam 2
kelompok, yaitu aborrtus spontan atau abortus yang terjadi dengan sendirinya dan
abortus provokatus atau abortus yang disengaja.Abortus provokatus dibagikan
lagi menjadi abortus medisinalis atau abortus therapeutica dan abortus kriminalis.
Abortus medisinalis adalah abortus yang terjadi atas pertimbangan dokter untuk
menyelamatkan ibu, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Pertimbangan yang
dimaksud harus dilakukan oleh minimal tiga dokter spesialis, yaitu spesialis
Kandungan dan Kebidanan, spesialis Penyakit Dalam dan spesialis Jiwa.
Sedangkan abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidakberdasarkan indikasi medis dan biasanya
dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
2.2 Klasifikasi
Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:
2.2.1. Abortus Iminens (Threatened abortion)
Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya terjadi
selamakehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau
minggu serta dapat mempengaruhi satu dari empat atau lima wanita hamil.
2
3
3
4
komplet. Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pada abortus
kompletus, perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan
selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena
dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai.
Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus
masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau endometritis pasca
abortus harus dipikirkan
4
5
2.3 Epidemiologi
Abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan, dengan kejadian
keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan.Angka kejadian abortus
sangat ditentukan oleh riwayat obstetri sebelumnya, dimana kejadian abortus lebih
tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran dibanding wanita
yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup. Prevalensi abortus juga
meningkat dengan bertambahnya usia, dimana insidensi abortus pada wanita
berusia 20 tahun sebanyak 12% dan wanita diatas 25 tahun sebesar 50%. Usia
kehamilan juga sangat berpengaruh terhadap insidensi abortus. Sebanyak 80%
wanita hamil mengalami abortus pada 12 minggu pertama kehamilan.
Penelitian-penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa angka kejadian
abortus sangat tinggi. Sebuah penelitian pada tahun 1993 memperkirakan total
kejadian abortus di Indonesia berkisar antara 750.000 dan dapat mencapai 1 juta
kasus per tahun dengan rasio 18 kasus abortus per 100 konsepsi. Angka tersbut
mencakup abortus spontan maupun abortus provokatus.Abortus inkomplet sendiri
merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus spontan maupun sebagai
komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun terapeutikus.
Dalam laporan Riset Dasar Keshatan (Riskesdas) 2010 disebutkan bahwa
presentase abortus dalam periode lima tahun terakhir adalah sebesar 4% pada
perempuan pernah menikah pada usia 10-59 tahun. Dilihat per provinsi, angka ini
bervariasi mulai dari yang terendah 2,4% yang terdapat di Bengkulu sampai
dengan yang tertinggi sebesar 6,9% di Papua Barat. Terdapat 4 Provinsi yang
memiliki angka kejadian lebih dari 6% dengan urutan dari yang paling atas, yaitu
Papuan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan masing-masing 6,3%,
serta Sulawesi Selatan sebesar 6,1%. Di DKI Jakarta angka kejadiannya sebesar
5,5%
5
6
2.4 Etiologi
2.4.1 Faktor Genetik
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :
Faktor genetik berhubungan erat dengan terjadinya abortus.Penyebab
yang paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas
kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada
trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik.
Abnormalitas genetik yang paling sering terjadi adalah aneuploidi
(abnormalitas komposisi kromosom) contohnya trisomi autosom yang
menyebabkan lebih dari 50% abortus spontan.Trisomi 16 (30%) penyebab
terbanyak abortus spontan diikuti dengan sindroma Turner (20-25%).3
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu
proses impantasi dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg
berakibat pada kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus.3
Gangguan genetik seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos,
hemosistenuri dan pseusoxantoma elasticum merupakan gangguan
jaringan ikat yang bisa berakibat abortus.3 Kelainan hematologik seperti
pada penderita sickle cell anemia, disfibronogemi, defisiensi faktor XIII
mengakibatkan abortus dengan mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.3
2.4.2Faktor anatomi
Defek anatomi diketahui dapat menjadi penyebab komplikasi
obstetrik terutamanya abortus. Pada perempuan dengan riwayat abortus,
6
7
7
8
8
9
2.4.4Faktor infeksi
Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat
sehingga janin sulit untuk bertahan hidup.Infeksi plasenta akan berakibat
insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian janin. Infeksi kronis
endometrium dari penyebaran kuman genetalia bawah yang bisa
mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram positif dan
gram negatif juga bisa mengakibatkan abortus. Infeki virus pada
kehamilan awal dapat mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik
embrio misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie
virus, dan varisella zoster.3
Beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian
abortus diantaranya;3
Bakteria: Listeria monositogenes, Klamidia trakomatis, Ureaplasma
urealitikum, Mikoplasma hominis, Bakterial vaginosis.
Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.
Parasit: toksoplasma gondii, plasmodium falsifarum.
Spirokaeta: treponema pallidum.
9
10
10
11
2.4.8Faktor trauma
Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan terjadinya abortus
yang yang diakibatkan karena adanya perdarahan, gangguan sirkulasi
maternoplasental, dan infeksi. Namun secara statistik, hanya sedikit insiden
abortus yang disebabkan karena trauma.1
11
12
2.5 Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti
dengan nekrosis jaringan disekitar perdarahan. Jika terjadi lebih awal, maka ovum
akan tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterus yang akan berakir dengan
ekpulsi karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. Apabila kandung gestasi
dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus
sama sekali dan hal ini disebut blighted ovum.1
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika
fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,
abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ
internal. Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat
minimal. Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan
mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus compressus. Kadang-kadang,
fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas
yang disebut fetus papyraceous.1
Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,
karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada
kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga
sebagiankeluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Perdarahan yang banyak terjadi
karena hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi
miometrium.6
12
13
infeksi yang dilihat dari demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar
dan lembek, nyeri tekan,dan luekositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus
yang baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-
sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran
kecil dari seharusnya. Pada pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional
yang tidak utuh lagi dan tiada tanda-tanda kehidupan dari janin.6
2.7 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Tiga gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di
perut bagian bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke
punggung,bokong dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang
tidak tinggi.7 Gejala ini terutamanya khas pada abortus dengan hasil
konsepsi yang masih tertingal di dalam rahim.7 Selain itu, ditanyakan
adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20 minggu dari HPHT.6
Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan hasil konsepsi.
Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan yang
lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram
bawah perut biasanya di daerah atas simpisis.6
Pemeriksaan ginekologi:
Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidaknya
jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva
Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidaknya cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium
13
14
2.9 Tatalaksana
2.8.1 Tatalaksana Umum
Lakukan penilaian secara cepat mengenai KU dan TTV
Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan darah
sistolik <90mmHg).
o Jika syok (+) lakukan tatalaksana awal syok.
o Jika syok (-) tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.
Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam
o Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
o Gentamicin 5 mg/KgBB IV setiap 24 jam
o Metronodazole 500mg IV setiap 8 jam
14
15
15
16
16
17
2.10 Komplikasi
2.9.1 Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan. Perdarahan
yang berlebihan sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni
uterus, laserasi cervikal, perforasi uterus, kehamilan serviks, dan juga
koagulopati.6
2.9.2 Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya
abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan
luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
Pasien biasanya datang dengan syok hemoragik.6
2.9.3 Syok
17
18
2.9.4 Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri
yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas
vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci,
staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp.,Bacteroides sp,
Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas
padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab
terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non
hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus
hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang
dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium
tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat
membentuk gas.6
18
19
2.11 Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya.Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %.Pada wanita keguguran
dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan
sekitar 40-80 %. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan
aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2
atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.
19
20
3.1 Identitas
Nama : Ny. IHN
Tanggal Lahir : 27-07-1989
Usia : 30tahun
Alamat : dsn. Jalian, Pakusari
Pekerjaan : Karyawan swasta
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Status : Menikah
Tanggal masuk RS : 02-01-2019
3.2 Anamnesis
Keluhan utama
Keluar darah dari jalan lahir.
20
21
Riwayat Obstetri
Riwayat menarche : 13 tahun
Riwayat menstruasi : teratur, berlangsung 7 hari, nyeri (-)
Riwayat marital : 1. 5 tahun
2. 1 tahun
Riwayat obstetric : 1. Perempuan/5,5thn/spontan/3000gr
2. Laki-laki/2thn/spontan/2600gr
3. Hamil ini
Riwayat ANC :rutin, posyandu
HPHT : 19 – 9 – 2018
HPL : 26 – 6 - 2019
Riwayat Kontrasepsi
Pasien sebelumnya tidak pernah menggunakan kontrasepsi baik berupa
KB suntik ataupun pil.
21
22
Sianosis :-
Berat badan : 52 kg
Tinggi badan : 158 cm
Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu : 36,50C
Pemeriksaan luar
Konjungtiva anemis : (+/+)
Sklera ikterik : (-/-)
Hati dan limpa : tidak teraba
Edema -/-, varises -/-, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-
Payudara hiperpigmentasi -/-.
Jantung : gallop (-), murmur (-).
Paru-paru : bising nafas vesikuler normal, ronkhi -/-, wheezing
-/-
I. Pemeriksaan luar :
Abdomen :
Inspeksi : Flat
Auskultasi : bising usus (+) normal.
Palpasi : nyeri tekan (+) suprapubis. Tinggi fundus uteri teraba 2
jari di atas simfisis.
Perkusi : timpani
Genitalia eksterna : perdarahan(+)
22
23
23
24
Kesimpulan :
- Uterus membesar
- Tampak fetus (jaringan) di luar servix
- Abortus inkomplit
3.5 Diagnosis
Abortus inkomplit
3.7 Tatalaksana
IVFD RL 20 tpm (tangan kiri)
Injeksi Cefotaxim 3x1 gr
Pro kuretase
3.8 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
3.9 Follow UP
02 Januari 2019, pukul 14.00 WIB, dilakukan tindakan operasi:
Diagnosis pre operasi : Abortus inkomplit
24
25
Laporan Operasi :
- Pasien berbaring posisi terlentang (litotomi) di atas meja operasi
dengan anestesi
- Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis menggunakan betadine dan
alcohol pada lapangan operasi
- Pasang spekulum sims anterior posterior
- Identifikasi portio, jepit portio arah jam 1
- Sondase uterus kesan antefleksi, 10cm
- Evakuasi jaringan dengan abortic tang + 40 cc
- Lakukan kuretase tumpul
- Ijeksi methylergometrin 1 ampul IM
- Lakukan kuretase tajam hingga kesan bersih
- Vaginal toilet
- Kuret selesai
Diagnosis Post operasi :
- Post kuretase dengan RA H-0 a/i Abortus inkomplit
Terapi post operasi :
Puasa
Drip oxytocin 20 IU 28 tpm s/d 12 jam post kuretase
p/o Cefadroxyl 3x500mg
p/o Asam Mefenamat 3x 500 mg
p/o Methylergometrin 3x 0,125 mg
25
26
26
27
BAB 4. PEMBAHASAN
2. Pemeriksaan ginekologi
- Inspeksi Vulva: perdarahan - Inspeksi Vulva: perdarahan
pervaginam ada atau tidaknya pervaginam ada atau tidaknya
jaringan hasil konsepsi, jaringan hasil konsepsi,
tercium atau tidak bau busuk tercium atau tidak bau busuk
dari vulva dari vulva
- Inspekulo: perdarahan dari - Inspekulo : Tampak portio
cavum uteri, ada atau tidaknya (+), fluxus (+), jaringan
cairan atau jaringan berbau konsepsi (+)
busuk dari ostium - Colok Vagina :Teraba portio
- Colok vagina: Portio bisa terbuka 1 jari dan teraba
terbuka/tertutup, teraba/tidak jaringan,nyeri pada perabaan
jaringan dalam cavum uteri, adneksa (-), nyeri goyang /
nyeri goyang portio (-), nyeri slinger pain (-), Cavum
pada perabaan adneksa (-), Douglas menonjol (-)
kavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri
27
28
28
29
29
30
BAB 5. KESIMPULAN
30
31
DAFTAR PUSTAKA
31