BPH (Repaired)
BPH (Repaired)
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Madhuri
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 76 tahun
Alamat : Desa Tenjo Ayu, Cicurug
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status : Menikah
Suku : Sunda
Agama : Islam
No. Rekam Medis : 418888
Tgl. Masuk RS : 10 Juni 2014
Jenis Anamnesis : Autoanamnesis
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Buang air kecil tidak keluar sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengeluh air kencing yang tidak keluar telah lama dirasakan. Ada
rangsang ingin buang air kecil pada pasien namun tetap tidak dapat mengeluarkan urin
dan tidak ada keluhan BAK yang sedikit – sedikit atau nyeri saat BAK. Saat ini
terpasang kateter, demam disangkal, batuk dan pilek disangkal. Tidak ada perubahan
tahun yang lalu namun sempat teratasi dengan pemasangan kateter dengan jangka
waktu 1 minggu. Sempat sembuh namun keluhan kembali muncul 2 bulan lalu tidak
sembuh dengan pemasangan kateter dan direncanakan untuk operasi BPH. Saat
operasi ditemukan adanya hernia sehingga operasi BPH tidak dilakukan. Pemasangan
kateter post operasi dilakukan namun tidak mengalami perubahan pada BAKnya
(-).
Riwayat Pengobatan
Pasien menyatakan tidak pernah berobat kemanapun
Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya alergi terhadap obat atau makanan tertentu
Riwayat Psikososial
Merokok (-), minum kopi (+)
Tanda Vital
Suhu : 36,3o C
Nadi : 74 x/mnt
Pernapasan : 24 x/mnt
Tekanan Darah : 180/100 mmHg
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Wajah : Simetris
Mata : Isokor (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-), septum deviasi (-)
Mulut : Mukosa bibir pucat (-), kering (-)
Telinga : Normotia, sekret (-/-)
Lehe : Pembesaran KBG (-), pembesaran kel. Tiroid (-), JVP tidak
meningkat
Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris, Retraksi (-), otot napas tambahan (-)
Palpasi : Focal Fremitus simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ I/II Normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, abdomen setinggi dada
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan abdomen (-), pembesaran hepar/lien
(-)
Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen (+), CVA (-)
2
Inguinal : Pembesaran KGB (-)
Anogenital : laki-laki, normal
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT < 2detik, sianosis (-), edema(-)
Bawah: Akral hangat, RCT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-), Turgor baik
IV. RESUME
Anamnesis
Pasien laki-laki berumur 76 tahun datang dengan keluhan :
- Tidak bisa buang air kecil
- Keluhan dirasakan sudah 2 minggu yang lalu
- Pasien terpasang kateter
- Pasien sempat merasakan keluhan yang sama 2 tahun lalu dan sempat sembuh.
- Keluhan muncul kembali 2 bulan lalu dan direncanakan dilakukan operasi
BPH namun saat operasi ditemukan hernia sehingga dilaukan operasi hernia.
Pemeriksaan fisik
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal : 10/06/2014
HEMATOLOGI
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi Rutin
Hemoglobin *12.7 13.5 – 17.5 g/dL
Leukosit 6.9 4.8 – 10.8 10^3/uL
Hematokrit 39 42 – 52 %
Trombosit 248 150 – 450 10^3/uL
KIMIA KLINIK
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Glukosa Darah
Glukosa Darah Sewaktu 139 >200 Mg%
Fungsi Hati
AST (SGOT) 23 < 25 U/L
22 < 29 U/L
ASLT (SGPT)
Fungsi Ginjal
Ureum 19 10 – 50 Mg%
Kreatinin 0,93 0 – 1.0 Mg%
Elektrolit
Natrium (Na) 139 135 – 148 mEq/L
Kalium (K) 2,8 3.50 – 5.30 mEq/L
3
VI. WORKING DIAGNOSIS
- Puasa
- Tindakan operasi : Open Prostatectomy
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Benign prostate hyperplasia merupakan suatu kondisi terjadinya hiperplasia kelenjar
periureteral yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer sehingga menutup canalis
B. Epidemiologi
BPH merupakan tumor jinak yang paling sering pada laki-laki dan insidennya
berdasarkan dari umur. Prevalensi dari hasil studi otopsi BPH menunjukkan peningkatan
kira-kira sebanyak 20% pada pria dengan umur 41-50 tahun, menjadi 50 % pada pria
dengan umur 51-60 tahun dan menjadi > dari 90% pada pria > dari 80 tahun. Walaupun
bukti klinis dari penyakit lebih jarang muncul, gejala dari obstruksi prostat juga
berhubungan dengan umur. Pada umur 55 tahun, kira-kira sebanyak 25% pria
4
mengeluhkan gejala voiding symptoms (gejala saat berkemih). Pada umur 75 tahun, 50%
dari pria mengeluhkan penurunan dari pancaran dan jumlah dari pembuangan urin. Faktor
resiko dari BPH masih belum terlalu dimengerti. Beberapa hasil studi menyebutkan
predisposisi genetik dan beberapa studi lainny memberi perhatian pada perbedaan ras.
Kira-kira 50% dari pria dibawah umur 60 tahun yang telah menjalani operasi pembedahan
BPH mungkin memiliki suatu bentuk genetika dari penyakit. Bentuk ini paling banyak
pars prostatica. Prostat mempunyai panjang kurang lebih 3 cm dan terletak di antara
fibrosa yang merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk
kerucut mempunyai basis prostatae yang terletak di superior dan berhadapan dengan
collum vesicae dan apex prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan
posterior prostatae untuk bermuara ke urethra pars prostatica pada pinggir lateral
utriculus prostaticus.
5
Hubungan:
prostate terus melanjut tanpa terputus dengan otot polos collum vesicae. Urethra
samping kanan dan kiri linea mediana dan merupakan penebalam fascia pelvis
Ke posterior: Facies posterior prostatae berhubungan erat dengan facies anterior
ampulla recti dan dipisahkan dari rectum oleh septum retrovesicale (fascia
Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung
levator ani pada saat serabut ini berjalan ke posterior dari pubis.
2. Struktur Prostat
6
Kelenjar prostat yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot
polos dan jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke urethra pars prostatica.
Prostat secara tidak sempuran terbagi menjadi lima lobus. Lobus anterior
terletak di depan urethra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar. Lobus medius atau
lobus medianus adalah kelenjar berbentuk baji yang terletak di antara urethra dan
vesicae, bagian ini mengandung banyak kelenjar. Lobus posterior terletak di belakang
urethra dan di bawah ductus ejaculatorius, juga mengandung kelenjar. Lobi prostatae
dexter dan sinister terletak di samping urethra dan dipisahkan satu dengan yang lain
oleh alur vertical dangkal yang terdapat pada fascies posterior prostatae. Lobi laterals
darah dari vena dorsalis profunda penis dan sejumlah venae vesicales,
7
c. Aliran Limfe : Pembuluh limf dari prostate mengalirkan cairan limf ke nodi
iliaci interni.
d. Persarafan : Persarafan prostat berasal dari plexus hypogastricus inferior. Saraf
asam sitrat dan fosfatase asam. Cairan ini ditambahkan pada semen pada waktu
ejakulasi. Bila otot polos pada capsula dan stroma berkontraksi , secret yang berasal
dari banyak kelenjar diperas masuk ke urethra pars prostatica. Sekret prostat bersifat
yang terdiri atas berbagai unsure glandular dan non glandular. Setiap zona glandular
memiliki fitur arsitektur dan stroma yang spesifik. Telah ditemukan lima daerah/zona
a. Zona Anterior
Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma
b. Zona Perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat.
Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma
prostat terbanyak.
8
c. Zona Sentralis
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulotarius, sesuai dengan lobus tengah
meliputi 25% massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi.
Dalam semua zona, baik saluran dan asinus , dipisahkan oleh epitel sekresi.
Dalam setiap zona, terdapat lapisan sel basal di bawah lapisan sekretori, serta
D. Etiologi
Hingga sekarang etiologi dari BPH masih belum diketahui secara pasti, tetapi
faktor yang erat kaitannya dengan BPH yaitu; peningkatan kadar dihidrotestosteron
(DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab
ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron, 3) interaksi antara sel stroma dan sel
epitel prostat, 4) berkurangnya kematian sel (apoptosis) dan 5) teori stem sel.4
1) Teori Dihidrostestosteron
Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron didalan sel prostat
oleh enzim 5α-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah
terbentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) yang membentuk kompleks DHT-
RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang
9
menstimulasi pertumbuhan sel prostat. Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa
kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya
saja pada BPH, aktivitas enzim 5α-reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih
banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif
terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat
normal.
Telah diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi
sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap
prostat(apoptosis). Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan
terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat
yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih
besar.
3) Interaksi sel stroma dan sel epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat
secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui mediator (grwoth factor)
tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi DHT dan estradiol, sel-sel
stroma itu sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel
kondensasi dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis
10
akan difagositosis oleh sel-sel disekitarnya kemudian didegradasi oleh enzim lisosom.
Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan
kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa,
penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang.
Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu suatu sel yang mempunyai
kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada
keberadaan hormon androgen, sehingga jika hormon ini kadarnya menurun seperti
sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga
E. Patogenesis
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan
Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan
tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomic buli-buli
berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel
buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai
keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) .
Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter.
11
Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma terhadap epitel. Pada prostat
normal rasio stroma dibanding dengan epitel adalah 2:1, sedangkan pada BPH, rasionya
meningkat menjadi 4:1, hal ini menyebabkan pada BPH terjadi peningkatan tonus otot
polos prostat dibandingkan dengan prostat normal. Dalam hal ini massa prostat yang
menyebabkan obstruksi komponen statik sedangkan tonus otot polos yang merupakan
frekuensi miksi, nokturia, miksi sulit ditahan dan disuria. Gejala obstruksi terjadi karena
destrusor gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus. Apabila vesika
menjadi dekompesasi maka akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi masih
ditemukan sisa urin dalam kandung kemih dan rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika
keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacetan total sehingga penderita tidak
lagi mampu miksi. Karena produksi urin terus terjadi, pada suatu saat vesika tidak lagi
mampu menampung urin sehingga tekanan intravesika terus meningkat. Apabila tekanan
↑ Sel lebih
vesika ↑ 5-alfa
Stem tinggi darireduktase
tekanandan
sfincterProses
dan Menua Interaksi Sel Epitel
kronik menyebabkan Berkurangnya
refluks vesikoureter,
reseptor endogen dan Stroma sel yang mati
hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi
Ketidakseimbangan hormon
infeksi. Pada waktu miksi penderita harus dan
(↓ estrogen selalu mengedan sehingga lama-kelamaan
↑ testoteron)
menyebabkan hernia atau hemoroid. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu
Hiperplasia pada epitel dan stroma pada kelenjar prostat
endapan di dalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan
Penyempitan lumen ureter prostatika
menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan cyctisis dan bila terjadi
12
Terbentuknya sekula-sekula dan divertikel buli-buli
luar saluran kemih. ”Lower Urinary Track Symptom” terdiri atas gejala obstruksi dan
Obstruksi Iritasi
kencing)
G. Diagnosis
The third International consultation on BPH menganjurkan untuk menganamesa
keluhan miksi terhadap setiap pria berumur 50 tahun atau lebih jika ditemukan
prostatismus lakukan pemeriksaan dasar standar kemudian jika perlu dilengkapi dengan
subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan
oleh WHO adalah International Prostatic Symptom Score (I-PSS). Sistem skoring I-
13
PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS)
dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap
pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5,
sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga
7. Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu :
2. Riwayat penyakit lain atau pemakai obat yang memungkinkan gangguan miksi.
3. Pemeriksaan fisik khususnya colok dubur.
14
Colok dubur Sisa volume urin Penatalaksanaan
I Penonjolan prostat, batas < 50ml Konservatif
4. Pemeriksaan Tambahan :
Pemeriksaan uroflowmetri (pengukuran pancaran urin pada saat miksi)
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh
daya kontraksi otot dekstrusor, tekanan intravesika dan resistensi urethra. Angka
normal laju pancaran urine ialah 10-12 ml/dtk dengan puncak laju pancaran
H. Diagnosis Banding
Kondisi obstruksi dari saluran kemih bagian bawah seperti :
striktur uretra dan contracture leher buli-buli : Riwayat melakukan tindakan pada
15
Infeksi saluran kemih bisa mirip gejalanya seperti pada iritatif BPH, bisa
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi
atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam
mengenai saluran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan untuk
bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu
retensi urine.
Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya: (1) kelainan pada
defect” (pendesakan buli-bli oleh kelenjar prostat) atau ureter disebelah distal yang
berbentuk seperti mata kail atau hooked fish dan (3) penyulit yng terjadi pada buli-
buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel, atau sakulasi buli-buli. Pemeriksaan ini
J. Penatalaksanaan
Ada beberapa pilihan terapi BPH, dimana terapi spesifik dapat diberikan untuk pasien
kelompok tertentu. Untuk pasien dengan gejala ringan (symptom score 0-7), dapat dengan
16
hanya dilakukan watchful waiting. Terapi paling akhir yang dilakukan adalah operasi.
1. Watchful waiting
Pilihan terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor I-PSS < 7, yaitu
keluhan ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak diberikan
terapi apapun dan hanya diberi penjelasan ,mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat
cokelat)
c. Batasi penggunaan obat-obatan yang mengandung fenilpropanolamin
d. Kurangi makanan pedas dan asin, dan
e. Jangan menahan kencing terlalu lama
Secara periodik pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya
laboratorium, residu urine, atau uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah jelek,
berperan dalam mengecilnya prostat dan leher buli-buli secara primer diperantarai
oleh reseptor ɑ1a. Penghambatan terhadap alfa telah memperlihatkan hasil berupa
perbaikan subjektif dan objektif terhadap tanda dan gejala BPH pada beberapa
Dianjurkan pemberian terapi ini selama 6 bulan, guna melihat efek maksimal
tumbuhan untuk tujuan medis. Fitoterapi paling umum untuk BPH adalah
African Star Grass (Hypoxis rooperi). Saw Palmetto adalah Phytotherapy paling
(diekstraksi dari kelapa muda di bagian tenggara Amerika Serikat dan Hindia
kemungkinan
mekanisme aksi, namun perubahan volume prostat atau PSA belum diamati.
Tersedia informasi tentang saw palmetto ekstrak terdiri sebagian besar dari dalam
percobaan in vitro dan penelitian di Eropa, yang banyak telah membatasi nilai
seperti dicatat oleh peneliti. Keterbatasan serupa telah diamati dalam beberapa
studi menilai bentuk lain terapi alternatif. Tidak ada data dari yang dirancang
18
menunjukkan bahwa terapi alternatif memiliki efek pada jangka panjang hasil
3. Operasi Konvensional
a. Transurethral resection of the prostate (TURP)
Sembilan puluh lima persen simple prostatectomy dapat dilakukan melalui
sakit selama 1-2 hari. Perbaikan symptom score dan aliran urin dengan TURP
lebih tinggi dan bersifat invasive minimal. Resiko TURP adalah antara lain
keadaan ini lebih-lebih mendapat keuntungan dengan insisi prostat. Prosedur ini
pada BPH dengan divertikulum buli-buli, batu buli-buli dan pada posisi litotomi
mendinginkan mukosa uretra. Namun jika suhu lebih rendah dari 45⁰C, alat
paten
g. Transurethtral ballon dilatation of the prostate
Balon dilator prostat ditempatkan dengan kateter khusus yang dapat
melebarkan fossa prostatika dan leher buli-buli. Lebih efektif pada prostat yang
20